EDISI III/TAHUN 2014
19
11
masyarakat dan Pemerintah Kabupaten TTU, untuk terus mengupayakan Pembangunan di NTT. “Dalam kehidupan bernegara yang telah menginjak usia 69 tahun ini, tentu telah banyak hal yang kita pelajari bersama. Tentu pula, masih banyak persoalan yang belum tuntas diselesaikan Pemerintah. Saya berharap agar Masyarakat dan Pemerintah Kabupaten TTU dapat turut berkontribusi menyelesaikan berbagai persoalaan kemasyarakatan dewasa ini. Momen Perayaan Hari Ulang Tahun Kota Kefamenanu ini janganlah dimaknai sebagai seremoni rutin untuk melestarikan “Budaya Pesta.” Momen Perayaan seperti ini
haruslah menjadi momen relektif
bagi setiap anak Swapraja, Kefetoran, Ketemukungan hingga rakyat biasa untuk tampil menjadi
igur solusi, aktor penggerak partisipasi dan peredam konlik,”
kata Mikhael.
Kabupaten yang dikenal dengan Program “Sari Tani” itu mendapatkan apresiasi yang tinggi dari Pemerintah Provinsi NTT, karena juga melakukan replikasi dari Program Desa/ Kelurahan Mandiri Anggur Merah. Seperti diketahui, program ini menjawab sulitnya akses masyarakat akan modal usaha, melalui kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dengan bantuan dana segar sebesar Rp 300 juta/desa, diharapkan kelompok-kelompok masyarakat desa dapat mengelola langsung berbagai bentuk usaha ekonomi produktif. Memasuki tahun ke-3 pelaksanaan Program Sari Tani, setidaknya sudah lebih dari 60 desa mendapatkan sentuhan program ini. Diharapkan agar target pengguliran dana ini tuntas pada tahun 2015, untuk 193 Desa/Kelurahan di Kabupaten TTU.
Menyimak sejarahnya, Kota Kefamenanu adalah sebuah kota kecil di Lembah Bikomi, yang didirikan Belanda pada tanggal
22 September 1922. Dalam penuturan orang tua, Noetoko di Kecamatan Miomafo Barat Kabupaten Timor Tengat Utara yang berjarak sekitar 20 Kilo Meter dari Kota Kefamenanu diyakini sebagai kota tua, yang dibangun Pemerintahan Kolonial Belanda, tahun 1850-an. Walaupun harus diteliti lebih lanjut, Neotoko pernah dipilih sebagai ibu kota pertama Kabupaten TTU waktu itu.
Noetoko adalah salah satu lokasi penting pada zaman Belanda. Namun ketika Portugis masuk wilayah Timor Bagian Timur dan menguasai sebagian wilayah TTU yang saat itu disebut Ambeno atau Oequsi, Timor Leste, maka Noetoko dipindahkan ke Oequsi.