1.1 Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting, karena unsur
manusia dalam suatu organisasi adalah sebagai perencana, pelaksana, dan
pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan suatu organisasi.
Penyelenggaraan pendidikan berkualitas merupakan prasyarat bagi terciptanya
peningkatan sumber daya manusia tersebut.
Pendidikan bisa didapatkan secara formal atau informal. Salah satu lembaga
atau wadah penyelenggara pendidikan adalah sekolah. Sekolah sebagai organisasi
pendidikan formal tersusun dari unsur-unsur yang melakukan hubungan kerja
sama untuk mencapai tujuan organisasi. Unsur-unsur tersebut adalah sumber daya
manusia yang terdiri dari kepala sekolah, guru-guru, staf, peserta didik atau siswa,
serta orang tua siswa. Tanpa mengesampingkan peran dan unsur-unsur lain dari
organisasi sekolah, kepala sekolah dan guru merupakan unsur intern yang
berperan sangat penting dalam keberhasilan pendidikan di sekolah.
Organisasi yang baik adalah organisasi yang mempunyai sumber daya
manusia yang berkualitas serta mempunyai integritas dan sikap loyal terhadap
organisasinya. Senada dengan pendapat Justine T. Sirait (2007, hlm.9) bahwa : “Sasaran yang diharapkan dapat dicapai manajemen sumber daya manusia melalui kegiatan-kegiatan atau program-program bagian kepegawaian dari suatu organisasi adalah terciptanya suatu kondisi dimana pegawai dapat mencapai produktivitas yang tinggi, pegawai mampu bertahan (tetap bekerja) dalam organisasi dalam waktu yang relatif lama, rendahnya tingkat ketidakhadiran dan akhirnya pegawai merasa puas dalam menjalankan tugasnya di organisasi. Apabila hal ini tercipta, maka dapat dikatakan bahwa lingkup pekerjaan bagian kepegawaian adalah efektif (berhasil). “
Keberhasilan dalam mencapai tujuan sebuah organisasi sekolah banyak
ditentukan oleh tingkat kompetensi, profesionalisme, dan juga komitmen
pegawainya. Agar tujuan sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka
sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan perlu memiliki sumber daya manusia
Dalam meningkatkan mutu pendidikan, maka diperlukan adanya pendidik
yang berkualitas. Suatu lembaga pendidikan, baik negeri maupun swasta, pasti
akan bergantung kepada guru. Guru merupakan orang yang sangat berpengaruh
dalam mengembangkan suatu lembaga pendidikan dengan harapan untuk
menghasilkan kualitas peserta didik yang baik. Menurut Mulyasa (2012, hlm.5) mengemukakan bahwa, “Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama”.
Guru merupakan salah satu komponen utama yang mendukung peningkatan
sumber daya manusia melalui pendidikan. Dalam Undang-Undang Guru dan
Dosen Tahun Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat (1):
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.
Guru sebagai bagian penting dari penyelenggaran pendidikan harus
mempunyai komitmen yang tinggi. Setiap guru diberi tugas dan tanggung jawab
serta kepercayaan untuk bekerja dan diharapkan mampu menunjukkan dedikasi
serta memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan lembaga
pendidikan tersebut. Dalam hal ini, guru menjadi pelaku yang mempunyai pikiran,
perasaan, dan keinginan yang dapat mempengaruhi sikapnya terhadap pekerjaan.
Menurut Malayu S. P Hasibuan (2005, hlm.202), “sikap ini akan menentukan
prestasi kerja, dedikasi dan kecintaan terhadap pekerjaan yang dibebankan kepadanya”.
Guru yang efektif adalah guru yang dapat menunaikan tugas dan fungsinya
secara profesional. Menurut Kunandar (2007, hlm.46), “Guru profesional adalah
orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal”. Untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional,
diperlukan kematangan pribadi, sikap penuh dedikasi, serta harus mempunyai
komitmen yang tinggi. Dengan tingkat komitmen yang tinggi dari guru,
diharapkan pendidikan akan lebih siap dan mampu untuk menghadapi segala
Purba Elfina (2010,hlm.72) mengemukakan bahwa: “Komitmen merupakan
suatu sikap kerja (job atitude) atau keyakinan yang mencerminkan kekuatan
relatif dan keberpihakan serta keterlibatan individu pada suatu organisasi.”
