• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pengelolaan Pembelajaran. Pengelolaan adalah suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. A. Pengelolaan Pembelajaran. Pengelolaan adalah suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengelolaan Pembelajaran

Pengelolaan adalah suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu, yang meliputi kegiatan merencanakan, melaksanakan, sampai dengan penilaian, dan pengawasan (Koswara & Suryadi, 2007). Menurut Rohman & Amri (2012:36) Pengelolaan adalah proses pengintegrasian sumber-sumber manusiawi dan material ke dalam suatu sistem keseluruhan untuk mencapai tujuan tertentu.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan keterampilan, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik (Sagala, 2010). Menurut Rukmana & Suryana (2008:10) Pembelajaran merupakan suatu proses melihat dan mengalami, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari untuk memperoleh hasil yang ditentukan, melalui pembinaan, pemberian penjelasan, dan dorongan.

(2)

“Prinsip dalam pengelolaan pendidikan antara lain: (1) tujuan pendidikan dan perkembangan anak didik harus mendasari semua kegiatan pengelolaan, (2) penggunaan waktu, tenaga, alat secara efektif, (3) memprioritaskan tujuan dan mekanisme kerja, (4) mengkoordinasi wewenang dan tanggung jawab, (5) tanggung jawab harus disesuaikan dengan kemampuan orang, (6) mengenal secara baik faktor psikologis manusia, (7) adanya fleksibilitas dan relativitas nilai (Koswara & Suryadi, 2007:16)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan pengelolaan pembelajaran merupakan proses untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan proses panjang yang dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan pembelajaran.

Tahapan pengelolaan pembelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut meliputi : perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan.

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan dasar tindakan pengelolaan agar berhasil dengan baik, yang dilakukan seseorang pengelola untuk memikirkan dengan matang tujuan atau sasaran yang hendak dicapai, menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefektif dan seefisien mungkin. Perencanaan juga dapat merumuskan program, tujuan-tujuan dan teknik-teknik untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut (Koswara & Suryadi, 2007).

Proses perencanaan di sekolah harus dilaksanakan secara kolaboratif, artinya mengikutsertakan personil sekolah dalam semua

(3)

ikut memiliki yang dapat memberikan dorongan kepada guru untuk berusaha agar rencana tersebut berhasil. Lingkup perencanaan meliputi semua komponen pengelolaan sekolah seperti perencanaan kurikulum, keuangan, sarana dan prasarana, kepegawaian, hubungan masyarakat, proses belajar mengajar, dan ketatausahaan sekolah (Koswara & Suryadi, 2007).

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan pembelajaran meliputi:

1) Menetapkan hal yang akan dilakukan, kapan, dan bagaimana cara melakukannya dalam implementasi pembelajaran

2) Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil

3) Mengembangkan alternatif-alternatif yang sesuai dengan strategi pembelajaran

4) Mengumpulkan dan menganalisis informasi yang penting untuk mendukung kegiatan pembelajaran

5) Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran kepada pihak yang berkepentingan.

6) Melakukan evaluasi rencana

7) Melaksanakan revisi dan perencanaan kembali (Sagala, 2010). Salah satu tugas utama guru dalam perencanaan pembelajaran adalah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP

(4)

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Mulyasa (2009:219), prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan RPP meliputi: (1) Kompetensi yang dirumuskan dalam pelaksanaan pembelajaran harus jelas, (2) Rencana pelaksanaan pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi peserta didik, (3) Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya, dan (4) harus ada koordinasi antar pelaksana program di sekolah agar tidak mengganggu jam-jam pelajaran yang lain.

Berdasarkan prinsip pengembangan RPP di atas, perlu dilakukan pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan dan jadwal pembelajaran, pembagian waktu yang digunakan secara proporsional, penetapan penilaian, pencatatan kemajuan belajar, peningkatan kualitas pembelajaran, dan pembelajaran remedial.

Cara pengembangan RPP secara garis besar mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengisi kolom identitas

2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan

3) Menentukan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), serta indikator yang akan digunakan

(5)

4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK dan KD, serta indikator yang telah ditentukan.

5) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok

6) Menentukan metode dan model pembelajaran yang akan digunakan 7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan

awal, inti, dan akhir

8) Menentukan alat, bahan, dan sumber belajar yang digunakan. 9) Menyusun kriteria penilaian, contoh soal, dan teknik penskoran

(Mulyasa, 2009).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa perencanaan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran. Perencanaan akan menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, dan menentukan kualitas pendidikan, serta kualitas SDM.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah kegiatan mengimplementasikan rencana yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien (Koswara & Suryadi, 2007). Proses implementasi rencana pembelajaran terdiri dari pengorganisasian dan penggerakan. Pengorganisasian pembelajaran meliputi aspek: (1) menyediakan pendukung pembelajaran seperti fasilitas, perlengkapan, dan personel yang dibutuhkan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang efisien; (2) Pengelompokan komponen pembelajaran dalam struktur sekolah secara teratur; (3)

(6)

membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi pembelajaran. Penggerakan dalam proses pembelajaran dilakukan oleh pendidik dengan suasana yang edukatif, agar siswa dapat melaksanakan tugas belajar dengan penuh antusias, dan mengoptimalkan kemampuan belajarnya dengan baik (Sagala, 2010).

Menurut Rukmana & Suryana (2008:12) langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran meliputi rangkaian kegiatan sebagai berikut:

1) Membuka kegiatan pembelajaran melalui apersepsi, yaitu mengaitkan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan materi yang sudah dipelajari sebelumnya, maupun dengan pengalaman atau pemahaman yang sudah dimiliki peserta didik 2) Menjelaskan program pembelajaran yang harus dilakukan peserta

didik, yaitu menginformasikan tujuan dan program pembelajaran yang dirancang guru

3) Mengorganisasikan pelaksanakan kegiatan belajar peserta didik (individual, kelompok, atau klasikal)

4) Penyajian belajar dengan metode dan model pembelajaran yang sesuai melalui pemanfaatan sumber belajar dan fasilitas belajar yang tersedia

5) Memotivasi kegiatan peserta didik melalui penguatan, penjelasan, penghargaan, ataupun apresiasi terhadap perilaku belajar peserta didik

(7)

6) Melakukan penyesuaian-penyesuaian kegiatan belajar peserta didik berdasarkan analisis aktual kondisi proses pembelajaran yang terjadi, agar kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan peserta didik.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran adalah kegiatan melaksanakan dan menerapkan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru dalam RPP. Kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan optimal jika didukung dengan sarana dan fasilitas belajar yang memadai.

c. Penilaian

Menurut Koswara & Suryadi (200:51) Penilaian merupakan seperangkat kegiatan yang menentukan baik tidaknya program-program atau kegiatan-kegiatan yang sedang dijalankan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Tyler dalam (Arikunto, 2009:3) Penilaian adalah sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan pencapaian tujuan pendidikan.

Guru dalam melakukan penilaian pembelajaran menggunakan alat pengumpul informasi yang dinamakan tes. Menurut sagala (2010) tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dibedakan menjadi dua macam tes, yaitu:

1) Tes formatif adalah tes yang dilaksanakan guru setiap mengakhiri satu pokok bahasan yang berupa ulangan harian.

(8)

2) Tes sumatif adalah tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program, dalam pengalaman di sekolah, tes sumatif biasanya dilaksanakan pada tiap akhir semester.

Hal yang harus diperhatikan guru dalam melakukan penilaian hasil belajar adalah guru harus menilai siswa secara menyeluruh, baik dari segi pemahamannya terhadap materi, maupun dari segi sikap, dan pengamalannya. Arikunto (2009) mengemukakan ada tiga ranah yang harus dilakukan dalam penilaian hasil belajar, yaitu (1) ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan mengenal, menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi; (2) ranah afektif, mencakup sikap, perilaku, minat, nilai, dan moral; (3) ranah psikomotor, berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan dan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh dan bagian-bagiannya.

Sesuai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil belajar merupakan rangkaian proses yang dilakukan guru guna mendapatkan data tentang proses belajar yang dilakukan secara kontinyu. Data yang diperoleh tersebut kemudian akan dianalisis, sehingga menjadi sebuah informasi yang berarti dalam pengambilan sebuah keputusan.

