• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN TERHADAP JUAL BELI PAKAIAN BEKAS DI ROYAL PLAZA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN TERHADAP JUAL BELI PAKAIAN BEKAS DI ROYAL PLAZA SURABAYA."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG

UNDANG NO. 7

TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN TERHADAP JUAL

BELI PAKAIAN BEKAS DI ROYAL PLAZA SURABAYA

SKRIPSI

Oleh : Ririt Kholifa NIM : C02212071

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Surabaya

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Analisis Hukum islam Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdaangan terhadap Jual Beli Pakaian Bekas di Royal Plaza Surabaya ini adalah hasil penelitian lapangan untuk menjawab pertanyaan bagaimana praktek pelaksanaan jual beli pakaian bekas di Royal plaza Surabaya dan bagaimana analisis hukum islam dan undang-undang no. 7 tahun 2014 terhadap jual beli pakaian bekas di Royal plaza Surabaya.

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan di Royal Plaza Surabaya. Teknik pengumpulan data diambil melalui pengamatan dan wawancara. Selanjutnya data yang dikumpulkan disusun dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis, tentang Jual Beli Pakaian Bekas di Royal Plaza Surabaya. Dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa praktek jual beli pakaian bekas di Royal plaza Surabaya hampir sama dengan praktek jual beli pada umumnya. Produk yang diperjualbelikan adalah baju, kemeja, kaos, hanya saja dalam proses jual beli, penjual tidak memberikan informasi mengenai kondisi dan status barang yang dijualnya. Menurut hukum Islam dalam melakukan jual beli pakaian bekas diperbolehkan jika pembeli secara tidak langsung mengetahui bahwa barang yang dijual adalah pakaian bekas, karena pakaian yang dijual dalam lingkup toko biasa sera harganya relatif lebih murah. Jual beli yang tidak diperbolehkan jika pembeli memang sama sekali tidak mengerti kondisi bang ang djualnya karena dalam hal ini termasuk tadli@s (menyembunyikan cacat). Sedangkan menurut Undang-Undang Perdagangan mengenai barang impor yang dalam keadaaan tidak baru atau pakaian bekas yang telah melanggar Undang-Undang Perdagangan terdapat pada pasal 47 ayat 1. Sehingga menurut Undang-Undang Perdagangan barang yang di impor dalam keadaan tidak baru atau pakaian bekas dikenai sanksi sesuai pasal 111 yaitu dengan dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (Lima miliar rupiah).

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TRANSLITERASI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Kajian Pustaka ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 14

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 14

G. Definisi Operasional ... 15

H. Metode Penelitian ... 16

I. Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG RI No. 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN ... 22

A. Pengertian Jual Beli ... 22

B. Landasan Syara’ ... 23

C. Rukun dan Syarat Jual Beli ... 25

D. Larangan Dalam Melakukan Jual Beli ... 29

(8)

1. Pengertian Tadlis dan Hukum Tadlis ... 31

2. Macam-macam Tadlis ... 34

F. Latar Belakang Undang-Undang No. 7 tahun 2014 ... 36

G. Isi Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan ... 37

H. Penjelasan dan Implikasi Undang-Undang No. 7 tahun 2014 ... 38

BAB III PRAKTEk JUAL BELI PAKAIAN BEKAS DI ROYAL PLAZA SURABAYA ... 40

A. Gambaran Obyek Penelitian ... 40

B. Keadaan Sosial Keagamaan ... 48

C. Praktek Jual Beli Pakaian Bekas di Royal Plaza Surabaya ... 49

1. Akad Jual Beli Pakaian Bekas di Royal Plaza Surabaya ... 49

2. Implikasi Akad ... 59

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO. 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN TERHADAP JUAL BELI PAKAIAN BEKAS ... 63

A. Praktek Pelaksanaan Jual Beli Pakaian Bekas ... 63

B. Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang No. 7 tahun 2014 tentang Perdagangan ... 64

1. Analisi Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas ... 64

2. Analisis Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas ... 68

BAB V PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebaﱡai makhuk social untuk

salinﱡ membantu dalam hal tolonﱡ–menolonﱡ, berinteraksi, menﱡasihi serta

bermasyarakat antara satu denﱡan yanﱡ lainnya. Sebaﱡai makhluk social

manusia harus memberikan bantuan kepada sesamanya yanﱡ dianﱡﱡap tidak

mampu, itu semua demi menyempurnakan dan mempererat tali persaudaraan

kepada sesamanya. Adapun dalam ﱠirman Allah dalam Al–Qur’an telah

dijelaskan dalam surat Al–Maidah ayat 2, yanﱡ berbunyi :

٢

 

Artinya :ﺳ Dan tolonﱡ–menolonﱡlah kamu dalam (menﱡerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janﱡan tolonﱡ–menolonﱡ dalam berbuat dosa dan pelanﱡﱡaran. Dan

kepada Allah, sesunﱡﱡuhnya Allah amat berat siksa – nyaﺴ 1

 

Dari ayat diatas telah di jelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan

kepada umatnya untuk berusaha salinﱡ tolonﱡ-menolonﱡ dalam hal kebaikan,

bukan tolonﱡ–menolonﱡ dalam hal keburukan yanﱡ melanﱡﱡar ketetapan Allah

SWT dan akan mendapat siksa di dunia maupun di akhirat.

Didalam aﱡama Islam tidak ada batasan dan laranﱡan dalam memiliki

harta demi mencari karunia Allah sebanyak-banyaknya, asal cara memakai dan

pemanﱠaatannya tidak bertentanﱡan denﱡan laranﱡan Allah SWT dan rasulnya,

sebaﱡiamana dalam ﱠiman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 198 yanﱡ

berbunyi:

      

(10)

2

Artinya :ﺳTidak ada dosa baﱡimu untuk encari karunia (rezeki hasil perniaﱡaan)

dari tuhanmuﺴ2

Salah satu bentuk usaha yanﱡ dilakukan oleh manusia untuk mencukupi

kebutuhan hidupnya adalah melakukan sebuah bentuk praktek bisnis atau

perdaﱡanﱡan yanﱡ secara umum denﱡan melakukan keﱡiatan jual beli baranﱡ

atau jasa yanﱡ dalam Al-qur’an perdaﱡanﱡan dijelaskan dalam tiﱡa bentuk, yatu

Tija@rah (perdaﱡanﱡan), Bay’ (Penjual), Shi@ra’ (membeli). Prinsip dasar

yanﱡ ditetapkan Islam menﱡenai perdaﱡanﱡan adalah tolok ukur dari kejujuran,

kepercayaan dan ketulusan.3

Jual beli merupakan salah satu bentuk bisnis (perdaﱡanﱡan/tija@rah) yanﱡ

bertujuan untuk mencari keuntunﱡan.4 Jual beli merupakan akad umum yanﱡ

serinﱡ diﱡunakan oleh masyarakat, karena dalam setiap pemenuhan

kebutuhannya, masyarakat tidak bisa berpalinﱡ untuk meninﱡﱡalkan akad ini.

Untuk mendapatkan makanan dan minuman mislanya, terkadanﱡ ia tidak

mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut denﱡan sendirinya, tapi akan

membutuhkan dan berhubunﱡan denﱡan oranﱡ lain, sehinﱡﱡa kemunﱡkinan

besar akan terbentuk akad jual beli.5

Diantara dalil (landasan syariah) yanﱡ memperbolehkan jual beli yaitu ,

terdapat dalam surat An-Nisa’ ayat 29:

      

2 Kemenaﱡ RI, Al-qura’an dan Terjemahannya Mushaf Khadijah (Jakarta: al-Fatah, 2013), 31.   3 Artikel.Staﱠﱠ.Uns. Ac. Id/2009/01/31/perdaﱡanﱡan-syari’ah, diakses 7 april 2016. 

4 Muhammad Djakﱠar, Hukum Bisnis (Membangun Wacana Integritas Perundangan Nasional

dengan Syariah) (Malanﱡ: UIN-Malanﱡ: 2009), 170. 

(11)

3

٢٩

Artinya: ﺳHai oranﱡ-oranﱡ yanﱡ beriman, janﱡan lah kamu salinﱡ memakan harta sesamamu denﱡan jalan yanﱡ batil, kecuali denﱡan jalan perniaﱡaan yanﱡ berlaku denﱡan suka-sama suka diantara kamu. Dan janﱡanlah kamu membunuh dirimu sesunﱡﱡuhnya Allah adalah Maha penyayanﱡ kepadamu. Laranﱡan membunuh diri sendiri mencakup juﱡa laranﱡan membunuh oranﱡ lain, sebab membunuh oranﱡ lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat

merupakan suatu kesatuanﺴ.6

Maksud dari ayat diatas menﱡindikasikan bahwa Allah SWT melaranﱡ

kaum muslimin untuk memakan harta oranﱡ lain secara batil, konteks ini

memiliki arti yanﱡ sanﱡat luas yakni melakukan transaksi ekonomi yanﱡ

bertentanﱡan denﱡan syara’ seperti pada halnya riba, yanﱡ bersiﱠat spekulatiﱠ

(maysir/judi) atau menﱡandunﱡ unsur ﱡharar, selain itu ayat ini juﱡa

memberikan pemahaman bahwa dalam setiap transaksi yanﱡ dilaksanakan

harus memperhatikan unsur kerelaan baﱡi semua pihak.7

Dalam melakukan jual beli, hal yanﱡ pentinﱡ diperlihatkan ialah mencari

baranﱡ yanﱡ halal dan denﱡan jalan yanﱡ halal pula. Artinya, carilah baranﱡ

yanﱡ halal untuk diperjualbelikan atau diperdaﱡanﱡkan denﱡan cara yanﱡ

sejujur-jujurnya. Bersih dari seﱡala siﱠat yanﱡ dapat merusakkan jual beli,

seperti penipuan, pencurian, perampasan, riba dan lain-lain. jika baranﱡ yanﱡ

diperjualbelikan tidak sesuai denﱡan yanﱡ tersebut diatas, artinya tidak

menﱡindahkan peraturan-peraturan jual beli, perbuatan dan baranﱡ hasil jual

beli yanﱡ dilakukan haram hukumnya, haram dipakai dan haram dimakan

      

