• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN EKSEKUTIF BEBERAPA KUNCI HASIL PENELITIAN PADA BIAWAK KOMODO DI BALAI TAMAN NASIONAL KOMODO, INDONESIA,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN EKSEKUTIF BEBERAPA KUNCI HASIL PENELITIAN PADA BIAWAK KOMODO DI BALAI TAMAN NASIONAL KOMODO, INDONESIA,"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN EKSEKUTIF BEBERAPA KUNCI HASIL PENELITIAN PADA BIAWAK KOMODO DI BALAI TAMAN NASIONAL KOMODO, INDONESIA, 2002-2006.

Balai Taman Nasional Komodo Zoological Society of San Diego The Nature Conservancy PENDAHULUAN

Pada tahun 2002, sebuah proyek penelitian selama 5 tahun diinisiasi di Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) untuk membangun dasar-dasar pemantauan dan identifikasi kecenderungan ekologis pada populasi biawak Komodo dan spesies mangsa utamanya. Dalam pelaksanaan penelitian ini, 10 lokasi studi dipilih mencakup seluruh kawasan BTNK untuk menyediakan sebuah dasar yang dapat secara nyata mengembangkan manajemen hidupan liar dan konservasi spesies terrestrial kunci. Berikut adalah ringkasan beberapa kunci temuan dari penelitian yang dilaksanakan antara tahun 2002-2006. Pada bagian lampiran memuat daftar beberapa laporan dan publikasi terkini yang dihasilkan dari proyek ini sebagai dasar dalam penyediaan informasi tambahan.

TEMUAN KUNCI HASIL PENELITIAN 1. Ekologi Bersarang

Kegiatan besarang oleh betina biawak Komodo menunjukkan kencenderungan penurunan dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2002, sebanyak dua puluh tujuh (27) sarang tercatat aktif, namun pada tahun-tahun berikutnya terjadi penurunan jumlah sarang aktif menjadi 22, 17, 17, dan 7 pada 2003, 2004, 2005, dan 2006, secara berturut-turut. Kelimpahan sarang pada biawak Komodo secara positif berkorelasi dengan luas lembah (dalam hal ini semakin besar lembah, semakin banyak pula sarang yang ditemukan). Kebanyakan betina yang bersarang lebih memilih untuk menggunakan sarang gundukan (sarang gundukan ex burung Gosong Megapodius reindwardt) dari pada tipe lain, yaitu sarang lubang tanah dan sarang bukit. Setelah melatakkan telurnya, betina biawak Komodo akan menjaga sarang selama sekitar tiga bulan. Penjagaan sarang ini nampaknya berkaitan dengan masa berkurangnya aktivitas mencari makan pada betina sebagaimana teramati terjadinya pengurangan berat badan (rata-rata 3.42 kg). Interval aktivitas bersarang pada betina menujukkan bervariasi, Dimana hanya satu betina yang tercatat bersarang selama empat tahun berturut-turut, dua betina aktif selama dua tahun berturut-turut, dan kebanyakan betina tercatat hanya aktif sekali. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan betina berbiak tidak selalu setiap tahun. Setiap tahun, antara 12 -36 tetasan akan keluar dari sarang sekitar bulan Februari atau Maret (rata-rata 19.56 tetasan per sarang per tahun). Tetasan-tetasan tersebut memiliki rata-rata ukuran SVL 18.48 cm, panjang tubuh total 42.20 cm, dan berat 91.43 gram.

a Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Jum lah Sara ng 5 10 15 20 25 30 35 40 Sarang Aktif Sarang Tidak Aktif

Masa Bersarang / Bukan Bersarang

SR1 NSR1 SR2 NSR2 SR3 NSR3 SR4 Bera t (k g) 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 63A22B2 63A309A 63A309E 63A7B4B 63A8639 63AOEC4

Gambar 1. Kecenderungan aktivitas bersarang

(2)

2. Pergerakan Spatial dan Wilayah Aktivitas

Pergerakan pada tetasan dari sarang mereka menunjukkan pola yang secara adalah linear (lurus) dan konsisten dengan natal dispersal. Jarak pergerakan harian dan ukuran wilayah aktivitas pada tetasan secara signifikan lebih kecil dibandingkan dengan anakan. Namun, terdapat kesamaan penggunaan habitat pada kedua kelas biawak Komodo yang belum dewasa ini dalam menggunakan hutan musim keraing dari pada tipe habita lainnya. Selama masa awal hidup mereka, tetasan sangat arboreal dibandingkan anakan, dan tingkat arboreal mereka sangatlah kuat berkorelasi dengan ukuran tubuh individual.

