• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GHARAR DALAM ISLAM. Dalam bahasa arab kata gharar merupakan derivasi dari : yang mempunyai arti :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GHARAR DALAM ISLAM. Dalam bahasa arab kata gharar merupakan derivasi dari : yang mempunyai arti :"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

14

Dalam bahasa arab kata gharar merupakan derivasi dari : yang mempunyai arti :

Dalam bahasa Indonesia berarti menipu seseorang dan menjadikan orang tersebut tertarik untuk berbuat kebatilan. Sedangkan sendiri mempunyai arti yaitu kebatilan-kebatilan dan mempunyai arti yaitu menghampirkan diri pada kehancuran.1

Dan pada asalnya gharar juga berarti 2 yaitu bahaya,

sedangkan artinya :

$ %#& '( )

!" #

yang mempunyai arti : sesuatu yang tidak diketahui pasti benar atau tidaknya.

Sedangkan menurut pengertian secara istilahi maka al-Sarkhasi mendefinisikan sebagai berikut :

*

&

#+*%#

,-Artinya : sesuatu yang tertutup akibatnya (tidak ada kejelasanya).3

Hal senada juga diungkapkan oleh Ibnu Taimiyyah yang mengatakan bahwa :

#

,.

/*

Artinya : gharar adalah sesuatau yang majhul(tidak diketahui) akibatnya.4

1 Louis Ma’luf, Al Munjid Fi Al-Lughot Wa Al-A’lam, Dar Al Masyriq, Beirut, hlm. 546

2 Al Imam Muhammad Bin Abi Bakr Bin Abd Al Qadir Al Razy, Mukhtar Al Sihhah, Maktabah wa Matbaah al masuhad al Husaini, Kairo, hal. 183.

3 Syamsudin Al-Sarkhasi, Kitab Al-Mabsut, Juz VI, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, Beirut, Libanon, hal. 194

(2)

Sedangkan Sayyid Sabiq mengartikan gharar sebagai berikut :

(

--01)2

3

$) ,24*# !" 5) #

Artinya : Gharar adalah penipuan yang mana denganya diperkirakan mengakibatkan tidak adanya kerelaan jika diteliti.5

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para fuqaha tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa gharar dalam hal ini jual beli atau transaksi adalah transaksi yang didalamnya terdapat unsur ketidak jelasan, spekulasi, keraguan dan sejenisnya sehingga dari sebab adanya unsur-unsur tersebut mengakibatkan adanya ketidak relaan dalam bertransaksi.

B. DASAR LARANGAN GHARAR 1. Landasan Al-Quran

Di dalam al Quran tidak ada nash secara khusus yang mengatakan tentang hukum gharar akan tetapi secara umum dapat dimasukan dalam surat al Baqarah ayat 188 yang berbunyi :

6

7

86

1

996797

:;

&6

2767

:;

&66

#7

*6

'#;;

<

=

->

?

Artinya : Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian dari yang lain diantara kamu dengan yang batil. (Q.S. Al-Baqarah : 188)6

Kemudian surat An-Nisa ayat 29 :

4 Ibnu Taimiyyah, Majmu Al-Fatawa, JuzIII, Dar Al-Fikri, Beirut, hal. 275

5 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid III, Dar Al-Fath Li-A’lam Al-Araby, Kairo, 1994, hlm. 144

6 Departemen Agama R. I, Al-Quran Dan Terjemahanya, Yayasan Penterjemah/Penafsir Al-Quran, Pelita, Jakarta, hlm. 69

(3)

6

@6

'

6

/9

16

%#;

&6

17

%6

'A9

B996797

:;

&6

2767

:;

&66

#7

*6

'#;;

<7

86

1 #;

26

*C6

D 9

"A 6

E6

6

7

:;

&7

29

*F

G 66

17

D

= 2 + H

>

?

