• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PKR 1104357 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PKR 1104357 Chapter1"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting, karena unsur

manusia dalam suatu organisasi adalah sebagai perencana, pelaksana, dan

pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan suatu organisasi.

Penyelenggaraan pendidikan berkualitas merupakan prasyarat bagi terciptanya

peningkatan sumber daya manusia tersebut.

Pendidikan bisa didapatkan secara formal atau informal. Salah satu lembaga

atau wadah penyelenggara pendidikan adalah sekolah. Sekolah sebagai organisasi

pendidikan formal tersusun dari unsur-unsur yang melakukan hubungan kerja

sama untuk mencapai tujuan organisasi. Unsur-unsur tersebut adalah sumber daya

manusia yang terdiri dari kepala sekolah, guru-guru, staf, peserta didik atau siswa,

serta orang tua siswa. Tanpa mengesampingkan peran dan unsur-unsur lain dari

organisasi sekolah, kepala sekolah dan guru merupakan unsur intern yang

berperan sangat penting dalam keberhasilan pendidikan di sekolah.

Organisasi yang baik adalah organisasi yang mempunyai sumber daya

manusia yang berkualitas serta mempunyai integritas dan sikap loyal terhadap

organisasinya. Senada dengan pendapat Justine T. Sirait (2007, hlm.9) bahwa : “Sasaran yang diharapkan dapat dicapai manajemen sumber daya manusia melalui kegiatan-kegiatan atau program-program bagian kepegawaian dari suatu organisasi adalah terciptanya suatu kondisi dimana pegawai dapat mencapai produktivitas yang tinggi, pegawai mampu bertahan (tetap bekerja) dalam organisasi dalam waktu yang relatif lama, rendahnya tingkat ketidakhadiran dan akhirnya pegawai merasa puas dalam menjalankan tugasnya di organisasi. Apabila hal ini tercipta, maka dapat dikatakan bahwa lingkup pekerjaan bagian kepegawaian adalah efektif (berhasil). “

Keberhasilan dalam mencapai tujuan sebuah organisasi sekolah banyak

ditentukan oleh tingkat kompetensi, profesionalisme, dan juga komitmen

pegawainya. Agar tujuan sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka

sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan perlu memiliki sumber daya manusia

(2)

Dalam meningkatkan mutu pendidikan, maka diperlukan adanya pendidik

yang berkualitas. Suatu lembaga pendidikan, baik negeri maupun swasta, pasti

akan bergantung kepada guru. Guru merupakan orang yang sangat berpengaruh

dalam mengembangkan suatu lembaga pendidikan dengan harapan untuk

menghasilkan kualitas peserta didik yang baik. Menurut Mulyasa (2012, hlm.5) mengemukakan bahwa, “Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama”.

Guru merupakan salah satu komponen utama yang mendukung peningkatan

sumber daya manusia melalui pendidikan. Dalam Undang-Undang Guru dan

Dosen Tahun Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat (1):

“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Guru sebagai bagian penting dari penyelenggaran pendidikan harus

mempunyai komitmen yang tinggi. Setiap guru diberi tugas dan tanggung jawab

serta kepercayaan untuk bekerja dan diharapkan mampu menunjukkan dedikasi

serta memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan lembaga

pendidikan tersebut. Dalam hal ini, guru menjadi pelaku yang mempunyai pikiran,

perasaan, dan keinginan yang dapat mempengaruhi sikapnya terhadap pekerjaan.

Menurut Malayu S. P Hasibuan (2005, hlm.202), “sikap ini akan menentukan

prestasi kerja, dedikasi dan kecintaan terhadap pekerjaan yang dibebankan kepadanya”.

