ANALISIS SEKTOR UNGGULAN YANG BERDAYA SAING EKSPOR (Studi Kasus Di Kota Bandung Tahun 2008)
Adriana Gumbira 093401010
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang keterkaitan struktur antar sektor-sektor ekonomi di Kota Bandung, mengidentifikasi sektor-sektor potensial atau sektor-sektor unggulan yang ada pada perekonomian Kota Bandung serta menganalisis apakah sektor unggulan tersebut berdaya saing ekspor dan memberikan masukan bagi kebijakan pembangunan Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis input output. Tabel Input-Output Kota Bandung tahun 2008 dianalisis untuk mengetahui tingkat keterkaitan langsung antar sektor-sektor perekonomian baik kedepan maupun ke belakang, derajat kepekaan, derajat penyebaran serta dapat dilihat kontribusinya dan diketahui pula analisis dampak pengganda: Output multiplier, Income multiplier.
Analisis RCA (revealed komparatif advantage) digunakan untuk melihat daya saing ekspor sektor unggulan. Perangkat lunak yang digunakan dalam mengolah data Input-Output ini adalah Microsoft Excel. Dari hasil olahan data tabel input-output Kota Bandung tahun 2008, keterkaitan antar sektor ekonomi di Kota Bandung menunjukan ada 4 sektor unggulan di Kota Bandung, yaitu sektor jasa perorangan dan rumah tangga, sektor jasa angkutan jalan, sektor perdagangan komoditi lainnya dan sektor jasa angkutan udara. Berdasarkan analisis daya saing ekspor (Revealed Comparative Advantage) menunjukan bahwa sektor unggulan di Kota Bandung tidak memiliki daya saing ekspor.
PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi secara nasional tidak bisa terlepas dari pembangunan ekonomi secara regional. Pada hakekatnya pembangunan regional merupakan pelaksanaan dari pembangunan nasional pada wilayah tertentu yang disesuaikan dengan kemampuan fisik, sosial ekonomi regional tersebut, serta harus tunduk pada peraturan tertentu. Demi keberhasilan pembangunan ekonomi regional itulah, maka pemerintah memberlakukan otonomi daerah.
Pembangunan ekonomi adalah salah satu tolak ukur untuk menunjukkan adanya pembangunan ekonomi suatu daerah, dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat memperlihatkan adanya pembangunan ekonomi (Sadono Sukirno : 2006 : 423). Namun, pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, akan tetapi lebih dari itu pembangunan mempunyai perspektif yang lebih luas. Dimensi sosial yang sering diabaikan dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi justru mendapat tempat yang strategis dalam pembangunan.
Pembangunan perekonomian tidak bisa dipisahkan dari peranan sektor-sektor perekonomian yang pada hakekatnya merupakan penggambaran dari adanya saling keterkaitan diantara sektor-sektor tersebut. Setiap sektor dalam perekonomian daerah dituntut untuk memberikan kontribusinya terhadap kenaikan pendapatan domestik regional bruto (PDRB). Kenaikan PDRB dari tahun ke tahun pada dasarnya merupakan gambaran tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu daerah.
Kondisi geografis dapat menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perekonomian suatu wilayah. Berikut ini akan dipaparkan fenomena-fenomana ekonomi yang terjadi di sekitar wilayah bandung raya yaitu Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Bandung.
Ada tujuh komoditi unggulan di Kabupaten Bandung yang selama ini diminati luar negeri, diantaranya tekstil, pakaian jadi, kaos kaki, keset, sarung tangan, karpet dan cokelat. Sektor industri di Kabupaten Bandung mempunyai kontribusi besar terhadap
PDRB Kabupaten Bandung, terutama indutstri olahan. Tekstil dan produk tekstil (TPT) memberikan kontribusi terbesar terhadap total ekspor Kabupaten Bandung sebesar 7,%. Sementara itu untuk industri cokelat hanya berkontribusi sebesar 10%, sama halnya dengan ekspor sepatu yang hanya 10% ditambah dengan produk lain-lain sebesar 5%.
Secara umum perekonomian Kota Cimahi dalam periode 2001-2008 didominasi oleh sektor industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusi dua sektor ini mencapai sekitar 80 persen dari total PDRB Kota Cimahi. Dominasi dua sektor ini dalam perekonomian Kota Cimahi konsisten selama periode 2001-2008. Sektor-sektor utilitas seperti listrik, gas dan air bersih dan konstruksi menyumbang sekitar 10-11 persen, sedang kontribusi sektor jasa mencapai 6 persen, sisanya merupakan kontribusi sektor keuangan, pengangkutan dan komunikasi, dan tentu saja sektor pertanian meskipun dengan kontribusi relatif kecil.
Perkembangan perekonomian Kabupaten Bandung Barat sampai sejauh ini sudah menggeliat. Pengembangan sektor-sektor yang
berpotensi sebagai sektor-sektor unggulan di Kabupaten Bandung Barat sudah terlihat. Sektor pertanian, industri pengolahan non migas, dan sektor perdagangan masih menjadi sektor-sektor lapangan usaha yang paling berkembang di Kabupaten Bandung Barat.
Kota Bandung sebagai daerah ibukota Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang sangat strategis dan diperlukan kajian mengenai sektor-sektor yang kontribusinya sangat besar terhadap PDRB Kota Bandung Provinsi Jawa Barat. Sejalan dengan usaha untuk meningkatkan perekonomian wilayahnya, maka pemerintah daerah Kota Bandung diharuskan memiliki kemampuan untuk dapat mengembangkan potensi-potensi ekonomi yang dimiliki wilayahnya secara lebih efektif dan efisien.