Komitmen menjadi sangat penting karena komitmen merupakan hal yang paling
mendasar dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Guru akan kesulitan melakukan
peran dan tanggung jawabnya sebagai pendidik apabila tidak memiliki komitmen.
Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Guru dan Dosen Tahun Nomor 14 Tahun
2005 pasal 7 (ayat 1b), yang menyatakan bahwa: “Guru harus memiliki komitmen
untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia”. Apabila komitmen guru rendah, maka proses pembentukan SDM yang bermutu
dan pencapaian tujuan pendidikan nasional akan terganggu.
Menurut Angela (dalam Sopiah, 2004, hlm.166), menyatakan bahwa:
“Pegawai yang berkomitmen rendah akan berdampak pada turn over, tingginya
absensi, meningkatnya kelambanan kerja dan kurangnya intensitas untuk bertahan sebagai pegawai di organisasi tersebut”.
Berdasarkan observasi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di
lapangan, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai permasalahan komitmen
organisasi. Peneliti menduga adanya permasalahan komitmen organisasi pada
guru di salah satu lembaga pendidikan SMK Pasundan 3 Bandung. Berdasarkan
hasil wawancara awal yang dilakukan pada bulan Januari 2015 dengan Pak Yayan
selaku pegawai/staf bagian Kurikulum Sekolah salah satu kelemahan dalam
mencapai target produktivitas sekolah adalah tingkat disiplin para guru yang
belum optimal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan,
terutama dalam segi ketepatan waktu masuk jam kerja (mengajar), kemangkiran
yang tinggi, serta kurangnya semangat kerja dalam mengerjakan administrasi guru
sehingga masih saja ditemukan beberapa guru yang mengumpulkan administrasi
guru melewati deadline-nya (waktu yang ditentukan). Hal tersebut dapat
mengindikasikan bahwa kecintaan, loyalitas dan rasa memiliki para guru terhadap
organisasi tersebut masih rendah.
Pernyataan tersebut didukung pula dengan adanya beberapa data yang
penilaian kinerja guru, absensi guru yang dapat menunjukkan bahwa komitmen
organisasi pada guru masih rendah.
SMK Pasundan 3 Bandung memiliki beberapa guru PNS atau DPK (Guru
yang Dipekerjakan), GTY (Guru Tetap Yayasan) serta GTT (Guru Tidak Tetap).
Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah data guru di SMK Pasundan 3 Bandung
dari tahun ajaran 2010/2011 hingga tahun 2013/2014.
Tabel 1.1 Data Jumlah Guru
Tahun Ajaran 2010/2011-2013/2014
No Tahun Ajaran Jumlah guru Jumlah Keseluruhan
Keterangan (orang)
PNS GTY GTT
1 2010/2011 5 9 31 45 -
2 2011/2012 4 8 30 42 Keluar 3
3 2012/2013 4 8 30 42 Tetap
4 2013/2014 4 8 33 45 Masuk 3
Sumber: Tata Usaha SMK Pasundan 3 Bandung
Berdasarkan data jumlah guru SMK Pasundan 3 Bandung dapat dilihat bahwa
pada tahun ajaran 2010/2011 jumlah guru PNS sebanyak 5 orang sedangkan Guru
Tetap Yayasan (GTY) sebanyak 9 orang serta jumlah Guru Tidak Tetap (GTT)
sebanyak 31 orang. Tahun ajaran 2011/2012 jumlah guru PNS mengalami
penurunan sebanyak 1 orang menjadi 4 orang guru PNS begitu pula untuk jumlah
Guru Tetap Yayasan (GTY) mengalami penurunan sebanyak 1 orang menjadi 8
orang, serta jumlah Guru Tidak Tetap (GTT) mengalami penurunan sebanyak 1
orang menjadi 30 orang. Penurunan jumlah guru ini terjadi disebabkan guru yang
bersangkutan sudah tidak lagi produktif untuk bekerja. Di tahun ajaran 2012/2013,
jumlah guru baik PNS, GTY dan GTT tidak mengalami perubahan yang berarti.
Serta tahun ajaran 2013/2014 hanya mengalami Kenaikan pada jumlah guru GTT
saja sebanyak 3 orang yakni jumlah keseluruhan guru GTT menjadi 33 orang.