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan batil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu. (Q.S. An-Nisa : 29)7

Berkenaan dengan ayat tersebut , Ibnu Araby menfsirkan bahwa : mempunyai arti dengan cara yang tidak halal secara syara’ dan juga memanfaatkanya dikarenakan syara’ telah melarang dan mencegahnya serta mengharamkanya sepeti riba, gharar dan sejenisnya.8 Dan pada bagian yang lain tentang pembagian jual beli (transaksi) yang dilarang beliau mengatakan bahwa sesungguhnya pembagian ini tidaklah keluar dari tiga hal yaitu riba, batil dan gharar.9

Dengan demikian apa yang disebut dengan jual beli (transaksi) gharar termasuk dalam kategori memakan harta dengan cara yang batil dan terlarang atau tidak termasuk jual beli (transaksi) yang diperbolehkan.

2. Landasan Sunnah

Mengenai dilarangnya jual beli gharar oleh Rasulullah maka banyak kita dapati hadis yang berhubungan dengan hal tersebut yang diriwayatkan oleh beberapa sahabat antara lain :

I D

J K#L M NK.

J M O

:L

D

P

P D

Q0

7 Op. Cit. hlm. 46

8 Ibnu Al-Araby, Ahkam Al-Quran,Juz I, Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyyah Isa Al-Baby Al-Halaby, Cet I 1958, hlm. 138

(4)

Artinya : Dari Abi Hurairah berkata : rasullulah telah melarang jual beli hasah dan jual beli gharar.10

Sunan Ibnu Majah menyebutkan suatu riwayat :

D D

P D :L

J M O J K#L M NK.R

Artinya : Dari Ibnu Abbas berkata : Rasullulah saw telah melarang jual beli gharar.11

Dengan demikian maka jelaslah larangan akan jual beli gharar dalam Islam

C. PEMBAGIAN GHARAR

Lebih jauh mengenai gharar maka gharar dapat dibagi menjadi : a. Gharar Dalam Sighat Akad

)- ,

O

M

S

Dalam gharar sighat dibagi menjadi :

1. Dua jual beli dalam satu jual beli

,

M

SD

2. Jual beli Urban

%

P

3. Jual beli Munabazah

"2

P

4. Jual beli Hasah

Q

0

P

5. Jual beli Mulamasah

,+*

P

6. Aqad yang digantungkan dan akad yang disandarkan

)-T

)-U V

b. Gharar dalam benda yang berlaku pada aqadnya : 1. Ketidakjelasan pada dzat benda yang ditransaksikan 2. Ketidakjelasan pada jenis barang yang ditransaksikan 3. Ketidakjelasan pada macam barang yang ditransaksikan 4. Ketidakjelasan pada sifat benda yang ditransaksikan

10 Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz IX, Dar Al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, Libanon, hlm. 133

(5)

5. Ketidakjelasan pada kadar benda yang ditransaksikan 6. Ketidakjelasan pada tempo penentuan harga

7. Tidak adanya kemampuan menyerahkan benda yang ditransaksikan 8. Transaksi pada benda yang tidak ada

9. tidak bisa melihat benda yang ditransaksikan.12 ad. a. 1 Gharar dalam sighat akad (bentuk transaksi)

Gharar dalam sighat akad (bentuk ttansaksi) mempunyai arti bahwa akad atau transaksi yang terselanggara didalamnya terdapat gharar. Atau dalam artian gharar tersebut berhubungan langsung dengan akad tidak pada benda yang diakadkan.13 Sebagai contoh si fulan mengatakan pada orang lain : aku menjual rumahku ini kepadamu dengan harga 10 juta jika tetanggaku menjual rumahnya. Jual beli semacam ini termasuk jual beli gharar karena tidak transparan, tidak diketahui kepastianya antara penjual dan pembeli apakah menyempurnakan jual beli atau tidak. Karena terselenggaranya akad digantungkan pada terjadi atau tidaknya jual beli tersebut,14

12 Al-Siddiq Muhammad Al-Amin Al-Darier, Al-Gharar Wa Asaruhu Fi Al-Uqud, cet I, 1967.hlm. 76-77

13Ibid, hlm. 79 14Ibid

(6)