Pada Komodo dewasa, aktivitas baik betina maupun jantan menunjukkan variasi bulanan untuk jarak pergerakan harian dan ukuran wilayah aktivitas. Betina yang bersarang menunjukkan aktivitas yang selalu berpusat di sarang yang mereka jaga selama masa bersarang (Agustus hingga Desember). Betina bersaran mengalami peningkatan jarak pergerakan harian setelah bulan ketiga. Namun, wilayah inti mereka tidak menunjukkan perbedaan bulanan yang signifikan. Jarak pergerakan harian pada Komodo dewasa jantan bervariasi stiap bulannya. Pergerakan tertinggi pada jantan dewasa tercatat pada bulan Juni, ketika musim kawin dimulai, dan terendah pad abulan September, ketika musim kawin berakhir dan betina mulai bersarang. Secara umum, jarak pergerakan harian dan ukuran wilayah aktivitas pada biawak Komodo berukuran lebih besar memiliki jarak dan ukuran yang secara signifikan lebih besar dari pada Komodo berukuran lebih kecil. jarak pergerakan dan ukuran luas wilayah aktivitas secara signifikan dan positif berkorelasi dengan ukuran tubuh individu. Perbedaan dalam ekologi spasial ini menunjukkan terdapatnya perubahan penting dalam tekanan seleksi yang berlaku pada setiap kelas ukuran yang berbeda pada biawak Komodo.

Tabel 1. Rata-rata pergerakan harian (m) dan ukuran wilayah aktivitas

(ha) untuk setiap kelas umur.

Pergerakan

harian (m) aktivitas(ha) Wilayah

Tetasan 32.61 3.02

Anak 129.14 24.31

Betna bersarang 285.82 75.17

Dewasa Jantan 573.00 705.00

3. Dugaan Kepadatan Mangsa

Indeks tahunan kepadatan spesies mangsa besar untuk biawak Komodo, Rusa Timor (Cervus timorensis) dan Kerbau air (Bubalus bubalis) dinilai setiap tahunnya dari 2003-2006. Indeks tahuna kepadatan rusa mengindikasikan kecenderungan penurunan dalam empat tahun terakhir. Kepadatan mangsa diketahui berkaitan secara positif dengan luasan pulau, di mana pulau besar, Komodo dan Rinca, secara signifikan lebih tinggi dari pada kepadatan di pulau kecil, Nusa Kode dan Gili Motang. Kepadatan tertinggi tercatat di pulau Komodo, sedangkan terendah di Gili Motang. Indeks kepadatan kerbau di pulau Rinca menunjukkan kecenderungan berfluktuasi selama empat tahun terakhir ini, sedangkan di pulau Komodo cenderung stabil.

a Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 In d e ks Ke pad at an 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Komodo Rinca Nusa Kode Gili Motang b Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Inde ks K e pa dat an 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 Komodo Rinca

(3)

4. Dugaan Populasi dan Kepadatan

Ekstrapolasi untuk melakukan pendugaan kelimpahan populasi di pulau besar, Komodo dan Rinca, tidak memungkinkan dilakukan karena perbedaan mencolok tipe habitat di kedua pulau tersebut. Namun ekstrapolasi dapat dilakukan untuk pulau kecil, Nusa Kode dan Gili Motang, yang memiliki tipe habitat lebih seragam. Kelimpahan populasi di pulau Nusa Kode diduga terdapat 86,5 individu; sedangkan di Gili Motang diduga berada pada tingkat 126,8 individu. Kepadatan biawak Komodo secara signifikan berbeda antara tiap pulau. Populasi di pulau Rinca secara signifkan lebih padat (30.58 individu / km2) dari pada populasi di tiga pulau lainnya. Kepadatan biawak Komodo secara signifkan berkorelasi positif kuat dengan indeks kepadatan rusa pada masing-masing pulau. Hasil dugaan kelimpahan populasi di pulau Nusa Kode dan Gili Motang saat ini berada pada tingkat sekitar atau bahkan dibawah beberapa batas teoritis yang digunakan untuk menandai terjadinya gejala kepunahan. Stokastisiti (faktor-faktor tidak terduga yang bersifak buruk) demografik seringkali merupakan komponen utama ancaman terhadap viabilitas ukuran populasi pada tingkatan populasi yang berjumlah 100 individu atau kurang.