Oleh karena itu perlu diadakan suatu penelitian untuk mengidentifikasi sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan kemudian dikaji tentang seberapa besar kontribusinya serta diidentifikasi sektor-sektor unggulan yang dapat berkembang lebih tinggi karena memiliki daya saing ekspor.
Tinjauan Pustaka Pendapatan Regional
Pendapatan regional adalah tingkat pendapatan masyarakat pada suatu wilayah analisis. Tingkat pendapatan regional dapat diukur dari total pendapatan wilayah ataupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut (Tarigan, 2005 :13). Ada tiga pendekatan untuk menghitung pendapatan regional dengan menggunakan metode langsung (Tarigan, 2005 : 24), yaitu:
1. Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan pengeluaran adalah cara penentuan pendapatan regional dengan cara menjumlahkan seluruh nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri. Kalau dilihat dari segi penggunaan maka total penyediaan atau produksi barang dan jasa itu digunakan untuk : konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (investasi), perubahan stok dan ekspor neto (total ekspor dikurangi dengan total impor).
Y = C + I + G (X - M) Keterangan :
Y = pendapatan nasional
C = pengeluaran konsumsi rumah tangga konsumen
I = pengeluaran rumah tangga produsen G = pengeluaran rumah tangga pemerintah
X = ekspor M = impor
2. Pendekatan Pendapatan
Perhitungan pendapatan regional dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung neto. Pada sektor pemerintahan dan usaha yang sifatnya mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Surplus usaha meliputi bunga yang dibayarkan neto, sewa tanah, dan keuntungan.
Y = r + w + i + p Keterangan :
Y = pendapatan nasional R = rent (sewa)
W = wage (upah/gaji) I = interest (bunga modal) P = profit (laba pengusaha)
3. Pendekatan Produksi
Perhitungan pendapatan regional berdasarkan pendekatan produksi
dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan oleh tiap-tiap sektor produksi yang ada dalam perekonomian dikurangi input antara, jika didefinisikan: NTB = [NPB− ଽ ୀଵ NIA] PDB = NTB ଽ ୀଵ
Dimana NPB adalah Nilai Produksi Bruto (Nilai Output) sedangkan NIA adalah Nilai Input Antara. NPB suatu sektor merupakan nilai sektor tersebut berdasarkan nilai produsen (termasuk pajak tidak langsung). NIA adalah output suatu sektor produksi yang digunakan sebagai input dalam proses produksi lebih lanjut untuk menghasilkan barang dan jasa, baik untuk sektor produksi yang sama atau untuk sektor produksi yang lain. Menurut ISIC (International Standard Industrial Classification), sektor lapangan usaha dikelompokan menjdi 9 sektor, yaitu :
1. Pertanian
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan atau Manufaktur
4. Listrik, gas dan air bersih 5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Lembaga Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa lainnya
Model Pendapatan Inter-Regional Model pendapatan regional ini dapat juga dipergunakan untuk menganalisa kebijaksanaan stabilisasi regional. Karena pengeluaran pemerintah adalah salah satu dari variabel-variabel pengeluaran otonom, maka model tersebutpun dapat dipergunakan untuk menjajaki akibat-akibat yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan tingkat pengeluaran pemerintah keseluruhan dan/atau persebarannya secara regional. Model tersebut dapat juga disempurnakan untuk mencakup struktur pajak yang lebih kompleks, dan tingkat pengeluaran pemerintah dapat dikaitkan dengan penerimaan pajak total (Airov, 1967 ; Engerman, 1965, Peacock. 1965)
Kebaikan dari tipe model pendapatan inter-regional ini adalah bahwa ia menjelaskan mengapa
pemerintah mungkin harus mengurangi pengeluarannya di beberapa daerah guna menaikkan tingkat pendapatan di semua daerah. Pada khususnya, penggunaan model seperti itu dapat membantu menselaraskan kepentingan regional dan kepentingan nasional dengan memperlihatkan kepada penduduk daerah tertentu bahwa pengurangan pengeluaran pemerintah di daerah mereka demi efisiensi dapat diimbangi oleh perluasan ekspor sebagai akibat dari bertambahnya pengeluaran pemerintah di daerah-daerah lain.
Sektor Unggulan
Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau perkembangan bagi sektor-sektor lainnya, baik sektor yang mensuplai inputnya maupun sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Tri Widodo, 2006 : 185). Sektor unggulan sebagai sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah tidak hanya mengacu pada lokasi secara geografis saja melainkan merupakan suatu sektor yang menyebar dalam berbagai saluran ekonomi sehingga mampu menggerakkan ekonomi secara
keseluruhan. Sambodo (dalam Achmad Firman, 2007 : 9), ciri-ciri sektor yang memiliki keunggulan adalah sebagai berikut:
1. Sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi
2. Sektor tersebut memiliki angka penyebaran yang relatif besar
3. Sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik keterkaitan depan ataupun kebelakang
4. Sektor tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.
Konsep Daya Saing
Daya saing ekspor adalah suatu kemampuan suatu sektor yang menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan suatu daerah dibandingkan pembagian rata-rata daerah lainnya dalam suatu kawasan yang lebih luas karena mempunyai kemampuan mengekspor yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata ekspor yang sama dari daerah lain (Dikdik, 2007 : 12). Dalam mengkaji daya saing mengacu pada teori-teori terjadinya perdagangan internasional.
METODE PENELITIAN
Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi atau metode studi kepustakaan. Dalam penelitian ini data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Bandung Propinsi Jawa Barat, Bappeda Kota Bandung Propinsi Jawa Barat, data-data dari internet, perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi dan berbagai sumber yang relevan.