(9)

d. Pengawasan

Pengawasan adalah suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana, dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai (Rohman & Amri, 2012:28). Menurut Koswara & Suryadi (2007:42) fungsi pengawasan mencakup pengendalian, penilaian, pelaksanaan, dan pengambilan tindakan yang sifatnya represif dan preventif terhadap kegiatan pengelolaan. Apabila dalam tindakan pengawasan ditemukan hambatan atau penyimpangan, hendaknya diambil tindakan positif berupa perbaikan atau perubahan dalam pelaksanaannya.

Implikasi dari pengawasan ini, bahwa derajat produktivitas sistem pengelolaan pendidikan ditentukan oleh mekanisme kerja sistem pengawasan yang dikembangkan oleh pengelola. Pengawasan pembelajaran dilakukan oleh kepala sekolah dan Dinas Pendidikan setempat sesuai dengan bidang keahliannya, melalui supervisi. Supervisi diartikan sebagai aktivitas yang menentukan kondisi atau syarat-syarat yang esensial yang menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan (Koswara & Suryadi, 2007).

Tugas kepala sekolah dalam melakukan supervisi adalah memberikan bantuan untuk melaksanakan penilaian dan supervisi dari segi teknis pendidikan dan administrasi, dalam bentuk memberikan arahan, bimbingan, dan contoh tentang pelaksanaan mengajar guru, sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar. (Fathurrohman & Suryana, 2011:8).

(10)

Pengawas Dinas Pendidikan mempunyai tugas sesuai dengan fungsinya yaitu: 1) Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya dengan baik; 2) Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar-mengajar; 3) Bersama guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntunan kurikulum yang berlaku; 4) Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah, dan mengirim mereka untuk penataran dan seminar, sesuai dengan bidangnya masing-masing (Fathurrohman & Suryana, 2011).

Menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007, tindak lanjut kegiatan pengawasan adalah sebagai berikut.

a. Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar.

b. Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar.

c. Guru diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau penataran lebih lanjut.

Sesuai dengan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa peran pengawas sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di lembaga sekolah. Pengawasan harus dilakukan secara profesional oleh

(11)

kepala sekolah dan Dinas Pendidikan dengan tindak lanjut berupa pembinaan kepada para guru.

B. Bahasa Inggris di SD

Bahasa Inggris adalah bahasa asing yang dianggap penting diajarkan untuk tujuan penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya, serta pengembangan hubungan antar bangsa (Herlianasari, 2013:3).

Kedudukan Bahasa Inggris di SD saat ini adalah ada yang sebagai mata pelajaran untuk kelas 2,3,5,6, dan untuk kelas 1 dan 4 karena berlakunya kurikulum 2013 maka dilaksanakan sebagai ekstrakurikuler. Sekolah dapat mengajarkan Bahasa Inggris sebagai muatan lokal atau pelajaran tambahan selama konten yang diberikan tidak membebani dan dapat diterima baik oleh siswa, selain itu juga mempertimbangkan kesiapan berbagai komponen pembelajaran yang ada seperti tenaga pengajar, sarana dan prasarana, kurikulum, dan bahan pengajaran.

Mata pelajaran Bahasa Inggris dapat diajarkan di SD apabila dianggap perlu oleh masyarakat yang bersangkutan di daerah yang bersangkutan, dan didukung dengan adanya guru yang berkemampuan untuk mengajarkan mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu, Bahasa Inggris tidak diwajibkan dilaksanakan di SD melainkan diselenggarakan sebagai muatan lokal (Suyanto, 2010).

(12)

Mata pelajaran Bahasa Inggris berfungsi sebagai wahana pengembangan diri siswa dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya sehingga pertumbuhan mereka tetap berkepribadian Indonesia (Mutmainah, 2011:8).

Mata pelajaran Bahasa Inggris di SD diajarkan kepada siswa, diharapkan siswa memiliki kemampuan (language competence) yang mencakup unsur-unsur tata bunyi, kosakata, tata bahasa, tata tulis, dan tata budaya serta memiliki keterampilan menggunakan (language performance) unsur-unsur tersebut dalam bentuk yang sederhana (Mutmainah, 2011:10).