Tabel 2. Dugaan kelimpahan dan kepadatan biawak Komodo.

Lokasi Ukuran area studi (km2) Kelimpahan Interval CI (95%) Kepadatan /km2 Komodo Sebita 4.39 100.70 19.44-181.96 22.99 Liang 6.42 92.48 80.76 -104.19 14.43 Lawi 6.79 153.76 119.58 -187.93 15.24 Wau 0.93 22.74 18.38 – 27.10 22.64 Average 18.82 Rinca Buaya 3.26 75.51 65.21 – 85.81 23.16 Baru 3.02 95.55 79.03 – 112.08 31.63 Tongker 1.56 75.20 62.27 – 88.12 48.20 Dasami 2.25 43.53 34.61 – 52.44 19.35 Average 30.58 Gili Motang 3.49 47.60 34.75 – 60.45 13.38 Nusa Kode 0.94 11.09 4.95 – 17.05 11.80

5. Implikasi Terhadap Konservasi

1. Penelitian ini talah menyediakan bukti bahwa ukuran tahunan populasi berbiak biawak Komodo relatif kecil dan bervariatif, mengindikasikan bahwa rekrutmen tahunan anakan (tetasan) hanya akan berjumlah beberapa ratus individu saja. Pemantauan jumlah betina bersarang mewakili komponen penting dalam menilai kecenderungan populasi pulau begitu juga upaya untuk dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi variasi tahunan jumlah betina berbiak.

2. Nampaknya potensi dispersal pada semua kelas umur biawak Komodo relatif terbatasi dalam secara ekologi dan evolusi. Penelitian lebih lanjut dalam ekologi spasial spesies ini penting untuk dapat menentukan pergerakan jarak jauh (dalam hal ini kaitannya dengan aliran genetik) antara populasi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa angka dispersal antar pulau tidaklah mencukupi untuk memulihkan populasi pulau yang berada dalam kondisi menurun atau bahkan menuju kepunahan. 3. Ketersediaan mangsa, sangat jelas berpengaruh terhadap evolusi dan ekologi populasi biawak

Komodo.

4. Dibandingkan dengan pulau besar, Komodo dan Rinca, populasi biawak Komodo di pulau kecil, Nusa Kode dan Gili Motang, menunjukkan perbedaan yang signifikan baik pada tingkatan parameter individu maupun populasi. Berdasar pada meningkatnya potensi proses-proses genetik dan demografik yang dapat mengarahkan populasi kecil kepada kepunahan-pulau, pengelola BTNK hendaklah memulai dan menjaga keberlanjutan pemantauan tahunan terhadap populasi pulau kecil. Upaya ini akan memungkinkan para pengelola untuk mengukur kecenderungan demografik jangka panjang dan menyediakan dasar-dasar untuk mengukur tindakan yang diperlukan sebagai tanggapan dalam menghadapi kecenderungan penurunan pada populasi.

(4)

5. Secara keseluruhan, terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa ketersediaan mangsa lokal, secara khusus dipengaruhi luasan pulai, seiring dengan terbatasnya dispersal antara populasi pulau biawak Komodo merupakan faktor utama yang dapat mengarahkan pola-pola ekologi yang nampak pada setiap populasi. Perbedaan nilai penting yang jelas ini membutuhkan protokol manajemen yang sangat spesifik-pulau untuk dapat mengoptimalkan konservasi spesies ini.

6. Kesenjangan Pengetahuan

1. Berdasar panjangnya life-history biawak Komodo, sangatlah penting untuk menjaga keberlanjutan pemantauan jangka panjang, paling tidak 10-15 tahun, untuk dapat memastikan diperolehnya pemahaman menyeluruh akan dinamika populasi spesies dalam prioritas konservasi tinggi ini. 2. Upaya-upaya dalam skala luas untuk dapat memahami hubungan tri-trophik antara iklim, kualitas

habitat, dan dinamika populasi akan mangsa dan predator dalam BTNK sangatlah penting untuk dapat memahami proses dan sistem yang berlangsung.

3. Diperlukan juga pemahaman memahami terhadap integrasi potensi gangguan antrophik setiap pulau (berkaitan dengan aktivitas oleh manusia) yang dapat berdampak paling tinggi terhadap populasi (misalnya untuk menduga kapan aktivitas manusia dapat berpengaruh terhadap populasi yang spesifik ?)