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yang akan dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan sumber dan jenis data, yang sesuai dengan pendekatan analisis baik data kuantitatif maupun data kualitatif. Data yang digunakan adalah data dari tabel input-output Kota Bandung tahun 2008. Selain itu dilakukan studi pustaka dengan melakukan kajian sumber bacaan seperti buku-buku ilmiah, jurnal-jurnal ekonomi, artikel-artikel yang dipublikasi dan penelitian sebelumnya yang dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan untuk melengkapi teori yang berkaitan
dengan tinjauan pustaka dan pemecahan masalah.
Teknik Analisis Data
Keterkaitan Antar Sektor (Backward and Forward Linkage)
Analisis keterkaitan antar sektor terbagi menjadi kaitan ke belakang (backward linkage) dan kaitan ke depan (forward likages). Kedua keterkaitan merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat keterkaitan suatu sektor terhadap sektor-sektor yang lain dalam perekonomian. Kaitan ke belakang merupakan alat analisis untuk mengetahui derajat keterkaitan suatu sektor terhadap sektor-sektor lain yang menyumbang input kepadanya. Kaitannya ke depan merupakan alat analisis untuk mengetahui derajat keterkaitan antara suatu sektor yang menghasilkan output, untuk digunakan sebagai input bagi sektor-sektor lain (Mudrajat Kuncoro; 2003 : 407). Formula kaitan ke belakang dari suatu sektor dapat dinyatakan sebagai berikut:
Lbj=∑ୀଵ݆ܺ݅ = ∑ୀଵ݆ܽ݅ xj
Dimana :
Lbj : Indeks keterkaitan ke belakang
Xj : Nilai produk ke-j
Xij : Nilai input “ i ” yang disediakan untuk memproduksi “ j ”
aij : Koefisien input-output
Leontief
Koefisien yang ditunjukkan oleh Lbj sebagai pengaruh tingkat keterkaitan
ke belakang (backward linkages) apabila > 1 menunjukkan bahwa satu unit dari permintaan akhir sektor tersebut akan menciptakan perubahan diatas rata-rata pada aktivitas perekonomian secara keseluruhan.
Jenis keterkaitan ke dua antar sektor dalam perekonomian adalah keterkaitan ke depan (forward linkage). Keterkaitan ke depan diperoleh dari invers kaitan ke belakang, formulasi matematisnya yaitu : (Kuncoro, Mudrajad; 2003 : 407).
Ldj=∑݆ܽ݅−1
Untuk mengembangkan analisis nilai keterkaitan diatas, maka digunakan model Rassmusen. Pengukuran dengan metode ini untuk mengetahui tinggi rendahnya nilai keterkaitan atau
multiplier produksi. Dalam beberapa analisis yang menggunakan model
input-outputmetode Rassmusen ini juga disebut dengan metode perhitungan daya penyebaran pada perhitungan pengaruh keterkaitan ke belakang. Sementara itu pada perhitungan keterkaitan ke depan, metode
Rassmusen disebut juga sebagai metode perhitungan derajat kepekaan.
Analisis Kontribusi
Analisis ini digunakan untuk melihat seberapa besar peranan nilai tambah bruto terhadap pembentukan output di suatu sektor (Desi, 2009 : 134).
Primary Input Sharesektor ke-i =ܲ݅ ܺ݅ dimana :
Pi = jumlah nilai tambah bruto sektor
ke-i
Xi= jumlah output sektor ke-i
Analisis Pengganda Angka Pengganda Output
Angka pengganda output sektor
j adalah nilai total dari output atau produksi yang dihasilkan oleh perekonomian untuk memenuhi (atau akibat) adanya perubahan satu unit uang permintaan akhir sektor j tersebut. Hal tersebut terjadi karena peningkatan permintaan akhir di sektor jtidak hanya akan meningkatkan output sektor produksi sektor j tersebut, tetapi juga akan meningkatkan outputsektor-sektor lain di perekonomian. Angka pengganda output untuk sektor ke-j
dengan penjumlahan kolom ke-j dari matriks kebalikan Leontief untuk perekonomian yang bersangkutan. Angka penggandaoutput biasa dihitung dengan menggunakan matriks kebalikan
Leontief (I-A)-1. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
Oj =∑ୀଵ݆ܽ݅ Dengan :
Oj = nilai total dari output yang dihasilkan oleh perekonomian akibat adanya perubahan satu unit permintaan akhir
sektorj.
αij = elemen matriks kebalikan Leontief (I-A)-1
Angka Pengganda Pendapatan
Angka pengganda pendapatan rumah tangga suatu sektor menunjukkan perubahan jumlah pendapatan yang diterima oleh rumah tangga yang tercipta akibat adanya tambahan satu unit uang permintaan akhir pada suatu sektor. Jalur pengaruh dampak perubahan permintaan peningkatan pendapatan rumah tangga dapat dijelaskan dengan kasus peningkatan permintaan akhir. Peningkatan permintaan akhir sektoral akan meningkatkan sektoral dan total perekonomian. Hal ini dapat diukur
melalui angka pengganda output akan meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja, hal ini akan meningkatkan balas jasa terhadap rumah tangga yang memiliki tenaga kerja tersebut. Matriks angka pengganda pendapatan rumah tangga untuk masing-masing sektor :
ܪ݆= ୀଵܽ݊+݆'݆݆ܽ݅ Dengan :
Hj = angka pengganda pendapatan rumah tangga.
