PENDAHULUAN
1.1 Maksud
1. Mengidentifikasi bentang alam pada peta topografi 2. Mengukur kelerengan tiap kenampakan bentang alam
3. Mampu menentukan pola aliran yang terdapat dalam peta topografi
4. Mampu membuat sayatan yang melawati semua kenampakan bentang alam yang terdapat dalam peta
5. Mampu mengidentifikasi sungai
1.2 Tujuan
1. Mampu membedakan tiap-tiap bentang alam yang terdapat dalam peta topografi 2. Mampu mengidentifikasi kenampakan bentang alam di lapangan
1.3 Waktu Pelaksanaan
Praktikum Laboratorium
Hari / Tanggal : Rabu, 25 April 2012 Pukul : 18.30 WIB Tempat Pelaksanaan : Ruang GS.202
Praktikum Lapangan
Hari / Tanggal : Sabtu, 28 April 2012 Pukul : 07.30 WIB
Tempat Pelaksanaan : - STA 1 ( Sungai Tejomoyo )
BAB III
METODOLOGI
3.1 Praktikum Laboratorium3.2.1 Alat dan bahan
Peta Topografi
Kertas HVS
Kertas Kalkir
Pensil warna 24 warna
Drawing pen 3 warna
Alat Tulis
Milimeter Blok
Cutter, penggaris, dan Selotip
Penghapus 3.2.2 Langkah kerja
1) Menyiapkan peralatan yang diperlukan.
2) Menempelkan kertas kalkir pada peta topografi dan direkatkan dengan selotip bening.
3) Membuat delinasi pada kenampakan sungai dengan warna hijau tua, kenampakan kontur renggang dengan warna ungu muda, kenampakan kontur rapat dengan warna ungu tua, dan kenampakan denudasional dengan warna coklat pada kalkir I.
4) Membuat sayatan sebanyak 5 pada masing-masing kenampakan, yakni sungai dengan kontur terdekat, kontur renggang sepanjang 5 kontur satuan, dan kontur rapat sepanjang 5 kontur satuan.
5) Menghitung morfometri sayatan pada kertas kalkir I.
6) Membuat pola pengaliran pada kertas kalkir II, yakni sungai induk dengan warna biru tua, anak sungai dengan warna biru muda, dan jalan raya dengan warna merah.
7) Membuat profil normal dan eksagrasi sayatan pada peta topografi sepanjang minimal 27cm dengan melewati ketiga kenampakan.
Membuat laporan praktikum dan poster
Membuat profil normal dan profil eksagrasi dari sayatan Membuat sayatan sepanjang minimal 15 cm pada peta
topografi
Membuat pola pengaliran dan mewarnainya pada kertas kalkir 2
Melakukan morfometri pada tiap sayatan yang dibuat Membuat sayatan pada masing-masing satuan morfologi
Membuat deliniasi dan mewarnai daerah sesuai satuan morfologinya pada kertas kalkir 1
Menempelkan kertas kalkir pada salah satu bagian peta topografi yang akan dibuat deliniasinya
BAB III
PERHITUNGAN MORFOMETRI
3.1 Perhitungan Persen Kelerangan Sayatan Padas Kontur Rapat Perhitungan Panjang Sayatan : Sayatan 1 = 0,5 cm Sayatan 2 = 0,6 cm Sayatan 3 = 0,8 cm Sayatan 4 = 0,7 cm Sayatan 5 = 0,7 cm Persen Kelerengan Rata-rata Lereng = Beda Tinggi
Titik Tertinggi – Titik Terendah =
Menurut klasifikasi Van Zuidam (1983) kontur rapat ini termasuk dalam Berbukit terjal
3.2 Perhitungan Persen Kelerangan Sayatan Padas Kontur Agak Rapat Perhitungan PanjangSayatan : Sayatan 1 = 1,5 cm Sayatan 2 = 1,6 cm Sayatan 3 = 1,5 cm Sayatan 4 = 2,0 cm Sayatan 5 = 1,9 cm Persen Kelerengan Rata-rata Lereng = Beda Tinggi
Titik Tertinggi – Titik Terendah =
MenurutKlasifikasi Van Zuidam kontur agak rapat ini termasuk dalam berbukit Bergelombang
3.3 Perhitungan Persen Kelerangan Sayatan Pada Kontur Renggang Perhitungan Panjang Sayatan : Sayatan 1 = 0,8 cm Sayatan 2 = 0,5 cm Sayatan 3 = 0,5 cm Sayatan 4 = 0,3 cm Sayatan 5 = 0,6 cm Persen Kelerengan Rata-rata Lereng =
PEMBAHASAN
Pada praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto acara : Bentang Alam Fluvial membahas tentang kenampakan Gunung Ungaran dan dianalisis baik melalui praktikum laboratorium dan praktikum lapangan. Berikut pembahasannya:
4.1 Praktikum Laboratorium 4.1.1 Satuan A (Fluvial)
Bentangalam fluvial di dalam peta topografi digambarkan garis yang berkelok-kelok menyerupai alur sungai .Jika sungai itu besar biasanya digambarkan dengan dua buah garis .Sedangkan jika sungai itu
kecil ( anak sungai ) hanya digambarkan dengan satu garis . Dalam delinasi sungai dan dataran banjir diberi warna hijau tua
.Dalam pola pengaliran, sungai utama diberi warna biru tua dan anak sungai atau cabang sungai diberi warna biru muda. Untuk mengetahui persen kelerenganya dibuat lima sayatan ditarik dari tepi sungai hingga garis kontur terdekat. Untuk kenampakan fluvial tidak ada beda tingginya.