Guru yang efektif adalah guru yang dapat menunaikan tugas dan fungsinya

secara profesional. Menurut Kunandar (2007, hlm.46), “Guru profesional adalah

orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan

sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan

kemampuan maksimal”. Untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional,

diperlukan kematangan pribadi, sikap penuh dedikasi, serta harus mempunyai

komitmen yang tinggi. Dengan tingkat komitmen yang tinggi dari guru,

diharapkan pendidikan akan lebih siap dan mampu untuk menghadapi segala

(3)

Purba Elfina (2010,hlm.72) mengemukakan bahwa: “Komitmen merupakan

suatu sikap kerja (job atitude) atau keyakinan yang mencerminkan kekuatan

relatif dan keberpihakan serta keterlibatan individu pada suatu organisasi.”

Komitmen menjadi sangat penting karena komitmen merupakan hal yang paling

mendasar dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Guru akan kesulitan melakukan

peran dan tanggung jawabnya sebagai pendidik apabila tidak memiliki komitmen.

Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Guru dan Dosen Tahun Nomor 14 Tahun

2005 pasal 7 (ayat 1b), yang menyatakan bahwa: “Guru harus memiliki komitmen

untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia”. Apabila komitmen guru rendah, maka proses pembentukan SDM yang bermutu

dan pencapaian tujuan pendidikan nasional akan terganggu.

Menurut Angela (dalam Sopiah, 2004, hlm.166), menyatakan bahwa:

“Pegawai yang berkomitmen rendah akan berdampak pada turn over, tingginya

absensi, meningkatnya kelambanan kerja dan kurangnya intensitas untuk bertahan sebagai pegawai di organisasi tersebut”.

Berdasarkan observasi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di

lapangan, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai permasalahan komitmen

organisasi. Peneliti menduga adanya permasalahan komitmen organisasi pada

guru di salah satu lembaga pendidikan SMK Pasundan 3 Bandung. Berdasarkan

hasil wawancara awal yang dilakukan pada bulan Januari 2015 dengan Pak Yayan

selaku pegawai/staf bagian Kurikulum Sekolah salah satu kelemahan dalam

mencapai target produktivitas sekolah adalah tingkat disiplin para guru yang

belum optimal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan,

terutama dalam segi ketepatan waktu masuk jam kerja (mengajar), kemangkiran

yang tinggi, serta kurangnya semangat kerja dalam mengerjakan administrasi guru

sehingga masih saja ditemukan beberapa guru yang mengumpulkan administrasi

guru melewati deadline-nya (waktu yang ditentukan). Hal tersebut dapat

mengindikasikan bahwa kecintaan, loyalitas dan rasa memiliki para guru terhadap

organisasi tersebut masih rendah.

Pernyataan tersebut didukung pula dengan adanya beberapa data yang

(4)

penilaian kinerja guru, absensi guru yang dapat menunjukkan bahwa komitmen

organisasi pada guru masih rendah.

SMK Pasundan 3 Bandung memiliki beberapa guru PNS atau DPK (Guru

yang Dipekerjakan), GTY (Guru Tetap Yayasan) serta GTT (Guru Tidak Tetap).

Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah data guru di SMK Pasundan 3 Bandung

dari tahun ajaran 2010/2011 hingga tahun 2013/2014.

Tabel 1.1 Data Jumlah Guru

Tahun Ajaran 2010/2011-2013/2014

No Tahun Ajaran Jumlah guru Jumlah Keseluruhan

Keterangan (orang)

PNS GTY GTT

1 2010/2011 5 9 31 45 -

2 2011/2012 4 8 30 42 Keluar 3

3 2012/2013 4 8 30 42 Tetap

4 2013/2014 4 8 33 45 Masuk 3

Sumber: Tata Usaha SMK Pasundan 3 Bandung

Berdasarkan data jumlah guru SMK Pasundan 3 Bandung dapat dilihat bahwa

pada tahun ajaran 2010/2011 jumlah guru PNS sebanyak 5 orang sedangkan Guru

Tetap Yayasan (GTY) sebanyak 9 orang serta jumlah Guru Tidak Tetap (GTT)