αij = elemen matriks kebalikan Leontief (I-A)-1
Revealed Comparative Advantage (RCA)
Metode RCA (Revealed Comparative Advantage) merupakan metode untuk mengetahui sektor atau komoditi yang memiliki keunggulan atau yang memiliki prestasi ekspor suatu daerah. RCA (Revealed Comparative Advantage) dihitung dengan cara berikut (Tambunan, 2005 : 107)
C =XLi/XLw Xi
/Xw
Dimana :
C = angka RCA (Revealed Comparative Advantage)
XLi = nilai ekspor sektor unggulan Kota Bandung
XLw = nilai total ekspor (sektor unggulan dan lainnya) Kota Bandung Xi = nilai ekspor sektor unggulan di Jawa Barat
Xw = nilai total ekspor di Jawa Barat Dengan Perhitungan ini dapat diketahui keunggulan komparatif sektor unggulan di Kota Bandung yang diekspor. Nilai RCA>1, menunjukan
bahwa pangsa sektor unggulan di Kota Bandung lebih besar dari pangsa rata-rata komoditas yang bersangkutan dalam ekspor Jawa Barat, artinya bahwa Kota Bandung relatif lebih berspesialisasi pada komoditas yang bersangkutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1
Keterkaitan Ke Belakang dan Indeks Kepekaan
Ranking Sektor Backward
Indeks Kepekaan Kebelakang 1 Ind. Pakaian jd Kecuali utk Alas Kaki 3,27793 1,36617 2 Perdagangan Bahan Konstruksi 3,07773 1,28273 3 Perd. Tekstil,Pakaian jd dan Alas Kaki 2,97101 1,23825
4 Hotel Bintang 2,96553 1,23596
5 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga 2,86819 1,19540 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 diolah
Sektor yang mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi apabila indeksnya lebih besar dari 1, dan ranking terbaik dalam indeks kepekaan ke belakang ini adalah sektor Industri Pakaian Jadi Kecuali Untuk Alas Kaki yaitu nilai backwardnya 3,27 yang artinya distribusi manfaat dari pengembangan sektor Industri Pakaian
terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input sebesar 3,27 dan nilai indeks kepekaan ke belakangnya 1,36 yang artinya kemampuan sektor Industri Pakaian Jadi Kecuali Untuk Alas Kaki ini untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya sebesar 1,36.
Perdagangan Bahan Konstruksi merupakan sektor terbaik kedua dengan
distribusi manfaat dari pengembangan sektor Perdagangan Bahan Konstruksi ini terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input sebesar 3,07 dan indeks kepekaan ke belakang sebesar 1,28 yang artinya kemampuan sektor Perdagangan Bahan Konstruksi ini untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya sebesar 1,28.
Selanjutnya sektor Perdagangan Tekstil, Pakaian Jadi dan Alas Kaki adalah sektor terbaik ketiga dengan nilai backwardnya sebesar 2,97 yang artinya distribusi manfaat dari pengembangan sektor Perdagangan Tekstil, Pakaian Jadi dan Alas Kaki ini terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input sebesar 2,97 dan indeks kepekaan ke belakang 1,23 yang artinya kemampuan sektor Perdagangan Tekstil, Pakaian Jadi dan Alas Kaki ini untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya sebesar 1,23.
Hotel Bintang merupakan sektor terbaik ke empat dengan nilai backwardnya 2,96 yang artinya distribusi manfaat dari pengembangan sektor Hotel Bintang ini terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input sebesar 2,96 dan indeks kepekaan ke belakang sebesar 1,23 yang artinya kemampuan sektor Hotel Bintang ini untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya sebesar 1,23.
Dan yang terakhir sektor Jasa Perorangan dan Rumah Tangga adalah sektor terbaik kelima dengan nilai backwardnya 2,86 yang artinya distribusi manfaat dari pengembangan sektor Jasa Perorangan dan Rumah Tangga ini terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input sebesar 2,86 dan indeks kepekaan ke belakangnya 1,19 yang artinya kemampuan sektor Hotel Bintang ini untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya sebesar 1,19. Tabel 2
Keterkaitan Ke Depan dan Indeks Penyebaran
Ranking Sektor Forward
Indeks Penyebaran
Kedepan 1 Perdagangan Komoditi Lainnya 41,04350 17,10600
2 Perdagangan Hasil Pertanian 6,75507 2,81536
3 Jasa Angkutan Jalan 4,49385 1,87293
4 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga 3,20365 1,33521
5 Listrik 3,00145 1,25094
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 diolah
Dalam hal konsep keterkaitan ke depan ini tidak berbeda jauh dengan konsep keterkaitan ke belakang, namun sebagai pembedanya yaitu dampak penyebarannya yang memiliki daya dorong yang cukup kuat dibandingkan sektor lainnya, serta mempunyai kepekaan yang tinggi apabila nilai indeksnya lebih besar dari 1. Sektor yang mempunyai rangking terbaik adalah sektor Perdagangan Komoditi Lainnya dengan nilai forwardnya sebesar 41,04 yang artinya tingkat kepekaan sektor Perdagangan Komoditi Lainnya terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output sebesar 41,04 dan indeks penyebaran ke depan 17,10 yang artinya kemampuan sektor Perdagangan Komoditi Lainnya untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor Perdagangan Komoditi Lainnya ini sebesar 17,10.
Perdagangan Hasil Pertanian merupakan sektor terbaik kedua dengan nilai forwardnya 6,75 yang artinya
tingkat kepekaan sektor Perdagangan Hasil Pertanian terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output sebesar 6,75 dan indeks kepekaan ke depan sebesar 2,81 yang artinya kemampuan sektor Perdagangan Hasil Pertanian untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor Perdagangan Hasil Pertanian ini sebesar 2,81.
Selanjutnya sektor Jasa Angkutan Jalan adalah sektor terbaik ketiga dengan nilai forwardnya sebesar 4,49 yang artinya tingkat kepekaan sektor Jasa Angkutan Jalan terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output sebesar 4,49 dan indeks kepekaan ke depan 1,87 yang artinya kemampuan sektor Jasa Angkutan Jalan untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor Jasa Angkutan Jalan ini sebesar 1,87.
