• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS OPERASIONAL MURABAHAH PADA PRODUK TABUNGAN EMAS TERHADAP KEUNTUNGAN DANA TITIPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS OPERASIONAL MURABAHAH PADA PRODUK TABUNGAN EMAS TERHADAP KEUNTUNGAN DANA TITIPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS OPERASIONAL

MURA>BAHAH

PADA PRODUK

TABUNGAN EMAS TERHADAP KEUNTUNGAN DANA

TITIPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN

SURABAYA

SKRIPSI

OLEH:

HILMIYATUN NISA’

C04212056

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi dengan judul “Analisis Operasional

Murabahah

pada Produk Tabungan Emas

Terhadap Keuntungan Dana Titipan Nasabah di Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya”

merupakan hasil penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang

bagaimana analisis operasional produk tabungan emas di Pegadaian Syariah Cabang Blauran

Surabaya dan Analisis akad

murabahah

pada produk tabungan emas terhadap keuntungan dana

titipan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dengan informan pimpinan cabang

dan staf karyawan khususnya bagian

marketing

yang telah mengetahui operasional produk

tabungan emas secara keseluruhan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya.

Hasil penelitian menjelaskan tabungan emas Pegadaian Syariah Cabang Blauran

Surabaya menggunakan akad

murabahah

serta dalam operasionalnya tabungan emas di

Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya menggunakan sistem beli-titip emas. Artinya,

nasabah membeli sejumlah emas kemudian menitipkannya ke pihak Pegadaian Syariah. Setelah

mencapai jumlah tertentu, nasabah dapat mencetak emas yang dimiliki atau menjual kembali saat

membutuhkan uang tunai. Dan nasabah yang ingin mencetak emas dalam bentuk fisik emas akan

dikenakan biaya lagi dengan perhitungan sesuai berat emas yang akan dicetak nasabah dan

sesuai harga emas dunia pada hari tersebut.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah operasional

murabahah

yang terjadi dalam

transaksi jual beli pada produk tabungan emas memiliki keuntungan dana titipan yang tidak

merugikan kedua belah pihak. Selanjutnya, Operasional pada produk tabungan emas di

Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya ternyata tidak hanya menggunakan akad

murabahah

saja, namun sebetulnya terdapat akad

wadi’ah

dan akad

istishna’

, yakni dikatakan

murabahah

pada saat nasabah membeli atau menabung emas dan

buyback

, akad

wadi’ah

ketika

setoran dana nasabah sudah ada di dalam rekening tabungan emas, serta akad

istishna’

ketika

dalam proses pembelian emas tersebut hanya dibuktikan

print out

bukti nota pembelian saja, jadi

bukan berupa fisik emas batangan, baru setelah ada nasabah yang ingin mencetak emas maka,

pihak Pegadaian Syariah Cabang Blauran akan memesan dan membelikannya ke PT.ANTAM.

Untuk patokan harga emas pada saat dijual dan

buyback

di Pegadaian Syariah Cabang Blauran

mengacu pada harga emas di PT.ANTAM. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk

mengangkat permasalahan tentang produk tabungan emas di Pegadaian Syariah ini maka dapat

mengkaji mengenai analisis transaksi pembelian dan

buyback

emas Pegadaian Syariah kepada

PT.ANTAM, serta berapa besar margin yang diperoleh ketika nasabah

buyback

ke Pegadaian

Syariah dan ketika Pegadaian Syariah

buyback

ke PT.ANTAM.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR TRANSLITERASI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.

Latar Belakang Masalah ... 1

B.

Identifikasi dan Batasan Masalah ... 8

C.

Rumusan Masalah ... 9

D.

Kajian Pustaka... 9

E.

Tujuan Penelitian ... 12

F.

Kegunaan Hasil Penelitian ... 12

G.

Definisi Operasional ... 13

H.

Metode Penelitian ... 15

I.

Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II TINJAUAN TENTANG

MURA>BAHAH

,

WADI>‘AH

,

ISTISHNA’

... 22

A.

Mura>bahah

... 22

B.

Wadi>‘ah

... 29

(8)

BAB III OPERASIONAL

MURA>BAHAH

PADA PRODUK TABUNGAN EMAS

TERHADAP KEUNTUNGAN DANA TITIPAN DI PEGADAIAN

SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA... 48

A.

Gambaran Umum Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya .48

B.

Mekanisme Operasional Produk Tabungan Emas di Pegadaian Syariah

Cabang Blauran Surabaya ... 59

C.

Operasional

Mura>bahah

pada Produk Tabungan Emas terhadap

Keuntungan Dana Nasabah di Pegadaian Syariah Cabang Blauran

Surabaya ... 64

BAB IV ANALISIS OPERASIONAL

MURA>BAHAH

PADA PRODUK

TABUNGAN EMAS TERHADAP KEUNTUNGAN DANA TITIPAN DI

PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA .... 76

A.

Analisis Operasional Produk Tabungan Emas di Pegadaian Syariah

Cabang Blauran Surabaya ... 76

B.

Analisis Operasional

Mura>bahah

pada Produk Tabungan Emas terhadap

Keuntungan Dana Titipan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran

Surabaya ... 79

BAB V PENUTUP ... 84

A.

Kesimpulan ... 84

B.

Saran ... 85

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Perum Pegadaian sampai saat ini merupakan satu-satunya lembaga

formal di Indonesia yang berdasarkan hukum diperbolehkan melakukan

pembiayaan dengan bentuk penyaluran kredit atas dasar hukum gadai. Tugas

pokok Perum Pegadaian adalah menjembatani kebutuhan dana masyarakat

dengan pemberian uang pinjaman berdasarkan hukum gadai. Tugas tersebut

dimaksudkan untuk membantu masyarakat agar tidak terjerat dalam

praktik-praktik lintah darat.

Belakangan, bersamaan dengan perkembangan produk-produk

berbasis syariah yang kian marak di Indonesia, sektor pegadaian juga ikut

mengalaminya. Pegadaian Syariah di Indonesia dalam bentuk kerja sama

Bank Syariah dengan Perum Pegadaian membentuk Unit Layanan Gadai

Syariah di beberapa kota di Indonesia. Pegadaian syariah dalam menjalankan

operasionalnya berpegang kepada prinsip syariah.

Pada dasarnya, produk-produk berbasis syariah memiliki karakteristik

seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba,

menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang

diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atas jasa

dan /atau bagi hasil.1 Hal ini menjadi peluang yang baik bagi pegadaian

(10)

2

Syariah untuk terus menciptakan inovasi produk-produk berbasis syariah

lainnya yang bisa meningkatkan minat nasabah untuk menggunakan jasa

pegadaian syariah dalam transaksi ekonominya.

Setiap produk yang diluncurkan ke pasar tidak selalu mendapat

respon yang positif. Bahkan cenderung mengalami kegagalan jauh lebih

besar dibandingkan keberhasilannya. Untuk mengantisipasi agar produk

yang diluncurkan berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka

peluncuran produk diperlukan strategi-strategi tertentu.2 Produk yang

ditawarkan ke pasar haruslah memenuhi keinginan dan kebutuhan

nasabahnya. Jadi, setiap produk selalu diarahkan guna memenuhi kebutuhan

dan keinginan tersebut.