Kenaikan jumlah Guru Tidak Tetap di tahun ajaran 2013/2014 terjadi karena
SMK Pasundan 3 Bandung membutuhkan tenaga kerja tambahan setelah
sebelumnya beberapa guru sudah dipensiunkan dan juga telah diangkat menjadi
Selain itu, untuk mengukur tinggi rendahnya komitmen organisasi yang
dimiliki guru dapat dilihat dari hasil penilaian kinerja guru. Hal ini diperkuat
dengan suatu hasil penelitian yang menunjukkan komitmen organisasi guru yang
masih rendah yaitu dengan hasil penilaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 1.2
Rekapitulasi Penilaian Kinerja Guru di SMK Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2009/2010 – 2013/2014
Sumber: Tata Usaha SMK Pasundan 3 Bandung (Data sudah diolah)
Dari data penilaian kinerja diatas, dapat dilihat bahwa pencapaian kinerja
guru dalam realisasinya belum sesuai dengan target yang direncanakan, dimana
setiap aspek kegiatan target pencapaiannya adalah 100%.
Belum optimalnya kinerja guru tersebut, menunjukkan komitmen organisasi
pada guru yang rendah. Maka, sebaiknya pihak sekolah memperhatikan keinginan
dan mengerti apa yang dibutuhkan oleh guru agar membuat guru memiliki
komitmen organisasi yang tinggi dalam meningkatkan kinerjanya demi
tercapainya tujuan sekolah.
Selanjutnya, ketidakhadiran atau kemangkiran dapat dijadikan sebagai alat
untuk mengukur komitmen kerja pegawai terhadap organisasi. Seperti yang
dikemukakan Malthis dan Jackson (2006, hlm.138), bahwa :
“Komitmen organisasi memiliki makna tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap No. Uraian
ada di dalam organisasi tersebut yang pada akhirnya tergambar dalam statistik ketidakhadiran dan masuk keluar tenaga kerja”.
Hal ini diperkuat oleh data yang telah penulis peroleh di SMK Pasundan 3
Bandung yang dapat dilihat dari persentase data absen guru selama kurun waktu
satu tahun dari jumlah guru sebanyak 45 orang yaitu sebagai berikut:
Gambar 1.1
Data Kehadiran Guru SMK Pasundan 3 Bandung
Sumber: Tata Usaha SMK Pasundan 3 Bandung (Data sudah diolah)
Dari data yang ditunjukkan Gambar 1.1, dapat dilihat bahwa kehadiran guru
pada tahun ajaran 2009/2010 sebesar 92% sehingga jumlah ketidakhadiran guru
pada tahun ajaran 2009/2010 sebesar 8%. Sedangkan pada tahun ajaran
2010/2011 persentase kehadiran guru menurun sebesar 3% menjadi 89% dan
jumlah ketidakhadiran meningkat menjadi 11%. Pada tahun ajaran 2011/2012
jumlah kehadiran mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 2%
sehingga persentase kehadiran guru pada tahun ajaran 2011/2012 ini sebesar 91%
dan jumlah ketidakhadiran guru menjadi 9%. Tahun 2012/2013 jumlah kehadiran
mengalami penurunan kembali dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 6% sehingga
persentase kehadiran menjadi 85% dan ketidakhadiran sebesar 15%. Serta pada
tahun ajaran 2013/2014 jumlah kehadiran guru meningkat sebesar 5% dari tahun
sebelumnya menjadi 90%.
Sehingga berdasarkan analisis data kehadiran guru di atas, dapat disimpulkan
bahwa jumlah kehadiran yang paling tinggi terdapat pada tahun ajaran 2009/2010
80% 82% 84% 86% 88% 90% 92% 94%
yaitu sebanyak 92% sedangkan data kehadiran guru paling rendah berada pada
tahun ajaran 2012/2013 yaitu hanya 85%. Dari pemaparan tersebut, target
presentase kehadiran guru yang seharusnya 100% tidak pernah tercapai dari setiap
tahunnya. Hal ini menandakan bahwa masih terdapat guru yang merasa tidak puas
terhadap organisasinya sehingga terjadi penurunan tingkat disiplin guru. Apabila
guru sering tidak hadir maka diidentifikasi waktu mengajar akan berkurang.