Tujuan pembelajaran Bahasa Inggris di SD adalah agar peserta didik mampu :

a. mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan (language accompanying action) dalam konteks sekolah

b. memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya Bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global (Janah, 2011:1)

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di SD mencakup kemampuan berkomunikasi lisan secara terbatas dalam konteks sekolah yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut (Suyanto, 2010:5):

a. Mendengarkan

Memahami instruksi, informasi, dan cerita sangat sederhana yang disampaikan secara lisan dalam konteks sekolah, dan lingkungan

(13)

b. Berbicara

Mengungkapkan makna secara lisan dalam wawancara interpersonal dan transaksional sangat sederhana dalam bentuk instruksi dan informasi dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar.

c. Membaca

Membaca nyaring dan memahami makna dalam instruksi, informasi, teks fungsional pendek, dan teks deskriptif bergambar sangat sederhana yang disampaikan secara tertulis dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar.

d. Menulis

Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional pendek sangat sederhana dengan ejaan dan tanda baca yang tepat.

Komponen Bahasa Inggris di SD meliputi :

a. Kosakata atau vocabulary, merupakan kumpulan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa dan memberikan makna bila kita menggunakan bahasa tersebut. Kosakata Bahasa Inggris yang perlu dipelajari oleh siswa SD diperkirakan sebanyak lebih kurang 500 kata.

b. Tata bahasa atau grammar, merupakan pola dan aturan yang harus diikuti bila kita mau belajar suatu bahasa dengan benar. Komponen ini merupakan kerangka bahasa yang harus diikuti agar bahasa bisa diterima.

c. Pelafalan atau pronunciation, adalah cara mengucapkan kata-kata suatu bahasa. Ucapan Bahasa Inggris sangat berbeda dengan sistem ucapan bahasa ibu dan Bahasa Indonesia (Suyanto, 2010:43).

(14)

Topik utama pembelajaran Bahasa Inggris di SD meliputi:

Tabel 2.1 Topik utama pembelajaran Bahasa Inggris di SD

Kelas Materi I a) Greetings b) Introduction c) Number (1-10) d) Alphabet e) My face f) Things in classroom g) Family

II a) Greeting and parting (Reinforcement)

b) Number (1-30)

c) Things in the classroom d) My body (simple) e) Action: doing this f) Days of week

g) Animals

III a) Human body

b) Animals

c) Colours d) School

e) Number (1-100) f) Foods and drinks

g) Family members

IV a) Self introducing

b) Days and Months c) Foods and drinks d) Body

e) Fruits and vegetables f) Parts of house

g) Families and home activities

V a) Time

b) Date

c) Daily Activities d) Foods and drinks e) Home activities f) Clothing

g) Parts of the body

VI a) Direction

b) My Hobby

c) Preposition of place

d) Describing people and objects e) Shopping

f) ownership

g) Public place and activities ( Sumber : Mustofa, 2012 [Online] )

(15)

C. Karakteristik Anak SD

Menurut Suyanto (2010:15), salah satu tujuan penting dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SD adalah menumbuhkan minat anak dalam belajar Bahasa Inggris. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut kita perlu memahami karakteristik anak sehingga bisa memilih metode dan bahan pembelajaran yang tepat bagi mereka.

Menurut Nasution (dalam Djamarah, 2008:123-124), masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Karakteristik anak masa kelas-kelas rendah sekolah dasar dan masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar sebagai berikut :

a. Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar

1) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.

2) Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang tradisional.

3) Ada kecenderungan memuji sendiri.

4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain kalau hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain. 5) Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu

dianggap tidak penting.

6) Pada masa ini (terutama pada umur 6-8 tahun) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

(16)

b. Masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar

1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

2) Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.

4) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya.

5) Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri (Djamarah, 2008:124).