Jasa Perorangan dan Rumah Tangga merupakan sektor terbaik ke empat dengan nilai forwardnya 3,20
yang artinya tingkat kepekaan sektor Jasa Perorangan dan Rumah Tangga terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output sebesar 3,20 dan indeks kepekaan ke depan sebesar 1,33 yang artinya kemampuan sektor Jasa Perorangan dan Rumah Tangga untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor Jasa Perorangan dan Rumah Tangga ini sebesar 1,33.
Dan yang terakhir sektor Listrik adalah sektor terbaik kelima dengan nilai forwardnya 3,00 yang artinya tingkat kepekaan sektor Listrik terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output sebesar 3,00 dan indeks kepekaan ke depannya 1,25 yang artinya kemampuan sektor Listrik untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor Listrik ini sebesar 1,25.
Tabel 3 Kontribusi
Ranking Sektor Nilai
Kontribusi
1 Jasa Pendidikan Pemerintah 0,90861
2 Jasa Pemerintahan Umum 0,85985
3 Jasa Komunikasi 080788
4 Jasa Bank 0,76168
5 Industri Barang-Barang Dari Plastik Kecuali Furniture 0,55575 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 diolah
Berikut ini dipaparkan mengenai 5 sektor yang mempunyai kontribusi tertinggi dalam perekonomian Kota Bandung. Sektor Jasa Pendidikan Pemerintah merupakan sektor yang memiliki kontribusi tertinggi yaitu sebesar 0,90 yang artinya Sektor Jasa Pendidikan Pemerintah memberikan
kontribusi sebesar 0,90 terhadap perekonomian Kota Bandung .
Jasa Pemerintahan Umum merupakan sektor terbaik kedua dengan nilai kontribusinya sebesar 0,85 yang artinya Sektor Jasa Pemerintahan Umum memberikan kontribusi sebesar 0,85 terhadap perekonomian Kota Bandung.
Selanjutnya sektor Jasa Komunikasi adalah sektor terbaik ketiga dengan nilai kontribusinya sebesar 0,80
yang artinya Sektor Jasa Komunikasi memberikan kontribusi sebesar 0,80 terhadap perekonomian Kota Bandung.
Jasa Bank merupakan sektor terbaik ke empat dengan nilai kontribusinya sebesar 0,76 yang artinya Sektor Bank memberikan kontribusi sebesar 0,76 terhadap perekonomian Kota Bandung.
Dan yang terakhir sektor Industri Barang-Barang Dari Plastik
Kecuali Furniture adalah sektor terbaik kelima dengan nilai kontribusinya sebesar 0,55 yang artinya Sektor Industri Barang-Barang Dari Plastik Kecuali Furniture memberikan kontribusi sebesar 0,55 terhadap perekonomian Kota Bandung.
Tabel 4
Pengganda Output Sederhana
Ranking Sektor
Pengganda Output Sederhana 1 Industri Pakaian Jadi Kecuali Untuk Alas Kaki 3,277931 2 Perdagangan Bahan Konstruksi 3,077731 3 Perdagangan Tekstil, Pakaian Jadi dan Alas Kaki 2,971014
4 Hotel Bintang 2,965525
5 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga 2,868193 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 diolah
Lima sektor yang mempunyai rangking terbaik dalam pengganda output sederhana adalah sektor industri pakaian jadi kecuali untuk alas kaki
sebesar 3,27 yang artinya kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter berubah menjadi sebesar 3,27 kali.
Perdagangan Bahan Konstruksi merupakan sektor terbaik kedua dengan nilai pengganda output sederhana sebesar 3,07 yang artinya kenaikan atau
penurunan output sebesar satu unit satuan moneter berubah menjadi sebesar 3,07 kali.
Selanjutnya sektor Perdagangan Tekstil, Pakaian Jadi dan Alas Kaki adalah sektor terbaik ketiga dengan nilai pengganda output sederhana sebesar 2,97 yang artinya kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter berubah menjadi sebesar 2,97 kali.
Hotel Bintang merupakan sektor terbaik ke empat dengan nilai pengganda output sederhana sebesar 2,96 yang artinya kenaikan atau
penurunan output sebesar satu unit satuan moneter berubah menjadi sebesar 2,96 kali.
Dan yang terakhir sektor Jasa Perorangan dan Rumah Tangga adalah sektor terbaik kelima dengan nilai pengganda output sederhana sebesar 2,86 yang artinya kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter berubah menjadi sebesar 2,86 kali.
Tabel 5
Pengganda Output Total
Ranking Sektor
Pengganda Output
Total 1 Industri Pakaian Jadi Kecuali Untuk Alas Kaki 3,34564
2 Perdagangan Bahan Konstruksi 3,19749
3 Hotel Bintang 3,08574
4 Perdagangan Tekstil, Pakaian Jadi dan Alas Kaki 3,03862
5 Jasa Angkutan Jalan 2,93428
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 diolah
Dari hasil analisis 50 dan 51 sektor yang ada dalam tabel input output, didapatkan lima sektor terbaik dan sektor yang mempunyai rangking terbaik dalam pengganda output total adalah sektor Industri Pakaian Jadi Kecuali Untuk Alas Kaki sebesar 3,34 yang menunjukan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung
dari sektor Industri Pakaian Jadi Kecuali Untuk Alas Kaki yang disebabkan karena adanya peningkatan penjualan dari sektor Industri Pakaian Jadi Kecuali Untuk Alas Kaki sebesar satu unit satuan moneter berubah menjadi sebesar 3,34 kali.
