• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PEMAHAMAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN KARAKTER SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 MAGELANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PEMAHAMAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN KARAKTER SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 MAGELANG."

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

i

SMP NEGERI 13 MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh : AJIK ARFIAN NIM. 10401241027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“ Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar -sukarnya yang boleh direbut oleh manusia adalah menundukkan diri sendiri”

(RA. Kartini)

“ Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah “

( Lessing )

“ Selalu jadi diri sendiri dan jangan pernah menjadi orang lain meskipun mereka tampak lebih baik dari Anda. Sukses tidak diukur menggunakan kekayaan, sukses

(6)

vi

PERSEMBAHAN Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:

Kedua orang tua, Bapak Ana Marsudi dan Ibu Rowiyati, yang telah memebimbing dan selalu memberikan dukungan yang sangat berharga bagi penulis dalam

menjalani hari–harinya

Kakak saya Arik Choirodin dan adik saya Asraf Giovanni yang telah memberikan motivasi, serta Agustina Indriyani yang telah memberikan banyak saran serta

dukungan dalam proses menyeleseikan perkuliahan

Almarhum Bripda. Aditya Ichwan Brahmantya,terima kasih telah memberikan motivasi dan mengajarkan untuk selalu ikhlas dalam menjalani setiap pekerjaan.

Teman–teman PKnH 2010 yang selama kurang lebih 4 tahun ini menjadi bagian dalam hidup saya, kalian mengajarkan banyak hal yang berharga dalam menjalani

(7)

vii

HUBUNGAN PEMAHAMAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN KARAKTER SISWA KELAS VIII SMP

NEGERI 13 MAGELANG Oleh

Ajik Arfian NIM 10401241027

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemahaman nilai-nilai Pancasila dengan karakter siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Magelang. Karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, yaitu: religius, berjiwa kemanusiaan, nasionalis, demokratis, dan berjiwa sosial.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Magelang yang berjumlah 219 siswa dari 8 kelas. Teknik pengambilan sampel yaitu teknik proportional random sampling sebanyak 30%. Setiap kelas diambil sampel sebanyak 8-9 siswa secara acak (random) sehingga memenuhi sampel yang dibutuhkan yakni sebanyak 70 siswa. Terdapat dua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tes dan kuesioner (angket) yang telah diuji validitas dan reliabilitas sebelumnya. Uji validitas terhadap kedua instrumen tersebut menggunakan rumus korelasi product moment. Uji reliabilitas instrumen tes menggunakan rumus K-R 20, sedangkan uji reliabilitas instrumen angket menggunakan rumus Alpha. Data diperoleh dari tes dan kuesioner (angket) yang telah diisi oleh responden. Sebelum dilakukan analisis maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas sampel menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dan uji linieritas. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pemahaman nilai-nilai Pancasila dengan karakter siswa SMP Negeri 13 Magelang. Nilai r hitung sebesar 0,637 dan probabilitas sebesar 0,000 (0,000<0,01). Dari 70 siswa yang diteliti, sebanyak 30 siswa (42,86%) memiliki pemahaman nilai-nilai Pancasila sangat tinggi, sebanyak 38 siswa (54,28%) mempunyai pemahaman yang tinggi, dan sebanyak 2 siswa (2,86%) mempunyai pemahaman sedang. Sementara itu karakter siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Magelang dari 70 sampel yang diteliti, sebanyak 19 siswa (27,14%) sangat tinggi, sebanyak 31 siswa (44,30% ) tinggi, sebanyak 19 siswa (27.14%) sedang dan sebanyak 1 siswa (1,42%) rendah.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil’alamin, segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Pemahaman Nilai – Nilai Pancasila dalam Pembelajaran PKn dengan Karakter siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Magelang” dengan baik dan lancar.

Dalam penyusunan skripsi ini tak lepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag., selaku Dekan FIS UNY yang telah memberikan ijin untuk penelitian ini.

2. Cholisin, M.Si., selaku Wakil Dekan I yang telah memberikan ijin untuk penelitian ini.

3. Dr. Samsuri, M.Ag., selaku Ketua Jurusan PKnH FIS UNY atas ijin yang diberikan untuk penyusunan skripsi ini.

4. Muchson AR, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan masukan, bimbingan, arahan, dan dorongan motivasi dalam penelitian, penyusunan, dan penulisan hasil skripsi ini.

5. Sri Hartini, M.Hum., selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan dan nasehat selama kuliah.

6. Seluruh dosen, dan staf prodi PKn FIS UNY yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung.

(9)

ix

8. Siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Magelang yang telah bersedia sebagai subjek dalam penelitian ini

9. Rekan-rekan PKnH 2010 yang telah membantu dan memberikan dorongan motivasi sehingga skripsi ini dapat terseleseikan.

10. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih memiliki kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya berikutnya. Semoga karya ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin.

Yogyakarta, September 2014 Penulis

(10)

x

2. Tinjauan Nilai – Nilai Pancasila a) Pengertian Nilai……… 12 a) Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan……….. 25

b) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan……… 26

c) Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan……….. 26

(11)

xi

D. Definisi Operasional………... 43

E. Subjek Penelitian………... 46

F. Teknik Pengumpulan Data………. 46

G. Instrumen Penelitian………... 48

H. Uji Coba Instrumen………. 51

I. Teknik Analisis Data………... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi, Subyek dan Waktu Penelitian……….... 58

B. Hasil Penelitian Deskriptif……….. 63

C. Pembahasan ……… 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 82

B. Implikasi Hasil Penelitian………... 82

C. Saran………... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Nilai Karakter dalam Pancasila ... 2

Tabel 2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 6

Tabel 3 Jumlah Siswa Kelas VIII SMP N 13 Magelang ... 45

Tabel 4 Kisi – Kisi Soal Pemahaman Nilai – Nilai Pancasila... 48

Tabel 5 Skor Angket ... 49

Tabel 6 Kisi – Kisi Instrumen Karakter Siswa……….. 50

Tabel 7 Kategori Indikator Variabel ... 51

Tabel 8 Daftar Siswa SMP N 13 Magelang ... 60

Tabel 9 Rincian Subjek Penelitian ... 62

Tabel 10 Waktu Penelitian ... 63

Tabel 11 Deskripsi Statistik Nilai – Nilai Pancasila ... 64

Tabel 12 Deskripsi Hasil Penelitian Nilai – Nilai Pancasila ... 65

Tabel 13 Deskripsi Statistik Karakter Siswa ... 67

Tabel 14 Deskripsi Hasil Penelitian Karakter Siswa ... 68

Tabel 15 Uji Validitas Pemahaman Nilai – Nilai Pancasila ... 70

Tabel 16 Uji Validitas Karakter Siswa... 71

Tabel 17 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 72

Tabel 18 Uji Normalitas Data ... 73

Tabel 19 Uji Linieritas ... 74

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Skema Kerangka Berpikir ... 41