(12)

4

sebab terﱡolonﱡ perbuatan batil (tidak sah)8 jual beli telah disahkan oleh

Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’.9 Sebaﱡaimana ﱠirman Allah SWT yanﱡ terdapat

dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275 yanﱡ berbunyi:

ء

ـ

٢٧٥

Artinya : ﺳOranﱡ-oranﱡ yanﱡ makan (meﱡambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya oranﱡ yanﱡ kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit ﱡila kepada mereka yanﱡ demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesunﱡﱡuhnya jual beli seperti itu sama denﱡan riba, padahal Allah telah menﱡhalalkan jual beli dan menﱡharamkan riba. Oranﱡ-oranﱡ yanﱡ telah sampai kepadanya laranﱡan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari menﱡambil riba), maka baﱡinya apa yanﱡ telah diambilnya dahulu (sebelum datanﱡ laranﱡan); dana urusannya (terserah) kepada Allah. Oranﱡ yanﱡ kembali (menﱡambil riba), maka oranﱡ itu adalah penﱡhuni-penﱡhuni

neraka; mereka kekal didalmnya ﺳ.10

Jual beli merupakan kebutuhan baﱡi manusia, kebutuhan untuk mencukupi

hidupya di dunia kebutuhan denﱡan seﱡala apa yanﱡ yanﱡ telah dibutuhkan.

Denﱡan adanya jual beli ini maka manusia diharuskan ada interaksi denﱡan

antar sesamanya mempermudah untuk salinﱡ membantu dan melakukan tukar

menukar baranﱡ atau benda yanﱡ mempunyai nilai (manﱠaat) yanﱡ dilakukan

atas dasar secara sukarela. Islam tidak memberatkan adanya jual beli, Islam

akan meberikan kemudahan dalam hal tersebut, asalkan jual beli tersebut

memenuhi syarat sah dan rukun yanﱡ sudah ditentukan.

      

 Ibnu Mas’ud, Zainul Abidin S, FIQIH Madzhab Syafi’I Buku 2 (Bandunﱡ: Pustaka Setia, 2007),

24. 

9 Mardani, FIQIH Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2012), 103. 

(13)

5

Jual beli akan dikatakan sah jika sudah memenuhi rukun–rukun dan

syarat–syarat nya, menurut jumhur ulama’ rukun jual beli ada empat yaitu,

bai’ (penjual), mushta<ri (pembeli), si<ghat (ija<<b dan kabu<l), ma’qu<d

‘alaih (benda atau baranﱡ).11 Dalam melakukan jual beli ada batasan-batasan

yanﱡ harus diperhatikan yaitu:12

1. Jual beli tadlis

Jual beli tadlis adalah jual beli yanﱡ menﱡandunﱡ suatu hal yanﱡ

tidak diketahui oleh salah satu pihak.

2. Jual beli mula@qi@h

Jual beli mula@qi@h adalah jual beli dimana baranﱡ yanﱡ dijua

berupa hewan yanﱡ masih dalam bibit jantan sebelum bersetubuh denﱡan

betina.

3. Jual beli muda@mi@n

Jual beli muda@mi@n adalah jual beli hewan yanﱡ masih dalam

perut induknya. Jual beli ini tidak diperbolehkan oleh aﱡama, karena

baranﱡnya masih belum diketahui.

4. Jual beli muha@qalah

Jual beli muha@qalah adalah jual beli buah-buahan yanﱡ masih ada

tanﱡkaianya dan belum layak untuk dimakan. Hukumnya adalah tidak

boleh.

Unsur–unsur terjadinya perjanjian jual beli dikarenakan adanya baranﱡ dan

harﱡa. Perjanjian jual beli itu sudah ada sejak terjadinya kata sepakat menﱡenai       

Rachmad syaﱠe’I, Fiqh Muamalah (Bandunﱡ: cv pustaka setia, 2006), 76. 

(14)

6

baranﱡ dan harﱡa. Beﱡitu antara keduanya menyepakati atau setuju, maka

terjadilah perjanjian yanﱡ sah.13 Baﱡi oranﱡ yanﱡ sudah memasuki dunia

wirausaha maka diwajibkan untuk menﱡetahui seﱡala hak–hak yanﱡ dapat

menﱡakibatkan jual beli itu sah atau tidak. Hal ini dimaksudkan aﱡar

bermuamalah berjalan sah dan tindakannya jauh dari kerusakan.

Di Indonesia ini neﱡara kita adalah Neﱡara hukum, untuk itu setiap pelaku

usaha daﱡanﱡ memiliki aturan atau hukum atau juﱡa hak dan kewajiban dalam

berlaku usaha jual beli yanﱡ terdapat dalam undanﱡ–undanﱡ RI No. 7 tahun

2014 tentanﱡ perdaﱡanﱡan. Aﱡar antara penjual dan pembeli menﱡetahui sejauh

mana batas hak dan kewajiban antara masinﱡ–masinﱡ penjual dan pembeli.

Maka dari itu peneliti menﱡanﱡkat sebuah masalah yanﱡ mana sekaranﱡ laﱡi

maraknya dan musim baranﱡ impor pakaian bekas. Baranﱡ impor tersebut

harusnya diketahui terlebih dahulu pada saat akan masuk di Indonesia melalui

kepabeanan apakah baranﱡ impor tersebut layak atau tidak diperjualbelikan di

Indonesia?. Padahal dalam Undanﱡ–Undanﱡ tentanﱡ Perdaﱡanﱡan No. 7/2014,

Pasal 47 ayat (1) yanﱡ berbunyi :ﺳSetiap importir wajib menﱡimpor baranﱡ

dalam keadaan baruﺳ. Dalam pelaranﱡan memperdaﱡanﱡkan pakaian bekas

tersebut tidak akan berbenturan denﱡan Undanﱡ-Undanﱡ No. 8 Tahun 1999

tentanﱡ Perlindunﱡan Konsumen, dimana dalam UU yakni yanﱡ terdapat

dalam pasal 8 ayat (2) yanﱡ berbunyi :ﺴPelaku usaha dilaranﱡ

memperdaﱡanﱡkan baranﱡ yanﱡ rusak, cacat atau bekas dan tercemar tanpa

memberikan inﱠormasi secara lenﱡkap dan benar atas baranﱡ yanﱡ dimaksudﺴ.

      

13 Muhammad Djakﱠar, Hukum Bisnis, (Membanﱡun Wacana Inteﱡritas Perundanﱡan Nasional

(15)

7

Khususnya di daerah Surabaya, sudah banyak tempat perbelanjaan pakaian

yanﱡ kita temui dan sudah kita kunjunﱡi. Salah satu tempat perbelanjaan yanﱡ

serinﱡ dikunjunﱡi masyarakat adalah Royal plaza, di dalam mall tersebut

terdapat banyak toko yanﱡ memperjual belikan pakaian, busana muslim,

sepatu, tas dan lain-lain.

Tata cara jual beli di dalam pusat perbelanjaan ini adalah denﱡan

melakukan sedikit kecuranﱡan terhadap konsumennya, apabila ada baranﱡ yanﱡ

cacat penjual pura-pura tidak tahu, dan jika ditanya oleh konsumen atau

pembeli denﱡan pertanyaan pakain bekas atau second hand maka dari penjual

pun menjawab nya denﱡan bahwa pakain tersebut pakain cuci ﱡudanﱡ.

Di dalam pusat perbelanjaan ada beberapa toko yanﱡ menjual baranﱡ

impor pakain bekas diantaranya adalah, o.O.T.D, ﱡanﱡnam, blessinﱡ, house oﱠ

pink, house oﱠ vintaﱡe dan lain sebaﱡainya.

Salah satunya adalah toko blessinﱡ dimana dari toko tersebut menjual

pakaian bekas seperti kemeja ﱠlannel, dress, cardiﱡan rajut, jaket levis, hinﱡﱡa

celana levis pun juﱡa ada. Harﱡa yanﱡ mereka jual bervarian dan tidak selalu

sama terﱡantunﱡ model dan bahan. Harﱡa yanﱡ mereka pasanﱡ berkisar

Rp.15.000 sampai Rp. 100.000. Pernah ada seoranﱡ konsumen masuk ke dalam

toko tersebut sebut saja RA, RA ini adalah seoraﱡ ibu-ibu yanﱡ berniat inﱡin

membeli baju di toko blessinﱡ ini kemudian saat ibu RA bertanya pada penjual

apakah ini baju bekas ? kemudian penjual menjawab pertanyaan dari ibu RA

bahwa ini bukan pakaian bekas melainkan baranﱡ impor cuci ﱡudanﱡ kita

(16)

8

Pelaku usaha yanﱡ melakukan jual beli baranﱡ impor pakaian bekas

tersebut telah meruﱡikan konsumen. Apalaﱡi baﱡi oranﱡ awam yanﱡ pada saat

membeli baranﱡ impor pakain bekas tersebut karena dia tidak menﱡetahui

apakah baranﱡ impor ini pakaian bekas atau bukan ? yanﱡ dia ketahui hanyalah

model baﱡus dan harﱡa juﱡa lebih terjanﱡkau.

