• Tidak ada hasil yang ditemukan

Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA

BERBASIS BUDAYA LOKAL MALANG BERDASARKAN

KURIKULUM 2013 YANG DISEMPURNAKAN UNTUK

SMP/MTSKELAS VII SEMESTER GASAL

Susiana

Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Abstrak: Bahan ajar bahasa Indonesia berbasis budaya lokal Malang secara teknikal dan subtansial mewarnai berbagai komponen di dalam setiap teks yang akan disajikan kepada peserta didik sebagai tujuan pengenalan nilai-nilai lokal Malangan yang arif sebagai upaya pembentukan karakter. Penggunaan tema budaya lokal Malang lebih tepat digunakan dalam materi pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII SMP semester gasal. Pandangan ini mengacu pada Kurikulum 2013 yang menyebutkan bahwa lingkup interaksi, dan ranah sikap untuk SMP di dalam Kurikulun 2013 difokuskan dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya, secara logis pemilihan jenjang sangat sesuai apabila dibandingkan dengan jenjang SMA yang di dalam Kurikulum dijelaskan bahwa lingkup interaksinya dalam pergaulan dunia. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan langkah pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia berbasis budaya lokal Malang berdasarkan Kurikulum 2013 yang disempurnakan untuk SMP/MTs kelas VII semester gasal di kota Malang, (2) mendeskripsikan ketepatan pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia berbasis budaya lokal Malang berdasarkan Kurikulum 2013 yang disempurnakan untuk SMP/MTs kelas VII semester gasal di kota Malang. Metode pengembangan bahan ajar berbasis budaya lokal ini dikembangkan sesuai dengan model 4D. Tahap-tahap pengembangan bahan ajar ini meliputi: (1) tahap pendefinisian (define), (2) tahap perancangan (design), (3) tahap pengembangan (develop), dan (4) tahap penyebaran (dessiminate). Pada tahap penyebaran tidak dilakukan oleh peneliti. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP/MTs di Kota Malang. Kelayakan bahan ajar sesuai dari hasil analisis oleh validasi ahli bahasa dan isi, validasi ahli media dan perancangan, validasi praktisi, dan respon siswa.

Kata Kunci: pengembangan, bahan ajar, berbasis budaya lokal

PENDAHULUAN

Dalam Kurikulum 2013 ada perubahan yang sangat mendasar untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu digunakannya pendekatan pembelajaran berbasis teks. Perubahan ini membawa konsekuensi tidak hanya

(2)

mempercepat berkembangnya penguasaan ilmu pengetahuan siswa yang seiring dan seirama dengan perkembangan kemampuan berbahasa. Kemahiran menguasai makna dan struktur bahasa Indonesia sekaligus menjadi kekayaan pengetahuannya.

Sebagai suatu inovasi yang sedang disemaikan, perjalanan Kurikulum 2013 ini pasti tidak akan serta-merta berjalan secara sempurna. Oleh karena itu, dalam upaya mensukseskan pelaksanaan Kurikulum 2013 upaya perbaikan yang berkelanjutan dalam pengelolaan Kurikulum di sekolah pengembangan bahan ajar dan peraktik pembelajaran di sekolah menjadi penting. Salah satu pengembangan bahan ajar dapat berupa pengembangan buku pembelajaran yang dapat meningkatkan keingintahuan, dan memberi informasi baru, buku pembelajaran ini juga diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami dan memaknai suatu konsep terutama konsep bahasa Indonesia tentang materi semester gasal pada kelas VII. Semua itu, dilakukan agar menghasilkan bahan ajar yang layak secara empiris dan juga dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat belajar dengan maksimal untuk mencapai kompetensi sesuai dengan Kurikulum 2013.

Meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar salah satunya dapat ditopang dengan keberadaan bahan ajar, karena bahan ajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Dengan bahan ajar yang didesain secara bagus dan dilengkapi berbagai gambar, warna, bahkan ilustrasi yang menarik akan menstimulus siswa untuk

memanfaatkan bahan ajar secara maksimal.