7. Rekomendasi

1. Studi jangka panjang dan pemantauan lebih lanjut terhadap spesies ini, terutama implementasi teknik pemberian PIT tag untuk studi mark-recapture, pemantauan tahunan aktivitas bersarang, dan pendugaan kepadatan tahunan mangsa. Ini akan menyediakan informasi yang dapat diandalkan bagi para pengelola, terutama mengenai demografi, survival rate, pola penggunaan spasial, kecenderungan status reproduksi, dan kecenderungan ketersediaan mangsa bagi biawak Komodo. 2. Studi genetik lebih lanjut untuk dapat menyediakan informasi struktus populasi biawak Komodo. 3. Pengelola BTNK perlu untuk meningkatkan pengamanan terhadap pulau-pulau kecil, terutama Gili

(5)

Lampiran 1: Laporan, Publikasi Ilmiah, Tesis yang telah dihasilkan sehingga Januari 2007

1. Imansyah, M.J. 2006. Spatial ecology of hatchling and juvenile Komodo dragons in the Komodo National Park, Indoneisa. MSc thesis. University Kebangsaan Malaysia, Bangi. 81 p.

2. Imansyah, M.J., Anggoro, D.G., Yangpatra, N., Hidayat, A. and Benu, Y.J. 2005. Sebaran dan karakteristik pohon sarang kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea parvula) di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo. . Laporan dari the Zoological Society of San Diego, Balai Taman Nasional Komodo, dan The Nature Conservancy. Labuan Bajo, Flores. Labuan Bajo, Flores. 30 p.

3. Imansyah, M.J., Purwandana, D., Rudiharto, H., Jessop, T.S., 2005. Laporan no 3 rekapitulasi hasil penelitian ekologi biawak komodo (Varanus komodoensis) di taman nasional komodo 2002 – 2004. . Laporan dari the Zoological Society of San Diego, Balai Taman Nasional Komodo, dan The Nature Conservancy. Labuan Bajo, Flores. 15 p.

4. Imansyah, M.J., Purwandana, D., Rudiharto, H., Jessop, T.S. 2003. Survei Potensi Hidupan Liar Terestrial di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo 2002. Laporan dari the Zoological Society of San Diego, Balai Taman Nasional Komodo, dan The Nature Conservancy. Labuan Bajo, Flores. 23 p.

5. Imansyah, M.J., Purwandana, D., Jessop, T.S. 2002. Materi Kursus 1: Dasar-dasar Sistem Informasi Geografis untuk Staff Taman Nasional Komodo. Laporan dari the Zoological Society of San Diego, Balai Taman Nasional Komodo, dan The Nature Conservancy. Labuan Bajo, Flores. 13 p.

6. Jessop, T.S., Madsen, T., Ciofi, C., Imansyah, M.J., Purwandana, D., Rudiharto, H., Arifiandy, A., Phillips, J.A. 2007. Island differences in population size structure and catch per unit effort and their conservation implications for Komodo dragons. Biological Conservation 135:247-255.

7. Jessop, T.S, Imansyah, M.J, Purwandana, D., Ariefiandy, A., Rudiharto, H., Seno, A., Opat D.S., Noviandi, T., Payung, I., Ciofi, C. 2007. Ekologi populasi, reproduksi, dan spasial biawak Komodo (Varanus

komodoensis) di Taman Nasional Komodo. Disunting oleh Imansyah, M.J., Ariefiandy, A.,

Purwandana, D. Laporan dari the Zoological Society of San Diego, Balai Taman Nasional Komodo, dan The Nature Conservancy. Labuan Bajo, Flores. 35 p.

8. Jessop, T.S., Madsen, T., Sumner J., Rudiharto, H., Phillips, J.A., Ciofi, C. 2006. Maximum body size among insular Komodo dragon populations covaries with large prey density. Oikos 112: 422-429.

9. Jessop, T.S., Forsyth, D.M., Purwandana, D., Imansyah, M.J., Opat, D.S., dan McDonald-Madden, 2005. Pemantauan mangsa ungulata biawak komodo (Varanus komodoensis) dengan menggunakan metode penghitungan kotoran. Laporan dari the Zoological Society of San Diego, Balai Taman Nasional Komodo, dan The Nature Conservancy. Labuan Bajo, Flores. 30 p.