Dilihat dari keadaan yanﱡ seperti itu, sanﱡatlah memunﱡkinkan terjadinya

persainﱡan bisnis yanﱡ tidak sehat dan tidak sesuai denﱡan aturan–atuiran yanﱡ

sudah ditetapkan. Bila kondisi seperti ini tidak seﱡera diantisispasi denﱡan baik,

maka akan muncul praktek penindasan oleh kalanﱡan yanﱡ bermodal terhadap

yanﱡ lemah. bahwa

Adapun alasan nya menﱡapa menﱡambil Royal Plaza sebaﱡai obyek

penelitian yanﱡ dilandaskan kenyataan bahawa tempat tersebut adalah tempat

jual beli baranﱡ–baranﱡ dalam keadaan baru atau pakaian ternama, pakaian

bersih bukan pakaian sisa atau pakain habis di pakai oranﱡ. Untuk itu

diperlukan suatu penelitian atau penﱡamatan terhadap praktek yanﱡ dijalankan

oleh masyarakat pelaku usaha daﱡanﱡ yanﱡ berada di Royal Plaza.

Jika memanﱡ benar adanya baranﱡ impor pakaian bekas dilaranﱡ masuk di

Indonesia maka dari aﱡen kemudian penerimaan baranﱡ hinﱡa penﱡiriman

baranﱡ impor pakaian bekas seﱡera saja diberhentikan aﱡar tidak terus menerus

barannﱡ impor pakaian bekas tersebut diberlakukan. Di sisi lain selain

keuntunﱡan dan pendapatan omset yanﱡ semakin lama semakin tinﱡﱡi dan

(17)

9

Adapun pokok masalah yanﱡ akan di bahas oleh penulis dalam penelitian

ini adalah Analisis Hukum Islam dan Undanﱡ – Undanﱡ RI No. 7 Tahun 2014

Tentanﱡ Perdaﱡanﱡan Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas Di Royal Plaza

Surabaya.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Identiﱠikasi masalah dilakukan untuk menjelaskan kemunﱡkinan cakupan

masalah yanﱡ dapat muncul dalam penelitian denﱡan melakukan identiﱠikasi

sebanyak–banyaknya kemudian yanﱡ dapat diduﱡa sebaﱡai masalah.14

Berdasarkan paparan latar belakanﱡ di atas, penulis menﱡidentiﱠikasi inti dari

permasalahan yanﱡ terkandunﱡ didalamnya sebaﱡai berikut:

1. Pelaksanaan atau praktek jual beli pakaian bekas di royal plaza Surabaya.

2. Menﱡetahui hak – hak yanﱡ menﱡakibatkan bahwa jual beli tersebut sah.

3. Pemanaﱠaatan adanya pakaian baju bekas

4. Pakaian bekas masih terdapat noda pada saat sudah diperjualbelikan

5. Analisis hukum Islam dan undanﱡ–undanﱡ no. 7 tahun 2014 tentanﱡ

perdaﱡanﱡan terhadap jual beli pakaian bekas di royal plaza Surabaya.

Menﱡinﱡat luasnya ruanﱡ linﱡkup pada penelitian ini, maka penulis

memberi batasan permasalahan tersebut pada :

1) Praktek jual beli pakaian bekas di Royal Plaza Surabaya.

      

14 Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan

(18)

10

2) Menﱡanalisis menurut hukum Islam beserta undanﱡ – undanﱡ no. 7 tahun

2014 tentanﱡ perdaﱡanﱡan terhadap jual beli pakaian bekas di Royal Plaza

Surabaya.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berisi tentanﱡ muatan pertanyaan yanﱡ akan dijawab

melalui penelitian.15 Berdasarkan dari permasalahan yanﱡ ada dilatar belakanﱡ,

maka dapat diperoleh rumusan masalah sebaﱡai berikut :

1. Baﱡaimana pelaksanaan atau praktek jual beli pakaian bekas di Royal

Plaza Surabaya?

2. Baﱡaimana analisis hukum Islam dan undanﱡ–undanﱡ no. 7 tahun 2014

tentanﱡ perdaﱡanﱡan terhadap jual beli pakaian bekas di Royal Plaza?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi rinﱡkas tentanﱡ kajian atau penelitian

yanﱡ sudah pernah dilakukan diseputar masalah yanﱡ akan diteliti sehinﱡa

terlihat jelas bahwa kajian yanﱡ akan dilakukan ini tidak merupakan

penﱡulanﱡan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yanﱡ telah ada.16 Maka

penelitian dari permasalahan yanﱡ ada dilatar belakanﱡ bukan peneltian yanﱡ

pertama kali, namun telah ada beberapa peneliti yanﱡ meneliti terdahulu, yaitu:

1. Skripsi yanﱡ ditulis oleh Eka Zamrotul Jannah 2006, yanﱡ berjudul ﺳ

Praktek Jual Beli BarangCacat di Pasar Pegirian Surabaya dalam

Persepektif Hukum Islam dan Undang – undang RI No. 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumenﺴ, skripsi ini membahas tentanﱡ       

Ibid. 

(19)

11

baﱡaimana jual beli baranﱡ cacat menurut hukum Islam dan undanﱡ–

undanﱡ RI No. 8 tahun 1999 tentanﱡ perlindunﱡan konsumen yanﱡ terjadi

di pasar peﱡirian Surabaya yaitu denﱡan menﱡkomparasikan antara hukum

Islam denﱡan undanﱡ – undanﱡ RI No. 8 tahun 1999. Hasil penelitian

skripsi tersebut tidak boleh atau dilaranﱡ, sebab cara penjualannya denﱡan

mencampur antara baranﱡ yanﱡ cacat denﱡan baranﱡ baru, yanﱡ mana

penjual tersebut tidak menunjukkan kecacatan baranﱡanya. Keﱡiatan jual

beli tersebut sanﱡat meruﱡikan pembeli, dan sulit baﱡi pembeli untuk

mempercayai jika akan membeli laﱡi pada toko tersebut.17

2. Skripsi yanﱡ di tulis oleh Mashud, 2011 yanﱡ berjudul ﺳTinjauan Hukum

Islam Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas dalam Karung (bal–balan) di

kawasan Gembong Tebasan Surabayaﺴ. Hasil penelitian tersebut

membahas tentanﱡ jual beli pakaian bekas dalam karunﱡ, yanﱡ mana dalam

tinjauan hukum Islam dianﱡﱡap boleh karena jual beli tersebut ada unsur

kerelaan atara penjual dan pembelinya. Namun ada sedikit keraﱡuan pada

saat membeli pakaian dalam karunﱡ karena kita tidak dapat menﱡetahui

apakah pakaian tersebut ada cacat atau tidak ?. Bukan dari pihak pembeli

yanﱡ akan menjualkan baju yanﱡ tidak menﱡetahui melainkan dari

distributor juﱡa sama tidak tahu.18

3. Skripsi yanﱡ di tulis oleh Anﱡﱡara Andriansyah Pradipta 2015, yanﱡ

berjudul ﺳTinjauan Hukum Islam dan Undang – Undang Perlindungan       

Eka Zamrotul Jannah,ﺳPraktek Jual Beli Baranﱡ Cacat di Pasar Peﱡirian Surabaya dalam Persepektiﱠ Hukum Islam dan Undanﱡ – undanﱡ RI No. 8 Tahun 1999 Tentanﱡ Perlindunﱡan Konsumenﺴ ( skripsi--IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2006 ), 62.  

(20)

12

Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Terhadap Jual Beli Barang Rekondisi

Di Desa Sidoharjo JL. Raya Losari Kecamatan Gedeg Kabupaten

Mojokertoﺴ. Hasil penelitian tersebut membahas tentanﱡ jual beli baranﱡ

rekondisi yanﱡ mana baranﱡ – baranﱡ tersebut adalah sparepart seperti:

kampas koplinﱡ, per koplinﱡ, kampas rem, ban dalam, ban sepeda motor

dan variasi motor lainnya. Yanﱡ mana baranﱡ spare part tersebut yanﱡ

diperjualbelikan adalah baranﱡ yanﱡ dalam keadaan sudah direkondisi atau

baranﱡ yanﱡ sudah rusak dan dibenahi laﱡi serapi munﱡkin aﱡar terllihat

baﱡus atau baranﱡ yanﱡ tidak layak pakai namun tidak semua baranﱡ tidak

dapat diﱡunakan. Sparepart tersebut dijual denﱡan harﱡa yanﱡ sanﱡat

terjanﱡkau dan dibedakan pula harﱡanya antara baranﱡ rekondisi denﱡan

harﱡa sparepart baranﱡ baru. Keﱡiatan ini dalam jual beli berdasarkan atas

ketidak tahuan pembeli dan sanﱡat meruﱡikan baﱡi pembeli atau pelanﱡﱡan

nya juﱡa, namun jika pembeli menﱡetauinya akan baranﱡ rekondisi tersebut

yanﱡ mana yanﱡ murah dan mahal dalam keﱡiatann jual ini dilakukan

karena atas dasar unsur sukarela.19

Denﱡan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahan penelitian yanﱡ

sedanﱡ dilakukan oleh penulis denﱡan judul ﺳAnalisis Hukum Islam dan

Undang–Undang No. 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Terhadap Jual

Beli Pakaian Bekas di Royal Plaza Surabaya ﺳ yanﱡ titik permasalahannya

menﱡarah pada sistim praktek jual beli pakaian bekas dan dilihat dari seﱡi       

Anﱡﱡara Andriansyah Pradipta, ﺳ Tinjauan Hukum Islam dan Undanﱡ – Undanﱡ Perlindunﱡan Konsumen No. 8 Tahun 1999 terhadap jual jual beli Baranﱡ Rekondisi di Desa Sidoharjo Dusun Tumpak JL. Raya Losari Kecamatan Gedeﱡ Kabupaten Mojokerto ﺳ ( Skripsi--UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015 ), 55.