Perdagangan Bahan Konstruksi merupakan sektor terbaik kedua dengan nilai pengganda output total sebesar
3,19 yang menunjukan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari sektor Perdagangan Bahan Konstruksi yang disebabkan karena adanya peningkatan penjualan dari sektor Perdagangan Bahan Konstruksi sebesar satu unit satuan moneter berubah menjadi sebesar 3,19 kali.
Selanjutnya sektor Hotel Bintang adalah sektor terbaik ketiga dengan nilai pengganda output total sebesar 3,08 yang menunjukan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari sektor Hotel Bintang yang disebabkan karena adanya peningkatan penjualan dari sektor Hotel Bintang sebesar satu unit satuan moneter berubah menjadi sebesar 3,08 kali.
Perdagangan Tekstil, Pakaian Jadi dan Alas Kaki merupakan sektor
terbaik ke empat dengan nilai pengganda output total sebesar 3,03 yang menunjukan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari sektor Perdagangan Tekstil, Pakaian Jadi dan Alas Kaki yang disebabkan karena adanya peningkatan penjualan dari sektor Perdagangan Tekstil, Pakaian Jadi dan Alas Kaki sebesar satu unit satuan moneter berubah menjadi sebesar 3,03 kali.
Dan yang terakhir sektor Jasa Angkutan Jalan adalah sektor terbaik kelima dengan nilai pengganda output total sebesar 2,93 yang menunjukan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari sektor Jasa Angkutan Jalan yang disebabkan karena adanya peningkatan penjualan dari sektor Jasa Angkutan Jalan sebesar satu unit satuan moneter berubah menjadi sebesar 2,93 kali.
Tabel 6
Pengganda Pendapatan Type 1
Ranking Sektor Pengganda
Pendapatan Tipe 1 1 Jasa Angkutan Kereta Api 0,23523
2 Jasa Angkutan Udara 0,12904
3 Hotel Bintang 0,12022
4 Perdagangan Bahan Konstruksi 0,11976 5 Industri Barang Galian Bukan Logam 0,11660 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 diolah
Selain mengenai multiplier
output, disini juga akan dipaparkan mengenai multiplier pendapatan. Lima sektor yang mempunyai rangking terbaik untuk pengganda pendapatan type 1 adalah sektor Jasa Angkutan Kereta Api sebesar 0,235 menunjukan bahwa setiap penambahan permintaan akhir output dari sektor Jasa Angkutan Kereta Api sebesar satu satuan akan meningkatkan pendapatan rumah tangga yang bekerja di sektor tersebut sebesar 0,235 kali.
Jasa Angkutan Udara merupakan sektor terbaik kedua dengan nilai pengganda pendapatan type 1 sebesar 0,129 menunjukan bahwa setiap penambahan permintaan akhir output dari sektor Jasa Angkutan Udara sebesar satu satuan akan meningkatkan pendapatan rumah tangga yang bekerja di sektor tersebut sebesar 0,129 kali.
Selanjutnya sektor Hotel Bintang adalah sektor terbaik ketiga dengan nilai pengganda pendapatan type 1 sebesar 0,120 menunjukan
bahwa setiap penambahan permintaan akhir output dari sektor Hotel Bintang sebesar satu satuan akan meningkatkan pendapatan rumah tangga yang bekerja di sektor tersebut sebesar 0,120 kali.
Perdagangan Bahan Konstruksi merupakan sektor terbaik ke empat dengan nilai pengganda pendapatan type 1 sebesar 0,119 menunjukan bahwa setiap penambahan permintaan akhir output dari sektor Perdagangan Bahan Konstruksi sebesar satu satuan akan meningkatkan pendapatan rumah tangga yang bekerja di sektor tersebut sebesar 0,119 kali.
Dan yang terakhir sektor Industri Barang Galian Bukan Logam adalah sektor terbaik kelima dengan nilai pengganda pendapatan type 1 sebesar 0,116 menunjukan bahwa setiap penambahan permintaan akhir output dari sektor Industri Barang Galian Bukan Logam sebesar satu satuan akan meningkatkan pendapatan rumah tangga yang bekerja di sektor tersebut sebesar 0,116 kali.
Tabel 7
Pengganda Pendapatan Type 2
Ranking Sektor Pengganda
Pendapatan Tipe 2 1 Industri Logam Dasar dan Barang Dari Logam, 6,6949
Kecuali Mesin & Peralatannya
2 Perdagangan Tekstil, Pakaian Jadi dan Alas Kaki 6,3203 3 Real Estate Dan Usaha Persewaan 5,9959
4
Industri Mesin dan Peralatannya Termasuk
Perlengkapannya 5,2919
5 Jasa Sosial Kemasyarakatan Swasta Lainnya 4,7701 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 diolah
Dari hasil analisis 50 dan 51 sektor yang ada dalam tabel input output, didapatkan lima sektor terbaik dan sektor yang mempunyai rangking terbaik untuk pengganda pendapatan type 2 adalah sektor Industri Logam Dasar Dan Barang Dari Logam, Kecuali Mesin Dan Peralatannya sebesar 6,69 adalah menunjukan bahwa setiap penambahan permintaan akhir output dari sektor Industri Logam Dasar Dan Barang Dari Logam, Kecuali Mesin Dan Peralatannya sebesar satu satuan rupiah akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di sektor Industri Logam Dasar Dan Barang Dari Logam, Kecuali Mesin Dan Peralatannya sebesar 6,69 kali.