Gambar 2 Variabel Penelitian ... 43

Gambar 3 Deskripsi Hasil Pemahaman Nilai – Nilai Pancasila ... 66

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 88

Lampiran 2 Silabus ... 99

Lampiran 3 SK Dosen Pembimbing ... 104

Lampiran 4 SK Penguji ... 105

Lampiran 5 Surat Keterangan Ijin Penelitian ... 106

Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 107

(15)

1 A.Latar Belakang

Pada dasarnya karakter akan nampak pada sikap dan perilaku seseorang. Karakter yang baik sangat penting dimiliki oleh semua siswa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang mempunyai karakter yang belum ideal. Tentu ini akan menjadi permasalahan yang serius jika tidak segera dicarikan jalan keluar.

Sebagai bangsa Indonesia tentu saja kita harus mempunyai karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang mempunyai nilai-nilai yang relevan untuk dijadikan pedoman dalam membentuk karakter siswa. Para pendiri bangsa ini merumuskan Pancasila dengan memasukkan unsur-unsur nilai yang lengkap didalamnya. Diantaranya adalah nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Kelima unsur tersebut oleh Founding Fathers akhirnya dijadikan dasar untuk membuat dasar negara bangsa ini.

(16)

Jika melihat nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila maka kita akan menemukan berbagai karakter, berikut ini karakter yang terkandung dalam Pancasila:

Tabel 1: Nilai Karakter dalam Pancasila

NO SILA KARAKTER

1 Ketuhanan Yang Maha Esa Relijius

2 Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Berjiwa

Kemanusiaan/Manusia wi

3 Persatuan Indonesia Nasionalis

4 Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan

Demokratis

5 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Berjiwa Sosial

Nilai karakter diatas merupakan nilai karakter utama yang terdapat dalam masih terdapat berbagai karakter dari penjabaran atas nilai karakter utama tersebut. Dengan mempunyai karakter yang sesuai dengan karakter Pancasila diatas maka siswa akan terbentuk sebagai warga negara yang berkualitas dan dapat menjadi generasi bangsa yang baik. Nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan nilai luhur bangsa Indonesia yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Jika nilai-nilai Pancasila luntur maka sama saja bangsa ini kehilangan kepribadian bangsa.

(17)

Magelang memang memiliki karakter yang belum ideal. SMP N 13 Magelang merupakan salah satu sekolah menengah pertama negeri yang terletak di Kota Magelang. Karakter yang dimiliki oleh sebagian siswa SMP N 13 masih belum ideal, hal ini terlihat dari fakta di lapangan. Contohnya, sebagian siswa masih belum melaksanakan kewajibannya sebagai umat beragama. Fakta ini didapat dari guru agama SMP N 13 Magelang yang menyatakan bahwa tingkat siswa untuk melaksanakan kewajiban umat beragama masih rendah. Hal ini mencerminkan bahwa sebagian siswa SMP N 13 Magelang kurang religius, karena seharusnya dalam berdoa harus melaksanakannya dengan khidmat. Tentu saja ini bertolak belakang sila pertama Pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa.

Jiwa kemanusiaan yang dimiliki sebagian siswa SMPN 13 Magelang juga masih rendah. Hal ini terlihat dari masing kurang sikap menjunjung nilai-nilai kemanusiaan antar teman.Tentu saja hal ini belum sesuai dengan sila kedua Pancasila yakni Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Sesama umat manusia seharusnya kita mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

(18)

Sebagaian siswa SMP N 13 Magelang bisa dibilang belum demokratis. Hal ini terlihat saat pembagian tugas kelas, walaupun sebelumnya dalam pembagian tugas tersebut telah dimusyawarahkan dan diambil keputusan bersama. Namun pada saat pelaksanaan tugas tersebut terdapat beberapa siswa yang menolak untuk melaksanakan keputusan tersebut. Hal ini bertolak belakang dengan sila ke empat, yakni Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Karena seharusnya kita harus mempunyai niat baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah sesuai dengan yang diamanatkan dalam sila keempat.

Jiwa sosial yang dimiliki sebagian siswa SMP N 13 Magelang masih rendah, hal ini terlihat saat sekolah mengadakan program rutin bersih-bersih lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah. Ada sebagian siswa yang kurang antusias dengan kegiatan ini, justru mereka menghindar dan tidak membantu siswa yang lain melakukan kegiatan bersih-bersih. Seharusnya semua siswa harus saling bahu-membahu melaksanakan kegiatan tersebut. Sesuai dengan sila kelima yakni, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, bahwa kita harus mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.

(19)

mempunyai karakter yang belum ideal ini akan mempengaruhi siswa lain untuk mengikuti jejaknya.

Pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila merupakan hal yang harus dilakukan untuk membentuk karakter siswa yang sesuai dengan nilai–nilai Pancasila. Pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila bukanlah sekedar tahu terhadap nilai-nilai tersebut, namun harus benar-benar memahami nilai-nilai tersebut. Selain pemahaman nilai-nilai Pancasila, pengamalan nilai-nilai Pancasila seperti yang tertuang dalam butir pengamalan akan membentuk karakter siswa yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Yakni akan membentuk sosok siswa yang Religius sesuai dengan sila pertama, mempunyai jiwa Kemanusiaan yang tinggi sesuai dengan sila kedua, mempunyai rasa Persatuan sesuai dengan sila ketiga, dengan mempunyai rasa persatuan yang tinggi maka siswa akan lebih menghargai perbedaan yang ada. Bhineka Tunggal Ika walau berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Selain itu juga mempunyai jiwa Demokrasi yang tinggi sehingga dalam pemecahan masalah yang terjadi dapat dilakukan dengan cara yang baik. Serta mempunyai sikap yang adil terhadap apapun yang terjadidan mempunyai Jiwa Sosial dalam kehidupan sehari-hari.