sebanyak 31 orang. Tahun ajaran 2011/2012 jumlah guru PNS mengalami

penurunan sebanyak 1 orang menjadi 4 orang guru PNS begitu pula untuk jumlah

Guru Tetap Yayasan (GTY) mengalami penurunan sebanyak 1 orang menjadi 8

orang, serta jumlah Guru Tidak Tetap (GTT) mengalami penurunan sebanyak 1

orang menjadi 30 orang. Penurunan jumlah guru ini terjadi disebabkan guru yang

bersangkutan sudah tidak lagi produktif untuk bekerja. Di tahun ajaran 2012/2013,

jumlah guru baik PNS, GTY dan GTT tidak mengalami perubahan yang berarti.

Serta tahun ajaran 2013/2014 hanya mengalami Kenaikan pada jumlah guru GTT

saja sebanyak 3 orang yakni jumlah keseluruhan guru GTT menjadi 33 orang.

Kenaikan jumlah Guru Tidak Tetap di tahun ajaran 2013/2014 terjadi karena

SMK Pasundan 3 Bandung membutuhkan tenaga kerja tambahan setelah

sebelumnya beberapa guru sudah dipensiunkan dan juga telah diangkat menjadi

(5)

Selain itu, untuk mengukur tinggi rendahnya komitmen organisasi yang

dimiliki guru dapat dilihat dari hasil penilaian kinerja guru. Hal ini diperkuat

dengan suatu hasil penelitian yang menunjukkan komitmen organisasi guru yang

masih rendah yaitu dengan hasil penilaian kinerja sebagai berikut:

Tabel 1.2

Rekapitulasi Penilaian Kinerja Guru di SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2009/2010 – 2013/2014

Sumber: Tata Usaha SMK Pasundan 3 Bandung (Data sudah diolah)

Dari data penilaian kinerja diatas, dapat dilihat bahwa pencapaian kinerja

guru dalam realisasinya belum sesuai dengan target yang direncanakan, dimana

setiap aspek kegiatan target pencapaiannya adalah 100%.

Belum optimalnya kinerja guru tersebut, menunjukkan komitmen organisasi

pada guru yang rendah. Maka, sebaiknya pihak sekolah memperhatikan keinginan

dan mengerti apa yang dibutuhkan oleh guru agar membuat guru memiliki

komitmen organisasi yang tinggi dalam meningkatkan kinerjanya demi

tercapainya tujuan sekolah.

Selanjutnya, ketidakhadiran atau kemangkiran dapat dijadikan sebagai alat

untuk mengukur komitmen kerja pegawai terhadap organisasi. Seperti yang

dikemukakan Malthis dan Jackson (2006, hlm.138), bahwa :

“Komitmen organisasi memiliki makna tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap No. Uraian

(6)

ada di dalam organisasi tersebut yang pada akhirnya tergambar dalam statistik ketidakhadiran dan masuk keluar tenaga kerja”.

Hal ini diperkuat oleh data yang telah penulis peroleh di SMK Pasundan 3

Bandung yang dapat dilihat dari persentase data absen guru selama kurun waktu

satu tahun dari jumlah guru sebanyak 45 orang yaitu sebagai berikut:

Gambar 1.1

Data Kehadiran Guru SMK Pasundan 3 Bandung

Sumber: Tata Usaha SMK Pasundan 3 Bandung (Data sudah diolah)

Dari data yang ditunjukkan Gambar 1.1, dapat dilihat bahwa kehadiran guru

pada tahun ajaran 2009/2010 sebesar 92% sehingga jumlah ketidakhadiran guru

pada tahun ajaran 2009/2010 sebesar 8%. Sedangkan pada tahun ajaran

2010/2011 persentase kehadiran guru menurun sebesar 3% menjadi 89% dan

jumlah ketidakhadiran meningkat menjadi 11%. Pada tahun ajaran 2011/2012

jumlah kehadiran mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 2%

sehingga persentase kehadiran guru pada tahun ajaran 2011/2012 ini sebesar 91%

dan jumlah ketidakhadiran guru menjadi 9%. Tahun 2012/2013 jumlah kehadiran

mengalami penurunan kembali dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 6% sehingga

persentase kehadiran menjadi 85% dan ketidakhadiran sebesar 15%. Serta pada

tahun ajaran 2013/2014 jumlah kehadiran guru meningkat sebesar 5% dari tahun

sebelumnya menjadi 90%.