Perdagangan Tekstil, Pakaian Jadi dan Alas Kaki merupakan sektor terbaik kedua dengan nilai pengganda pendapatan type 2 sebesar 6,32 adalah menunjukan bahwa setiap penambahan permintaan akhir output dari sektor
Perdagangan Tekstil, Pakaian Jadi dan Alas Kaki sebesar satu satuan rupiah akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di sektor Perdagangan Tekstil, Pakaian Jadi dan Alas Kaki sebesar 6,32 kali.
Selanjutnya sektor Real Estate Dan Usaha Persewaan adalah sektor terbaik ketiga dengan nilai pengganda pendapatan type 2 sebesar 5,99 adalah menunjukan bahwa setiap penambahan permintaan akhir output dari sektor Real Estate Dan Usaha Persewaan sebesar satu satuan rupiah akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di sektor Real Estate Dan Usaha Persewaan sebesar 5,99 kali.
Industri Mesin dan Peralatannya Termasuk Perlengkapannya merupakan sektor terbaik ke empat dengan nilai pengganda pendapatan type 2 sebesar 5,29 adalah menunjukan bahwa setiap penambahan permintaan akhir output dari sektor Industri Mesin dan Peralatannya Termasuk
Perlengkapannya sebesar satu satuan rupiah akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di sektor Industri Mesin dan Peralatannya Termasuk Perlengkapannya sebesar 5,29 kali.
Dan yang terakhir sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan Swasta Lainnya adalah sektor terbaik kelima dengan nilai pengganda pendapatan type 2
sebesar 4,77 adalah menunjukan bahwa setiap penambahan permintaan akhir output dari sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan Swasta Lainnya sebesar satu satuan rupiah akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan Swasta Lainnya sebesar 4,77 kali.
Tabel 8 Daya Saing Ekspor
Kode Nama Sektor Nilai
Ekspor
Nilai RCA 50 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga - -35 Jasa Angkutan Jalan 108.827 0,001 30 Perdagangan Komoditi Lainnya - -36 Jasa Angkutan Udara 583.199 0,543 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 diolah
Berdasarkan hasil analisis diketahui sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan di Kota Bandung. Dari hasil perhitungan 50 sektor perekonomian di Kota Bandung, sektor yang menjadi sektor unggulan di Kota Bandung adalah perdagangan komoditi lainnya, jasa angkutan jalan, jasa angkutan udara dan jasa perorangan dan rumah tangga. Dari ke empat sektor unggulan tersebut hanya 2 sektor yang memiliki nilai ekspor, yaitu sektor Jasa Angkutan Jalan dan sektor sektor Jasa Angkutan Udara. Namun dari hasil
analisis RCA, kedua sektor unggulan tersebut tidak mempunyai daya saing ekspor karena hanya memiliki nilai RCA sebesar 0,001 dan 0,543. Sedangkan kriteria sektor unggulan yang berdaya saing ekspor semestinya nilai RCA tersebut lebih besar dari 1.
Berdasarkan Nilai RCA tersebut menunjukan bahwa sektor-sektor unggulan di Kota Bandung tidak memiliki daya saing ekspor. Hal ini menjadi bahan masukan yang penting dalam menentukan kompetensi daerah mengenai sektor unggulan yang mempunyai daya saing ekspor.
Sehingga pemerintah Kota Bandung memiliki prioritas untuk pengembangan sektor unggulan ini sehingga mampu mendorong perkembangan sektor-sektor ekonomi dan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung.
PENUTUP Kesimpulan
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan berdasarkan analisis keterkaitan, menganalisis kontribusi sektor unggulan, menganalisis dampak pengganda (multiplier) baik output maupun pendapatan, kemudian mengidentifikasi sektor unggulan yang memiliki daya saing ekspor dalam perekonomian Kota Bandung. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil analisis keterkaitan menunjukan sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan dalam perekonomian Kota Bandung. Berdasarkan Tabel input-output ada dua jenis sektor unggulan, yaitu yang berkontribusi ke depan adalah sektor
perdagangan komoditi lainnya, sektor perdagangan hasil pertanian, sektor jasa angkutan jalan, sektor jasa perorangan dan rumah tangga dan sektor listrik. Sedangkan sektor unggulan yang berkontribusi ke belakang adalah sektor industri pakaian jadi kecuali untuk alas kaki, sektor perdagangan bahan konstruksi, sektor perdagangan tekstil, pakaian jadi dan alas kaki, sektor hotel bintang dan sektor jasa perorangan dan rumah tangga. Hal ini menunjukan bahwa Kota Bandung memiliki sektor-sektor unggulan yang sangat banyak baik yang memberikan kontribusi ke depan maupun ke belakang dan berperan penting dalam pengembangan perekonomian di Jawa Barat. 2. Hasil analisis kontribusi (share)
diketahui bahwa sektor yang memberikan kontribusi tertinggi adalah sektor jasa pendidikan pemerintah, kedua adalah sektor jasa pemerintahan umum, ketiga adalah sektor jasa komunikasi, selanjutnya yang ke empat adalah sektor jasa bank dan yang
terakhir adalah sektor industri barang-barang dari plastik kecuali furniture.
3. Hasil analisis multiplier
diketahui bahwa sektor industri logam dasar dan barang dari logam, kecuali mesin dan peralatannya memiliki angka penganda pendapatan yang besar yaitu 6,69 kali, sedangkan sektor industri pakaian jadi kecuali untuk alas kaki memiliki angka pengganda output terbesar yaitu 3,34 kali.
4. Berdasarkan analisis daya saing ekspor (Revealed Comparative Advantage) menunjukan sektor unggulan di Kota Bandung tidak memiliki daya saing ekspor. Nilai RCA tersebut menunjukan bahwa sektor-sektor unggulan tersebut tidak berdaya saing ekspor.