Bahan ajar merupakan bahan belajar yang digunakan dalam aktivitas pembelajaran di kelas demi tercapainya tujuan pembelajaran. Prastowo (2013:17) menjelaskan bahawa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat maupun teks yang disusun secara sistematis dan menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa serta digunakan dalam proses pembelajaran. Misalnya, buku teks, modul, handout, LKS, model, bahan audio, dan bahan ajar interaktif.Bahan ajar dalam wujud buku teks merupakan sarana belajar yang praktis karena menyajikanmateri dalam bentuk unit-unit pembelajaran. Pada prinsipnya, buku teks disusun atas kebutuhan pembelajaran yang diperlukan siswa yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang spesifik dan sistematis dengan berpedoman pada Kurikulum (Lestari, 2013:2-3).

Dalam konteks mengisi peran pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, kearifan lokal merupakan opsi yang tepat guna memediasi penanaman karakter melalui bahan ajar. Kebudayaan dan pendidikan merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan. Laksana dua sisi mata uang keduanya satu kesatuan dan saling mendukung, serta saling menguatkan. Kebudayaan menjadi falsafah pendidikan, sementara pendidikan menjadi penjaga utama kebudayaan, karena peran pendidikan membentuk orang menjadi berbudaya (Wibowo dan Gunawan, 2015:12-13).

(3)

karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga memiliki nilai dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya sehingga menjadi anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif.

Saat ini, berbagai daerah di Indonesia dihadapkan dengan keterancaman budaya lokal oleh modernisasi. budaya lokal yang secara umum menyandang sifat tradisional acapkali membuatnya tidak mampu bertahan dalam jeramnya arus modernisasi. Parahnya ada pandangan masyarakat yang beranggapan bahwa kearifan lokal adalah budaya primitif, sehingga menjadikan masyarakat alergi dengannya. Padangan-pandangan seperti ini tentu akan mempercepat punahnya budaya lokal yang sebenarnya syarat akan nilai. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk melestarikan budaya lokal perku dirancang dan dilaksanakan dalam berbagai bentuk, salah satunya dengan mengintegrasikannya ke dalam aktivitas pembelajaran di sekolah.

Menurut Latif (dalam Wibowo dan Gunawan: 2015) pendidikan karakter mestinya berbasis pada budaya sendiri, yaitu berupa penggalian nilai-nilai luhur yang ada dalam kearifan lokal. Seperti kita ketahui, setiap daerah di Indonesia memiliki kearifan lokal. Maka nilai-nilai karakter yang diinternalisasikan melalui karakter sebaiknya diambilkan melalui nilai-nilai luhur dari masing-masing budaya lokal. Penggalian nilai-nilai kearifan lokal sebagai dasar sebagai basis pendidikan karakter ini, juga sejalan dengan rekomendasi UNESCO tahun 2009. Menurut UNESCO, penggalian kearifan lokal sebagai dasar pendidikan karakter dan pendidikan

pada umumnya, akan mendorong timbulnya sikap saling menghormati antar etnis, suku, bangsa, dan agama, sehingga keberagaman terjaga.

Bahan ajar bahasa Indonesia berbasis budaya lokal Malang secara teknikal dan subtansial mewarnai berbagai komponen di dalam setiap teks yang akan disajikan kepada peserta didik sebagai tujuan pengenalan nilai-nilai lokal Malangan yang arif sebagai upaya pembentukan karakter. Penggunaan tema budaya lokal Malang lebih tepat digunakan dalam materi pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII SMP semester gasal. Pandangan ini mengacu pada Kurikulum 2013 yang menyebutkan bahwa lingkup interaksi, dan ranah sikap untuk SMP di dalam Kurikulun 2013 difokuskan dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya, secara logis pemilihan jenjang sangat sesuai apabila dibandingkan dengan jenjang SMA yang di dalam Kurikulum dijelaskan bahwa lingkup interaksinya dalam jangakauan pergaulan dunia.

Berdasarkan Pengembangan buku bahan ajar oleh Ahmad Syukron pada tesisnya yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar Teks Deskripsi Berbasis Kearifan Lokal untuk SMP di Jember, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia pada (Juni 2015), menyatakan bahwa hasil validasi lembar angket telaah dosen dan guru menunjukkan respon positif siswa terhadap bahan ajar yang dikembangkan berbasis kearifan lokal.