Sehingga berdasarkan analisis data kehadiran guru di atas, dapat disimpulkan

bahwa jumlah kehadiran yang paling tinggi terdapat pada tahun ajaran 2009/2010

80% 82% 84% 86% 88% 90% 92% 94%

(7)

yaitu sebanyak 92% sedangkan data kehadiran guru paling rendah berada pada

tahun ajaran 2012/2013 yaitu hanya 85%. Dari pemaparan tersebut, target

presentase kehadiran guru yang seharusnya 100% tidak pernah tercapai dari setiap

tahunnya. Hal ini menandakan bahwa masih terdapat guru yang merasa tidak puas

terhadap organisasinya sehingga terjadi penurunan tingkat disiplin guru. Apabila

guru sering tidak hadir maka diidentifikasi waktu mengajar akan berkurang.

Data kehadiran di atas terkadang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan

sehingga data di atas dapat dikatakan tidaklah mutlak. Hal ini dikarenakan

terkadang beberapa guru yang sudah melakukan absen tetapi pada saat guru yang

bersangkutan tersebut seharusnya sudah mengajar, namun pada kenyataannya

tidak berada di kelas. Kurangnya rasa tanggung jawab guru tersebut terhadap

pekerjaannya menunjukkan bahwa komitmen organisasi di SMK Pasundan 3

Bandung belum optimal.

Faktor ketidakhadiran guru merupakan salah satu faktor ketidakdisiplinan

guru. Ketidakdisiplinan guru datang ke sekolah menunjukkan bahwa guru tersebut

tidak bertanggung jawab atas pekerjaan yang telah diberikan kepadanya. Selain

itu, fenomena yang terjadi adalah guru yang kurang disiplin dalam mengerjakan

pekerjaannya seperti pembuatan program tahunan ataupun program semester

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sehingga pada saat tugas tersebut

sudah mencapai waktu deadline, maka hasil pekerjaan guru tersebut masih belum

dapat diserahkan. Oleh karena itu, maka dapat diindikasikan bahwa di SMK

Pasundan 3 Bandung memiliki permasalahan komitmen organisasi, karena absensi

kehadiran guru yang masih relatif rendah.

Banyak faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi, diantaranya: (1)

faktor personal, (2) faktor organisasi, dan (3) faktor yang bukan berasal dari

dalam organisasi. Faktor organisasi yang meliputi kondisi kerja, yang meliputi

gaji, hubungan kerja dengan pimpinan, karakteristik pekerjaan, tujuan organisasi,

(8)

mengarahkan pada kepuasan kerja. Faktor- faktor ini juga memberikan konstribusi pada meningkat atau berkurangnya komitmen organisasi. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah: Penggajian, hubungan dengan atasan atau rekan kerja, kondisi kerja, kesempatan untuk maju, dan lain-lain”.

Komitmen guru dapat dipengaruhi faktor internal dan eksternal guru. Faktor

internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri guru yang dapat berupa

kepercayaan diri, motivasi, dan pengendalian diri dari guru sedangkan faktor

eksternal adalah faktor lingkungan di sekitar guru yang dapat berupa lingkungan

fisik dan sosial.