Data kehadiran di atas terkadang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan
sehingga data di atas dapat dikatakan tidaklah mutlak. Hal ini dikarenakan
terkadang beberapa guru yang sudah melakukan absen tetapi pada saat guru yang
bersangkutan tersebut seharusnya sudah mengajar, namun pada kenyataannya
tidak berada di kelas. Kurangnya rasa tanggung jawab guru tersebut terhadap
pekerjaannya menunjukkan bahwa komitmen organisasi di SMK Pasundan 3
Bandung belum optimal.
Faktor ketidakhadiran guru merupakan salah satu faktor ketidakdisiplinan
guru. Ketidakdisiplinan guru datang ke sekolah menunjukkan bahwa guru tersebut
tidak bertanggung jawab atas pekerjaan yang telah diberikan kepadanya. Selain
itu, fenomena yang terjadi adalah guru yang kurang disiplin dalam mengerjakan
pekerjaannya seperti pembuatan program tahunan ataupun program semester
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sehingga pada saat tugas tersebut
sudah mencapai waktu deadline, maka hasil pekerjaan guru tersebut masih belum
dapat diserahkan. Oleh karena itu, maka dapat diindikasikan bahwa di SMK
Pasundan 3 Bandung memiliki permasalahan komitmen organisasi, karena absensi
kehadiran guru yang masih relatif rendah.
Banyak faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi, diantaranya: (1)
faktor personal, (2) faktor organisasi, dan (3) faktor yang bukan berasal dari
dalam organisasi. Faktor organisasi yang meliputi kondisi kerja, yang meliputi
gaji, hubungan kerja dengan pimpinan, karakteristik pekerjaan, tujuan organisasi,
mengarahkan pada kepuasan kerja. Faktor- faktor ini juga memberikan konstribusi pada meningkat atau berkurangnya komitmen organisasi. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah: Penggajian, hubungan dengan atasan atau rekan kerja, kondisi kerja, kesempatan untuk maju, dan lain-lain”.
Komitmen guru dapat dipengaruhi faktor internal dan eksternal guru. Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri guru yang dapat berupa
kepercayaan diri, motivasi, dan pengendalian diri dari guru sedangkan faktor
eksternal adalah faktor lingkungan di sekitar guru yang dapat berupa lingkungan
fisik dan sosial.
Diduga salah satu faktor dominan yang mempengaruhi komitmen organisasi
pada guru di SMK Pasundan 3 Bandung ini adalah kondusif tidaknya suatu
kondisi kerja. Hal ini dibuktikan dengan melakukan wawancara dengan salah
satu staf pengajar di SMK Pasundan 3 Bandung yang dilaksanakan pada bulan
Januari 2015 bahwa masih adanya beberapa guru yang mengeluhkan mengenai
kondisi kerja yang kurang kondusif. Baik kondisi kerja secara fisik maupun
psikologis, seperti misalnya sarana prasarana yang belum cukup memadai,
kelelahan akibat jam mengajar yang banyak, serta rumitnya administrasi guru
yang harus dipenuhi sehingga guru banyak menunda pekerjaan. Selain itu, ada
beberapa guru yang merasa bosan dengan suasana lingkungan sekolahnya bahkan
ada yang berniat pindah tugas (sekolah) karena sudah tidak merasa nyaman untuk
terus berada disekolah tersebut.
Manajemen sumber daya manusia yang efektif harus dapat memaksimalkan
kondisi kerja dan dinamika pegawai dalam organisasi. Dengan program-program
kepegawaian yang tertuju kepada solusi permasalahan, diharapkan suatu
organisasi mampu meningkatkan komitmen kerja para pegawainya melalui tindak
lanjut seputar permasalahan yang dihadapi oleh pegawai. Kondisi kerja yang baik
dapat memberikan pengaruh bagi kedua belah pihak, karena dapat memberikan
kepuasan bagi guru untuk merangsang semangat kerja berprestasi dan bagi
sekolah tercapainya visi dan misi yang telah dirancang oleh sekolah.
Komitmen organisasi dapat terbentuk dengan baik apabila didukung oleh
menantang atau tidak, sikap atasan dan pengawasan, hubungan dengan
sesama rekan kerja”.