(4)

pada buku pedoman dari Kemendikbud berdasarkan kurikulum 2013 yang disempurnakan, hanya saja produk yang dikembangkan ini berupa buku pembelajaran bahasa Indonesia berbasis budaya lokal Malang. Perbedaan penelitian sebelumnya dan penelitian ini selain setting penelitian, pada tesis ini peneliti tidak hanya berfokus pada satu teks, tetapi satu semester yang terdiri dari empat teks pembahasan, yaitu teks deskripsi, cerita fantasi, teks prosedur dan teks laporan hasil observasi, sesuai dengan target Kurikulum 2013 yang telah disempurnakan. Maka dari itu, peneliti mengembangkan bahan ajar yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia Berbasis Budaya Lokal Malang Berdasarkan Kurikulum 2013 yang Disempurnakan untuk SMP/MTs Kelas VII Semester Gasal di Kota Malang. Fokus penilitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan langkah pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia berbasis budaya lokal Malang berdasarkan Kurikulum 2013 yang disempurnakan untuk SMP/MTs kelas VII semester gasal di kota Malang, dan (2) mendeskripsikan ketepatan pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia berbasis budaya lokal Malang berdasarkan Kurikulum 2013 yang disempurnakan untuk SMP/MTs kelas VII semester gasal di kota Malang.

METODE PENGEMBANGAN

Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan bahan ajar berbasis budaya lokal Malang ini adalah model pengembangan prosedural yang diadaptasi dari model pengembangan 4-D. Model ini terdiri dari empat tahap pengembangan yaitu

define, design, develop, dan

disseminate(Trianto, 2012:190). Model pengembangan 4-D terdiri dari empat tahap pengembangan, yaitu

define, design, develop, dan

disseminate atau diadaptasikan menjadi model 4-P (model 4 P), yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran. (al-Tabany, 2015: 232-233). Dengan berbagai keterbatasan, di sini peneliti

membatasi pengembangan

perencanaan pembelajaran dalam penelitian ini hanya sampai pada tahap pengembangan, untuk tahap penyebaran tidak dilakukan oleh peneliti.

Prosedur pengembangan seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, model pengembangan 4D memiliki 4 tahapan, yaitu, (1) penetapan yang terdiri dari analisis (a) analisis tujuan, (b) analisis kelas, (c) telaah kurikulum, (d) telaah buku teks, (e) telaah teori, dan (f) spesifikasi produk, (2) perancangan yang terdiri dari (a) mengumpulkan materi bahan ajar, (b) mengolah teks, (c) mengonsep bahan ajar, dan (d) menyusun bahan ajar,(3) pengembangan yang terdiri dari (a) validasi ahli, (b) validasi praktisi, dan (c) uji coba produk(4) penyebarluasan yang terdiri dari (a) uji efektivitas dan (b) pencetakan.

(5)

dari kegiatan wawancara dan komentar yang tertulis di dalam angket validasi dilakukan dengan cara mencatat poin-poin dari hasil kegiatan wawancara dan komentar yang terdapat dalam angket. Setelah itu, mengevaluasi poin-poin penting tersebut dijadikan sebagai

acuan untuk merevisi

produk.Selanjutnya, untuk data numeral digunakan analisis kuantitatif pada data yang diproleh dari tes cloze,

angket validasi ahli, angket validasi praktisi, dan angket uji coba, serta uji efektivitas produk. Jadi, terdapat tiga model analisis untuk data numeral di dalam penelitian dan pengembangan ini, yaitu analisi untuk tes cloze,

analisis kuantifikasi angket validasi dan uji coba, serta analisis efektivitas produk.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk mendapat data dalam penelitian dan pengembangan ini ada dua, yaitu instrumen utama dan instrumen pendukung, (1) instrumen utamanya adalah prototipe bahan ajar buku paket bahasa Indonesia berbasis budaya lokal untuk SMP di Malang, (2) instrumen pendukung meliputi, angket dan pedoman wawancara. Pedoman wawancara digunakan untuk mewawancarai guru ketika tahap analisis kebutuhan. Angket terdiri dari 4 model yakni, a) angket untuk keperluan analisis kebutuhan, b) angket validasi ahli (isi dan media), 3) angket validasi praktisi, dan d) angket penilaian untuk uji coba produk (siswa).