Adapun macam-macam gharar dalam sighat akad atau gharar yang terdapat dalam bentuk transaksi antara lain meliput : 1. Dua jual beli dalam satu jual beli

Dua jual beli dalam satu jual beli artinya adalah satu aqad yang mengandung dua bentuk jual beli, baik itu disempurnakan salah satunya atau tidak contoh aku jual barang ini dengan harga seribu dengan cara kontan dan dua ribu jika hutang. Atau menyempurnakan dua jual beli secara bersamaan, seperti : aku menjual kepadamu rumahku seribu jika fulan menjual mobilnya kepadaku lima ratus. 15

2. Jual beli Urban

Adalah jual beli dimana seorang membeli barang dagangan dan pembeli telah membayar kepada penjual dengan sejumlah harga dengan dasar bahwa apabila pembeli jadi mengambil barang daganganya maka jumlah uang tersebut adalah harganya atau jika tidak jadi maka maka jumlah uang tersebut milik penjual.16

3. Jual beli Hasah

Adalah model jual beli yang pernah dilakukan pada masa jahiliyah oleh orang-orang arab. Mereka melakukan jual beli tanah yang tidak jelas luasnya dengan cara melemparkan hasah (batu kecil), pada tempat akhir batu tersebut maka itulah

15Ibid, hlm. 89 16 Ibid, hlm. 101

(7)

luas tanah yang dijual. Atau jual beli dengan cara tidak ditentukan barangnya, mereka melempar hasah (batu kecil) maka barang yang trekena lemparan batu itulah barang yang dijual. Oleh karena itu jual beli dengan cara seperti ini dinamakan jual beli hasah atau lemparan batu.17 Dan karena jual beli dengan cara tersebut mengandung ketidakjelasan maka jual beli tersebut termasuk yang dilarang.

4. Jual beli Mulamasah

Yaitu jual beli dengan cara penjual dan pembeli menyentuh baju salah seorang mereka atau menyentuh barangnya. Dengan cara seperti itu suatu transaksi jual beli terjadi tanpa mengetahui keadaanya atau saling ridha.18

5. Jual beli Munabazah

Yaitu jual beli dimana kedua belah pihak yang bertransaksi melemparan barang yang ada padanya dan merka menjadikan cara tersebut sebagai ijab untuk suatu jual beli tanpa adanya kerelaan ijab dari keduanya. Dan juga dengan tanpa memberikan kejelasan tantang barang-barang yang ditransaksikan tersebut.19

6. Aqad yang digantungkan pada aqad yang lain

17 Sayyid Sabiq, Op. Cit, hlm. 145 18 Sayyid Sabiq, Ibid, hlm. 146

19 Ibnu Rusyd, Bidayat Al-Mujtahid Wa Nihayatul Muqtasid,juz II, Semarang : Toha Putra, hlm. 111

(8)

Aqad yang digantungkan adalah aqad yang keberadaanya tergantung pada ada tidaknya sesuatu.20 Contoh aku jual kepada kau rumahku ini dengan hrga sekian jika si fulan menjual rumahnya kepadaku.

Mengenai hukum jual beli ini jumhur fuqaha menyatakan bahwa aqad jual beli tidak menerima ta’lieq maka jika akad jual beli tersebut digantungkan pada sesuatu akad tersebut adalah batil.21 Hal tersebut dikarenakan terdapatnya unsur gharar ketidakjelasan dari segi kepastian waktu. Jadi atau tidaknya maupun dari segi ketika sesuatu yang menjadi yang menjadi gantungan atau syarat terjadi maka penjual maupun pembeli berubah pikiran atau tidak.