Kelemahan dan kekurangan yang ditemukan setelah analisis dan interpretasi dalam penelitian ini adalah penelitian hanya terbatas pada sektor-sektor unggulan berdasarkan analisis keterkaitan saja sehingga tidak dapat menjelaskan sektor-sektor yang bukan merupakan sektor unggulan yang mungkin memiliki kontribusi, angka
pengganda, dan daya saing ekspor yang lebih tinggi.
Dengan diketahuinya sektor-sektor unggulan yang tidak memiliki daya saing ekspor dalam struktur perekonomian Kota Bandung, maka diharapkan adanya usaha dari pemerintah daerah untuk mengarahkan
kebijakannya untuk
mengembangkan/mendorong sektor-sektor unggulan tersebut dan lebih diprioritaskan sehingga nantinya bisa memiliki daya saing ekspor dan dapat lebih memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih baik lagi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, berikut ini dikemukakan beberapa saran antara lain:
1. Saran Bagi Pemerintah :
Diharapkan adanya usaha dari pemerintah daerah untuk mengarahkan kebijakannya untuk mengembangkan/mendorong sektor-sektor unggulan tersebut sehingga bisa memberikan kepekaan dan penyebaran yang tinggi bagi sektor-sektor lainnya dan juga memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian serta dapat
memberikan efek pengganda baik bagi output maupun pendapatannya. Selain itu, diharapkan sektor unggulan tersebut lebih diprioritaskan sehingga nantinya bisa memiliki daya saing ekspor dan dapat lebih memacu pertumbuhan ekonomi Kota Bandung yang lebih baik lagi.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya :
Bagi penelitian selanjutnya, tentang tema sejenis dapat
melakukan pengamatan pada daerah-daerah lainnya, baik kota/kabupaten maupun provinsi yang lainnya, sehingga dapat terlihat secara jelas potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut serta bagaimana kontribusi dari setiap sektor perekonomian pada wilayah yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Firman. 2007. Analisis dampak Investasi Sektor Peternakan Terhadap Perekonomian di Jawa Tengah.http://www.Pustaka.Unpad.ac.id.
Ahmad, S. dan Darwanto. 2012. Kontribusi Dan Daya Saing Ekspor Sektor Unggulan Dalam Perekonomian Jawa Tengah. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012.
Amstrong, Harvey. And Jim Taylor. 1993. Regional Economics and Policy. Second Edition. British : Harvester Wheatsheaf.
Arsyad, Lincoln. 1999. Ekonomi Pembangunan. Edisi keempat. Yogyakarta : STIE YKPN.
Badan Pusat Statistik, 2005-2010. Data Pendapatan Daerah regional Bruto. Jawa Barat.
Badan Pusat Statistik, 2009.Ekspor Impor Jawa Barat. Jawa Barat.
Badan Pusat Statistik, 2010. Tabel Input Output Kota Bandung Tahun 2008. Jawa Barat.
Badan Pusat Statistik, 2001.Tabel Input Output Provinsi Jawa Barat Tahun 2000. Jawa Barat.
Boediono, 1999.Teori Pertumbuhan Ekonomi. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE. Dewinta, Stanny. 2009. Analisis Peranan Sektor Industri Pengolahan Terhadap
Perekonomian Provinsi Jawa Barat (Analisis Input Output). Jurnal Ekonomi Institut Pertanian Bogor.
Didit, P. dan Devi, I. 2008. Analisis Peranan Sektor Industri terhadap Perekonomian Jawa Tengah Tahun 2000 dan Tahun 2004 (Analisis Input-Output). Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 9, No, 2, hal 137-155.
Dikdik, K. dan Candra, W. 2007.Analisis Daya Saing Ekspor Sektor Unggulan di Jawa Barat. Jurnal Trikonomika Fakultas Ekonomi Unpas, Vol. 6, No.1.
Firmansyah. 2006. Operasi Matrix dan Analisis Input-Output (I-O) untuk Ekonomi. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hidayat, A. dan Singgih, R. 2005.Analisis Sektor Unggulan Untuk Evaluasi Kebijakan Pembangunan Jawa Timur Menggunakan Tabel Input-Output 1994 dan 2000. Jurnal Keuangan dan Moneter- Depatermen Keuangan RI, edisi Desember 2005. Natsir, M. 2007. Kajian Empiris Peranan Sektor Kunci (Key Sektor) dalam
Perekonomian Sulawesi Tenggara berdasarkan Tabel Input-Output tahun 2007. http://www.jurnal.unhalu.ac.id.
Nina, Herninawati. 2012. Sektor Pertanian Unggulan Di Kabupaten Bandung Selama Tahun 2001 – 2011.Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi.
Novita, Desi dkk. 2009. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Sumatera Utara. WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.4, No.3 edisi April 2009.
Prayoga, Nanang G. 2008. Analisis Sektor Unggulan dalam Struktur Perekonomian Jawa Tengah tahun 2000 dan 2004. Skripsi. Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Muhamadiyah Surakarta.http://www.scribd.com.
Richardson, Harry W. 1969.Regional Economics.New York : Praeger Publisher.
Richardson, Harry W. 1997.Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional.Edisi Kedua. Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI
Sukirno, Sadono. 2008. Teori Pengantar Makroekonomi. Edisi Ketiga. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Tarigan, R. 2005.Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Wawan, Hermawan. 2006. Analisis Input Output Jawa Barat.Majalah Ilmiah Fakultas
Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan.
Yuzdi, Muhammad G. 2011. Analisis Perubahan Sektor Unggulan Jawa Tengah Periode 2000-2008 berdasarkan Tabel Input Output ( Studi Kasus BPS Jawa Tengah). Skripsi. Jurusan Matematika Fakultas MIPA UNDIP.