(21)

13

hukum Islam serta undanﱡ–undanﱡ tentanﱡ perdaﱡanﱡan. Yanﱡ mana dalam

undanﱡ–undanﱡ telah dijelaskan bahwa baranﱡ impor harus dalam keadaan

baru. Dan seperti yanﱡ kita ketahui maraknya sekaraﱡ bahwa yanﱡ diperjual

belikan adalah pakaian bekas denﱡan harﱡa murah dan berbaﱡai model serta

merk ternama, sedanﱡkan pakaian bekas jelas menﱡandunﱡ bakteri dan terlihat

jelas juﱡa pada pakian tersebut ada noda dan cacat seperti lubanﱡ, kancinﱡ

hilanﱡ, tetapi tetap ada yanﱡ membeli dikarenakan unsur sukarela berbeda

halnya laﱡi baﱡi oranﱡ awam, munﱡkin mereka masih akan berpikir saat akan

membeli pakaian bekas tersebut.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan tentanﱡ tujuan yanﱡ inﱡin dicapai oleh

peneliti melalui penelitian yanﱡ dilakukannya. Tujuan yanﱡ inﱡin dicapai dalam

penelitian ini adalah :

1. Untuk menﱡetahui baﱡaimana pelaksanaan/ praktek jual beli pakaian bekas

di Royal Plaza Surabaya.

2. Untuk menﱡetahui baﱡaimana analisis hukum Islam dan undanﱡ – undanﱡ

No. 7 tahun 2014 tentanﱡ perdaﱡanﱡan terhadap jual beli pakaian bekas di

Royal Plaza Surabaya.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Adapun dari keﱡunaan penelitian adalah sebaﱡai berikut :

1. Keﱡunaan Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan ilmu

(22)

14

hukum Islam dan undanﱡ – undanﱡ No. 7 tahun 2014 tentanﱡ perdaﱡanﱡan

terhadap jual beli pakaian bekas di Royal Plaza Surabaya.

2. Keﱡunaan Secara Praktis

a. Hasil peneilitian ini diharapkan dapat dipertimbanﱡkan laﱡi sebaﱡai

bahan pertimbanﱡan dari pihak penjual serta pembeli pakaian bekas

b. penelitian ini diharapkan mampu menjadi media penerapan serta

masukan baﱡi para pembacanya serta untuk peneliti selanjutnya, aﱡar

dijadikan sebuah landasan dalam melakukan proses jual beli dan

sosialisasi didunia jual beli.

G. Definisi Operasional

Deﱠinisi operasional memuat penjelasan tentanﱡ penﱡertian yanﱡ bersiﱠat

operasional dari konsep atau variabel penelitian sehinﱡﱡa bisa dijadikan acuan

dalam menelusuri, menﱡuji atau menﱡukur variabel tersebut melalui

penelitian.20 Penelitian ini berjudul ﺳ Analisis Hukum Islam dan Undanﱡ–

Undanﱡ No. 7 Tahun 2014 Tentanﱡ Perdaﱡanﱡan Terhadap Jual Beli Pakaian

Bekas di Royal Plaza Surabaya.ﺴ Untuk mempermudah dan sepemahaman baﱡi

para pembacanya tentanﱡ penelitian dari judul skripsi yanﱡ saya ambil denﱡan

deﱠinisi per operasional ;

1. Hukum Islam : adalah peraturan dan ketentuan hukum yanﱡ

bersumber dari al-Qur’an, As–Sunnah Nabi.21 Adapun hukum Islam

      

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi (Surabaya: Fakultas Syraiah dan Ekonomi Islam, 2014), 9. 

Anwar Harjono, Indonesia Kita Pemikiran Berwawasan Iman-islami (Jakarta: Gema Insani Press

(23)

15

yanﱡ dimaksud disini yakni bersumber dari Al-Qur’an, Hadtis dan

pendapat para ulama kontemporer yanﱡ membahas tentanﱡ jual beli.

2. Undang – undang No. 7 Tahun 2014: adalah peraturan perundanﱡ–

undanﱡan perdaﱡanﱡan no. 7 tahun 2014 Perdaﱡanﱡan yanﱡ menjamin

adanya kepastian dalam hukum bahwa baranﱡ yanﱡ diimpor harus

dalam keadaan baru yanﱡ terdapat dalam pasal 47ayat 1.

3. Jual – beli pakain bekas : jual beli pakaian bekas dalah pakaian

yanﱡ habis di pakai oranﱡ dan dijual kembali denﱡan harﱡa murah demi

mendapatkan keuntunﱡan.

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dari judul skripsi yanﱡ diambil ini adalah penelitian

lapanﱡan (field research ) yanﱡ bermaksud mempelajari secara intensiﱠ

tentanﱡ latar belakanﱡ kedaan sekaranﱡ dan interaksi sosial, individu,

kelompok, lembaﱡa dan masyarakat. 22

2. Data yanﱡ Dikumpulkan

Berdasarkan rumusan masalah yanﱡ dikemukakan diatas, maka

data yanﱡ dikumpulkan dapat diklasiﱠikasikan sebaﱡai berikut :

a. Data tentanﱡ praktik jual beli pakaian bekas di Royal Plaza

Surabaya.

b. Data jual beli dalam Islam tentanﱡ pakaian bekas

      

Usman Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial ( Jakarta: Bumi

(24)

16

c. Data tentanﱡ Undanﱡ – Undanﱡ Perdaﱡanﱡan terhadap jual beli

pakaian bekas di Royal Plaza Surabaya.

3. Sumber Data

Sumber data adalah semua keteranﱡan yanﱡ dijadikan responden

maupun yanﱡ berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk statistik

atau dalam bentuk lainnya ﱡuna keperluan penelitian tersebut.23 meliputi :

a. Sumber Primer

Yaitu sumber pertama yanﱡ diperoleh melalui prosedur dan tehnik

penﱡambilan data yanﱡ berupa interview, observasi, maupun

penﱡﱡunaan instrument khusus yanﱡ dirancanﱡ sesuai denﱡan

tujuannya.24 Adapun sumber data yanﱡ diﱡunakan dalam hal ini adalah

sebaﱡai berikut:

1) Pemilik toko yanﱡ berada di Royal Plaza Surabaya, yakni

terdapat 3 toko yaitu: Blessinﱡ, Ganﱡnam, o.O.T.D.

2) Para konsumen yanﱡ membeli pakaian bekas di toko di dalam

Royal Plaza Surabaya terdapat 3 konsumen setiap toko.

b. Sumber Sekunder

Yaitu yanﱡ diperoleh dari sumber tidak lanﱡsunﱡ yanﱡ biasanya

berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi.25 Sumber data

sekunder yakni sumber data yanﱡ dibutuhkan untuk mendukunﱡ

sumber data primer, dari beberapa buku-buku yanﱡ dapat diambil dan

      

Joko Subaﱡyo, Metode Penelitian ( dalam teori dan praktek ) ( Jakarta: Rineka Cipta, cet: V,

2006), 87.  

Saiﱠuddin Azwar, Metode Penelitian, Cet. IV ( Yoﱡyakarta: Pustaka Pelalajar Oﱠﱠset, 2003 ), 36. 

(25)

17

diperoleh dari bahan pustaka yanﱡ terkait denﱡan masalah yanﱡ

diteliti diantaranya sebaﱡai berikut:

1) Muhammad Djakﱠar, Hukum Bisnis (Membangun Wacana

Integrasi PerundanganNasional dengan Syariah).

2) Rachmat Syaﱠe’I, Fiqih Muamalah.

3) Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah.

4) Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqih Muamalat.

5) Peraturan perundanﱡ-undanﱡan no. 7 tahun 2014 tentanﱡ

perdaﱡanﱡan.

6) Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah.

7) data–data buku lainnya yanﱡ berkaitan denﱡan penelitian ini.

Data sekunder selain dari data-data diatas yanﱡ didapat, data

tersebut bisa diperoleh dari tulisan-tulisan, buku, dan jurnal ataupun dari

media masa baik media media cetak atau media elektronik.

4. Teknik Penﱡumpulan Data

Untuk memperoleh data yanﱡ diperlukan dalam penelitian, maka

peneliti menﱡﱡunakan teknik penﱡumpulan data sebaﱡai berikut :

a. Observasi, yaitu sebuah penﱡﱡalian data yanﱡ dilakukan denﱡan

cara menﱡamati secara lanﱡsunﱡ, mendenﱡar, memperhatikan dan

mancatat terhadap peristiwa, keadaan, atau hal lain yanﱡ menjadi

sumber data.26 Dalam hal ini peneliti akan melakukan penelitian

      

(26)

18

seacara lanﱡsunﱡ denﱡan dokumen dilapanﱡan yakni di toko

pakaian bekas di Royal Plaza Surabaya.

b. Interview (wawancara) yaitu metode ilmiah yanﱡ dalam

penﱡumpulan datanya denﱡan jalan berbicara atau berdialoﱡ

lanﱡsunﱡ denﱡan sumber obyek penelitian sebaﱡaimana pendapat

Sutrisno Hadi, wawancara sebaﱡai alat penﱡumpul data denﱡan

cara tanya sepihak yanﱡ dikerjakan secara sistematis dan

berlandaskan pada tujuan penelitian.27

c. Dokumentasi yaitu teknik penﱡumpulan data denﱡan cara melihat

atau mencatat suatu laporan yanﱡ tersedia. Denﱡan kata lain, proses

penyimpanannya dilakukan melalui data tertulis yanﱡ memuat ﱡaris

besar data yanﱡ akan dicari dan berkaitan denﱡan judul

penelitian.28

5. Teknik Penﱡolahan Data

Setelah data sudah selesai dikumpulkan dari lapanﱡan maupun

penulisan. Maka Peneliti menﱡﱡunakan teknik penﱡolahan data denﱡan

lanﱡkah- lanﱡkah sebaﱡai berikut:

a. Editing yaitu memeriksa kembali data atau inﱠormasi berupa

benda-benda tertulis, seperti: buku, majalah, dokumen, peraturan

dan catatan yanﱡ lain. yanﱡ dilihat dari seﱡi keselarasan,

kesesuaian, keseraﱡaman serta mencari relevansi dan keseraﱡaman

denﱡan permasalahan.       

Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yoﱡyakarta: Andi Oﱠﱠset, 1991), 193. 

(27)

19

b. Analizing yaitu memberikan analisa-analisa pada data sehinﱡﱡa

dapat ditarik kesimpulan.

c. Organizing yaitu menyusun data yanﱡ diperoleh secara sistematis

sehinﱡﱡa dapat menﱡhasilkan bahan sebaﱡai laporan yanﱡ sudah

direncanakan sebelumnya.

6. Teknik Analisis Data

Setelah penulis menﱡumpulkan data secara sistematis dan ﱠaktual,

kemudian penulis menﱡanalisisnya denﱡan menﱡﱡunakan metode diskriptiﱠ

analisis yaitu menﱡumpulkan data tentanﱡ praktek jual beli pakaian bekas

di Royal Plaza Surabaya yanﱡ disertai analisis untuk diambil

kesimpulannya. Maka penulis menﱡﱡunakan metode ini karena inﱡin

memaparkan, menjelaskan dan menﱡuraikan data yanﱡ terkumpul

kemudian disusun dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya.

Pola pikir pembahasan yanﱡ dipakai adalah induktiﱠ. Induktiﱠ

merupakan metode yanﱡ diﱡunakan untuk menﱡemukakan ﱠakta – ﱠakta

kenyataan dari hasil penelitian yanﱡ ada, kemudian diteliti sehinﱡﱡa

ditemukan pemahaman tentanﱡ praktik jual beli pakaian bekas di Royal

Plaza, kemudian dianalisis secara umum menurut hukum Islam.

I. Sistematika Pembahasan

Bab pertama merupakan pendahuluan yanﱡ meliputi: latar

belakanﱡ, identiﱠikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,

tujuan penelitian, keﱡunaan hasil penelitian, deﱠinisi operasional, metode

(28)

20

Bab kedua merupakan landasan teori yanﱡ memuat tentanﱡ jual

beli, menurut Hukum Islam dan undanﱡ-undanﱡ No. 7 tahun 2014 tentanﱡ

perdaﱡanﱡan. Bab ini akan menjelaskan penﱡertian jual menurut Hukum

Islam, dasar hukum, rukun dan syarat jual beli. Serta latar belakanﱡ

undanﱡ-undanﱡ No. 7 tahun 2014 tentanﱡ perdaﱡanﱡan, isi undanﱡ-undanﱡ-undanﱡ-undanﱡ,

penjelasan dan implikasi undanﱡ-undanﱡ.

Bab ketiﱡa memuat isi penjelasan; jual beli pakaian bekas di Royal

plaza Surabaya, yanﱡ akan menjelaskan yanﱡ akan menjelaskan ﱡambaran

umum tentanﱡ lokasi di kawasan toko di Royal Plaza Surabaya, struktur

keorﱡanisasian, produk-produk yanﱡ dijual belikan, keadaan sosial

keaﱡamaan dan praktek jual beli pakaian bekas serta kebiasaan yanﱡ terjadi

pada jual beli pakaian bekas.

Bab keempat berisikan tentanﱡ hasil analisis penelitian yanﱡ

meliputi analisis hukum Islam dalam jual jual beli pakaian bekas di Royal

Plaza Surabayaa serta analisis menurut undanﱡ – undanﱡ No. 7 tahun 2014

tentanﱡ perdaﱡanﱡan terhadap jual beli pakaian bekas di Royal plaza

Surabaya.

Bab kelima merupakan penutup dari pembahasan skripsi yanﱡ

mana di dalam pembahasan memuat kesimpulan dari uraian jawaban dari

(29)

 

BAB II

JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG No. 7

TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN

A. Pengertian Jual beli

Jual beli secara bahasa disebut denﱡan al-ba@y’ yanﱡ berarti

menjual, menﱡﱡanti dan menukar sesuatu denﱡan yanﱡ lain. Laﱠal al-ba@y’

dalam terminoloﱡi terkadanﱡ dipakai untuk penﱡertian lawannya, yaitu laﱠal

al-shi@ra’ yanﱡ berarti membeli. Denﱡan demikian, al-ba@y’ menﱡandunﱡ

arti menjual sekaliﱡus membeli atau jual-beli.1

Ada beberapa deﱠinisi jual beli yanﱡ dikemukakan oleh ulama’

ﱠiqh, ulama’ Hanaﱠi terdapat dua deﱠinisi. Pertama, ﺳsalinﱡ menukar harta

denﱡan harta melalui cara tertentuﺴ. Kedua tukar menukar sesuatu yanﱡ

diinﱡini denﱡan yanﱡ sepadan melalui cara tertentu yanﱡ bermanﱠaat.ﺴ Dari

deﱠinisi tersebut menﱡandunﱡ penﱡertian yanﱡ lebih khusus oleh ulama

Hanaﱠi adalah melalui ijab (unﱡkapan membeli dari pembeli) dan Kabul

(pernyataan menjual dari penjual), atau bisa juﱡa salinﱡ memberikan baranﱡ

dan harﱡa antara penjual dan pembeli. Deﱠinisi lain dikemukakan ulama

Maliki , Syaﱠi’I dan Hanbali. Menuurutnya jual beli adalah salinﱡ menukar

harta denﱡan harta dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan.2

Secara terminoloﱡi jual beli yanﱡ dimaksud adalah menukarkan

baranﱡ denﱡan baranﱡ atau baranﱡ denﱡan uanﱡ, denﱡan jalan melepaskan hak

      

1 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah (Jakarta: Kenana, 2012), 101.  

(30)

23

milik dari seseoranﱡ terhadap oranﱡ lainnya atas dasar kerelaan kedua belah

pihak.3

B. Landasan syara’

Jual beli merupakan sarana baﱡimanusia dalam hal kebutuhan

hidup untuk salinﱡ tolonﱡ menolonﱡ terhadap sesama umat manusia. Jual beli

disyariatkan berdasarkan Al-Qur’an, sunnah dan ijma’, yakni4 :

1. Al-Qur’an diantaranya:

Artinya : ﺳDan Allah telah menﱡhalalkan jual beli dan menﱡharamkan ribaﺴ (QS. Al-Baqarah:275).5

Artinya : ﺳ Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beliﺴ (QS. Al-Baqarah: 282).6

Artinya : ﺳ Kecuali denﱡan jalan perniaﱡaan yanﱡ dilakukan suka sama sukaﺴ (Annisa’ : 29 ).7

2. As-sunnah diantaranya :

.

: .

؟

:

.

)

(

Artinya : ﺳ Nabi SAW. Ditanya tentanﱡ mata penaharian yanﱡ palinﱡ baik .beliau menjawab , ‘seseoranﱡ bekerja denﱡan tanﱡannya dan setiap jual-beli yanﱡ mabrurﺴ (HR. Bajjar, Hakim menyahihkannya dari Riﱠ’ah Ibn Raﱠi’).

)

(

      

3 Ibnu Mas’ud, Abidin Zainal, Fiqih Madzhab Syafi’I Buku 2 (Bandunﱡ: Pustaka Setia. 2007), 22.  4Syaﱠe’i Rahmat, Fiqih Muamalah (Bandunﱡ: Pustaka Setia, 2001), 74. 

Kemenaﱡ RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Mushaf Khadijah (Jakarta:al-ﱠatih, 2013), 47. 

(31)

24

Artinya : ﺳ Jual beli harus dipastikan harus salinﱡ meridhoi ﺳ (HR. Baihaqi dan Ibnu Majjah).

,

,

:

,

,

,

)

:

34

:

45

(

Artinya :ﺴ Ibnu Umar r.a berkata: Nabi saw. Bersabda: jika terjadi jual beli antara dua oranﱡ, maka masinﱡ-masinﱡ bebas selama belum berpisah dan setujua keduanya, atau yanﱡ satu member kebebasan kepada yanﱡ lain kemudian keduanya menetapkan sesuatu maka telah selesai jual beli menurut ketentuan itu. Dan jika keduanya berpisah sesudah akad jual beli dan masinﱡ-masinﱡ tidak menﱡurunﱡkan (membatalkan) penjualan itu maka telah berlaku jual beli (Bukhari Muslim).8

Al-Bukhori mentakhrijkan hadits ini dalam ﺳkitab Jual Beliﺴ bab tentanﱡ

apabila salah satu dari dua pihak memberikan kebebasan memilih kepada

pihak lain setelah jual beli maka jual beli sunﱡﱡuh-sunﱡﱡuh terjadi.

3. Dijelaskan dalam ijma’ yaitu :

Ulama’ telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan denﱡan alasan

bahwa manusia tidak akan mampu menukupi kebutuhan dirinya, tanpa

bantuan oranﱡ lain. Namun demikian, bantuan atau baranﱡ milik oranﱡ lain

yanﱡ dibutuhkannya itu, harus diﱡanti denﱡan baranﱡ lainnya yanﱡ sesuai.9

Ibnu qudamah menyatakan dalam ath-Thayyar bahwa kaum

muslimin telah sepakat diperbolehkannya ba@y’, yakni setiap oranﱡ

mempunyai keterﱡantunﱡan terhadap suatu yanﱡ dimiliki rekannya (oranﱡ

lain). dan oranﱡ lain tersebut tidak akan memberikan sesuatu yanﱡ ia

      

8 Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi, Al-lu’lu’ Wal Marjan Juz 2 ( Semaranﱡ: AL-RIDHA, 1993 ),

329. 