Ad. a. 2 Gharar dalam benda yang berlaku padanya akad/benda yang ditransasikan

(

)- 0*

MS

)

Gharar didalam barang yang dijual atau mahalul aqdi termasuk juga harga maka dapatlah dikembalikan kepada salah satu dibawah ini :

1. Ketidakjelasan Pada Zat Yang Ditransaksikan

Dari berbagai gharar yang terlarang dalam jual beli adalah adanya ketidakjelasan pada zat barang yang dijual.22 Dalam artian jenis barang yang dijual diketahui tapi yang mana dari jenis tersebut yang dijual tidak jelas. Dari sini

20Ibid

21 Al-Nawawi, Majmu’ juz IX, Dar Al-Fikr, hlm. 340. 22 Ibnu Rusyd, Op.cit, hlm 158

(9)

ketidakjelasan dari zat benda yang dijual tidak yang bisa menjadikan sebab perselisihan dan fasidnya jual beli23 2. Ketidakjelasan Pada Jenis Benda Yang Ditransaksikan

Ketidakjelasan pada benda yang ditransaksikan adalah seburuk-buruknya berbagai macam jahalah, hal tersebut karena mengandung jahalah pada dzat, macam dan sifat. Oleh karena itu para fuqaha sepakat bahwa mengetahui jenis barang yang dijual adalah menjadi sahnya jual beli. Karena jahalah pada jenis barang adalah termasuk kategori gharar yang besar maka jual beli yang tidak diketahui jenisnya atau tidak jelas jenisnya adalah tidak sah.24

3. Ketidakjelasan Pada Macam Benda Yang Ditransaksikan Jahalah pada macam benda yang dijual adalah termasuk hal yang menghalangi sahnya jual beli seperti pada jahalah benda. Hal tersebut dikarenakan jahalah tersebut termasuk gharar yang besar.25 Contoh : aku jual

kepadamu hewan dengan harga sekian tanpa menjelaskan macamnya apakah unta atau kambing.

4. Ketidakjelasan Pada Sifat Benda Yang Ditransaksikan

23 Al-Siddieq Muhammad Al-Amin Al-Darier Op. Cit, hlm. 158 24 Al-Nawawi Op. Cit, hlm 288

(10)

Berhubungan dengan jahalah pada sifat benda yang ditransaksikan maka ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk sahnya jual beli. Ketiga hal tersebut adalah :

1. Tidak sah jual beli hingga disebutkan sifat-sifatnya secara lengkap sebagaimana jual beli salam

2. Tidak sah jual beli hingga disebutkan sifat-sifat yang pokok yang dimaksudkan

3. Jual beli tanpa menyebutkan sifat-sifat benda dikatakan sah apabila pembeli diberikan hiyar ru’yah.26

5. Ketidakjelasan Pada Kadar Benda Yang Ditransaksikan Bila dilihat dari segi kadar atau ukuran maka mahallul aqdi yang ditunjuk baik itu barang yang dijual atau harganya, tidak perlu mengetahui kadarnya. Contohnya : aku jual padamu satu kantung gandum ini. Hal seperti ini diperbolehkan karena isyarat tersebut telah dianggap cukup sebagai pengtahuan, sedangkan untuk melalui aqd yang tidak disyarati atau ditunjuk maka mengetahui kadar atau ukuran pada barang harga adalah menjadi syarat sahnya jual beli.27

6. Ketidakjelasan Pada Tempo

Tidak ada perbedaan pendapat antara para fuqaha dalam hal dibolehkanya mengetahui tempo penetapan harga

26Ibid

(11)

untuk jual beli yang ditangguhkan harganya, dan ketidakjelasan pada tempo tersebut termasuk gharar yang terlarang dalam jual beli. Menurut beberapa penafsiran jual beli semacam ini adalah jual beli dengan harga hingga waktu yang tidak diketahui hingga waktu tersebut dijadikan batas untuk menentukan harga.28

7. Tidak Adanya Kemampuan Menyerahkan Barang Yang Ditransaksikan

Sebagaimana telah diketahui bahwa salah satu syarat jual beli adalah yang dijual bisa diserah terimakan, maka tidaklah sah suatu jual beli yang mana barang yang dijual tidak bisa diserah terimakan.29 Contoh : menjual burung yang masih diudara.