HASIL PENGEMBANGAN

Langkah Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini

meliputi, buku siswa kelas VII SMP/MTs selama satu semester berbasis budaya lokal Malang. Materi dalam teks deskripsi, teks cerita fantasi, teks prosedur dan teks laporan hasil observasi bermuatan budaya lokal Malang. Keempat teks pembelajaran tersebut disusun secara terpadu untuk mencapai penguasaan sebuah kompetensi berbahasa Indonesia yang berbasis budaya lokal dengan tujuan pengenalan serta pelestarian budaya, yang disajikan dalam bentuk buku teks pembelajaran.

1) Tahap Pendefinisian

Tahap pendefinisian bertujuan menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Ada empat langkah yang telah dilaksanakan pada tahap ini.

(a) Analisis awal akhir

Analisis awal akhir dilakukan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran. Dengan analisis ini diketahui kebutuhan model

pembelajaran yang akan

dikembangkan. Analisis ini terdiri dari analisis kebutuhan guru.

(6)

yang bertemakan budaya, (5) setuju, jika pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan bahanberbasis budaya lokal Malang.

Dari angket analisis identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa, secara umum presentase yang dihasilkan siswa 95%. Nilai tersebut cukup tinggi untuk menunjang keinginan dan kebutuhan siswa terhadap peningkatan pembelajaran melalui inovasi bahan ajar. Peneliti berpendapat perlu adanya pengembangan bahan ajar yang dapat menunjang pembelajaran bahasa Indonesia. Bahan ajar tersebut berupa buku teks berbasis teks budaya lokal Malang. Dengan adanya buku teks berbasis budaya lokal Malang ini dipandang dapat menunjang pembelajaran yang menyenangkan dan menarik bagi peserta didik.

(b) Analisis kebutuhan siswa

Analisis kebutuhan siswa bertujuan untuk menelaah karakteristik siswa sebagai gambaran untuk rancangan dan pengembangan perangkat pembelajaran. Karakteristik ini meliputi latar belakang pengetahuan dan perkembangan kognitif siswa. Identifikasi minat dan motivasi siswa ini dilakukan melalui angket dan studi dokumentasi.

Dari analisis angket minat dan motivasi siswa kelas VII SMPIslam Malang (1) 100% siswa sangat setuju bahwa pertama kali saya melihat pelajaran Bahasa Indonesia saya percaya bahwa pelajaran itu mudah bagi saya, (2) 75% siswa sangat setuju pada awal pembelajaran bahasa Indonesia ada sesuatu yang menarik, (3) 70% siswa tidak setuju bahwa materi pembelajaran membaca lebih sulit dipahami (4) 100% siswa sangat

setuju akan senang jika pembelajaran dilengkapi dengan buku ajar yang menarik, (5) 90% siswa sangat setuju menyelesaikan tugas-tugas dalam pembelajaran bahasa Indonesia membuat saya merasa puas, (6) 85% siswa setuju jika guru benar-benar megetahui bagaimana membuat kami menjadi antusias terhadap materi pembelajaran, (7) 85% siswa sangat setuju hal-hal yang dipelajari pada bahasa Indonesia akan sangat bermanfaat, (8) 100% siswa sangat setuju bahwa akan berhasil dalam pembelajaran bahasa Indonesia, (9) 60% siswa tidak setuju jika pembelajaran bahasa Indonesia kurang menarik, (10) 90% siswa sangat setuju jika guru membuat pembelajaran bahasa Indonesia menjadi penting.

Hasil dari analisis angket minat dan motivasi siswa, presentase keseluruhan mencapai 82% ini memberi gambaran tentang pengetahuan dan keterampilan awal siswa sebelum mengikuti proses belajar mengajar dengan bahan ajar berupa bukupelajaran berbasis budaya lokal Malang yang dikembangkan cukup baik. Secara umum siswa menunjukkan minat dan motivasi positif terhadap pembelajaran bahasa Indonesia.

(c) Analisis tugas

Analisis tugas bertujuan untuk mengetahui tugas utama yang akan dihadapi oleh siswa. Analisis ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi tugas utama berdasarkan materi yang terkandung pada kurikulum SMP Islam Malang tahun 2016/2017.