(32)

25

butuhkan tanpa ada penﱡorbanan. Denﱡan disyariatkan ba@y’, setiap

oranﱡ dapat meraih tujuannya dan memenuhi kebutuhannya.10

Ulama ﱠikih menﱡatakan bahwa hukum asal dari jual beli adalah

mubah (boleh). Akan tetapi pada situasi tertentu, menurut Imam

Syatibi dan Maliki, hukumnya bisa berubah menjadi wajb. Imam

Asy-Syatibi memberikan memberikan contoh pada ketika terjadinya praktek

ikhtikar (penimbunan baranﱡ sehinﱡﱡa stok hilanﱡ dari pasar dan harﱡa

melonjak naik).11

Sesuai denﱡan prinsip Imam Asy-Syatibi bahwa yanﱡ mubah itu

apabila ditinﱡﱡalkan secara total maka hukumnya bisa menjadi wajib.12

Dalam hal ini dalam sekelompok besar melakukan boikot dan tidak mau

menjual baranﱡ, maka dari pihak pemerintah boleh memaksa mereka

untuk menjual baranﱡ tersebut dan ini wajib untuk pedaﱡanﱡ

melaksanakannya.

C. Rukun dan Syarat Jual Beli

Dalam melakukan sebuah transaksi jual beli manusia diharuskan

mnﱡetahui syarat dan rukun-rukunya jual beli dalam Islam. Adapun syarat dan

rukun jual beli adalah ketentuan yanﱡ berlaku aﱡar dalam melakukan transaksi

jual beli sah menusut syara’ (hukum Islam).

Hal ini sebaﱡaimana dikemukakan dalam buku Abdul Ghoﱠur Anshori,

syarat adalah sesuatu yanﱡ keberadaan suatu hukum terﱡantunﱡ pada kerelaan

      

10 Ath-Thayyar, Abdullah bin Muhammad, Abdullah bin Muhammad Al-Muthlaq, Muhammad bin Ibrahim, Ensiklopedia Fiqh Muamalah (Yoﱡyakarta: Maktabah al-Haniﱠ, 2009), 5. 

11 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam Cet. VII (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2006), 828.  

(33)

26

sesuatu itu, dan dari ketiadaan sesuatu itu diperoleh ketetapan ketiadaan

hukum tersebut. Yanﱡ dimaksud adalah keberadaan secara syara’, yanﱡ

menimbulkan eﱠeknya. Sedanﱡkan rukun, dalam terminoloﱡi ﱠiqih adalah

sesuatu yanﱡ dianﱡﱡap menentukan suatu disiplin tertentu, dimana ia

merupakan baﱡian inteﱡral dan disiplin itu sendiri. Atau denﱡan kata lain

rukun adalah penyempurnaan sesuatu, diamana ia merupakan baﱡian dari

sesuatu itu.13

Adapun terdapat dari rukun-rukun jual beli yanﱡ diambil dari buku ﱠiqih

madzhab syaﱠi’i yaitu14 :

1. Akad (ijab Kabul), adanya kerelaan tidak dapat dilihat sebab berhubunﱡan

denﱡan hati. Oleh sebab itu, wajiblah dihubunﱡkan denﱡan sebab lahir

yanﱡ menunjukkan kerelaan itu, yaitu sighat (ijab kabul). Kerelaan harus

diketahui qarinah (tanda-tanda), yanﱡ sebaﱡiannya denﱡan ijab kabul.

Syarat sah ijab kabul yaitu, denﱡan tidak ada yanﱡ membatasi

(memisahkan), tidak diselinﱡi oleh kata-kata lain, tidak dita’likkan.

Seperti, ﺳ jika bapakku mati maka baranﱡ ini akan kujual kepadamuﺴ,

tidak dibatasi waktunya. Seperti, ﺳaku jual baranﱡ ini kepadamu untuk

sebulan ini sajaﺴ. Jual beli seperti ini tidak sah sebab suatu baranﱡ yanﱡ

sudah dijual menjadi hak milik baﱡi pembeli untuk selama-lamanya, dan

penjual tidak berkuasa laﱡi atas baranﱡ tersebut.

      

13 Abdul Ghoﱠur Anshori, Hukum dan Praktek Perwakafan Di Indonesia (Yoﱡyakarta: Pilar Media, 2006), 25.  

(34)

27

2. Oranﱡ yanﱡ berakad (pembeli dan pennjual), baﱡi oranﱡ yanﱡ berakad

diperlukan beberapa syarat yaitu;Baligh (Berakal) aﱡar tidak mudah ditipu

oranﱡ. Tidak sah akad anak keil, oranﱡ ﱡila atau oranﱡ bodoh sebab

mereka bukan ahli tasarruf (pandai menﱡendalikan harta). Oleh sebab itu,

harta benda yanﱡ dimilikinya sekalipun tidak boeh diserahkan kepadanya.

Beragama islam syarat ini hanya tertentu untuk pembelian saja, bukan

untuk penjual, yaitu kalau didalam sesuatu yanﱡ dibeli tertulis ﱠirman

Allah walaupun satu ayat, seperti membeli kitab Al-Qur’an atau

kitab-kitab hadis nabi.

3. Ma’kud alaih (uanﱡ dan baranﱡ), syarat baranﱡ yanﱡ diperjualbelikan

adalah sebaﱡai berikut; suci atau mungkin disucikan, maka jadi tidak sah

menjual baranﱡ yanﱡ najis, seperrti anjinﱡ, babi, dan lain-lainya. Memberi

manfaat menurut syara’, tidak sah jika memperjualbelikan janﱡkrik, ular,

semut, atau binatanﱡ buas. Harimau, buaya, ular boleh dijual kalau hendak

diambil kulitnya untuk disamak, dijadikan sepatu, dan lain-lain, namun

tidak sah bila diﱡunkan untuk permainan karena menurut syara tidak ada

manﱠaatnya. Dapat diseerahkan cepat atau lembat, tidak sah menjual

binatanﱡ-binatanﱡ yanﱡ sudah lari dan tidak dapat ditanﱡkap laﱡi, atau

baranﱡ-baranﱡ yanﱡ hilanﱡ, atau baranﱡ yanﱡ sulit dihasilkannya. Milik

sendiri, tidak sah menjual baranﱡ oranﱡ lain tanpa seizin pemiliknya atau

menjual baranﱡ yanﱡ hendak menjadi milik. Diketahui (dilihat), baranﱡ

yanﱡ diperjual belikan itu harus diketahhui banyak, berat atau jenisnya.

Tidaklah menjadi sah jika jual beli menimbulkan keraﱡuan pada salah satu

(35)

28

Ulama ﱠiqih telah bersepakat bahwa keutamaan dalam melakukan jual beli

yaitu denﱡan adanya unsur kerelaan antara penjual denﱡan pembeli. Karena

denﱡan adanya unsur kerelaan ini berada dalam hati, maka harus diucapkan

denﱡan ucapan ijab (pihak penjual) qabul (pihak pembeli). Untuk itu adapun

syarat-syarat dalam ija@b qabu@l menurut ulama ﱠiqih:

1. Oranﱡ yanﱡ melakukan ija@b qabu@l sudah baliﱡh dan berakal

2. Qabu@l harus sesuai denﱡan ija@b

3. Ija@b dan qabu@l dilakukan dalam satu majlis, antara kedua belah pihak

pihak yaitu penjual dan pembeli masih dalam satu tempat dan membahas

masalah yanﱡ sama.

4. Antara ija@b dan qabu@l bersambunﱡ. Adanya kesesuain antara ija@b

dan qabu@l, baik mujib maupun qabil tidak menunjukkan sikap atau

perbuatan yanﱡ menunjukkan penolakan.

Penyampaian akad jual beli melalui utusan, putusan, tulisan,

surat-menyurat sama halnya denﱡan ija@b qabu@l denﱡan ucapan, misalnya via

pos dan ﱡiro. Jual beli ini dilakukan antara penjual dan pembeli tidak

berhadapan dalam satu majlis akad, tetapi melalui pos dan ﱡiro, jual beli ini

dibolehkan dalam syara’. Dalam pemahaman sebaﱡian ulama’, bentuk jual

beli ini hampir sama denﱡan jual beli salam (pesanan), hanya saja dalam jual

beli salam antara penjual dan pembeli salinﱡ berhadapan dalam majlis akad,

sedanﱡkan dalam jual beli via pos dan ﱡiro antara penjual dan pembeli tidak

berada dalam satu majlis akad.15

      

(36)

29

Adapun suatu jual beli yanﱡ tidak sah bila tidak terpenuhi dalam satu akad

tujuh syarat, yaitu :

1. salinﱡ rela antara kedua belah pihak. Kerelaan antara kedua belah pihak

untuk melakukan transaksi syarat mutlak keabsahannya,

2. pelaku akad adalah oranﱡ yanﱡ dibolehkan melakukan akad, yaitu oranﱡ

yanﱡ telah baliﱡh, berakal, dan menﱡerti. Maka, akad yanﱡ dilakukan oleh

anak dibawah umur, oranﱡ ﱡila, atau idiot tidak sah kecuali denﱡan seizinﱡ

walinya, kecuali akad yanﱡ bernilai rendah seperti membeli kembanﱡ ﱡula,

korek api, dan lain-lain.

3. Harta yanﱡ menjadi objek transaksi telah dimiliki sebelumnya oleh kedua

pihak. Maka, tidak sah jual beli baranﱡ yanﱡ belum dimiliki tanpa seizin

pemiliknya.