Begitu pula dengan peluncuran produk baru yang akan dikeluarkan

oleh pihak Pegadaian Syariah tentunya juga tidak akan lepas dari strategi

pemasaran yang harus dilakukan oleh bagian divisi pemasaran, mulai dari

pengenalan produk kepada nasabah hingga pengembangan produk.Untuk

menarik minat calon nasabah, dalam hal ini Pegadaian Syariah harus terlebih

dahulu merencanakan strategi pemasaran produk, agar nantinya produk

tersebut diminati oleh masyarakat luas.

Belakangan ini masyarakat Indonesia sangat antusias dengan

investasi emas, sebab banyak masyarakat sadar akan pentingnya investasi

emas atau menabung emas, mayoritas dari mereka memilih investasi emas

untuk tujuan mengamankan kekayaannya, mempertahankan nilai beli di

(11)

3

masa depan, mencukupi rencana masa depan, dan bisa juga untuk menambah

kekayaannya.3 Investasi logam mulia emas ini memang menjadi favorit

karena karakteristik emas yang tidak terpengaruh oleh inflasi dan guncangan

ekonomi (dari tahun ke tahun harga emas terus meningkat), ditambah lagi

tingginya likuiditas emas sehingga mudah dijual kapan saja saat masyarakat

membutuhkan dana. Hal ini tentunya menjadi peluang yang sangat bagus

bagi Pegadaian Syariah untuk menciptakan produk baru dalam lingkup

investasi emas yang tentunya berbasis syariah.

Menabung adalah tindakan yang dianjurkan dalam islam, karena

dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk

pelaksanaan perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk

menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam Al Qur’an terdapat

ayat-ayat yang secara tidak langsung telah memerintahkan kaum muslimin untuk

mempersiapkan hari esok secara lebik baik. Berikut firman Allah SWT yang

berkaitan dengan anjuran menabung :

QS. Al-Hasyr : 18

                             Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah

Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. 4

3Syahrizal Bakri, “Cara Terbaik Investasi Emas”, www.carainvestasiemasbatangan.com,diakses

pada tanggal 29 April 2016.

4Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Surabaya: Pustaka Agung Harapan,

(12)

4

Dari ayat tersebut Allah SWT memerintahkan kita untuk bersiap-siap

dan mengantisipasi masa depan keturunan, baik secara rohani (iman/taqwa)

maupum secara ekonomi harus dipikirkan langkah-langkah perencanaannya.

Salah satu langkah perencanaan adalah dengan menabung.5

Saat ini sudah banyak sekali Lembaga Keuangan Syariah yang

menjual produk-produk investasi emas, kebanyakan Lembaga Keuangan

Syariah tersebut menerapkan sistem pembayaran tunai maupun angsuran

rutin tiap bulannya untuk produk jenis investasi emas ini. Pada akhir tahun

2015 lalu Pegadaian Syariah telah mengeluarkan produk baru yang diberi

nama tabungan emas. Produk tabungan emas ini merupakan inovasi dari

produk investasi emas yang telah diluncurkan oleh pihak Pegadaian Syariah

sebelumnya, yakni produk investasi logam MULIA.

Produk tabungan emas ini juga merupakan produk investasi emas

yang pertama kali ada di Pegadaian Syariah bahkan di Indonesia karena

produk ini memiliki perbedaan dari produk-produk investasi emas yang

sudah dikeluarkan oleh Lembaga Keuangan Syariah yang lain, yakni pada

produk tabungan emas ini menggunakan sistem pembelian emas dengan cara

menabung. Adapun, maksud dari menabung disini adalah nasabah yang ingin

memiliki atau membeli emas dapat menabung emas mulai berat 0,01 gram,

jadi apabila pada hari ini harga emas sekitar Rp.500 ribu maka nasabah bisa

menabung hanya dengan uang sekitar Rp.5.000 pun nasabah sudah dapat

mempunyai emas yang akan masuk pada rekening tabungan emas yang

5Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Gema Insani: Jakarta,

(13)

5

dimilikinya, sehingga kapanpun nasabah mempunyai uang lebih dan ingin

membeli atau menabung emas, nasabah bisa langsung menabungkan uangnya

ke rekening yang dimiliki.6

Dalam menjalankan bisnis, satu hal yang sangat penting adalah

masalahakad (perjanjian). Akad sebagai salah satu cara untuk memperoleh

harta dalam syariat Islam yang banyak digunakan dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam istilah fiqh, secara umum akad berarti sesuatu yang menjadi

tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak,

seperti wakaf, talak, sumpah, maupun yang muncul dari dua pihak, seperti

jual beli, sewa, wakalah, dan gadai.7

Islam melarang riba karena ketidakadilan yang melekat di dalamnya.

Alternatifnya, Islam menawarkan berbagai bentuk transaksi alternatif, yang

sarat dijiwai oleh fiqih muamalah. Transaksi-transaksi ini disebut sebagai

akad-akad muamalah, salah satunya adalah akad Muraba>hah.

Secara umum Muraba>hah diartikan sebagai akad jual beli barang

dengan menyatakan tsaman (harga perolehan) dan ribh (keuntungan/margin)

yang disepakati oleh penjual dan pembeli.8

Adapun akad yang digunakan pada tabungan emas ini adalah

Mura>bahah, yakni akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual

menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian menjual

kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan

6

Dimas Ramadhan Zulkarnain, Wawancara, Surabaya, 11 April 2016.

7 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2012), 71.

(14)

6

sesuai jumlah tertentu. Dalam akad murabahah, penjual menjual barangnya

dengan meminta kelebihan atas harga beli dengan harga jual. Perbedaan

antara harga beli dan harga jual disebut dengan margin keuntungan.

Dalam pandangan Islam Murabahah merupakan suatu jenis jual beli

yang dibenarkan oleh syariah dan merupakan implementasi muamalah

tijariyah (interaksi bisnis). Hal ini berdasarkan dalil dari Al-Qur’an maupun

Al-hadits.9 Karenanya transaksi Murabah}ah diperbolehkan sesuai dengan

Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Murabah}ah.

Pegadaian Syariah merupakan penjual atas barang (berupa emas) dan

nasabah (pemilik rekening tabungan emas) adalah nasabah, adapun harga

(emas) di Pegadaian Syariah ini mengacu pada harga emas dunia. Dalam hal

ini sebagai pihak penjual, Pegadaian Syariah baik unit maupun cabang akan

memfasilitasi transaksi jual beli emas yang dilakukan oleh nasabah pada hari

ini, yang nantinya dana tabungan ini akan dihimpun oleh kantor pusat

khususnya bagian divisi bisnis emasyang mempunyai tugas khusus untuk

menangani transaksi penjualan dan pembelian emas ke PT.ANTAM,

selanjutnya, setelah penghimpunan dana nasabah seIndonesia tersebut

terkumpul,maka bagian divisi bisnis emas ini akan langsung melakukan

transaksi pembelian emas ke PT.ANTAM sesuai dengan orderan emas dari

nasabah pada hari ini. PT.ANTAM merupakan mitra bisnis yang selama ini

(15)

7

telah dipercaya oleh Perum Pegadaian untuk memproduksi emas yang

dibutuhkan oleh Pihak Pegadaian.