Dapat disimpulkan bahwa permasalahan komitmen pada guru yang rendah di
SMK Pasundan 3 Bandung dapat terlihat dari fenomena yang penulis temukan
dilapangan yaitu menurunnya jumlah guru (turn over), meningkatnya jumlah
ketidakhadiran, dan kurang menunjukkan semangat kerja, serta tanggung jawab
dalam bekerja yang terlihat pada penilaian kinerja yang rendah. Apabila kondisi
tersebut dibiarkan terus-menerus terjadi, maka akan menimbulkan dampak yang
sangat kompleks, diantaranya akan mempengaruhi kinerja dan produktivitas
secara keseluruhan. SMK Pasundan 3 Bandung belum sepenuhnya dapat
mewujudkan tujuan sekolah yang dikehendaki. Diperlukan cara yang dapat
menciptakan komitmen organisasi yang tinggi, diantaranya dengan menciptakan
kondisi kerja yang kondusif. Oleh karena itu, dalam upaya untuk memahami dan
memecahkan masalah fenomena rendahnya komitmen organisasi guru yang
terjadi di SMK Pasundan 3 Bandung, maka diperlukan pendekatan perilaku
organisasi tertentu dari pihak sekolah untuk meningkatkan komitmen organisasi
pegawai khususnya guru.
Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut
permasalahan ini dengan mengadakan penelitian yang berjudul: Pengaruh
Kondisi Kerja Tehadap Komitmen Organisasi pada Guru di SMK Pasundan
3 Bandung.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, inti kajian dalam penelitian
ini adalah masalah komitmen organisasi di SMK Pasundan 3 Bandung, khususnya
komitmen organisasi pada guru. Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dari
latar belakang masalah diatas antara lain; kurang baiknya guru dalam segi
ketepatan waktu masuk kerja (jam mengajar), tingkat kemangkiran yang tinggi,
rendahnya tingkat kepuasan kerja, serta kurangnya semangat kerja pada guru.
Aspek tersebut diduga sebagai kekuatan sekolah yang harus dibina agar dapat
terciptanya organisasi yang baik. Dengan demikian harus adanya pendekatan
Kondusifitas kondisi kerja yang memberikan kenyamanan dan keamanan
akan membantu pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas dan beban kerja yang
diberikan kepadanya. Sehingga sebagai seorang tenaga pendidik, guru akan
mampu melaksanakan pekerjaan yang menjadi kewajibannya dengan baik dan
sepenuh hati. Seperti yang dikemukakan oleh Sedarmayanti (2009, hlm.22)
bahwa:
“Manusia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga dicapai suatu hasil yang optimal, apabila ditunjang suatu kondisi kerja yang sesuai. Kondisi kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman dan nyaman”.
Melihat masalah-masalah tersebut, maka pada penelitian ini pembahasan
difokuskan pada pengaruh kondisi kerja terhadap komitmen organisasi pada guru
di SMK Pasundan 3 Bandung mengenai masalah motivasi kerja, kedisiplinan,
hubungan sosial, serta tanggung jawab terhadap organisasi.
Berdasarkan pernyataan masalah (problem statement) di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah secara spesifik sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran mengenai kondusif tidaknya kondisi kerja di SMK
Pasundan 3 Bandung?
2. Bagaimana gambaran mengenai tingkat komitmen organisasi guru di SMK
Pasundan 3 Bandung?
3. Adakah pengaruh kondisi kerja terhadap komitmen organisasi di SMK
Pasundan 3 Bandung?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh pengetahuan dan
melakukan kajian secara ilmiah tentang kondisi kerja terhadap komitmen
organisasi pegawai di SMK Pasundan 3 Bandung.
Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Memperoleh gambaran mengenai kondusif tidaknya kondisi kerja di SMK
Pasundan 3 Bandung
2. Memperoleh gambaran mengenai tingkat komitmen organisasi guru di
3. Memperoleh gambaran mengenai pengaruh kondisi kerja terhadap
komitmen organisasi di SMK Pasundan 3 Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
Terdapat beberapa kegunaan apabila tujuan yang telah dijelaskan di atas
dapat tercapai, yaitu :
1. Sebagai bahan informasi tentang cara menciptakan kondisi kerja yang
dilakukan di SMK Pasundan 3 Bandung.
2. Sebagai bahan kajian bagi organisasi lain dalam upaya meningkatkan
komitmen organisasi pegawai.
3. Memberikan sumbangan pemikiran kepada bagian SDM di SMK Pasundan
3 Bandung tentang bagaimana cara meningkatkan komitmen organisasi
pegawai itu dilakukan.
4. Menambah pengetahuan dan informasi khususnya bagi penulis dan bagi