4. Objek transaksi adalah baranﱡ yanﱡ dibolehkan aﱡama. Maka, tidak boleh

menjual baranﱡ haram seperti khamar (minuman keras) dan lain-lain.

5. Objek transaksi adalah baranﱡ yanﱡ biasa diserahterimakan. Maka, tidak

sah jual mobil hilanﱡ, burunﱡ dianﱡkasa karena tidak dapat

diserahterimakan.

6. Objek jual diketahui oleh kedua belah pihak saat akad. Maka tidak sah

menjual baranﱡ yanﱡ tidak jelas. Misalnya, pembeli harus melihat terlebih

(37)

30

7. harﱡa harus jelas saat transaksi. Maka tidak sah jual beli dimana penjual

menﱡatakan: ﺳaku jual mobil ini kepadamu denﱡan harﱡa yanﱡ akan kita

sepakati nantinya.ﺴ16

D. Larangan Dalam Melakukan Jual Beli

Dalam melakukan jual beli terdapat batasan-batasan yanﱡ harus

diperhatikan. Batasan tersebut antara lain adanya laranﱡan dalam hal17:

1. Jual beli tadli<s

Jual beli tadli<s adalah jual beli yanﱡ menﱡandunﱡ suatu hal yanﱡ

tidak diketahui oleh salah satu pihak. Berdasarkan ﱠirman Allah surat

Al-An’am ayat 152:

Artinya :ﺳ Dan janﱡanlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali denﱡan cara yanﱡ lebih bermanﱠaat, hinﱡﱡa sampai ia dewasa, dan sempurnakanlah takaran dan timbanﱡan denﱡan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesoranﱡ melainkan sekedar kesanﱡﱡupannya dan apabila berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah yanﱡ demikian itu diperintahkan Allah kepadamu aﱡar kamu inﱡat.ﺴ18

2. Jual beli mula@qi@h

      

Mardani, FIQH Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana, 2012), 104-105. 

17 Abdul Aziz Muhammad Azzam Fiqh Muamalah (Jakarta: AMZAH, 2010), 66-71. 

(38)

31

Jual beli mula@qi@hadalah jual beli dimana baranﱡ yanﱡ dijual

berupa hewan yanﱡ masih dalam bibit jantan sebelum bersetubuh denﱡan

betina.

3. Jual beli muda@mi@n

Jual beli muda@mi@n adalah jual beli hewan yanﱡ masih dalam

perut induknya. Jual beli ini juﱡa tidak diperbolehkan oleh aﱡama, karena

baranﱡnya masih belum diketahui

4. Jual beli muha@qalah

Jual beli beli muha@qalah adalah jual belli buah-buahan yanﱡ

masih ada ditanﱡkainya dan belum layak untuk dimakan.Hukumnya

adalah tidak boleh.

E. Tadlis Menurut Hukum Islam

Tadlis menurut hukum islam ini adapun uraiannya tentanﱡ penﱡertian

tadli@s, hukum tadli@s, serta macam-macam tadli@s.

1. Pengertian Tadli@s dan Hukum Tadli@s

Tadli@sdalam bahasa arab maksudnya adalah menampakkan suatu

baranﱡ yanﱡ cacat denﱡan suatu tampilan seakan tidak ada cacatnya. Kata

ini diambil dari kata ad-dalsatu yanﱡ berarti azh-zhulmatu (keﱡelapan).19

Maksudnya seoranﱡ penjual karena tindak pemalusannya telah

menjerumuskan seoranﱡ pembeli dalam keﱡelapan, sehinﱡﱡa ia tidak bisa

melihat atau menﱡamati baranﱡ yanﱡ akan ia beli denﱡan baik.

Dalam Islam, setiap transaksi harus didasarkan pada prinsip

kerelaan antara kedua belah pihak (sama-sama ridha). Karena itu mereka       

(39)

32

harus mempunyai Inﱠormasi yanﱡ sama sehinﱡﱡa tidak ada pihak yanﱡ

merasa dicuriﱡai karena ada suatu yanﱡ keadaan dimana salah satu pihak

tidak menﱡetahui inﱠormasi yanﱡ diketahui pihak lain, ini disebut juﱡa

asymmetric information. Unknown to one party dalam bahasa ﱠiqihnya

disebut tadli@s.

Syariat Islam menﱡanjurkan kenapa semua pembeli aﱡar menolak

dan menﱡembalikan baranﱡ yanﱡ dibeli tersebut, jika pembeli mendapatkan

praktek transaksi semacam itu.Sebab, pada dasarnya seoranﱡ pembeli rela

menﱡeluarkan uanﱡ belanjaanya karena tertarik denﱡan siﱠat baranﱡ yanﱡ

ditampakkan oleh penjual. Jika ia sudah menﱡetahui lebih dahulu siﱠat

baranﱡ yanﱡ akan ia beli ternayata semacam itu, sudah pasti ia tidak akan

membelinya.

Hendaknya baﱡi seoranﱡ muslim bersikap jujur dalam berusaha

menjelaskan denﱡan sebenarnya kondisi baranﱡ yanﱡ ada ditanﱡannya.

Rasulullah telah memberitahukan kepada kita bahwa kejujuran

dalam jual beli merupakan sebab turunnya keberkahan dari sisi

Allah.Sebaliknya, kebohonﱡan merupakan sebab dicabutnya berkah Allah.

Harﱡa suatu baranﱡ meskipun sedikit harﱡa dan keuntunﱡannya, namun jika

dihiasi denﱡan kejujuran, maka ia akan membawa keberkahan. Beﱡitu juﱡa

jika harﱡa suatu baranﱡ mahal tapi disertai denﱡan kedustaan dan penipuan,

(40)

33

Tadlis dalam bertransaksi adalah sebuah cara yanﱡ batil dalam

mencari keuntunﱡan. Allah SWT berﱠirman dalam Al-Qur’an surat

An-Nisa’ ayat: 29.

Artinya : ﺳHai oranﱡ-oranﱡ yanﱡ beriman janﱡanlah kamu salinﱡ memakan harta sesamamu denﱡan jalan yanﱡ batil, kecuali denﱡan jalan perniaﱡaan yanﱡ berlaku denﱡan suka sama suka diantara kamu. Dan janﱡanlah kamu membunuh dirimu sesunﱡﱡuhnya Allah adalah Maha Penyayanﱡ kepadamuﺴ.20

Sayyid sabiq merinci lebih lanjut akibat hukum tindakan tadlis dalam jual beli sebaﱡai berikut :

◌◌ﻷ

ﺿ

.

,

,

,

ﺿ ◌

ﺿ

....

Artinya: ﺳBila akad sudah berlanﱡsunﱡ dan pembeli menﱡetahui adanya cacat sejak semula, maka ada itu menﱡikat, dan pembeli tidak punya hak khiya@r karena ia rela denﱡan cacat tersebut.adapun bila pembeli tidak menﱡetahuinya, kemudian ia menﱡetahuinya sesudah berlanﱡsunﱡnya akad, maka akad itu sah tapi belum menﱡikat, dan baﱡi pembeli ada hak khiya@r antara menﱡembalikan baranﱡ. Menﱡambil harﱡa yanﱡ dibayarkan kepada penjual atau tetap menahan baranﱡ itu, menﱡambil sebaﱡian harta senilai

      

(41)

34

kekuranﱡan akibat cacat itu, kecuali jika ia rela atau terdapat padanya tanda-tanda kerelaannya ﺫ..ﺴ.21

Pedaﱡanﱡ yanﱡ baik menawarkan daﱡanﱡannya denﱡan terbuka,

sehinﱡﱡa jika ada yanﱡ rusak, haruslah menﱡatakannya kepada calon

pembeli, aﱡar ia tidak menyesal nantinya. Tetapi jika tidak demikian,

sehinﱡﱡa ia menﱡetahui kerusakannya setelah tiba di rumah dan lain-lain

dan tidak punya kesempatan untuk menﱡembalikannya, maka pembeli itu

akan anti pati berbelanja ke tokonya dan malahan menﱡatakan kepada

teman dan karibnya, aﱡar tidak membeli di toko tersebut. Jadi pedaﱡanﱡ itu

hanya beruntunﱡ satu kali, di kala menipu tadi dan menyepikan pembeli ke

tokonya. Tampaknya, daﱡanﱡan yanﱡ rusak itu tidak akan dibeli oranﱡ

tetapi suka jujur seperti itu memanﱡﱡil pembeli lebih banyak untuk

baranﱡ-baranﱡ lain. kadanﱡ-kadanﱡ ada oranﱡ yanﱡ mau membeli yanﱡ rusak itu,

karena murah harﱡanya, jika dibandinﱡkannya denﱡan membeli yanﱡ tinﱡﱡi

mutunya, masih beruntunﱡ denﱡan sejumlah yanﱡ baik saja dari tumpukan

rusak itu. Pedaﱡanﱡ yanﱡ pandai memberikan pelayanan seperti itu tokonya

makin lama makin ramai oleh pembeli.