Dalam praktiknya, saldo tabungan emas ini bukan nominal uang,

tetapi jumlah berat emas yang dimiliki oleh nasabah yang bersangkutan, jadi

berapapun jumlah uang yang disetorkan ke rekening langsung dikonversikan

ke dalam satuan berat emas logam mulia 24 karat. Misalnya, nasabah

menabung Rp.100 ribu, sementara harga emas murni pada hari ini Rp.500

ribu pergram maka saldo tabungannya 0,20 gram.

Tabungan emas Pegadaian Syariah menggunakan sistem beli-titip

emas. Artinya, nasabah membeli sejumlah emas kemudian menitipkannya ke

pihak Pegadaian Syariah. Setelah mencapai jumlah tertentu, nasabah dapat

mencetak emas yang dimiliki atau menjual kembali saat membutuhkan uang

tunai. Dan nasabah yang ingin mencetak emas dalam bentuk fisik emas akan

dikenakan biaya lagi dengan perhitungan sesuai berat emas yang akan

dicetak nasabah dan sesuai harga emas dunia pada hari tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dilembaga ini dengan topik analisis akad mura>bahah padaproduk

tabungan emas,dan menuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul

“Analisis Operasional Mura>bahah pada Produk Tabungan Emas Terhadap

(16)

8

B.Identifikasi dan Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang diuraikan, dapat diidentifikasi

adanya beberapa masalah yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain:

1. Peran Pegadaian Syariah dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat

Indonesia khususnya di Surabaya.

2. Mekanisme produk tabungan emas.

3. Implementasi Operasional Mura>bahah pada produk tabungan emas di

Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya.

4. Dana titipan pada Operasional produk tabungan emas di Pegadaian

Syariah Cabang Blauran Surabaya.

5. Strategi pemasaran tabungan emas di Pegadaian Syariah Cabang Blauran

Surabaya.

6. Dampak penjualan produk tabungan emas terhadap peningkatan jumlah

nasabah.

Untuk lebih terarahnya penulisan ini dan menghindari pembahasan

yang terlalu melebar atau menyimpang, maka dibuatlah pembatasan masalah

sebagai berikut :

1. Operasional mura>bahah pada produk tabungan emas di Pegadaian Syariah

Cabang Blauran Surabaya.

2. Analisis mura>bahah pada operasional produk tabungan emas terhadap

(17)

9

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang masalah beserta identifikasi

masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis membuat rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana operasional mura>bahah produk tabungan emas di Pegadaian

Syariah Cabang Blauran Surabaya?

2. Bagaimana analisis operasional mura>bahah pada produk tabungan emas

terhadap keuntungan dana titipan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran

Surabaya?

D.Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini berisi penelitian yang pernah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan

diangkat oleh penulis. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis

berjudul “Analisis Operasional Murabahah pada Produk Tabungan Emas

Terhadap Keuntungan Dana Titipan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran

Surabaya)”. Proposal penelitian ini tentu tidak bisa lepas dari berbagai

penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pandangan dan referensi, yakni:

1. Penelitian yang berjudul “Implementasi akad ijarah pada Pegadaian

Syariah cabang Solobaru oleh Mukhlas. Dalam penelitian ini

(18)

10

Syariah cabang Solobaru sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.10

Perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah

membahas tentang Analisis Operasional Mura>bahah pada Produk

Tabungan Emas Terhadap Keuntungan Dana Titipan di Pegadaian

Syariah Cabang Blauran Surabaya.

2. Penelitian yang berjudul “Pelaksanaan akad rahn dan akad ijarah di

Pegadaian Syariah cabang Margonda, Depok oleh Bagus Prasetyo T.W..

Dalam penelitian ini menjelaskan tentang pelaksanaan akad rahn

dilakukan dengan cara pihak Pegadaian Syariah menahan barang

bergerak yang bersifat ekonomis yang dapat dijaminkan sebagai jaminan

atas utang Rahin. Untuk jasa simpan (ijarah) dipungut atas biaya

tempat, pengamanan, dan pemeliharaan marhun milik Rahin selama

digadaikan.11 Perbedaannya adalah penelitian ini membahas tentang

bagaimana pelaksanaan akad rahn dan akad ijarah di PT. Pegadaian

Syariah, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis akan

membahas lebih detail tentang Analisis Operasional Mura>bahah pada

Produk Tabungan Emas Terhadap Keuntungan Dana Titipan di

Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya.

3. Penelitian yang berjudul Pelaksanaan gadai emas di Bank Mega Syariah

oleh Atiqoh Prakasi. Dalam penelitian ini menjelaskan tentang

10Mukhlas, “Implementasi akad ijarah pada Pegadaian Syariah cabang Solobaru.”

(Skripsi--Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah. 2011)

11 Bagus Prasetyo T.W “Pelaksanaan akad rahn dan akad ijarah di Pegadaian Syariah” (Skripsi—

(19)

11

bagaimana kesesuaian pelaksanaan gadai emas di Bank Mega Syariah

dalam Fatwa DSN-MUI Nomor : 29/DSN MUI/IV/2002 tentang Rahn

dan Fatwa DSN-MUI Nomor :26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn

Emas.12 Perbedaannya adalah penelitian yang akan dilakukan oleh

penulis akan membahas lebih detail tentang Analisis Operasional

Mura>bahah pada Produk Tabungan Emas Terhadap Keuntungan Dana

Titipan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya.

4. Penelitian yang berjudul Analisis Penerapan Akad Mura>bahah

pembiayaan implan pada guru SMPN 5 di Bank Syariah Mandiri KCP

Jembatan Merah Surabaya oleh Nita Aminatus Sholikah.13 Dalam

penelitian ini menjelaskan tentang Penerapan Akad Murabahah

pembiayaan implan pada guru SMPN 5 di Bank Syariah Mandiri KCP

Jembatan Merah Surabaya. Perbedaannya dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh penulis adalah penulis akan membahas lebih detail

tentang Analisis Operasional Mura>bahah pada Produk Tabungan Emas

Terhadap Keuntungan Dana Titipan di Pegadaian Syariah Cabang

Blauran Surabaya.

5. Penelitian dengan judul Aspek resiko produk gadai emas pada Pegadaian

Syariah cabang Cinereoleh Anita Ristqi P.14 Dalam penelitian ini

12Atiqoh Prakasi, “pelaksanaan gadai emas di Bank Mega Syariah dalam Fatwa DSN-MUI

Nomor :29/DSN MUI/IV/2002 tentang Rahn dan Fatwa DSN-MUI Nomor :26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas” (Skripsi-- Universitas Indonesia, Depok Jawa Barat, 2011).

13 Nita Aminatus Sholikah, “ Analisis Penerapan Akad Murabahah Pembiayaan implan pada guru

SMPN 5 di Bank Syariah Mandiri KCP Jembatan Merah Surabaya” (Skripsi--Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya, Surabaya, 2014)

14Anita Ristqi P, “Aspek resiko produk gadai emas pada Pegadaian Syariah cabang Cinere”

(20)

12

menjelaskan tentang prosedur dan mekanisme produk gadai emas,

kemungkinan resiko yang terjadi pada produk gadai emas, serta

langkah-langkah dan solusi apa saja yang dilakukan oleh pihak Pegadaian

Syariah cabang Cinere terhadap risiko-risiko yang dihadapi.

Perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis

adalah Analisis Operasional Mura>bahah pada Produk Tabungan Emas

Terhadap Keuntungan Dana Titipan di Pegadaian Syariah Cabang

Blauran Surabaya.

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui operasional mura>bahah produk tabungan emas di

Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya.

2. Untuk mengetahui analisis operasional mura>bahah produk tabungan emas

terhadap keuntungan dana titipan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran

Surabaya.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian dan penulisan diharapkan untuk dapat

memberikan manfaat tersendiri. Untuk itu penulis berharap, mudah-mudahan

bermanfaat dan berguna bagi penulis maupun pembaca yaitu antara lain:

(21)

13

a. Penelitian ini diharapkan akan menambah ilmu pengetahuan dan

wawasan serta sebagai rujukan tambahan referensi atau perbandingan

untuk penelitian selanjutnya, khususnya bagi Program Studi Ekonomi

Syariah mengenai implementasi dari akad-akad muamalah tijariyah

pada suatu Lembaga Keuangan Syariah, salah satunya pada interaksi

bisnis yang menggunakan akad murabahah.

b. Sebagai bahan referensi bagi staf pengajar, mahasiswa, dan lain

sebagainya, khususnya dalam bidang keilmuan lembaga keuangan

Islam dan sebagai bahan pertimbangan pada kajian penelitian yang

akan datang.

2. Aspek praktis

a. Dengan adanya penelitian ini, semoga menjadi kajian awal untuk

memetakan prospek Pegadaian Syariah terkait dalam inovasi

produk-produk berbasis syariah khususnya pada produk-produk tabungan emas seiring

dengan meningkatnya minat nasabah dalam berinvestasi emas

khususnya di Indonesia.

b. Diharapkan dapat dijadikan acuan atau landasan bagi praktisi-praktisi

Lembaga Keuangan Syariah dalam melaksanakan transaksi dan

(22)

14

G.Definisi Operasional

Penelitian ini berjudul “Analisis Operasional Mura>bahah Pada Produk

Tabungan Emas Terhadap Keuntungan Dana Titipan di Pegadaian Syariah

Cabang Blauran Surabaya”.

Agar penelitian lebih terarah dan tidak salah pengertian pada judul

skripsi ini, maka perlu dijelaskan tentang istilah pokok yang menjadi

pokok bahasan dalam penelitian ini, antara lain :

Operasional Mura>bahah

Pada Produk Tabungan

Emas di Pegadaian

Syariah Cabang Blauran

Surabaya

: Operasional Mura>bahah produk tabungan

emas ini terjadi ketika menabung dan

buyback, serta wadi’ah ketika nasabah

sudah menabung, dan istishna’ pada saat

nasabah membeli emas itu bukan dalam

bentuk fisik emas batangan, melainkan

hanya berupa print-out bukti nota

pembelian, baru setelah ada nasabah

yang ingin mencetak emas maka, pihak

Pegadaian Syariah Cabang Blauran akan

memesan dan membelikannya ke

PT.ANTAM.

Keuntungan dana titipan

di Pegadaian Syariah

Cabang Blauran

: Keuntungan dana titipan maksudnya

adalah Pegadaian Syariah Cabang

(23)

15

Surabaya. (titipan) yang disetor dari nasabah

tabungan emas dengan di back-up emas.

Analisis operasional

mura>bahah pada produk

tabungan emas terhadap

keuntungan dana titipan

di Pegadaian Syariah

Cabang Blauran

Surabaya

Analisis yang dilakukan terhadap

operasional produk tabungan emas dan

penerapan akad mura<bahah yang

dilakukan oleh Pegadaian Syariah

Cabang Blauran Surabaya pada transaksi

jual beli emas yang dilakukan antara

Pegadaian Syariah Cabang Blauran

Surabaya.

H.Metode Penelitian

Metodologi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal

tersebut terdapat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data

tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan

pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.15

Sehubungan dengan hal tersebut, di dalam metode penelitian ini akan

diuraikan mengenai pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu

penelitian, data dan sumber data, subjek penelitian, teknik pengumpulan

data, teknis analisis data, dan pengecekan keabsahan data.

(24)

16

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian yang bersifat kualitatif

deskriptif.

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran

Jalan Blauran No.74-76 Surabaya. Fokus penelitian ini adalah Analisis

Operasional Mura>bahah pada Produk Tabungan Emas Terhadap

Keuntungan Dana Titipan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran

Surabaya.

3. Data dan sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan

data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini didapatkan dari

Wawancara dengan pimpinan Cabang Pegadaian Syariah Cabang Blauran

Surabaya, pengelola unit dan kasir Unit Pegadaian Syariah Urip

Sumoharjo Surabaya. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh

dari kepustakaan atau sumber yang digunakan oleh peneliti untuk

mendukung dan menunjang pembahasan dalam penelitiannya. Dalam hal

ini, data yang dibutuhkan sudah ada seperti :

a) Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Mura>bahah.

b) Adrian Sutedi, Perbankan Syariah

c) Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.

d) Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah.

(25)

17

f) Khaerul Umam, Manajemen Perbankan Syariah.

g) Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik.

h) Wiroso, Jual Beli Mura>bahah.

i) skripsi, jurnal dan penelitian-penelitian terdahulu.

j) Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

a. Teknik Wawancara

Dalam hal ini peneliti akan melakukan wawancara secara langsung

dengan Pimpinan Cabang Pegadaian Syariah Cabang Blauran

Surabaya, pengelola unit dan kasir Unit Pegadaian Syariah Urip

Sumoharjo Surabaya.

b. Teknik Observasi

Teknik Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara

melakukan pengamatan langsung ke lapangan, pada obyek penelitian

(dengan melakukan pencatatan sistematis mengenai fenomena yang

diteliti). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi partisipatif

yakni peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang

diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.16dan

peninjauan awal dilakukan dengan pengelola unit dan kasir di Unit

(26)

18

Pegadaian Syariah Urip Sumoharjo Surabaya terkait tentang produk

tabungan emas yang akan diteliti oleh peneliti.

c.Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada

subjek penelitian, namun melalui dokumen.17Pada penelitian ini

dokumen yang dimaksud didapat dari lembaga terkait ( Pegadaian

Syariah Cabang Blauran Surabaya), yakni melalui penggalian data

dengan cara menelaah dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

kontribusi penjualan produk tabungan emas terhadap peningkatan

jumlah nasabah di Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya.

5. Teknik pengolahan data

Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan pengolahan data

dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh

terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan

antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian. 18dalam

penelitian ini penulis akan mengambil data dari Pegadaian Syariah

Cabang Blauran Surabaya.

b. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematiskan data tentang

penelitian yang diperoleh dalam kerangka uraian yang telah

direncanakan.19 Dalam penelitian ini peneliti melakukan

(27)

19

pngelompokan data yang diperoleh dari Pegadaian Syariah Cabang

Blauran Surabaya yang selanjutnya data tersebut akan dianalisis dan

disusun secara sistematis untuk memudahkan penulis dalam

menganalisa data.

c. Penemuan hasil, yaitu dengan menganalisis data yang diperole leh dari

penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta

yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari

rumusan masalah.20 Dalam penelitian ini setelah semua data

dikelompokkan, maka langkah selanjutnya data tersebut dianalisis

untuk menghasilkan temuan untuk menjawab rumusan masalah yang

ada.

6. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah analisis terhadap

data dan informasi yang diperoleh dengan menggunakan metode

deskriptif kualitatif yaitu cara analisis yang cenderung menggunakan

kata-kata untuk menjelaskan fenomena atau data yang diperoleh.21 Data

kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang tidak berbentuk angka

dan digunakan untuk analisa data deskriptif kualitatif. Analisis data

kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data

yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.

Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir yang

berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus yakni analisis Operasional

(28)

20

Mura>bahah pada produk tabungan emas terhadap keuntungan dana

titipandi Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya yang kemudian

akan diteliti, dianalisis, dan disimpulkan sehingga pemecahan persoalan

dan permasalahan dari rumusan masalah yang telah disebutkan.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan untuk

memudahkan pembahasan dan pemahaman yang lebih lanjut dan jelas dalam

membaca penelitian ini, oleh karena itu, penulisan skripsi ini dibagi dalam

beberapa bab, pada tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab, sehingga

pembaca dapat memahami dengan mudah tentang penelitian yang dilakukan

oleh peneliti. Adapun sistematika pembahasan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang

masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan hasil penelitian, kajian pustaka, definisi operasional,

metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab dua adalah kerangka teoritis atau kerangka konseptual yang

membahas dasar-dasar kajian untuk menjawab permasalahan yang ada dalam

penelitian. Dalam bab ini dibahas teori-teori yang menjadi dasar pedoman

tentang judul penelitian yang akan diangkat. Hal ini merupakan studi

(29)

21

Bab tiga adalah penyajian data yang didapatkan dan sedikit gambaran

profil Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya. Dalam bab ini

menyajikan data yang didapatkan dari lapangan secara detail tanpa ada

penambahan atau pengurangan. Data yang disajikan dalam bab ini

benar-benar disajikan secara objektif tanpa disertai opini penulis.

Bab empat berisikan analisis Operasional Mura>bahah pada produk

tabungan emas terhadap keuntungan dana titipan di Pegadaian Syariah

Cabang Blauran Surabaya.

Bab lima pada penelitian ini memuat penutup yang mencakup

kesimpulan dan saran yang merupakan jawaban dari rumusan masalah dalam

(30)

BAB II

TINJAUAN TENTANG MURA>BAHAH,WADI’AH, ISTISHNA’

A. Mura>bahah

1. Pengertian Mura>bahah

Secara umum Mura>bahah diartikan sebagai akad jual

beli barang dengan menyatakan tsaman (harga perolehan) dan

ribh (keuntungan/margin) yang disepakati oleh penjual dan

pembeli.1 Mura>bahah adalah istilah dalam fikih Islam yang

berarti suatu bentuk jual beli dimana penjual menyatakan biaya

perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain

yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut.2

Sebagaimana dikutip dari buku karangan Syafi’i

Antonio mendefinisikan Bai’ al-Mura>bahah adalah jual beli

barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang

disepakati.3 Dalam Bai’ al-Mura>bahah ini, penjual harus

memberi tahu harga pokok pembelian dan menentukan tingkat

keuntungan sebagai tambahannya. Tingkat keuntungan dari

akad Mura>bahah ini dapat diperoleh dari persentase tertentu

dari biaya perolehan.4 Dalam akad Mura>bahah,lembaga

1 Dumairi Nor, dkk, Ekonomi Versi Salaf (Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2007), 40. 2Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: Rajawali Press, 2013), 81.

3 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema

Insani, 2001), 102.

(31)

23

keuangan syariah berindak sebagai penjual dan nasabah sebagai

pembeli dengan harga jual dari lembaga keuangan syariah

adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan sesuai

kesepakatan.5

Dalam pandangan Islam Mura>bahah merupakan suatu

jenis jual beli yang dibenarkan oleh syariah dan merupakan

implementasi muamalah tijariyah (interaksi bisnis). Hal ini

berdasarkan dalil dari Al-Qur’an maupun Al-hadits.6Karenanya

transaksi Mura>bahah diperbolehkan sesuai dengan Fatwa

Dewan Syariah Nasional MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000

tentang Mura>bahah.

Dari definisi-definisi diatas dijelaskan bahwasannya

Mura>bahah merupakan salah satu contoh dari jual beli yang

benar (shahih). Mura>bahah termasuk akad jual beli yang

dianjurkan dalam kehidupan sehari-hari, karena jual beli itu

merupakan bagian dari ta’awun (saling menolong), bagi

pembeli menolong penjual yang membutuhkan uang

(keuntungan), sedangkan bagi penjual juga berarti menolong

pembeli yang sedang membutuhkan barang. Karenanya, jual

beli itu merupakan perbuatan yang mulia dan orang yang

melakukannya mendapat keridhaan Allah SWT. Bahkan

Rasulullah SAW menegaskan bahwa penjual yang jujur dan

(32)

24

benar kelak di akhirat akan ditempatkan bersama para nabi,

syuhada, dan orang-orang saleh. Hal ini menunjukkan tingginya

derajat penjual yang jujur dan benar.

2. Landasan Hukum

Terdapat beberapa landasan hukum akad Mura>bahah

yang telah dijelaskan didalamAl-Qur’an maupun Al-hadits

antara lain adalah sebagai berikut :

a. Firman Allah Swt dalam Surat Al-baqarah ayat 275

               

“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba”.7

b. QS. Al-Hasyr : 18

                             Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan”.8

c. QS. An-Nisaa’: 9

                       Artinya :

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak

7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Surabaya: Pustaka Agung

Harapan, 2010), 35.

(33)

25

yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang

benar”. 9

d. QS. Yusuf: 47

                     Artinya :

“Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk

kamu makan”. 10

e. Al-Hadits

Adapun dalil sunnah di antaranya adalah hadist yang

diriwayatkan dari Rasulullah SAW, Beliau bersabda:

“Sesungguhnya jual beli itu atas dasar saling ridha.”11

f. Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI

Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No.

04/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 1 April 2000 tentang Murabahah

menetapkan fatwa tentang murabahah untuk dijadikan

pedoman oleh Bank Syariah/ Lembaga Keuangan Syariah,

yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan harga

belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan

harga yang lebih sebagai laba.12

9Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjmahnya., 60. 10Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya ., 183. 11Mardani,Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2012),103.

(34)

26

3. Rukun dan Syarat Mura>bahah

Dalam pelasanaan akad Mura>bahah terdapat beberapa

rukun dan syarat yang harus dipenuhi. Adapun rukun yang

harus dipenuhi dalam transaksi murabahah yaitu :

a. Bai’ (Penjual).

b. Musytari awal (pembeli pertama).

c. Musytari tsani (pembeli kedua).

d. Ma’qud ‘Alaih (obyek jual beli).

e. Shighat Ijab qabul (ucapan serah terima).13

Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan

akad Mura>bahah yaitu :

a. Penjual memberi tahu modal kepada nasabah.

b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang

ditetapkan.

c. Kontrak harus bebas dari riba.

d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi

cacat atas barang sesudah pembelian.

e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan

dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan

secara utang.