(20)

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Yakni seperti: metode pembelajaran yang digunakan, sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, serta faktor–faktor lainnya. Tingkat pemahaman nilai–nilai Pancasila siswa ini akan terlihat setelah diadakannya penelitian. Berikut ini adalah SK dan KD materi Pancasila:

Tabel 2: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila

Menjelaskan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara

Menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara

Menunjukkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat Sumber: Lampiran Permendiknas 22 Tahun 2006

(21)

nilai-nilai Pancasila maka hal tersebut diharapkan bisa menjadi rujukan dalam pembentukan karakter.

Dalam tingkat sekolah menegah pertama materi mengenai Pancasila baru diajarkan di kelas VIII semester satu. Materi mengenai Pancasila memuat nilai-nilai yang sangat penting dan bisa dijadikan pedoman dalam pembentukan karakter siswa. Selain pembelajaran yang baik juga harus diimbangi dengan informasi pentingnya nilai-nilai Pancasila bagi warga negara. Kurangnya informasi mengenai pentingnya nilai-nilai Pancasila akan menjadi hambatan tersendiri dalam pembentukan karakter siswa. Selama ini di SMP N 13 Magelang belum ada informasi pentingnya nilai-nilai Pancasila dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesadaran siswa untuk memahamami nilai-nilai Pancasila diluar pembelajaran pun masih rendah.

(22)

siswa mempunyai pemahaman yang baik maka hasil dari pengukuran pemahaman siswa akan baik juga.

Mengutip MPR, Samsuri (2011) menjelaskan bahwa visi Indonesia 2020 memuat idealitas perwujudan masyarakat Indonesia yang memeiliki karakter relijius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil sejahtera, maju, mandiri, serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara. Melihat karakter yang terdapat dalam visi Indonesia 2020 tersebut, nampaknya Pancasila merupakan senjata yang wajib digunakan untuk membangun karakter yang menjadi visi Indonesia 2020.

Untuk mewujudkan visi Indonesia 2020 tersebut maka pemahaman siswa akan nilai–nilai Pancasila harus ditingkatkan. Keberhasilan pembentukan siswa yang baik tentu akan tercapai apabila ada kerjasama dari berbagai elemen dalam mewujudkan hal tersebut. Jangan sampai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila hanya akan menjadi sebuah pepatah kosong yang syarat akan makna luar biasa. Namun perlu diingat bahwa untuk membangun bangsa yang baik perlu adanya fondasi nilai dan Pancasila mempunyai nilai yang sangat lengkap untuk dijadikan fondasi tersebut.

(23)

penyakit, dan nilai-nilai Pancasila merupakan obat untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Dengan demikian maka pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila merupakan salah satu solusi untuk membentuk karakter siswa menjadi lebih baik.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan ke dalam beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Belum idealnya karakter sebagian siswa SMP N 13 Magelang.

2. Masih kurangnya informasi mengenai pentingnya pemahaman nilai-nilai Pancasila di SMP N 13 Magelang.

3. Masih rendahnya kesadaran siswa untuk memahami nilai-nilai Pancasila diluar pembelajaran.

4. Belum adanya kegiatan diluar pembelajaran yang secara khusus mengajarkan nilai-nilai Pancasila selain pramuka.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi di atas, ditemukan berbagai permasalahan di SMP Negeri 13 Magelang. Agar penelitian lebih fokus, maka peneliti memfokuskan kepada permasalahan, hubungan pemahaman nilai-nilai Pancasila dengan karakter siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Magelang.

D.Rumusan Masalah

(24)

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut: Untuk mengetahui hubungan pemahaman nilai-nilai Pancasila dengan karakter siswa SMP Negeri 13 Magelang.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, baik manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis, manfaat-manfaat tersebut diantaranya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat yang positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan. Karena bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat pemahaman nilai-nilai Pancasila siswa dengan karakter yang dimiliki siswa tersebut.

2. Manfaat Praktis

(25)
(26)

11 A.Deskripsi Teori

1. Tinjauan Tentang Pemahaman

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Sedangkan menurut para ahli pengertian pemahaman adalah sebagai berikut: Suharsimi (2009:118) menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan.Pemahaman menurut Sadiman (1996:109) adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Sementara itu, pengertian pemahaman menurut Anas Sudijono (1997), adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan.

(27)

prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok, dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat tertinggi yaitu pemahaman ektrapolasi. Oleh karena itu maka pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk memahami serta mengingat kembali apa yang telah dia terima sebelumnya.

2. Tinjauan Nilai – Nilai Pancasila a. Pengertian Nilai

Nilai atau “Value” (bhs. Inggris) termasuk bidang kajian filsafat. Persoalan-persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari salah satu cabang filsafat yaitu filsafat nilai (Axiology, Theory of Value). Filsafat sering juga diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah nilai dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya

“keberhargaan”(Worth) atau “kebaikan” (goodness), dan kata kerja yang

artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian.

(28)

intelektual (benar-salah), nilai estetika (indah-tidak indah), dan nilai etika (baik-buruk). Sementara itu, menurut Kaelan (2002 : 123), nilai itu pada hakekatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai, artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu.

b. Bentuk dan Susunan Pancasila 1) Bentuk Pancasila

Bentuk Pancasila di dalam pengertian ini diartikan sebagai rumusan Pancasila sebagaimana tercantum di dalam alinea keempat Pembukaan

UUD’45. Pancasila sebagai suatu sistem nilai mempunyai bentuk yang

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) Merupakan kesatuan yang utuh, semua unsur dalam Pancasila menyusun suatu keberadaan yang utuh. Masing-masing sila membentuk pengertian yang baru. Kelima sila tidak dapat dilepas satu dengan lainnya. Walaupun masing-masing sila berdiri sendiri tetapi hubungan antar sila merupakan hubungan yang harmonis.