Diduga salah satu faktor dominan yang mempengaruhi komitmen organisasi

pada guru di SMK Pasundan 3 Bandung ini adalah kondusif tidaknya suatu

kondisi kerja. Hal ini dibuktikan dengan melakukan wawancara dengan salah

satu staf pengajar di SMK Pasundan 3 Bandung yang dilaksanakan pada bulan

Januari 2015 bahwa masih adanya beberapa guru yang mengeluhkan mengenai

kondisi kerja yang kurang kondusif. Baik kondisi kerja secara fisik maupun

psikologis, seperti misalnya sarana prasarana yang belum cukup memadai,

kelelahan akibat jam mengajar yang banyak, serta rumitnya administrasi guru

yang harus dipenuhi sehingga guru banyak menunda pekerjaan. Selain itu, ada

beberapa guru yang merasa bosan dengan suasana lingkungan sekolahnya bahkan

ada yang berniat pindah tugas (sekolah) karena sudah tidak merasa nyaman untuk

terus berada disekolah tersebut.

Manajemen sumber daya manusia yang efektif harus dapat memaksimalkan

kondisi kerja dan dinamika pegawai dalam organisasi. Dengan program-program

kepegawaian yang tertuju kepada solusi permasalahan, diharapkan suatu

organisasi mampu meningkatkan komitmen kerja para pegawainya melalui tindak

lanjut seputar permasalahan yang dihadapi oleh pegawai. Kondisi kerja yang baik

dapat memberikan pengaruh bagi kedua belah pihak, karena dapat memberikan

kepuasan bagi guru untuk merangsang semangat kerja berprestasi dan bagi

sekolah tercapainya visi dan misi yang telah dirancang oleh sekolah.

Komitmen organisasi dapat terbentuk dengan baik apabila didukung oleh

(9)

menantang atau tidak, sikap atasan dan pengawasan, hubungan dengan

sesama rekan kerja”.

Dapat disimpulkan bahwa permasalahan komitmen pada guru yang rendah di

SMK Pasundan 3 Bandung dapat terlihat dari fenomena yang penulis temukan

dilapangan yaitu menurunnya jumlah guru (turn over), meningkatnya jumlah

ketidakhadiran, dan kurang menunjukkan semangat kerja, serta tanggung jawab

dalam bekerja yang terlihat pada penilaian kinerja yang rendah. Apabila kondisi

tersebut dibiarkan terus-menerus terjadi, maka akan menimbulkan dampak yang

sangat kompleks, diantaranya akan mempengaruhi kinerja dan produktivitas

secara keseluruhan. SMK Pasundan 3 Bandung belum sepenuhnya dapat

mewujudkan tujuan sekolah yang dikehendaki. Diperlukan cara yang dapat

menciptakan komitmen organisasi yang tinggi, diantaranya dengan menciptakan

kondisi kerja yang kondusif. Oleh karena itu, dalam upaya untuk memahami dan

memecahkan masalah fenomena rendahnya komitmen organisasi guru yang

terjadi di SMK Pasundan 3 Bandung, maka diperlukan pendekatan perilaku

organisasi tertentu dari pihak sekolah untuk meningkatkan komitmen organisasi

pegawai khususnya guru.

Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut

permasalahan ini dengan mengadakan penelitian yang berjudul: Pengaruh

Kondisi Kerja Tehadap Komitmen Organisasi pada Guru di SMK Pasundan

3 Bandung.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, inti kajian dalam penelitian

ini adalah masalah komitmen organisasi di SMK Pasundan 3 Bandung, khususnya

komitmen organisasi pada guru. Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dari

latar belakang masalah diatas antara lain; kurang baiknya guru dalam segi

ketepatan waktu masuk kerja (jam mengajar), tingkat kemangkiran yang tinggi,

rendahnya tingkat kepuasan kerja, serta kurangnya semangat kerja pada guru.

Aspek tersebut diduga sebagai kekuatan sekolah yang harus dibina agar dapat

terciptanya organisasi yang baik. Dengan demikian harus adanya pendekatan

(10)

Kondusifitas kondisi kerja yang memberikan kenyamanan dan keamanan

akan membantu pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas dan beban kerja yang

diberikan kepadanya. Sehingga sebagai seorang tenaga pendidik, guru akan

mampu melaksanakan pekerjaan yang menjadi kewajibannya dengan baik dan

sepenuh hati. Seperti yang dikemukakan oleh Sedarmayanti (2009, hlm.22)

bahwa:

“Manusia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga dicapai suatu hasil yang optimal, apabila ditunjang suatu kondisi kerja yang sesuai. Kondisi kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman dan nyaman”.