8. Transaksi Pada Barang Yang Tidak Ada

Diantara berbagai macam gharar yang mempengaruhi sah tidaknya suatu jual beli adalah kembali kepada barang yang akan dijual. Mala barang yang dijual apabila pada waktu transaksi tidak ada sedangkan barang tersebut tidak pasti ada atau tidaknya dimasa yang akan dating dalam arti kadang-kadang tidak ada maka jual beli seperti ini adalah batal.30 Seperti jual beli buah-buahan sebelum ada buahnya maka kemungkinan adalah

28 Imam Muslim, Op. Cit, hlm. 158 29 Al-Nawawi Op. Cit, hlm. 283-284

(12)

kadang ada atau tidak ada buahnya, artinya ini tidak ada kepastian tentang ada tidaknya barang yang akan dijual. Al-Nawawi mengatakan bahwa jual beli tersebut adalah batal secara ijma’31 karena terdapatnya unsur gharar dalam jual

beli tersebut yaitu tidak jelasnya barang dan akibatnya. 9. Tidak Bisa Melihat Pada Benda Yang Ditransaksikan

Ada kemungkinan barang yang ditransaksikan telah jelas jenisnya, sifatnya, kadar ukurannya, tempo serta bisa diserah terimakan, akan tetapi menurut sebagian fuqaha mengandung gharar karena tidak bisa dilihat mata oleh salah satu dari mereka yang bertransaksi , atau benda yang dijual tidak ada ditempat transaksi, atau ada ditempat transaksi tetapi terbungkus rapat, atau salah dari yang bertransaksi buta mata.

Adapun jual beli semacam ini para fuqaha berbeda pendapat tentang kebolehanya, sebagian fuqaha mengatakan bahwa jual beli benda yang tidak terlihat adalah tidak boleh walaupun sifatnya telah dijelaskan secara sempurna dan walaupun telah melihat benda yang dijual lebih dulu, maka menurut golongan yang tidak memperbolehkan haruslah pada waktu akad materi benda yang dijual bisa disaksikan dan apabila tidak demikian

(13)

maka akadnya dianggap tidak sah , akan tetapi jumhur ulama berpendapat membolehkan jual beli ini secara global dan berselisih dalam detailnya.32

Referensi

Dokumen terkait

Para fuqaha berbeda pendapat tentang boleh atau tidaknya anak diasuh oleh nonmuslim. Ulama Mazhab Syafi‟I dan Mazhab Hanafi 12 mensyaratkan bahwa pengasuh harus

Dalam tata bahasa, infleksi merupakan perubahan suatu arti kata yang telah dilekati sufiks dan prefiks hanya secara gramatikal saja, tanpa mengubah arti kata dasarnya ataupun

dimaksud dari pernyataan ijab. d) Pihak yang memulai pernyataan transaksi harus menyebutkan harga dan barang. e) Kedua pihak harus memaksudkan arti lafaz{ yang

Subyek bimbingan Islam adalah pihak yang dibimbing atau disebut terbimbing (Depag, 1975: 159). Subyek bimbingan Islam adalah individu, baik orang perorang maupun kelompok, yang

Kedua,  hutang  yang  mesti  dizakati  hanya  untuk  setahun,  yakni  hutang­  hutang  perdagangan.  Hutang  ini  wajib  dizakati  dengan  empat  syarat:  1) 

Biaya kepemilikan kendaraan harus dipertanggung jawabkan dalam dana shadaqah karena sulit untuk membenarkan kendaraan untuk dipertanggung jawabkan dana zakat karena tidak

Penelitian terdahulu yang erat hubungannya dengan penulisan skripsi ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Hafid Junaidi, Jurusan Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu

kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. Ayat 11 berbicara tentang beberapa hal : hak kewarisan anak laki-laki dan perempuan, hak