10. Jessop, T.S., Madsen, T., Purwandana, D., Imansyah, M.J., Rudiharto, H. and Ciofi, C., 2005. Bukti terhadap keterbatasan energetic yang mempengaruhi populasi Komodo di pulau kecil. Laporan dari the Zoological Society of San Diego, Balai Taman Nasional Komodo, dan The Nature Conservancy. Labuan Bajo, Flores. 27 p.

11. Jessop, T.S., Madsen, T., Sumner., J., Rudiharto, H., Phillips, J.A. dan Ciofi, C. 2005. Ukuran tubuh-maksimum antar populasi-terbatas-pulau biawak Komodo dan keterkaitannya dengan kepadatan mangsa besar. Laporan dari the Zoological Society of San Diego, Balai Taman Nasional Komodo, dan The Nature Conservancy. Labuan Bajo, Flores. 27 p.

(6)

12. Jessop, T.S., Forsyth, D.M., Purwandana, D., Imansyah, M.J., Opat, D.S., and McDonald-Madden, E. 2005. Monitoring the ungulate prey of komodo dragons (Varanus komodoensis) using faecal counts. Report from the Zoological Society of San Diego, Komodo National Park, and The Nature Conservancy. Labuan Bajo, Flores. . 26 p.

13. Jessop, T.S., Madsen, T., Sumner., J., Rudiharto, H., Phillips, J.A. and Ciofi, C. 2005. Maximum body size among insular Komodo dragon population covaries with large prey density. Report from the Zoological Society of San Diego, Komodo National Park, and The Nature Conservancy. Labuan Bajo, Flores. 25 p.

14. Jessop, T.S., Madsen, T., Purwandana, D., Imansyah, M.J., Rudiharto, H. and Ciofi, C. 2005. Evidence for energetic constraints affecting a small island Komodo dragon population. Report from the Zoological Society of San Diego, Komodo National Park, and The Nature Conservancy. Labuan Bajo, Flores. 25 p.

15. Jessop, T.M., Sumner, J., Imansyah, M.J., Purwandana, D., Ariefiandy, A., & Seno, A., 2006. Penilaian Distribusi, Penggunaan Musiman, dan Predasi Sarang Burung Gosong – Kaki Merah di Pulau Komodo. Laporan terjemahan berbahasa Indonesia. Laporan dari the Zoological Society of San Diego, Balai Taman Nasional Komodo, dan The Nature Conservancy. Labuan Bajo, Flores. 21 p. 16. Jessop T.S., Sumner J., Rudiharto H., Phillips, J.A., and Ciofi, C. 2004. Variasi ukuran tubuh antar

pupulasi terbatas-pulau pada Komodo (Varanidae). Report from the Zoological Society of San Diego, Komodo National Park, and The Nature Conservancy. 21p.

17. Jessop T.S., Sumner J., Rudiharto H., Purwandana D., Imansyah M.J. & Phillips, J.A. 2004. Distribution, use and selection of nest type by Komodo Dragons. Biological Conservation 117: 463 – 470.

18. Jessop, T.S., Sumner J., Rudiharto H., Purwandana D., Imansyah M.J. & Phillips, J.A., 2003, Studi Distribusi, Penggunaan dan Pemilihan Tipe Sarang oleh Biawak Komodo: Implikasi untuk Konservasi dan Manajemen, Laporan dari the Zoological Society of San Diego, Balai Taman Nasional Komodo, dan The Nature Conservancy. Labuan Bajo, Flores. 25 p.

19. Jessop, T.S., Sumner J., Rudiharto H., Purwandana D., Imansyah M.J., 2002, Kursus Metode Sampling dan Statistik dalam Populasi Tertutup Digunakan untuk Penaksiran Kelimpahan Varanus

Komodoensis. Laporan dari the Zoological Society of San Diego, Balai Taman Nasional Komodo, dan

The Nature Conservancy. Labuan Bajo, Flores. 21 p.

20. Rudiharto, Heru. 2006. Hubungan antara karakter habitat dengan densitas Komodo. Tesis MSi. Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.

(7)

Lampiran 2: Laporan, Publikasi Ilmiah, Tesis yang masih dalam tahap penyelesaian.

21. Imansyah M.J. et al. Incidence of ectoparasitism during hatchling emergence in Komodo dragons. Submitted to Herpetological Review.