(7)

yang harus dilakukan oleh siswa. Siswa diarahkan untuk menguasai atau memahami informasi tertulis yang dikemas dalam langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang bermuatan materi budaya lokal Malang.

(d) Analisis konsep

Analisis konsep dilakukan untuk mendapatkan konsep dari model materi yang cocok tentang teks deskripsi, teks cerita fantasi, teks prosedur dan teks observasi yang akan diajarkan pada siswa selama satu semester. Analisis ini dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan diajarkan, menyusun secara sistematis, merinci konsep-konsep yang relevan dan membuat langkah-langkah dalam penugasan siswa.

Tahap Perancangan

Tahap perancangan terdiri dari kegiatan berikut. Media pembelajaran yang dimaksud pada penelitian merupakan media yang terkait dengan penerapan pembelajaran berbasis budaya lokal, yaitu bahan ajar berupa buku pelajaran semester gasal kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Buku ajar berbasis budaya lokal Malang yang dikembangkan oleh peneliti diberikan pada siswa sebelum pembelajaran dilaksanakan. Buku tersebut dibawa pulang siswa dipelajari di rumah agar waktu yang dibutuhkan untuk seluruh pertemuan dapat dicapai. Diberikannya buku siswa dengan pola seperti itu memberikan waktu cukup agar siswa lebih mudah memahami materi. Siswa telah memiliki gambaran awal sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Ketersediaan buku atau bahan ajar yang inovatif sangat membantu penguasaan siswa sejak awal. Pada saat pembelajaran guru

cukup memberikan penekanan yang dibutuhkan. Hal ini dimaksudkan agar siswa memiliki bahan latihan awal dan pembelajaran lebih efisien.

Dalam pemilihan format ini pengembang mengkaji format-format bahan ajar dan budaya lokal Malang yang menjadi bahan ajar. Buku ini mencakup sampul, kata pengantar, daftar isi, materi setiap teks yang bermuatan budaya lokal Malang, latihan, sekilas info, literasi membaca, glosarium dan daftar pustaka.

Tahap Pengembangan

Tahap pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang baik,melalui revisi yang dilakukan berdasarkan/dengan pertimbangan hasil validasi atau masukan dari para pakar/validator, hasil uji keterbacaan, hasil dari uji coba terbatas, dan hasiluji coba yang sesungguhnya.

Ketepatan Pengembangan Bahan Ajar

1) Analisis Hasil Validasi Perangkat oleh Pakar atau Validator

Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan peningkatan kualitas prototipe bahan ajar. Validator ahli merupakan pakar dalam bidang pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan kualifikasi pendidikan yang dimiliki serta kajian-kajian penelitian yang pernah dilakukan. Validasi dilakukan dengan cara memberikan angket validasi kepada pakar PBSI dan ahli media yang kemudian dievaluasi dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk merevisi bahan ajar.

(8)

Dari analisis hasil validasi bahan ajar buku Budaya Berbahasa Indonesia oleh ahli media dapat disimpulkan bahwa ukuran dan kesesuaian buku (1) kesesuaian ukuran buku dengan standar ISO sudah baik, (2) kesesuaian ukuran dengan materi isi buku sudah baik, (3) penampilan unsur pada tata letak kulit muka, belakang dan punggung memiliki kesatuan sudah baik, (4) tampilan tata letak unsur pada muka, punggung dan belakang sesuai dan memberi kesan irama sudah baik, (5) menampilkan pusat pandang sudah baik, (6) komposisi unsur tata letak (judul, pengarang, ilutrasi, logo, dll) seimbang dan seirama dengan tata letak isi cukup baik, (7) ukuran unsur tata letak proposional sudah baik, (8) warna unsur tata letak harmonis dan memperjelas fungsi sudah baik, (9) memiliki kekontrasan sudah baik, (10) penampilan unsur tata letak sudah baik, (11) penempatan unsur tata letak konsisten dalam satu seri sudah baik, (12) ukuran huruf judul buku lebih dominan dibandingkan (nama pengarang dan penerbit) sudah sangat baik, (13) warna judul buku kontras dengan latar belakang sudah sangat baik, (14) ukuran huruf proporsional dibandingkan dengan ukuran buku sudah sangat baik, (15) tidak terlalu banyak kombinasi jenis huruf sudah baik, (16) tidak menggunakan huruf hias/dekorasi sudah sangat baik, (17) sesuai dengan jenishuruf untu isi buku sudah sangat baik, (18) ilustrasi dapat menggambarkan isi/materi buku, (19) ilustrasi mampu mengungkapkan karakter objek sudah baik, (20) bentuk, warna, ukuran, proporsi objek sesuai realita sudah sangat baik, Analisis penilaian isi buku (1) penempatan unsur tata letak konsisten berdasarkan