(29)

c) Sebagai suatu kesatuan yang mutlak, tidak dapat ditambah atau dikurangi. Oleh karena itu Pancasila tidak dapat diperas, menjadi trisila yang meliputi sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, ketuhanan, atau eka sila yaitu gotong royong sebagaiman dikemukakan oleh Ir. Soekarno.

2) Susunan Pancasila

Pancasila sebagai suatu sistem nilai disusun berdasarkan urutan logis keberadaan unsur-unsurnya. Oleh karena itu sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) ditempatkan pada urutan yang paling atas, karena bangsa Indonesia meyakini segala sesuatu berasal dari Tuhan dan akan kembali kepadaNya. Tuhan dalam bahasa filsafat disebut dengan Causa Prima, yaitu Sebab Pertama, artinya sebab yang tidak disebabkan oleh segala sesuatu yang disebut oleh berbagai agama dengan

“Nama” masing-masing agama.

(30)

Setelah prinsip kemanusiaan dijadikan landasan, maka untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan manusia-manusia itu perlu untuk bersatu membentuk masyarakat (negara), sehingga perlu adanya persatuan (sila ketiga). Persatuan Indonesia erat kaitannya dengan nasionalisme. Rumusan sila ketiga tidak mempergunakan awalan ke dan akhiran an, tetapi awalan per dan akhiran an. Hal ini dimaksudkan ada dimensi yang bersifat dinamik dari sila ini. Persatuan atau nasionalisme Indonesia terbentuk bukan atas dasar persamaan suku bangsa, agama, bahasa, tetapi dilatarbelakangi oleh historis dan etis. Historis artinya karena persamaan sejarah, senasib sepenanggungan akibat penjajahan. Etis, artinya berdasarkan kehendak luhur untuk mencapai cita-cita moral sebagai bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat, adil dan makmur. Oleh karena itu persatuan Indonesia, bukan sesuatu yang terbentuk sekali dan berlaku untuk selama-lamanya. Persatuan Indonesia merupakan sesuatu yang selalu harus diwujudkan, diperjuangkan, dipertahankan, dan diupayakan secara terus menerus. Semangat persatuan atau nasionalisme Indonesia harus selalu dipompa, sehingga semakin hari semakin kuat dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.

(31)

Sila kelima Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia ditempatkan pada sila terakhir, karena sila ini merupakan tujuan dari negara Indonesia yang merdeka.

Oleh karena itu masing-masing sila mempunyai makna dan peran sendiri-sendiri. Semua sila berada dalam keseimbangan dan berperan dengan bobot yang sama. Akan tetapi karena masing–masing unsur mempunyai hubungan yang organis, maka sila yang diatas menjiwai sila yang berada dibawahnya. Misalnya, sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjiwai dan meliputi sila kedua, ketiga, keempat dan kelima. Demikian seterusnya untuk sila ketiga, keempat, kelima (Rukiyati, 2008:28).

c. Nilai-Nilai dalam Pancasila

Pancasila yang berisi seperangkat nilai-nilai dasar ideal, merupakan komitmen kebangsaan, identitas bangsa dan menjadi dasar pembangunan karakter keindonesiaan. Mendasarkan pada perspektif teori fungsionalisme struktural, sebuah negara bangsa yang majemuk seperti Indonesia membutuhkan nilai bersama yang dapat dijadikan nilai pengikat integrasi (integrative value), titik temu (common denominator), jati diri bangsa ( national identity) dan sekaligus nilai yang dianggap baik untuk diwujudkan

(ideal value) (Winarno Narmoatmojo, 2010: 1)

(32)

yang satu. Pancasila sebagai suatu sistem nilai termasuk kedalam nilai moral (nilai kebaikan) dan merupakan nilai–nilai dasar yang bersifat abstrak.

Menurut Moerdiono (dalam Mulyono: 2-3) terdapat tiga tataran nilai dalam ideology Pancasila yaitu dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis. Ketiga nilai tersebut adalah sebagai berikut:

1) Nilai dasar, yaitu suatu nilai yang bersifat amat abstrak dan tetap, yang terlepas dari pengaruh perubahan waktu. Nilai dasar merupakan prinsip, yang bersifat amat abstrak bersifat amat umum, tidak terikat oleh waktu dan tempat, dengan kandungan kebenaran yang bagaikan aksioma. Dari segi kandungan nilainya, maka nilai dasar yang berkenaan dengan eksistensi sesuatu, yang mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar dan ciri khasnya. Nilai dasar Pancasila ditetapkan oleh para pendiri negara. Nilai dasar Pancasila tumbuh baik dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan yang telah menyengsarakan rakyat, maupun dari cita-cita yang ditanamkan dalam agama dan tradisi tentang suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan kebersamaan, persatuan dan kesatuan seluruh warga masyarakat.

(33)

dan dinamik dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama, dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Dari kandungan nilainya, maka nilai instrumental merupakan kebijaksanaan, strategi, organisasi, sistem, rencana, program, bahkan proyek-proyek yang menindaklanjuti nilai dasar tersebut. Lembaga negara yang berwenang menyusun nilai instrumental ini adalah MPR, Presiden, dan DPR.

3) Nilai praksis, yaitu nilai yang terdapat dalam kenyataan sehari-hari, berupa cara bagaimana rakyat melaksanakan (mengaktualisasikan) nilai pancasila. Nilai praksis terdapat pada demikian banyak wujud penerapan nilai–nilai Pancasila, baik secara tertertulis maupun tidak tertulis, baik oleh cabang eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, oleh organisasi kemasyarakatan, oleh badan-badan ekonomi, oleh pimpinan kemasyarakatan, bahkan oleh warganegara secara perseorangan.