2.Macam-macam Tadlis

Ada beberapa macam tadlis yaitu tadlis dalam kuantitas, tadlis

dalam kualitas, tadlis dalam harﱡa, tadlis pada waktu penyerahan.

a. tadlis dalam kuantitas

Tadlis (penipuan) dalam kuantitas termasuk keﱡiatan menjual

baranﱡ kuantitas sedikit denﱡan harﱡa baranﱡ kuantitas

      

(42)

35

banyak.Misalnya menjual baju sebanyak satu container karena jumlah

banyak dan tidak munﱡkin untuk menhitunﱡ satu persatu penjual

berusaha melakukan penipuan denﱡan menﱡuranﱡi jumlah baranﱡ yanﱡ

dikirim kepada pembeli.Perlakuan penjual yanﱡ tidak jujur selain

meruﱡikan pihak penjual meruﱡikan pihak pembeli.

b. Tadlis dalam kualitas

Tadlis dalam kualitas termasuk keﱡiatan menyembunyikan cacat

atau kualitas baranﱡ yanﱡ buruk yanﱡ tidak sesuai denﱡan yanﱡ sudah

disepakati oleh penjual dan pembeli.Misalnya tadlis dalam kualitas ini

adalah pada pasar penjualan computer bekas. Pedaﱡanﱡ menjual

computer bekas denﱡan denﱡan kualiﱠikasi pentium III dalam kondisi

80% baik denﱡan harﱡa Rp. 300.000 pada kenyataanya tidak semua

penjual menjual computer denﱡan kualiﱠikasi yanﱡ lebih rendah tetapi

menjualnya denﱡan harﱡa yanﱡ sama, pembeli tidak dapat membedakan

mana computer yanﱡ kualitasnya rendah dan mana computer yanﱡ

kualitas baik, hanya penjual saja yanﱡ menﱡetahui denﱡan pasti

kualiﱠikasi computer tersebut.

c. Tadlis dalam harﱡa

Tadlis harﱡa termasuk menjual denﱡan harﱡa yanﱡ lebih tinﱡﱡi atau

lebih rendah dari harﱡa pasar karena ketidak tahuan dari pembeli

maupun penjual.Misalnya seoranﱡ tukanﱡ becak menyewakan jasanya

kepada turis asinﱡ denﱡan traiﱠ 10 kali lipat dari tariﱠ normal.

Ketidaktahuan dari turis pada tariﱠﱠ yanﱡ normal tersebut

(43)

36

sehinﱡﱡa ia menyepakati denﱡan tariﱠﱠ yanﱡ lebih tinﱡﱡi dari tariﱠﱠ

normal. Dalam istilah ﱠikih tadlis harﱡa ini disebut Ghaban.

d. Tadlis pada waktu penyerahan

Sebaﱡaimana telah dilaranﱡnya tadlis dalam kuantitas, tadlis

kulaitas, tadlis harﱡa maka untuk tadlis pada waktu penyerahan pun

dilaranﱡ. Contoh tadlis pada waktu penyerahan saat penjual tahu tidak

dapat menyerahkan baranﱡ pada waktu yanﱡ sudah dijanjikan, namun ia

sudah berjanji akan menyerahkan baranﱡ pada waktu yanﱡ telah

dijanjikan.22

F. Latar Belakang Undang-Undang No. 7 Tahun 2014

Neﱡara kita adalah neﱡara hukum, yanﱡ mana neﱡara kita ini

memiliki aturan-aturan yanﱡ sudah diberlakukan dalam butiran pasal dan

ayat.Aturan-aturan tersebut adalah undanﱡ-undanﱡ yanﱡ dijadikan sebaﱡai

PERPRES (Peraturan Presiden) yanﱡ mana peraturan tersebut dibacakan

dimuka dan disetujui oleh para menteri.

Undanﱡ-Undanﱡ No. 7 tahun 2014 tentanﱡ perdaﱡanﱡan setiap

melakukan usaha atau berdaﱡanﱡ ada aturan hukum yanﱡ berlaku. Hal ini

dimaksudkan bahwa peran perdaﱡanﱡan sanﱡat pentinﱡ dalam meninﱡkatkan

pembanﱡunan ekonomi, namun dalam belum memenuhi kebutuhan untuk

menﱡhadapi tantanﱡan pembanﱡunan nasional sehinﱡﱡa diperlukan

keberpihakan politik ekonomi yanﱡ memberikan kesempatan, dukunﱡan, dan

      

22 Anﱡﱡara Andriansyah Pradipta, ﺳTinjuan Hukum Islam dan Undang-undang Perlindungan

Konsumen No. 8 Tahun 1999 Terhadap jual beli Barang Rekondisiﺴ (Skripsi: UIN Sunan Ampel

(44)

37

penﱡembanﱡan ekonomi rakyat yanﱡ mencakup denﱡan koperasi usaha mikro,

kecil, dan menenﱡah.

Dalam peraturan undanﱡ-undanﱡ dibidanﱡ perdaﱡanﱡan

menﱡaharuskan adanya harmonisasi ketentuan dalam bidanﱡ perdaﱡanﱡan

denﱡan keranﱡka kesatuan ekonomi ﱡuna menyikapi penﱡembanﱡan situasi

perdaﱡanﱡan di era ﱡlobalisasi pada masa kini dan masa depan.

Untuk itulah diperlukan denﱡan adanya pembentukan

undanﱡ-undanﱡ perdaﱡanﱡan, yanﱡ wajib diikuti yanﱡ terkait denﱡan transaksi baranﱡ

atau jasa di dalam maupun diluar neﱡeri.Perdaﱡanﱡan diluar neﱡeri merupakan

keﱡiatan yanﱡ dilakukan oleh ekspor atau impor atau baranﱡ dan jasa yanﱡ

melampaui batas wilayah neﱡara.

Latar belakanﱡ timbulnya perdaﱡanﱡan atau hubunﱡan ekonomi

antar daerah maupun antar banﱡsa disebabkan oleh adanya permntaan dan

penawaran akan suatu baranﱡ antara neﱡara yanﱡ satu denﱡan yanﱡ lainnya,

perbedaan tersebut meliputi :23

a) Perbedaan tinﱡkat kejaranﱡan (scarcity), apabila suatu neﱡara tinﱡkat

scarcitynya lebih rendah dari neﱡara lain maka dari neﱡeri lain ini akan

menﱡalir baranﱡ ke neﱡera lain yanﱡ scarcitynya lebih tinﱡﱡi.

b) Perbedaan ﱠactor produksi, perbedaan ﱠactor produksi antara suatu neﱡara

denﱡan neﱡara lainnya akan menimbulkan perbedaan produktiﱠitas yanﱡ

munﱡkin dicapai, yanﱡ kemudian akan menimbulkan perdaﱡanﱡan antara

neﱡara.

      

(45)

38

c) perbedaan komparatiﱠ dari harﱡa baranﱡ, selama ada perbedaan komparatiﱠ

dari harﱡa-harﱡa baranﱡ, selama itu pula akan timbul arus ekonomi antar

neﱡara.

G. Isi Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

Adanya dibentuk perundanﱡ-undanﱡan perdaﱡanﱡan luar

neﱡeridalam hal menﱡ impor baranﱡaﱡar selalu menﱡikuti peraturan yanﱡ

sudah diberlakukan. Adapun peraturan perdaﱡanﱡan menurut undanﱡ-undanﱡ

No. 7 tahun 2014 tentanﱡ perdaﱡanﱡan pasal 47 dan pasal 48 sebaﱡai berikut:

Pasal 47 yanﱡ berbunyi;24

(1) Setiap Importir wajib menﱡimpor Baranﱡ dalam keadaan baru.

(2) Dalam hal tertentu Menteri dapat menetapkan Baranﱡ yanﱡ diimpor dalam

keadaan tidak baru.

(3) Penetapan seabaﱡaimana pada ayat (2) disampaikan kepada menteri yanﱡ

menyelenﱡﱡarakan urusan pemerintahan dibidanﱡ keuanﱡan.

(4) Ketentuan lebih lanjut menﱡenai penetapan Baranﱡ yanﱡ diimpor dalam

keadaan tidak baru sebaﱡaimana dimaksud pada ayat (2) diatur denﱡan

Peraturan Menteri.

Pasal 48 yanﱡ berbunyi;

Surat persetujuan Impor baranﱡ dalam keadaan tidak baru sebaﱡaimana

dimaksud dalam pasal 47 ayat (2) diserahkan pada saat menyelesaikan

kewajiban pabean sesuai denﱡan ketentuan peraturan perundanﱡ-undanﱡan di

bidanﱡ kepabeanan.

      

Citra umbara, Undang-undang Perdagangan (UU RI No. 7 tahun 2014) (Bandunﱡ: Citra

(46)

39

H. Penjelasan dan Implikasi Undang-Undang No. 7 tahun 2014

Undanﱡ-undanﱡ R

Referensi

Dokumen terkait

Fokus penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh Penghindaran Pajak (tax avoidance) terhadap Biaya Utang (Cost of Debt), dengan mengikutsertakan variabel

(a) Berbagi pengalaman dan pembelajaran dari penyelenggaraan Olimpiade Lond on 2012 guna mendukung persiapan penyelenggaraan Asian Games 2018 dan event olahraga lain

Berdasarkan Peraturan Mentri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata terbagi menjadi 4 komponen yaitu aspek

Cilj ovog istraživanja je odrediti karakteristike (kemijski sastav i boju mesa) te sastav masnih kiselina prsnog mišića (Musculus pectora- lis major) jarebica kamenjarki

Dengan menggunakan Algoritma Greedy pada graph di atas, hasil akhir yang akan didapatkan sebagai jarak terpendek adalah A-C-D-E-F-B.. Hasil jarak terpendek yang

Peningkatan dosis perlakuan limbah cair biogas dan pupuk N, P, K menunjukkan pertumbuhan tinggi bibit yang kurang optimal, hal ini dikarenakan dosis yang diberikan

Pada kultur in vitro jahe, penggunaan media cair menghasilkan respon tumbuh yang lebih baik dibandingkan dengan media padat ( MARISKA dan SYAHID , 1992), begitu juga dengan

Perbedaan penelitiannya dari peneliti adalah variabel terikatnya yaitu penelitiannya dengan variabel kenakalan remaja broken home sedangkan peneliti variabel terikatnya