Menurut Suyanto (2010:15) Ciri-ciri dari pembelajar muda secara umum yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan dalam belajar Bahasa Inggris yaitu :

a. Pada umumnya, anak-anak usia 5-7 tahun memiliki sikap egocentric di mana ada kecenderungan mereka suka menghubungkan apa yang mereka pelajari atau mereka lakukan dengan dirinya sendiri.

b. Pembelajar muda kelompok Level One, yaitu usia 5-7 tahun masih suka membedakan hal-hal yang konkret dan yang abstrak.

(17)

c. Anak-anak juga cenderung imajinatif dan aktif. Mereka menyukai pembelajaran melalui permainan, cerita maupun lagu sehingga mereka akan lebih termotivasi untuk belajar Bahasa Inggris walaupun secara tidak langsung.

d. Perasaan mudah cepat bosan juga merupakan salah satu ciri anak-anak. Mereka mempunyai tingkat konsentrasi dan perhatian yang pendek.

e. Kehidupan anak-anak penuh warna dan keceriaan. Kegiatan dan tugas yang disertai dengan gambar yang menarik dan berwarna-warni akan membuat anak-anak lebih gembira.

f. Anak-anak menyukai cerita sebagaimana mereka menyukai permainan. Melalui cerita, siswa dapat dilatih untuk lebih memusatkan perhatian pada konteks secara keseluruhan daripada jika dinyatakan kata per kata.

g. Secara alami sebagai pelajar pemula, younger group lebih menyukai mengerjakan tugas sendiri, tetapi dengan teman di dekatnya. Mereka belum bisa berbagi dan sangat self centered sampai batas usia 7 tahun.

h. Pelajar usia 8-10 tahun cukup mempunyai kesadaran dan kesiapan berbahasa. Kesiapan berbahasa yang mereka miliki akan mereka usung ke dalam kelas Bahasa Inggris.

i. Pada dasarnya, anak-anak menyukai percakapan intrinsik berinteraksi dan berbicara tentang apa yang dimiliki. Anak sebagai

(18)

pembelajar Bahasa Inggris sangat penting bagi pembelajar bahasa. j. Last but not least, hal penting yang harus diingat, siswa SD

umumnya adalah pembelajar yang merupakan pemikir aktif. Mereka senang belajar sesuatu, termasuk juga belajar bahasa dengan cara melakukan sesuatu (learning by doing), misalnya bermain atau bernyanyi dengan menggerakkan anggota tubuh untuk memberi isyarat atau memberi makna ungkapan yang diucapkan.

D. Perkembangan Bahasa Anak

Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi entah itu lisan, tertulis atau isyarat-isyarat yang berdasarkan pada suatu sistem dari simbol-simbol. Bahasa terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh masyarakat beserta aturan-aturan tertentu untuk menyusun berbagai variasi dan mengkomunikasikannya (Santrock, 2007:353).

Tahapan perkembangan bahasa anak menurut Santrock (2007:358) adalah :

a. Masa Bayi

Bayi-bayi secara efektif mengeluarkan suara sejak ia dilahirkan. Tujuan komunikasi awal ini adalah menarik perhatian pengasuh-pengasuhannya dan orang-orang lain dalam lingkungannya. Kata-kata pertama antara usia 8 sampai 12 bulan, bayi seringkali mengindikasikan pemahaman kata-kata mereka yang pertama. Kata-kata pertama yang diucapkan bayi adalah suatu peristiwa yang

(19)

ucapan dua kata ketika anak berusia 18 hingga 24 bulan, mereka lazimnya mengucapkan ucapan-ucapan dua kata.

b. Masa kanak-kanak Awal

Ketika anak-anak meninggalkan tahapan dua kata, mereka bergerak cepat menuju kombinasi tiga-empat-lima kata. Peralihan dari kalimat-kalimat sederhana (yang mengekspresikan preposisi tunggal) menjadi kalimat-kalimat kompleks diawali antara usia 2 hingga 3 tahun dan lanjut hingga SD. Pada usia 4 tahun, anak-anak mengembangkan kepekaan besar terhadap kebutuhan orang lain dalam percakapan. Anak-anak sekitar usia 4 hingga 5 tahun belajar mengubah pola percakapan mereka sesuai situasi. Contohnya, seorang anak berusia 4 tahun akan membedakan cara berbicaranya terhadap anak usia 2 tahun dibandingkan ketika berbicara dengan anak-anak yang sebaya dengannya, mereka menggunakan kalimat-kalimat yang lebih pendek ketika berbicara dengan anak berusia 2 tahun.