(34)

d. Makna Sila Sila Pancasila

Dalam sila-sila yang terdapat dalam Pancasila mengandung arti dan makna sebagai berikut:

1) Arti dan Makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa

a) Pengakuan adanya kausa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha Esa

b) Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya

c) Tidak memaksa warga negara untuk beragama, tetapi diwajibkan memeluk agama sesuai dengan hukum yang berlaku

d) Atheisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia

e) Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragam, toleransi umat antar umat dan dalam beragama

f) Negara memberi fasilitas bagi tumbuh kembangnya agam dan iman warga negara dan menjadi mediator ketika terjadi konflik antar agama 2) Arti dan Makna sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

a) Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan. Maksudnya, kemanusiaan itu mempunyai sifat yang universal b) Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa.

c) Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah. 3) Arti dan Makna sila Persatuan Indonesia

a) Nasionalisme

(35)

c) Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa

d) Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan perbedaan warna kulit

e) Menumbuhkan rasa nasib sepenanggungan

4) Arti dan Makna sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan

a) Hakikat dari sila ini adalah demokrasi

b) Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan bersama

c) Dalam melakukan keputusan diperluan kejujuran bersama 5) Arti dan Makna sila Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

a) Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat

b) Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama menurut potensi masing-masing

c) Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai dengan bidangnya

(Rukiyati, 2008: 65-72) e. Butirbutir pengamalan Pancasila

(36)

Pengamalan Pancasila yang patut diamalkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa

a) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

c) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

d) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

e) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

f) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. g) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa kepada orang lain. 2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

(37)

b) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

c) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. d) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. e) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. f) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

g) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. h) Berani membela kebenaran dan keadilan.

i) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

j) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3) Persatuan Indonesia

a) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

b) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

c) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

(38)

e) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

f) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

g) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

a) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. b) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

c) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

d) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

e) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.

f) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

g) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

(39)

i) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

j) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

a) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.

b) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama. c) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. d) Menghormati hak orang lain.

e) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

f) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.

g) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

h) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.

i) Suka bekerja keras.

(40)

k) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

3. Tinjauan Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

(41)

mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter, yang dimanfaatkan olah pancasila dan UUD 1945.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk membangun karakter (character building) bangsa Indonesia yang antara lain:

1) Membentuk kecakapan partisipatif warga negara yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2) Menjadikan warga negara Indonesia yang cerdas, aktif, kritis, dan demokratis, namun tetap memiliki komitmen menjaga persatuan dan integritas bangsa.

3) Mengembangkan kultur demokrasi yang berkeadaban, yaitu kebebasan, persamaan, toleransi, dan tanggung jawab.

c. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

(42)

1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

3) Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.

5) Konstitusi Negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.

(43)

7) Pancasila meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar Negara dan ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.

8) Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

4. Tinjauan Karakter a. Pengertian Karakter

John M. Echols dan Hassan Shadly (2006:107) menyebutkan bahwa karakter berasal dari bahasa inggris yaitu character yang berarti watak, karakter atau sifat.

Menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan, Doni Koesoema memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.

Peterson dan Seligman mengaitkan secara langsung character strength dengan kebajikan. Character stenghth dipandang sebagai

(44)

membangun kehidupan yang baik, yang bermanfaat bagi dirinya, orang lain,

dan bangsanya (Fatchul Mu’in, 2011:160). Oleh karena itu karakter adalah

sikap dan perilaku yang Nampak pada diri seseorang. b. Pendidikan Karakter

Sebelum membicarakan pendidikan karakter maka akan diuraikan terlebih dahulu apa itu pendidikan. Menurut Yahya Khan (2010: 1)

“Pendidikan merupakan sebuah proses yang menumbuhkan,

mengembangkan, mendewasakan, menata, dan mengarahkan”. Pendidikan

juga berarti proses pengembangan berbagai macam potensi yang ada dalam diri manusia agar dapat berkembang dengan baik dan bermanfaat bagi dirinya dan juga lingkungannya. Pendidikan (education) dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin ‘educare’ berarti memasukkan sesuatu. Dalam konteks ini, makna pendidikan adalah menanamkan nilai-nilai tertentu ke dalam kepribadian anak didik atau siswa.

Doni A. Koesoema (2007:100) menyebutkan bahwa pendidikan karakter sudah dimulai dari Yunani. Dari zaman inilah dikenal konsep arête (kepahlawanan) dari bangsa Yunani, kemudian konsepsi Socrates yang

mengajak manusia untuk memuli tindakan dengan “mengenali diri sendiri”

dan “ilusi pemikiran akan kebenaran. Menurut Megawangi dalam buku

Darmiyati (2009: 110) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai “Sebuah

usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka

(45)

Menurut Lickona Pendidikan Karakter mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good) (Lickona,

1991:5). Aspek-aspek dari tiga komponen karakter adalah: moral knowing. Terdapat enam hal yang menjadi tujuan dari diajarkannya moral knowing yaitu 1) kesadaran moral (moral awareness), 2) mengetahui nilai moral (knowing moral values), 3) perspective talking, 4) penalaran moral (moral

reasoning), 5) membuat keputusan (decision making), 6) pengetahuan diri

(self knowledge). Unsur moral knowing mengisi ranah kognitif mereka.

Terdapat enam hal yang merupakan aspek dari emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter, yakni: 1) nurani (conscience), 2) penghargaan diri (self esteem), 3) empati (empathy), 4) cinta kebaikan (loving the good), 5) kontrol diri (self control),

dan kerendahan hati (humality). Moral action perbuatan atau tindakan moral ini merupakan out come dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang untuk berbuat (act morally) maka harus dilihrus dilihat dari karakter yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).

Ada empat jenis pendidikan karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan dalam proses pendidikan, yaitu:

(46)

2) Pendidikan Karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa.

3) Pendidikan Karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan).

4) Pendidikan Karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis) (Yahya Khan, 2010: 2).

Menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2010) nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasikan dari sumber-sumber berikut ini:

1) Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat Bergama. Oleh karena itu, kehidupan individu masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah agama.

(47)

Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.

3) Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

4) Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai jalur satuan pendidikan diberbagai jalur dan jenjang. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Pendidikan karakter tentu mempunyai tujuan, tujuan dari pendidikan karakter menurut Nurul Zuriah (2007: 67) adalah sebagai berikut:

(48)

2) Siswa mampu mengembangkan watak atau tabiatnya secara konsisten dalam mengambil keputusan budi pekerti di tengah-tengah rumitnya kehidupan bermasyarakat saat ini.