Melihat masalah-masalah tersebut, maka pada penelitian ini pembahasan

difokuskan pada pengaruh kondisi kerja terhadap komitmen organisasi pada guru

di SMK Pasundan 3 Bandung mengenai masalah motivasi kerja, kedisiplinan,

hubungan sosial, serta tanggung jawab terhadap organisasi.

Berdasarkan pernyataan masalah (problem statement) di atas, maka dapat

dirumuskan beberapa masalah secara spesifik sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran mengenai kondusif tidaknya kondisi kerja di SMK

Pasundan 3 Bandung?

2. Bagaimana gambaran mengenai tingkat komitmen organisasi guru di SMK

Pasundan 3 Bandung?

3. Adakah pengaruh kondisi kerja terhadap komitmen organisasi di SMK

Pasundan 3 Bandung?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh pengetahuan dan

melakukan kajian secara ilmiah tentang kondisi kerja terhadap komitmen

organisasi pegawai di SMK Pasundan 3 Bandung.

Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Memperoleh gambaran mengenai kondusif tidaknya kondisi kerja di SMK

Pasundan 3 Bandung

2. Memperoleh gambaran mengenai tingkat komitmen organisasi guru di

(11)

3. Memperoleh gambaran mengenai pengaruh kondisi kerja terhadap

komitmen organisasi di SMK Pasundan 3 Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Terdapat beberapa kegunaan apabila tujuan yang telah dijelaskan di atas

dapat tercapai, yaitu :

1. Sebagai bahan informasi tentang cara menciptakan kondisi kerja yang

dilakukan di SMK Pasundan 3 Bandung.

2. Sebagai bahan kajian bagi organisasi lain dalam upaya meningkatkan

komitmen organisasi pegawai.

3. Memberikan sumbangan pemikiran kepada bagian SDM di SMK Pasundan

3 Bandung tentang bagaimana cara meningkatkan komitmen organisasi

pegawai itu dilakukan.

4. Menambah pengetahuan dan informasi khususnya bagi penulis dan bagi

Gambar

Tabel 1.1 Data Jumlah Guru
Tabel 1.2 Rekapitulasi Penilaian Kinerja Guru di SMK Pasundan 3 Bandung
Gambar 1.1 Data Kehadiran Guru SMK Pasundan 3 Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Fenomena penggunaan sosial media sudah menjadi hal yang biasa di banyak kalangan akan tetapi sebagai masyarakat muslim yang memiliki pegangan utama dalam berkehidupan

Unit PT PLN (PERSERO) yang akan membangun SCADA harus mengacu pada SPLN S3.001: 2008 Peralatan SCADA Sistem Tenaga Listrik. Jumlah yang dijelaskan pada tabel 6 dan tabel 7

Oleh karena itu pada penelitian ini dapat diketahui pengaruh yang bermakna pada pemberian loading 500 cc hidroxylethyl starch 130/0,4 (6%) terhadap tekanan darah dan nadi

Lowokwaru sangat menentukan bagaimana tujuan dari instansi tersebut dapat tercapai. Dalam rangka meningkatkan kinerja, Kecamatan Lowokwaru melaksanakan pengembangan sumber

Puji syukur alhamdulilah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayah-nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Manajemen

Berdasarkan tupoksi tersebut, maka Taman Budaya Jawa Tengah memiliki peran fungsional di dalam fasilitasi, stimulasi, dan mendinamisasi kehidupan seni dan budaya kreatif melalui

Leksem-leksem tersebut terdiri atas delapan ranah makna, yaitu ranah makna kesenangan (10 leksem), kesedihan (6 leksem), kemararahan (8 leksem), keheranan (4 leksem), rasa malu (2