c. Masa kanak-kanak Menengah Akhir

Selama masa kanak-kanak menengah dan akhir, anak-anak membuat banyak kemajuan dalam kosakata serta tata bahasa mereka. Selama tahun-tahun sekolah dasar, anak-anak lebih mampu memahami dan menggunakan tata bahasa yang kompleks. Contohnya, anak mampu menyatakan kalimat seperti “the boy who kissed his mother who wore a hat” (anak laki-laki yang mencium ibunya yang memakai

(20)

sebuah topi). Mereka juga belajar menggunakan bahasa dalam cara yang lebih teratur. Sekarang mereka dapat membuat percakapan yang „rapi‟, menghubungkan kalimat yang satu dengan yang lain dan menghasilkan deskripsi, definisi, dan cerita (narasi) yang saling melengkapi serta masuk akal.

d. Masa Remaja

Perkembangan bahasa selama masa remaja meliputi peningkatan penguasaan dalam penggunaan kata-kata yang kompleks. Ketika mereka mengembangkan pemikiran abstrak, para remaja menjadi lebih baik daripada anak-anak dalam menganalisa fungsi suatu kata yang berperan dalam sebuah kalimat.

Dari perkembangan bahasa di atas dapat diketahui bahwa masa kanak-kanak menengah akhir yang ditandai anak masuk sekolah dasar perkembangan Bahasa anak sudah mulai meningkat. Anak juga sudah mulai menghasilkan deskripsi, definisi, dan narasi. Oleh karena itu, pada usia ini sangat ideal bagi anak untuk dikenalkan berbagai kosa kata dalam berbagai bahasa khususnya Bahasa Inggris karena dapat memperkaya wawasan anak sekaligus akan mudah diterima karena anak sudah mampu memahami kosa kata tertentu.

(21)

E. Pemerolehan Bahasa Anak di SD

Salah satu asumsi dari banyak penelitian mutakhir tentang bahasa anak adalah sistematisitas proses pemerolehan. Dari tata bahasa proses hingga ujaran tiga-empat kata, hingga kalimat lengkap yang panjangnya nyaris tak tertentu, anak-anak memperlihatkan kemampuan luar biasa untuk menerka sistem fonologis, struktural, leksikal, dan semantik bahasa. Menurut Brown (2007:47) proses pemerolehan bahasa anak melalui:

a. Peniruan

Dalam pengamatan umum, anak-anak adalah peniru yang baik. Peniruan adalah salah satu strategi penting yang dipakai anak dalam pemerolehan bahasa. Kesimpulan ini secara umum dipercaya. Bahkan, penelitian membuktikan bahwa menirukan berulang-ulang adalah strategi sangat penting dalam pembelajaran bahasa dan merupakan aspek penting penguasaan fonologis usia dini. Peniruan sejalan dengan prinsip-prinsip pemerolehan bahasa menurut kaum behavioris-prinsip yang relevan, paling tidak untuk tahap-tahap awal

b. Latihan dan Frekuensi

Persoalan lebih luas yang berkaitan dengan gagasan tentang peniruan adalah bagaimana karakteristik latihan dalam Bahasa anak-anak. Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa anak-anak “berlatih” Bahasa terus-menerus, terutama dalam tahap awal ketika

(22)

mereka mengeluarkan ujaran satu-dua kata. Sebuah model behavioristik pemerolehan bahasa pertama akan menyatakan bahwa latihan dengan pengulangan dan asosiasi adalah kunci bagi pembentukan kebiasaan melalui pengkondisian. Latihan yang dilakukan oleh anak-anak tampaknya merupakan kunci bagi pemerolehan bahasa.