3) Siswa mampu menghadapi masalah nyata dalam masyarakat secara rasional bagi pengambilan keputusan yang terbaik setelah melakukan pertimbangan sesuai dengan norma budi pekerti atau karakter.

4) Siswa mampu menggunakan pengalaman budi pekerti atau karakter yang baik bagi pembentukan kesadaran dan pola perilaku yang berguna dan bertanggung jawab atas tindakannya.

Pengembangan nilai nilai dan karakter diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP). Pengembangan nilai-nilai tersebut dalam silabus ditempuh melalui cara-cara sebagai berikut:

1) Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk menetukan apakah kandungan nilai-nilai dan karakter yang secara tersirat atau tersurat dalam SK dan KD di atas sudah tercakup didalamnya. 2) Menggunakan tabel 1 yang memperlihatkan keterkaitan antara SK/KD

dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan.

3) Mencantumkan nilai-nilai dan karakter bangsa dalam tabel 1 tersebut kedalam silabus.

(49)

5) Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai. 6) Memberikan bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan

untuk internalisasi nilai mau pun untuk menunjukkanya dalam perilaku (Kemendiknas, 2010:18).

c. Ciri–Ciri Karakter

Karakter memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut:

1) Karakter adalah siapakah dan apakah kamu pada saat orang lain sedang melihat kamu ( character is what you are when nobody is looking). 2) Karakter merupakan hasil dari nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan (

character is the result of values and beliefs).

3) Karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua(character is a habit that becomes second nature).

4) Karakter bukanlah reputasi atau apa yang dipikiran oleh orang lain terhadapmu(character is not reputation or what others think about you). 5) Karakter bukanlah seberapa baik kamu daripada orang lain (character is

not how much better you are than others).

6) Karakter tidak relatif (character is not relatif). d. Unsur–Unsur Karakter

(50)

1) Sikap

Sikap seseorang biasanya adalah merupakan bagian karakternya, bahkan dianggap sebagai cerminan karakter seseorang tersebut. Tentu saja tidak sepenuhnya benar, tetapi dalam hal tertentu sikap seseorang terhadap sesuatu yang ada di hadapannya, biasanya menunjukkan bagaimana karakternya.

2) Emosi

Kata emosi diadopsi dari bahasa latin emovere ( e berarti luar dan movere artinya bergerak). Sedangkan, dalam bahasa Prancis adalah

emouvoir yang artinya kegembiraan. Emosi adalah bumbu kehidupan.

Sebab, tanpa emosi, kehidupan manusia akan teras hambar. Manusia selalu hidup dengan berpikir dan merasa. Emosi identik dengan perasaan yang kuat.

3) Kepercayaan

Kepercayaan merupakan komponen kognitif manusia dari faktor

sosiopsikologis. Kepercayaan bahwa sesuatu itu “benar” atau “salah” atas

dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman, dan intuisi sangatlah penting untuk membangun watak dan karakter manusia. Jadi, kepercayaan itu memperkukuh eksistensi diri dan memperkukuh hubungan dengan orang lain.

(51)

dibentuk salah satunya oleh pengetahuan. Apa yang kita ketahui membuat kita menentukan pilihan karena kita percaya apa yang kita ambil berdasarkan apa yang kita ketahui.

4) Kebiasaan dan Kemauan

Kebiasaan adalah komponen konatif dari faktor sosiopsikologis. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis, tidak direncanakan. Ia merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi berkali–kali. Setiap orang mempunyai kebiasaan yang berbeda dalam menanggapi stimulus tertentu. Kebiasan memberikan perilaku yang dapat diramalkan.

5) Konsepsi Diri

Hal penting lainnya yang berkaitan dengan pembangunan karakter adalah konsepsi diri. Orang yang sukses biasanya adalah orang yang sadar bagaimana dia membentuk wataknya.

Proses konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadar maupun tidak sadar, tentang bagaimana karakter dan diri kita dibentuk. Konsepsi

diri adalah bagaimana “saya” menempatkan diri dalam kehidupan.

(52)

e. Karakter Menurut Kemendiknas

Terdapat beberapa karakter yang dirumuskan oleh Kemendiknas, berikut ini adalah nilai-nilai karakter tersebut:

1) Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2) Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3) Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4) Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja Keras

(53)

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7) Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8) Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9) Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10) Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11) Cinta Tanah Air

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

(54)

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13) Bersahabat/Komunikatif

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

14) Cinta Damai

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

15) Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16) Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17) Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

(55)

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

B.Kerangka Berpikir

Setiap orang diharapkan mempunyai karakter yang baik. Dengan mempunyai karakter yang baik maka orang tersebut akan mempunyai perilaku yang baik. Karakter akan mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Sebagai bangsa Indonesia tentu saja kita juga harus memiliki karakter yang baik juga. Karakter yang relevan untuk dijadikan pedoman adalah karakter Pancasila. Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia mempunyai nilai-nilai karakter yang lengkap dan sangat relevan untuk dijadikan pedoman dalam pembentukan karakter. Karena sebenarnya karakter itu bisa dibentuk dan dikembangkan. Salah satunya melalui jalur pendidikan. Namun tidak semua sekolah menggelar pendidikan karakter, sehingga ini menjadi permasalahan tersendiri. Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan memegang peranan untuk membentuk karakter siswa. Yakni karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai karakter juga diintergrasikan dalam setiap pembelajaran mata pelajaran.

(56)

siswa kelas VIII. Dengan pemahaman nilai-nilai Pancasila yang baik maka siswa diharapkan akan mempunyai karakter yang baik juga dan sesuai dengan karakter Pancasila. Karena pemahaman siswa terhadap nilai–nilai Pancasila dapat dijadikan sebagai landasan utama dalam pembentukan karakter siswa. Dengan pemahaman yang baik maka siswa diharapkan mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga akan terbentuk karakter yang baik juga. Oleh karena itu pemahaman nilai–nilai Pancasila sangat penting karena akan mempunyai hubungan dengan karakter yang dimiliki oleh siswa.