Secara prinsip, jika syarat (a), (d), atau (e) tidak

dipenuhi, pembeli memiliki pilihan untuk melanjutkan

13 Dumairi Nor, dkk, Ekonomi Syariah Versi Salaf (Pasuruan: Pustaka Sidogiri,

(35)

27

pembelian seperti apa adanya, kembali kepada penjual

dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang

dijual, atau membatalkan kontrak.14

4. Macam-macam Mura>bahah

Dalam praktiknya, akad Mura>bahah terdiri dari dari dua

macam, antara lain :

a. Mura>bahah berdasarkan pesanan. Dalam akad ini lembaga

keuangan syariah melaksanakan transaksi Mura>bahah jika

ada nasabah yang memesan barang, sehingga penyediaan

barang baru dilakukan jika ada pesanan.

b. Mura>bahah tanpa pesanan. Dalam akad ini lembaga

keuangan syariah tetap menyediakan barang meskipun ada

atau tidaknya pembeli, sehingga penyediaan barang tidak

terpengaruh dengan adanya pesanan atau pembeli.15

5. Manfaat dan Risiko Bai’Mura>bahah :

Transaksi jual beli dengan akad Mura>bahah tentunya

memiliki manfaat dan resiko. Bai’ Mura>bahah memberi

manfaat kepada Lembaga Keuangan Syariah dengan adanya

keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dan harga jual

kepada nasabah dan dalam Bai’Mura>bahah ini dapat

14 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik., 102.

15

(36)

28

memudahkan nasabah yang memudahkan barang namun belum

mempunyai uang yang cukup untuk memiliki barang tersebut.16\

Menurut Muhammad Syafi’I Antonio, beberapa

kemungkinan risiko yang harus diantisipasi pada Bai’

Mura>bahah antara lain sebagai berikut :

a. Taqhshi^r (kelalaian), nasabah sengaja tidak membayar

angsuran.

b. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi apabila harga suatu

barang di pasar naik setelah bank membelikannya untuk

nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut.

c. Penolakan nasabah. Barang yang dikirim bisa saja ditolak

nasabah karena berbagai hal. Bisa jadi karena rusak dalam

perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya.

Kemungkinan lain adalah karena kriteria barang berbeda dari

yang dipesan nasabah.

d. Di jual kepada pihak lain.Ketika kontrak ditandatangani,

baran itu pun menjadi milik nasabah. Nasabah bebas

melakukan apapun terhadap aset miliknya tersebut, termasuk

untuk menjualnya kepada pihak lain. Jika terjadi demikian,

risiko untuk taqhshi^r sangat besar.17

6. Mekanisme akad Mura>bahah pada Lembaga Keuangan Syariah

(37)

29

Pelaksanaan akad Mura>bahah pada Lembaga Keuangan

Syariah ini adalah pihak Lembaga Keuangan Syariah bertindak

sebagai penjual dan nasabah bertindak sebagai pembeli.

Adapun mekanismeakad Mura>bahah pada Lembaga Keuangan

Syariah adalah sebagai berikut :

a. Lembaga Keuangan Syariah bertindak sebagai pihak

penyedia dana dalam transaksi akad Mura>bahah dengan

nasabah.

b. Lembaga Keuangan Syariah dapat membiayai sebagian

atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati

sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan nasabah.

c. Lembaga Keuangan Syariah wajib menyediakan dana

untuk merealisasikan penyediaan barang yang telah dipesan

oleh nasabah.

d. Lembaga Keuangan Syariah dapat memberikan potongan

dalam besaran yang wajar namun tidak disebutkan dalam

awal perjanjian.18

B. Wadi^’ah

1. Pengertian Wadi^’ah

Dalam fiqih Islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal

dengan prinsip wadi’ah. sedangkan pengertian wadi’ah adalah

18Andri Soemitra,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2009),

(38)

30

titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu

maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan

kapan saja saat diminta oleh si penitip.19Pada dasarnya

penerima simpanan adalah yad al-amanah yang berarti lembaga

keuangan syariah tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau

kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama hal ini bukan

akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan

dalam hal memelihara barang titipan (karena faktor-faktor di

luar batas kemampuan).20

Dalam praktik lembaga keuangan syariah pihak yang

menerima titipan tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan

uang atau barang yang dititipkan, tetapi harus benar-benar

menjaganya.21Lembaga keuangan syariah boleh membebankan

biaya penitipan kepada nasabah sebagai ujrah atas tanggung

jawab pemeliharaan.22

2. Landasan Hukum wadi^’ah

a. Firman Allah Swt dalam Surat An-Nisaa’ ayat 58

                                    Artinya:

19Dumairi Nor, Ekonomi Syariah Versi Salaf., 18.

20Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah jilid 13 (Bandung: Alma’arif, 1996), 72. 21Muhammad Syafii’I Antonio, Bank Syariah.,86.

22

(39)

31

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat”.

b. Firman Allah Swt dalam Surat Al-baqarah ayat 283

                                               Artinya:

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)

menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang

menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

c. Adapun landasan syariah tabungan wadi^’ah juga terdapat

pada Fatwa DSN MUI NO.02/DSN-MUI/IV/2000 tentang

tabungan.

3. Rukun dan syarat wadi^’ah

Dalam pelaksanaan akad wadi^’ah terdapat beberapa

rukun dan syarat yang harus dipenuhi. Rukun-rukun yang harus

dipenuhi dalam pelaksanaan akad wadi^’ah adalah sebagai

(40)

32

a. Pelaku akad, yaitu penitip (mudi’/muwaddi’) dan

penyimpan/penerima titipan (muda’/mustawda’).

b. Objek akad, yaitu barang yang dititipkan.

c. Sighah, yaitu ijab dan Qabul.23

Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada

pelaksanaan akad wadi^’ah adalah syarat yang berkaitan dengan

bonus :

a. Bonus merupakan kebijakan pihak yang menerima titipan.

b. Bonus tidak disyaratkan sebelumnya.24

4. Macam-macam wadi^’ah

Wadi’ah terdiri dari dua macam, yaitu :

a. Wadi’ah Yad} Ama>nah

Akad Wadi’ah Yad} Ama>nah merupakan titipan murni

dari pihak yang menitipkan barangnya kepada pihak

penerima titipan. Pihak penerima titipan harus menjaga dan

memelihara barang titipan dan tidak diperkenankan untuk

memanfaatkannya. Penerima titipan akan mengembalikan

barang titipan dengan utuh kepada pihak yang menitipkan

setiap saat barang itu dibutuhkan.25

Adapun Karakteristik dari Wadi’ah Yad} Ama>nah

adalah sebagai berikut :

23

Ibid., 44.

24

Ibid.

25

(41)

33

1)Barang yang dititipkan oleh nasabah tidak boleh

dimanfaatkan oleh pihak penerima titipan. Penerima titipan

dilarang untuk memanfaatkan barang titipan.

2)Penerima titipan berfungsi sebagai penerima amanah yang

harus menjaga dan memelihara barang titipan. Penerima

titipan akan menjaga dan memelihara barang titipan,

sehingga perlu menyediakan tempat yang aman dan petugas

yang menjaganya.