c. Masukan

Peran masukan dalam pemerolehan bahasa anak jelas sangat penting. Masukan orang dewasa tampaknya membentuk pemerolehan bahasa anak-anak dan pola-pola interaksi antara anak dan orang tua berubah mengikuti peningkatan keterampilan berbahasa si anak. Pengasuhan dan lingkungan jelas sangat penting dalam hal ini, walaupun tetap harus dilihat seberapa penting masukan orang tua sebagai bagian dari keseluruhan masukan. d. Wacana

Anak tidak hanya belajar bagaimana memulai sebuah percakapan tetapi juga bagaimana merespon ujaran orang lain. Pertanyaan bukan sekadar pertanyaan, tetapi dimengerti fungsinya sebagai permintaan akan informasi, tindakan, dan pertolongan. Pada usia relatif muda, anak-anak mempelajari perbedaan-perbedaan terkecil antara kata-kata, pernyataan dan penentangan. Mereka mempelajari bahwa ujaran mempunyai makna baik harfiah maupun tersirat atau fungsional.

(23)

Proses pemerolehan bahasa tersebut berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris. Proses pembelajaran bahasa yang memperhatikan karakteristik dan perkembangan anak tentu akan lebih diterima. Suyanto (2010:21) mengemukakan faktor yang mempengaruhi pembelajaran English for Young Learners meliputi: bahasa ibu, bahan ajar, interaksi sosial, media pengajaran, dan latar belakang keluarga. Dalam pembelajaran, hal tersebut harus benar-benar diperhatikan, misalnya dalam penggunaan media, penggunaan alat bantu ajar atau media yang berbentuk benda nyata seperti gambar, puppets, dan miniatur dapat membuat penyajian materi lebih menarik dan menyenangkan.

Richard da Rodg (dalam (Brown, 2007:54) meringkas prinsip-prinsip metode langsung yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa sebagai berikut:

a. Instruksi di kelas diberikan hanya dalam bahasa yang diajarkan. b. Hanya kosakata atau kalimat sehari-hari yang diajarkan.

c. Keterampilan komunikasi lisan dibangun bertahap melalui tanya jawab antara guru dan siswa dalam kelas kecil dan intensif.

d. Tata bahasa diajarkan sambil berjalan.

e. Poin-poin pengajaran baru diperkenalkan secara lisan.

f. Kosakata konkret diajarkan melalui peragaan, objek, dan gambar, kosakata abstrak diajarkan melalui asosiasi gagasan.

g. Pemahaman wicara dan menyimak diajarkan. h. Pengucapan dan tata bahasa yang tepat ditekankan.

Referensi

Dokumen terkait

Adaptasi kebudayaan dari suatu suku bangsa terhadap kebudayaan suku bangsa yang lain atau penerimaan sebuah nilai baru yang dianggap berguna dan menguntungkan karena sesuai

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa semua sampel minyak dalam keadaan cair pada suhu ruang (±27ºC) namun ketika pada suhu rendah (±5ºC) terjadi perubahan fase pada beberapa

Seseorang meninggal dunia dengan ahli waris terdiria tas suami, dua orang anak perempuan, seorang cucu perempuan, dan saudara perempuan sebapak7. Berapa rupiah yang diterima

Namun setelah 3 tiga tahun beroperasi tingkat okupansi KA Bandara masih rendah yaitu 32% sepanjang tahun 2019, sehingga perlu di evaluasi dari segi kinerja operasional

Motor induksi satu fasa berbeda cara kerjanya dengan motor induksi tiga fasa, dimana pada motor induksi tiga fasa untuk belitan statornya terdapat tiga belitan yang

Penulis mewawancarai Jamaluddin Idris wakil ketua MPU Bireuen, ia menjelaskan bahwa meskipun dalam masyarakat Bireuen secara umum melakukan pembagian harta bersama

Penelitian “Estimasi Waktu Perjalanan Berdasarkan Waktu Setempat Menggunakan Bahasa Pemrograman VB.NET” menghasilkan kesimpulan yakni: Penelitian menghasilkan suatu

PROGRAM BIMBINGAN BELAJAR BERDASARKAN PROFIL KEINGINTAHUAN PESERTA DIDIK (StudiDeskriptifdi SMA Negeri 10 Kota Bandung TahunAjaran 2018/2019).. Universitas Pendidikan Indonesia |