pola sudah baik, (2) spasi antar paragraf jelas tidak ada widow atau orphan sudah baik, (3) penempatan judul bab dan yang setara (kata pengantar, daftar isi, dll) seragam/konsisten sudah sangat baik, (4) bidang cetak dan margin proporsional sudah sangat baik, (5) spasi antara teks dan ilustrasi sudah baik, (6) marjin antara dua halaman berdampingan proporsional sudah sangat baik, (7) unsur tata letak sudah sangat baik, (8) tata letak mempercepat pemahaman sudah baik, (9) tidak terlalu menggunakan terlalu banyak jenis huruf sudah sangat baik, (10) tipografi mudah dibaca sudah sangat baik, (11) tipografi memudahkan pemahaman sudah baik, (12) ilustrasi sudah baik.

Berdasarkan analisis penilaian validasi ahli media dan perancangan oleh dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang, bahan ajar berbasis budaya lokal Malang yang dikembangkan dapat disimpulkan presentase penilaian validator 82%. menunjukkan bahwa bahan ajar buku Budaya Berbahasa Indonesia berbasis budaya lokal Malang sangat tepat digunakan pada pembelajaran siswa kelas VII SMP/MTs.

2) Analisis Hasil Validasi Ahli Isi dan Bahasa

(9)

lembar hasil observasi. Dari tiga poin penilaian kelengkapan penyajian, satu poin mendapatkan skor 4 dan dua poin mendapat skor 3.

Dari hasil analisis angket secara keseluruhan yang dilakukan oleh pengembang bahwa bahan ajar yang dikembangkan ini mendapat kriteria telah terpenuhi dengan presentase 80,5%. Presentase tersebut tetap dilakukan revisi demi perbaikan buku agar lebih lengkap dan sempurna untuk dijadikan bahan ajar yang inovatif sebagai salah satu referensi pegetahuan peserta didik terkait dengan budaya lokal setempat.

3) Analisis Hasil Validasi Praktisi

Dari hasil analisis lembar validasi buku oleh praktisi (1) kesesuaian materi yang disampaikan dengan kompetensi dasar telah terpenuhi, (2) kesesuaian rangkaian kegiatan dengan materi pembelajaran telah terpenuhi, (3) keterpusatan kegiatan pembelajaran pada siswa telah terpenuhi, (4) keterlibatan proses mental dalam mengembangkan pengalaman pembelajaran telah terpenuhi, (5) keabstrakan konsep dan tingkat kesulitan latihan sesuai dengan kemampuan berfikir siswa kurang terpenuhi, (6) kesesuaan materi dan contoh mendukung kemandirian belajar bagi siswa telah terpenuhi, (7) kemudahan patunjuk penggunaan buku dapat membantu siswa dalam mengaplikasikan budaya sudah terpenuhi, (8) kemudahan penggunaan buku dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas telah terpenuhi, (9) keterlibatan budaya Malang dalam mendukung pembelajaran telah terpenuhi, (10) kemampuan buku dalam mendukung pembelajaran Bahasa Indoenesia secara mandiri telah

terpenuhi, (11) kemampuan buku dalam meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari bahasa Indonesia telah terpenuhi, (12) kemampuan buku dalam meningkatkan wawasan di bidang bahasa Indonesia telah terpenuhi.

Dari hasil analisis lembar validasi buku oleh praktisi yaitu guru SMP Negeri 5 Malang, buku Pembelajaran Budaya Berbahasa Indonesia berbasis budaya lokal Malang yang dikembangkan dapat disimpulkan presentase penilaian validator 87,5% menunjukkan bahwa buku ini sangat tepat digunakan pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VII semester gasal berdasarkan kurikulum 2013 yang disempurnakan.