3)Penerima titipan diperkenankan untuk membebankan biaya

atas barang yang dititipkan. Hal ini karena penerima titipan

perlu menyediakan tempat untuk mrnyimpan dan membayar

biaya gaji pegawai untuk menjaga barang titipan, sehingga

boleh meminta imbalan jasa.26

b. Wadi’ah Yad} Dhama>nah

Wadi’ah Yad} Dhama>nah adalah akad antara dua

pihak, satu pihak sebagai pihak yang menitipkan (nasabah)

dan pihak lain sebagai pihak yang menerima titipan. Pihak

penerima titipan dapat memanfaatkan barang yang

dititipkan. Penerima titipan wajib mengembalikan barang

yang dititipkan dalam keadaan utuh. Penerima titipan

diperbolehkan memberikan imbalan dalam bentuk bonus

26

(42)

34

yang tidak diperjanjikan sebelumnya, akan tetapi tergantung

pada kebijakan perusahaan.27

Adapun Karakteristik dari Wadi’ah Yad} Ama>nah

adalah sebagai berikut:

a. Harta dan barang yang dititipkan boleh dimanfaatkan oleh

pihak yang menerima titipan.

b. Penerima titipan sebagai pemegang amanah. Meskipun harta

yang dititipkan boleh dimanfaatkan, namun penerima titipan

harus memanfaatkan harta titipan yang dapat menghasilkan

keuntungan.

c. Lembaga keuangan syariah mendapat manfaat atas harta

yang dititipkan, oleh karena itu penerima titipan boleh

memberikan bonus. Bonus sifatnya tidak mengikat, sehingga

dapat diberikan atau tidak. Besarnya bonus bergantung pada

pihak penerima titipan. Bonus tidak boleh diperjanjikan saat

kontrak, karena bukan merupakan kewajiban bagi penerima

titipan.28

5. Mekanisme akad wadi’ah pada lembaga keuangan syariah

a. Lembaga keuangan syariah bertindak sebagai penerima

dana titipan dan nasabah sebagai bertindak sebagai

penitip dana.

27

Dumairi Nor, dkk Ekonomi., 25.

28

(43)

35

b. Lembaga keuangan syariah tidak diperkenankan

pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah.

c. Lembaga keuangan syariah dapat membebankan biaya

administrasi berupa biaya-biaya terkait langsung dengan

biaya pengelolaan rekening antara lain, biaya cek/giro,

biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening,

pembukaan dan penutupan rekening.

d. Lembaga keuangan syariah menjamin dana titipan

nasabah.

e. Dana titipan dapat diambil sewaktu-waktu oleh

nasabah.29

Dalam pelaksanaan akad wadi’ah terdapat beberapa

ketentuanantara lain yaitu :

a. Penerima titipan memiliki hak untuk menginvestasikan

asset yang dititipkan.

b. Penitip memiliki hak untuk mengetahui bagaimana aset

yang dimilikinya diinvestasikan.

c. Penerima titipan hanya hanya menjamin nilai pokok jika

modal berkurang karena merugi atau terdepresiasi.

d. Setiap keuntungan yang diperoleh penyimpan dapat

dibagikan sebagai hibah atau hadiah (bonus). Penerima

29

(44)

36

titipan tidak memiliki kewajiban mengikat untuk

membagikan keuntungan yang diperolehnya.

e. Penitip tidak memiliki hak suara.30

7. Tabungan wadiah

Tabungan merupakan jenis simpanan yang sangat

popular di lapisan masyarakat Indonesia mulai dari masyarakat

kota hingga masyarakat di pedesaan. Menurut Undang-undang

Perbankan No.10 tahun 1998, tabungan adalah simpanan yang

penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu

yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet

giro, dan /atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.31

Tabungan wadiah merupakan jenis simpanan yang

menggunakan akad wadi’ah titipan yang penarikannya dapat

dilakukan sesuai perjanjian. Menurut Undang-undang

Perbankan Syariah No.21 tahun 2008, tabungan adalah

simpanan berdasarkan wadiah dan /atau investasi dana

berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya

dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang

disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro,

dan /atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.32

30

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah., 44.

31

Ismail, Perbankan Syariah., 74.

32

(45)

37

C. Istishna’

1. Pengertian Istishna’

Istishna’ adalah akad pembiayaan barang antara

pemesan/pembeli (mustashni’) dan penjual dan pembuat

(shani’) dalam bentuk pemesanan dan pembuatan barang

tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang

disepakati kedua belah pihak.33

Transaksi bai’ al-istishna’ merupakan kontrak

penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak

ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat

barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau

membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan

menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak

bersepakat atas harga serta sistem pembayaran.34Pembayaran

atas transaksi jual beli dengan akad Istishna’ dapat

dilaksanakan di muka, dengan cara angsuran dan /atau

ditangguhkan sampai jangka waktu pada masa yang akan

datang.35Menurut jumhur Fuqaha, bai’ Istishna’ merupakan

suatu jenis khusus dari akad bai’ as-salam. Oleh karena itu,

33

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah., 81.

34Dumairi Nor, Ekonomi Syariah Versi Salaf., 57.

(46)

38

ketentuan dalam bai’ Istishna’ mengikuti ketentuan dan aturan

bai’ as-salam.36

Skim ini adalah akad jual beli antara pemesan/pembeli

(mustashni’) dengan produsen/penjual (shani’) dimana barang

yang akan diperjual belikan harus dibuat (manufactured) lebih

dahulu dengan kriteria yang jelas. Dalam literatur fiqih klasik

Istishna’ disebutkan sebagai lanjutan dari Bai’ as-Salam.

Adapun yang membedakan Istishna’ dengan Bai’ as-Salam

adalah pada metode pembayaran sifat kontraknya.37 Pada Bai’

as-Salam, pembayaran harus dilakukan pada saat pelaksanaan

akad sedangkan pada Istishna’, pembayaran bersifat fleksibel

dimana pembayaran tidak dilakukan secara lunas tetap bertahap

sesuai dengan barang yang diterima pada termin waktu

tertentu. Sifat kontrak pada skim as-Salam adalah mengikat

secara asli pada semua pihak dari semula, sedangkan pada

istishna’, bersifat mengikat secara ikutan untuk melindungi

produsen sehingga tidak ditinggalkan begitu saja oleh

konsumen.38

Adapun skim istishna’ pada bank syariah umumnya

diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan kontruksi.

36Muhammad Syafi’I Antonio Bank Syariah dari Teori ke Praktik.,113.

37

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional Bank Syariah (Jakarta: Djambatan, 2001), 70.

38M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam-Fiqh Muamalat, (Jakarta:

(47)

39

Produkistishna’ menyerupai produk salam, namun dalam

produk istishna’ bank syariah dapat melakukan pembayaran

dalam beberapa kali (termin).39

2. Landasan hukum Bai’ Istishna’

Menurut Muhammad Syafi’I Antonio, landasan syariah

pada bai’ as-salam secara umum juga berlaku pada bai’

istishna’ bai’ istishna’ merupakan lanjutan dari bai’ as-salam.40

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama’

Indonesia telah mengeluarkanlandasan syariahpadaakad

Istishna’ dan dijelaskan dalamFatwa DSN MUI

No.06/DSN-MUI/IV/2000 tentang jual beli Istishna’ dan

No.22/DSN-MUI/III/2002 tentang jual beli Istishna’ Paralel yang telah

ditetapkan pada tanggal 14 Muharram 1423 H/ 28 Maret 2002

M.41

3. Rukun dan Syarat Bai’ Istishna’

Dalam pelaksanaan akad Istishna’ terdapat beberapa rukun

dan syarat yang harus dipenuhi. Rukun-rukun yang harus dipenuhi

dalam pelaksanaan akad Istishna’ adalah sebagai berikut :

a. Pelaku akad, yaitu mustashni’ (pembeli) adalah pihak yang

membutuhkan dan memesa barang, dan shani’ (penjual)

adalah pihak yang memproduksi barang pesanan.

39Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan,. 81.

40

Muhammad Syafi’I Antonio Bank Syariah.,114.

41

(48)

40

b. Objek akad, yaitu barang atau jasa (mashnu’) dengan

spesifikasinya dan harga (tsaman).

c. Shighat, yaitu Ijab dan Qabul.42

Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan

akad Istishna’yaitu :

a. Jenis barang yang dipesan harus jelas.

b. Macamnya harus jelas.

c. Kadar/ukurannya jelas.

d. Sifatnya juga jelas.43

42

Ascarya, Akad dan Produk., 97.

43

(49)

48 BAB III

OPERASIONAL MURA>BAHAH PADA PRODUK TABUNGAN EMAS TERHADAP KEUNTUNGAN DANA TITIPAN DI PEGADAIAN SYARIAH

CABANG BLAURAN SURABAYA

A. Gambaran Umum Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya.

1. Latar belakang dan sejarah berdirinya PT. Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya

Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya merupakan anak

Cabang dari Pegadaian kantor wilayah Dinoyo No.79 Surabaya.

Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya ini didirikan dan diresmikan

oleh Direktur Utama Kanwil Perum Pegadaian Syariah Surabaya Bapak

Dedi Kusdedi, SE, pada tanggal 1 April 2006.

Kantor Cabang Blauran Surabaya ini didirikan karena tuntutan

pasar atas kebutuhan masyarakat akan layanan jasa gadai syariah serta

dalam rangka mendukung target omset yang telah ditentukan oleh kantor

wilayah Pegadaian Surabaya. Letak kantor yang stategis dan merupakan

jalur utama ini juga menjadi pertimbangan selanjutnya bagi Pegadaian

Syariah Cabang Blauran ini untuk mendirikan kantor cabang di daerah

ini. Kantor Cabang Blauran ini tepat berada di pinggir jalan raya Blauran

No.74-76 Surabaya.

Adapun letak kantor yang sangat strategis membuat kantor

Pegadaian Syariah Cabang Blauran ini banyak didatangi oleh para calon

nasabah, di sekitar kantor cabang Blauran ini juga terdapat sederetan

(50)

49

menjadi tantangan tersendiri bagi pihak manajemen untuk lebih

meningkatkan pelayanan agar dapat menarik minat nasabah, Pihak

manajemen Pegadaian Syariah Cabang Blauran ini menegaskan

bahwasannya setiap bisnis sudah tentu wajar jika terdapat pesaing

didalamnya, yang terpenting pihak manjemen yang mereka kelola harus

benar-benar bisa membuat nasabah tertarik untuk menggunakan jasa dari

Pegadaian Syariah, dengan cara memberikan pelayanan yang terbaik

melebihi harapan konsumen, selanjutnya pihak manajemen juga terus

menerus melakukan inovasi produk agar nantinya nasabah tertarik akan

produk-produk yang ditawarkan, sehingga pada nantinya masyarakat akan

lebih memilih menggunakan produk-produk jasa dari Pegadaian Syariah.1

2. Visi dan Misi PT. Pegadaian Syariah

Pegadaian Syariah secara keseluruhan, baik Pegadaian Syariah

Pusat, Cabang maupun Unit mempunyai visi dan misi yang sama, yaitu

sebagai berikut:

Visi :

“Sebagai solusi bisnis terpadu terutama berbasis gadai yang selalui

menjadi market leader dan mikro berbasis fidusia selalu menjadi yang

terbaik untuk masyarakat menengah kebawah”.

1Achmad Zainuddin, Wawancara, Pimpinan Cabang PT.Pegadaian Syariah Cabang Blauran

(51)

50

Adapun misinya adalah :

a. Memberikan pembiayaan yang tercepat, termudah, aman dan selalu

memberikan pembinaan terhadap usaha golongan menengah kebawah

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

b. Memastikan pemerataan pelayanan dan infrastruktur yang memberikan

kemudahan dan kenyamanan diseluruh pegadaian dalam

mempersiapkan diri menjadi pemain regional dan tetap menjadi pilihan

utama masyarakat.

c. Membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

golongan menengah kebawah dan melaksanakan usaha lain dalam

rangka optimalisasi sumber daya perusahaan.

3. Struktur Organisasi Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya

Pegadaian Syariah Cabang Blauran mempunyai sebuah tim khusus

yang menangani transaksi operasional dalam sehari-harinya. Adapun tim

khusus tersebut beranggotakan.2

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya

2Achmad Tufarid, Wawancara, Kasir Cabang PT.Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya,

06 Juli 2016.

Pemimpin Cabang Ahmad Zainuddin

Penaksir I Nurul Lailiani

Penaksir II

[image:51.612.135.519.145.677.2]
(52)

51

4. Deskripsi Tugas dan Jabatan

Adapun deskripsi tugas dan jabatan di Pegadaian Syariah secara

keseluruhan, baik Pegadaian Syariah Pusat, Cabang maupun Unit

m

Gambar

  Gambar 3.1 Struktur Organisasi Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya
Tabel 3.1 Setoran, Saldo Minimum, dan Biaya Tabungan Emas
  Tabel 3.2 Buku rekening nasabah tabungan emas

Referensi

Dokumen terkait

Pegadaian Persero Cabang Syariah Landungsari Kota Malang dikenal dengan nama Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi MULIA yang merupakan pembiayaan jual beli emas logam

Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Blauran Surabaya karena, jumlah populasi nasabah produk gadai (rahn) adalah populasi yang infinit, di mana jumlah populasi yang akan

Skripsi ini yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam dan Fatwa DSN-MUI Nomor 92 Tahun 2014 Terhadap Praktik Produk Amanah di Pegadaian Syariah Cabang Blauran

Perum Pegadaian Syariah Cabang Blauran yang terletak di Jalan Blauran No.74-76, Surabaya berdiri pada tanggal 1 April 2006 dan mulai efektif bekerja melayani

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Produk Murabahah Terhadap investai emas di Perum Pegadaian Syariah Cabang Subrantas dan untuk

Pelaksanaan kedua akad ini dalam produk tabungan emas juga sudah sesuai dengan teori yang berkaitan mengenai teori murābaḥah yaitu Pegadaian Syariah bertindak sebagai

“Analisis Operasional Mura&gt;bahah pada Produk Tabungan Emas Terhadap Keuntungan Dana Titipan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya”.. Identifikasi dan Batasan

Penelitian ini di lakukan untuk megetahui strategi pemasaran produk Tabungan Emas pada PT Pegadaian Syariah Cabang Kebun Bunga Banjarmasin serta kendala apa yang