Berikut ini adalah skema pemikiran peneliti:

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

Dengan pemahaman nilai–nilai Pancasila yang baik maka hal tersebut diharapkan akan mempunyai hubungan yang positif dengan karakter yang dimiliki siswa. Sehingga dengan pemahaman nilai-nilai Pancasila yang baik karakter yang dihasilkan juga baik. Begitu juga sebaliknya, jika pemahaman nilai-nilai Pancasila siswa buruk maka karakter yang dimiliki siswa tersebut akan buruk juga.

C.Hipotesis

Dari kajian teori dan kerangka berpikir diatas maka dapat dirumuskan jawaban sementara atas rumusan masalah dalam bentuk hipotesis sebagai berikut: Ada hubungan pemahaman nilai-nilai Pancasila dengan karakter siswa.

Pemahaman Nilai

Nilai Pancasila

(57)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi. Menurut Sukardi (2009: 166) penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih. Didalam penelitian ini bertujuan untuk mencari ada tidaknya hubungan pemahaman nilai-nilai Pancasila dengan karakter siswa SMP Negeri 13 Magelang.

B.Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Tempat pelaksanaan penelitian ini di SMP N 13 Magelang yang beralamat di Jalan Pahlawan 167, Kecamatan Magelang Utara.

2. Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014. C.Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemahaman nilai-nilai Pancasila. Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2010: 119) variabel bebas adalah kondisi atau karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi.

(58)

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2010:199) variabel terikat adalah kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi pengubah atau mengganti variabel bebas.

Berikut ini adalah gambaran mengenai variabel yang terdapat dalam penelitian ini:

Gambar 2: Variabel Penelitian Keterangan:

X : Pemahaman nilai–nilai Pancasila siswa Y : Karakter Siswa

: Hubungan X dengan Y D.Definisi Operasional

1. Pemahaman

Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu yang telah dia ketahui atau dia dapatkan.

2. Nilai–nilai Pancasila

Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila. Terdapat nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.

(59)

3. Karakter

Karakter adalah watak atau sifat seseorang yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Terdapat berbagai karakter, namun dalam penelitian ini difokuskan terhadap karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, yakni Religius, Jujur, Tanggung Jawab, Toleransi, Manusiawi, Demokratis, Peduli Sosial, Nasionalis.

4. PKn

Pendidikan Kewarganegaraan atau PKn merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk warga negara yang memahami serta mampu melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter.

E.Subjek Penelitian 1. Populasi

(60)

Tabel 3: Rincian Jumlah Siswa Kelas VIII SMP N 13 Magelang Tahun Ajaran 2013/2014

No Kelas Jumlah Siswa

1 VIII A 29 siswa

2 VIII B 28 siswa

3 VIII C 28 siswa

4 VIII D 26 siswa

5 VIII E 28 siswa

6 VIII F 26 siswa

7 VIII G 26 siswa

8 VIII H 28 siswa

Jumlah 219 siswa

Sumber: Arsip SMP N 13 Magelang 2. Sampel

(61)

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proportional random sampling. Sehingga nantinya setiap kelas diambil sampel secara proporsional agar memenuhi 70 sampel yang diharapkan. Sehingga nantinya setiap kelas diambil sampel sebanyak 8-9 siswa. Setelah itu pemilihan sampel tersebut dilakukan secara acak ( random ) setiap kelasnya sehingga siswa disetiap kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Penggunaan teknik ini bertujuan agar nantinya data yang dihasilkan akan representatif. F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tes

Tes dalam penelitian ini dilakukan untuk mengukur tingkat pemahaman nilai-nilai Pancasila. Bentuk tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda tentang materi nilai-nilai Pancasila. Materi Pancasila tentu sangat luas, namun dalam instrumen ini materi hanya dibatasi pada nilai–nilai yang terkandung dalam Pancasila.Yakni yang berkaitan dengan nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.

2. Kuesioner atau Angket

(62)

berisi mengenai daftar cocok yang merujuk pada perilaku sehari – hari siswa SMP Negeri 13 Magelang, karena karakter siswa akan nampak pada perilaku mereka.

Dipandang dari bentuknya, kuesioner dapat dibedakan menjadi:

1) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

2) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.

3) Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan tanda check pada kolom yang sesuai.

4) Rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari setuju sampai ke sangat setuju (Suharsimi Arikunto, 2010: 195).

Pada penelitian ini digunakan kuesioner skala, karena aspek yang diukur dalam penelitian ini adalah karakter. Skala banyak digunakan untuk mengukur aspek-aspek kepribadian atau aspek kejiwaan yang lain. Sehingga dalam penelitian ini digunakan kuesioner dengan bentuk skala. Dalam Penelitian ini angket atau kuesioner bertujuan untuk mengukur seberapa baik karakter siswa SMP Negeri 13 Magelang. Karakter yang terdapat dalam angket tersebut adalah karakter yang sesuai dengan nilai – nilai Pancasila.

(63)

G.Instrumen Penelitian

Suharsimi Arikunto( 2010: 192) menyatakan bahwa instrumen adalah alat bantu berupa persiapan-persiapan pertanyaan yang akan ditanyakan sebagai catatan serta alat tulis untuk menuliskan jawaban yang akan diterima. Sehingga dengan kata lain instrumen adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur suatu variabel dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua instrumen yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data, kedua instrumen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman nilai-nilai Pancasila siswa. Soal tes dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda dengan jumlah 20 soal. Dalam instrumen ini berisi soal pilihan ganda yang memuat materi nilai-nilai Pancasila. Skor setiap soal yang benar dalam instrumen ini adalah 5. Sementara itu jika salah skor 0, sehingga nantinya skor maksimal dari soal tes ini adalah 100. Untuk memperoleh pengukuran yang diharapkan maka materi yang termuat dalam soal ini khusus mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Kisi– kisi soal tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4: Kisi-Kisi Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila

Variabel Indikator Item Jumlah

Pemahaman nilai-nilai Pancasila

Menjelaskan nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila

(64)

2. Kuesioner atau Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket skala. Angket skala digunakan untuk mengetahui karakter yang dimiliki oleh siswa. Angket skala bertingkat menunjuk kepada sebuah instrumen pengumpul data yang bentuknya seperti daftar cocok tetapi alternatif jawaban yang disediakan merupakan sesuatu yang berjenjang, dengan memberikan skor dari 1-4. Sehingga angket ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa baik karakter yang dimiliki oleh siswa. Karakter yang dimaksud adalah karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Berikut ini adalah skor dari angket tersebut:

Tabel 5: Skor Angket

(65)

secara proporsional terhadap kelima sila Pancasila. Sehingga setiap sila Pancasila mempunyai jumlah pertanyaan angket sebanyak 5. Kisi-kisi instrumen karakter siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 6: Kisi-Kisi Instrumen Karakter Siswa

No Indikator Item Jumlah

Nantinya akan dilakukan pengkategorian terhadap nilai masing-masing instrumen tersebut. Dari nilai tersebut dibagi menjadi 5 kategori berdasarkan mean ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (Si). Rumus untuk mencari mean ideal dan standar deviasi ideal adalah sebagai berikut:

(66)

Standar deviasi ideal (Si) = (nilai maksimum – nilai minimum)

Rumus yang digunakan untuk mencari kategori indikator dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7: Kategori Indikator Variabel

Kategori Rumus Norma

Sangat Rendah X ≤ µ - 1.8 SD

Rendah µ - 1.8 SD < X ≤ µ - 0.6 SD Sedang µ - 0.6 SD < X ≤ µ + 0.6 SD Tinggi µ + 0.6 SD < X ≤ µ + 1.8 SD Sangat Tinggi X > µ + 1.8 SD

Sumber: Saifuddin Azwar (2010) H.Uji Coba Instrumen

Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data, instrumen penelitian akan diuji coba terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, uji coba instrumen akan dilakukan kepada siswa SMP N 13 Magelang kelas VIII yang tidak masuk dalam sampel penelitian.

1. Validitas instrumen

(67)

apa yang diinginkan. Untuk menguji validitas instrumen terdapat tiga cara, yaitu pengujian validitas konstruksi, pengujian validitas isi, dan pengujian validitas eksternal.

Suharsimi Arikunto (2010: 211) menyatakan bahwa, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau shahih mempunyai validitas tinggi. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap apa yang diinginkan.

Dalam penelitian ini terdapat dua instrumen yang akan diuji validitasnya, yaitu sebagai berikut:

a. Uji Validitas Instrumen Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Siswa

Uji validitas instrumen pemahaman nilai-nilai Pancasila siswa pada penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment. Rumus korelasi product moment adalah sebagai berikut:

=

Keterangan :

: koefisien korelasi antara Variabel X dan Y : jumlah subjek

(68)

: jumlah X kuadrat : jumlah y kuadrat ( Suharsimi arikunto, 2002; 146)

Kriteria pengujian dikatakan valid apabila hitung lebih besar atau sama dengan r tabel pada taraf signifikansi 5%. Sebaliknya jika nilai koefisien korelasi hitung lebih kecil dari r tabel maka instrumen tersebut tidak valid.

b. Uji Validitas Instrumen Karakter Siswa

Instrumen karakter siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner. Untuk uji validitas yang digunakan terhadap instrumen tersebut sama dengan yang digunakan untuk menguji instrumen pemahaman nilai-nilai Pancasila siswa, yakni dengan korelasi product moment. Uji validitas terhadap instrumen karakter siswa bertujuan untuk

mengetahui apakah instrumen tersebut bisa mengukur dengan baik atau tidak. Sehingga nantinya instrumen tersebut dapat mengukur responden dengan baik dan data yang dihasilkan benar–benar valid.

2. Reliabilitas

Relibilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. (Suharsimi Arikunto, 2010: 221)

a. Uji Reliabilitas Instrumen Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila

(69)

Keterangan :

r11 : reliabilitas instrument k : banyaknya butir pertanyaan

Vt : varians total

p : proporsi subjek yang mendapat skor 1

p :

q :

( Suharsimi Arikunto, 2010: 231).

b. Uji Reliabilitas Instrumen Karakter Siswa

Uji reliabilitas instrumen karakter siswa digunakan rumus Alpha. Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian. Sehingga uji reliabilitas instrumen karakter siswa menggunakan rumus Alpha, sebagai berikut:

Keterangan:

r11 : reliabilitas instrumen

(70)

: jumlah varian butir

: varians total (Suharsimi Arikunto, 2010: 239)

I. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis

Sebelum dilakukan analisis maka data terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Hal ini dilakukan agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran seharusnya.

a. Uji Normalitas Sampel

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kolmogrov-Smirnov. Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Rumus tersebut adalah sebagai berikut:

Keterangan :

KD : harga K-Smirnov yang dicari : jumlah sampel yang diperoleh : jumlah sampel yang diharapkan Sugiyono, 2008: 389)

(71)

signifikansi lebih kecil dari 0,05 pada ( P < 0,05) maka data berdistribusi tidak normal. Perhitungan ini diperoleh melalui bantuan program SPSS. b. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel bebas yang dijadikan predictor mempunyai hubungan linear atau tidak tetap terhadap variabel terikat. Untuk menghitung hubungan linieritas maka digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

: harga F garis regresi

N : cacah kasus M : cacah preditor

: koefisien korelasi kuadrat antara kretirium dengan

. prediktor – prediktor.

( Tulus Winarsunu , 2002: 209) c. Pengujian Hipotesis

Gambar

Tabel 1: Nilai Karakter dalam Pancasila
Tabel 2: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Gambar 2: Variabel Penelitian
Tabel 3: Rincian Jumlah Siswa Kelas VIII
+7

Referensi

Dokumen terkait

Scanned

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Desain Rancangan HACCP( Hazard

digunakan untuk menemukan kesalahan / defect potensial pada proses, mengidentifikasi potensial cause (penyebab dari kesalahan / defect yang terjadi), mengidentifikasikan

Maka dari itu pengukur keterampilan karyawan usaha salon kecantikan dalam aspek psikomotor atau keterampilan kerja dapat diutarakan sesuai dengan penelitian yang

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Laporan Tugas Akhir ini mengkaji tentang masalah potensi wisata yang terdapat di Pasar Jumat Karanganyar, strategi pengembangan Pasar Jumat Karanganyar, dan

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah di daerah penelitian adalah sesuai marginal (S3) dengan luas 1.165,77 ha atau 99,11% dan