4) Analisis Hasil Respon Siswa

Hasil analisis angket respon siswa SMP Islam Malang ini memberi gambaran tentang respon siswa terhadap buku teks bahasa Indonesia kurikulum 2013 dengan judul “Budaya Berbahasa Indonesia” yang dikembangkan. Secara umum siswa menunjukkan respon positif terhadap efektifitas buku teks bahasa Indonesia dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan.

(10)

mempermudah pemahaman melalui contoh materi yang dipaparkan karena berbasis budaya lokal Malang, (5) 70% siswa setuju buku Budaya Berbahasa Indonesia ini memuat tes formatif yang dapat menguji seberapa jauh pemahaman materi yang telah dipelajari, (6) 65% siswa setuju bahwa kalimat dan paragraf yang digunakan dalam buku Budaya Berbahasa Indonesia jelas dan mudah dipahami, (7) 80% siswa sangat setuju bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dipahami, (8) 75% siswa sangat setuju huruf yang digunakan sederhana dan mudah dibaca, (9) 45% siswa sangat setuju melalui buku teks Budaya Berbahasa Indonesia ini dapat memahami dengan mudah budaya lokal Malang dan 55% siswa setuju dengan butir poin tersebut, (10) 60% siswa sangat setuju tampilan buku teks Budaya Berbahasa Indonesia ini menarik, (11) 55% siswa sangat setuju buku teks Budaya Berbahasa Indonesia mampu membuat siswa belajar secara mandiri, (12) 80% siswa setuju buku teks Budaya Berbahasa Indonesia ini meningkatkan minat belajar sekaligus meningkatkan pemahaman budaya lokal, (13) 50% siswa sangat setuju dengan menggunakan buku teks Budaya Berbahasa Indonesia dapat membuat belajar bahasa Indonesia tidak membosankan, dan 50% siswa lainnya setuju dengan butir tersebut.

5) Revisi Produk

Berkaitan mengenai catatan dan saran terhadap pengembangan buku ajar Budaya Berbahasa Indonesia yang berbasis budaya lokal Malang dari validator ahli media dan perancang pembelajaran, pengembang melakukan revisi yang ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 1. Revisi Produk

No. Sebelum Revisi Setelah Revisi

1. Gambar belum ada identitas atau sumbernya

Gambar sudah ada identitas atau sumbernya 2. Cover depan

belakang jangan sampai bergambar yang sama

Cover epan belakang sudah tidak lagi bergambar yang sama

3. Pengaturan tiap halaman agar tidak kosong 5. Gambar terlalu

kecil

Gambar sudah dibesarkan

Buku ajar Budaya Berbahasa Indonesia berbasis budaya lokal Malang yang dikembangkan ini direvisi berdasarkan tahap-tahap seperti diuraikan pada tabel revisi produk. Buku ajar tersebut dinilai tepat digunakan dalam pembelajaran siswa tingkat SMP/MTs. Hal ini didukung oleh uji ahli media dan perancang pembelajaran. Dengan demikian, buku ajar ini dapat dijadikan salah satu bahan ajar dalam menerapkan materi teks pada semester gasal tingkat SMP/MTs berdasarkan kurikulum 2013 yang disempurnakan.

SIMPULAN

(11)

dilakukan oleh peneliti karena keterbatasan waktu.

Dalam pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia berbasis budaya lokal ini menggunakan formatyang terdiri dari sampul buku, kata pengantar, daftar isi, materi, bacaan berupa teks bermuatan budaya lokal Malang, latihan, literasi membaca, glosarium, dan daftar pustaka.

Ketepatan bahan ajar ini diproleh dari validasi ahli isi dengan nilai presentase 80,5% menunjukkan sudah valid dan hanya perlu melakukan revisi untuk kesempurnaan produk. Sedangkan hasil validasi ahli media dan Perancang Pembelajaran mendapakan presentase 82%. Hal ini menunjukkan bahwa bahan ajar berbasis budaya lokal yang dikembangkan sudah valid, namun ada sebagian yang perlu direvisi.