22. Imansyah, M.J.et al. Ontogenetic differences in the spatial ecology of immature Komodo Dragons. Submitted to Austral Ecology.

23. Jessop, T.S., Imansyah, M.J., Purwandana, D., Ariefiandy, A., Rudiharto, H. 2007. Panduan pemantauan ekologi di Taman Nasional Komodo, Indonesia. Laporan dari the Zoological Society of San Diego, Balai Taman Nasional Komodo, dan The Nature Conservancy. Labuan Bajo, Flores. 62 p.

24. Jessop T. S., Sumner, J. S., Purwandana, A., Imansyah J. and Argento S. (accepted-June 2006). Assessment of the distribution, seasonal use and predation risk of orange-footed scrubfowl nests on Komodo Island. Submitted to Emu.

.

25. Jessop, T. S., Forsyth, D., Purwandana D.,Imansyah J., Opat D. and McDonald-Madden, C. (accepted-August 2006). Effectiveness of faecal counts for monitoring Long tailed Macaques and Palm Civets in Komodo National Park Indonesia. Submitted to Australian Mammalogy.

26. Jessop T. S. et al. Inter-island movement in Komodo dragons. Submitted to Herpetological Review. 27. Jessop T. S. et al. Associations in the host-parasite dynamics between Komodo dragons and their

ectoparasites. Submitted to Austral Ecology.

28. Jessop T. S. et al. Komodo dragon population divergence tracks large prey density independent of gene flow. Submitted to Proceedings of the Royal Society of London Biological Sciences.

29. Jessop T. S. et al. Integrative approaches for designating robust conservation units in the Komodo dragon.

30. Jessop, T. S., et al. Assessing rates of ecological and genetic dispersal among insular Komodo dragon populations and its consequences for deme structuring.

31. Jessop T. S. et al. Patterns of Somatic Growth and body condition among Komodo dragon populations. 32. Jessop T. S. et al. Estimate of home range and resource prioritization for Adult male Komodo dragons on

Komodo Island inferred from GPS collars.

33. Jessop T. S. et al. Influence of prey density on the population dynamics of a large insular predator. 34. Purwandana, Deni. Seasonal differences on spatial ecology of breeding female Komodo dragon. MSc

Thesis. Universiti Kebangsaan Malaysia Bangi.

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi; Dr Tim Jessop, tjessop@zoo.org.au,

M Jeri Imansyah MSc, mj_imansyah@yahoo.com, Dr John A. Phillips, jphillips@sandiegozoo.org. Atau kunjungi di

Gambar

Gambar 1. Kecenderungan aktivitas bersarang
Gambar 3. Indeks kepadatan tiap pulau untuk Rusa Timor (a) dan Kerbau Air (b).

Referensi

Dokumen terkait

Sonra Anna oğlunun yoluna bakarak oturdu ve onun gelişini gözetlerken (oğlunun) babasına: 'Oğlunun gelişini ve kendisi ile giden adamı gör' dedi. Sonra Anna ileri

(2) Pada perencanaan balok-balok induk dan portal-portal dari system struktur pemikul beban dari suatu gedung, maka untuk memperhitungkan peluang terjadinya nilai-nilai beban hidup

Menurut beberapa ahli kimia nitrit yang masuk ke dalam tubuh melalui bahan pengawet makanan akan bereaksi dengan amino dalam reaksi yang sangat lambat

andidiasis mukosa (ke%uali genitalia) =1 mg2hari (/11 mg2hari untuk infeksi yang sulit sembuh) diberikan selama ?-/< hari, untuk kandidiasis orofarings (maksimal /< hari,

Dilihat dari aspek sebab-sebab melakukan kejahatan, dalam hukum pidana islam unsur-unsur sebab dilakukannya suatu kejahatan menjadi salah satu pertimbangan terhadap

Terdapat Empat dari citra rambu, yang digunakan sebagai data training, yaitu rambu dilarang parkir, rambu dilarang belok kanan, rambu penyebrangan, serta rambu

Selain itu Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan analisis Jumlah Ismiyah melalui pendekatan ilmu nahwu serta mengetahui jumlah Jumlah Ismiyah

Nilai tunai rente Pra numerando adalah jumlah semua nilai tunai angsuran yang dihitung pada awal masa bunga yang pertama. Nilai tunai angsuran pertama adalah nilai angsuran itu