Hasil efektifitas diperoleh dari ahli praktisi dan respon siswa. Secara keseluruhan hasil praktisi mendapatkan presentase penilaian 87,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan efektif digunakan dalam pembelajaran siswa kelas VII semester gasal. Sedangakan hasil analisis angket respon siswa SMP Islam Malang terhadap bahan ajar mendapatkan nilai presentase . Hal ini menunjukkan respon positif terhadap efektifitas buku teks bahasa Indonesia dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan.

SARAN

Adapun saran-saran pemanfaatan bahan ajar bahasa Indonesia berbasis budaya lokal Kurikulum 2013 yang disempurnakan untuk siswa kelas VII SMP/MTs semester gasal yaitu, sebagai berikut.

1. Bagi siswa, produk penelitian ini sebagai alternatif bahan ajar di sekolah maupun di luar sekolah.

2. Bagi guru, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar dalam membantu kegiatan belajar mengajar.

3. Bagi pengembang lain, penelitian pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia berbasis budaya lokal Kurikulum 2013 perlu tindak lanjut pengembangan bahan ajar untuk semester genap dan diuji cobakan pada kelompok besar.

DAFTAR RUJUKAN

Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar, 2015.

Mendesain Model

Pembelajaran Konsep,

landasan, dan Implementasinya

pada Kurikulum 2013

(Kurikulum Tematik

Integratif/KTI). Jakarta: Prenadamedia Group.

Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Barnawi & M. Arifin, 2013.Strategi & Kebijakan Pembelajaran

Pendidikan Karater.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Depdiknas. 2008. Panduan pengembangan bahan ajar, (Online),

(http://www.slideshare.net/mm

ubaraq/panduan-pemgembangan-bahan-ajar. diakses 12 Maret 2016).

(12)

Kuntowijoyo. 2006. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Lestari, Ika.2013. Pengembangan

Bahan Ajar Berbasis

Kompetensi. Jakarta:

@akademia.

Moleong.Jexy J., 2007.

PenelitianKualitatif. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Muslich, Masnur. 2010. Text Book

Writing Dasar-dasar

Pemahaman, Penulisan dan

Pemakaian Buku Teks.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Pangabean, Hana, dkk. 2013. Kearifan Lokal Keunggulan Global. Singapura: PT. Elex Media Komputindo.

Praswoto, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press.

Rohmadi, Muhammad, dkk. 2014.

Belajar Bahasa Indonesia. Surakarta. Cakrawala Media.

Setyosari.2015.

MetodePenelitianPendidikanda nPengembangan.Jakarta: KencanaPrenada Media Group.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan. Jakarta: Kencana.

Wahyuni, Sri. 2005. Pengembangan Modul Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan Model Pengembangan Sistem. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Wibowo, Agus & Gunawan. 2015.

Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Widyartono, D.2012. Konsep Pengembangan Bahan Ajar, (Online),

(http://didin.lecture.ub.ac.id/pe

mbelajaran-3/konsep-pengembangan-bahan-ajar. diakses 28 Mei 2016).

Wijaya, Licin, Dkk. 2015. Analisis Konteks Pengetahuan Tradisi

dan Ekspresi Budaya

Tradisional Malangan.

Gambar

Gambar belum ada

Referensi

Dokumen terkait

- Hal-hal yang menggugurkan Penawaran : Peserta tidak memenuhi syarat-syarat substansial yang diminta dalam Lembar Data Pemilihan (LDP) dan Lembar Data Kualifikasi (LDK)

Laporan mengenai kepemilikan dan setiap perubahan kepemilikan saham Emiten atau Perusahaan Publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf i wajib disampaikan

[r]

Pasar Mod al, d ip and ang p erlu untuk menetap kan Kep utusan Ketua Bap ep am tentang Pemeliharaan Dokumen Oleh Lemb ag a Kliring d an Penjaminan;.. Meng ing at

Universitas Negeri

keg iatan, lap oran mutasi kep emilikan Efek d an lap oran-lap oran lain yang d iwajib kan oleh Bursa Efek untuk d ip enuhi oleh Emiten; d an4. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam

[r]

Manajemen Sumber Daya Manusia