Dari perhitungan morfometri daerah ini memiliki rata-rata lereng 10,24 %.. Morfologi tersebut di dapat dengan 5 sayatan yang berbeda tempat. Sayatan pertama didapat dengan lereng 6,25%, sayatan kedua didapat dengan lereng 10 % , sayatan ketiga didapat dengan lereng 10 %, sayatan keempat didapat dengan lereng 16,66 %, dan yang terakhir sayatan kelima didapat dengan lereng 8,33%.
Berdasarkan kenampakan dan hasil deliniasi dari peta topografi pola pengaliran ini termasuk dendritik. Dimana pola pengaliran berbentuk seperti pohon dan cabang-cabangnya yang berarah tidak beraturan. Berdasar literatur, pola ini berkembang pada daerah dengan batuan yang resistensinya seragam, lapisan sedimen mendatar, batuan
beku massif, daerah lipatan, dan daerah metamorf yang kompleks.Kelas lereng berdasar perhitungan morfometri termasuk bergelombang landai yang mengindikasikan bahwa didaerah ini, gerakan tanah terjadi namun dalam skala yang rendah. Pada bentang alam ini memiliki proses geomorfikerosi, transportasidanpelapukan. Stadianya dewasa, ditandai oleh :mulai terbentuk dataran banjir,mulai terbentuk meander sungai, yang terlihat pada beberapa daerah dalam peta topografi tersebut. Litologi yang ada didominasi batuan sedimen dan adapula material lepasan berupa batuan beku.
4.1.2 Satuan B (rapat)
Untuk daerah berkontur rapat diwakili oleh warna ungu tua.Daerah berkontur rapat mencerminkan daerah yang curam.Untuk mengetahui kelerenganya dibuat lima sayatan yang masing-masing sayatan melewati 5 buah kontur. Melalui hitung-hitungan morfometri dihitung kelerenganya kemudian dibandingkan dengan klasifikasi Van Zuidam.Demikian pula bedatingginya.
Morfologi daerah ini memiliki rata-rata lereng 38,86 % dan memiliki beda tinggi 321 meter. Morfologi tersebut didapat dengan 5 sayatan yang berbeda tempat.Sayatan pertama didapat dengan lereng 50%, sayatan kedua didapat dengan lereng 41,66 %, sayatan ketiga didapat dengan lereng 31,25 %, sayatan keempat didapat dengan lereng 35,71 %, dan yang terakhir sayatan kelima didapat dengan lereng 35,71%.
Setelah itu hasil dari 5 lereng sayatan tersebut dirata-ratakan.Untuk mengukur beda tinggi daerah ini dilakukan dengan cara top hill dikurangi down hill. Dan dimana hasil keduanya jika menurut table Van Zuidam (1983) daerah ini termasuk dalam klasifikasi relief yaitu berbukit terjal.
4.1.3 Satuan C (renggang)
Untuk daerah berkontur renggang diwakili oleh warna ungu muda.Daerah berkontur renggang mencerminkan daerah yang
masing-masing sayatan melewati 5 buah kontur. Melalui hitung-hitungan morfometri dihitung kelerenganya kemudian dibandingkan dengan klasifikasi van zuidam.Demikian pula beda tingginya.
Pada daerah ini konturnya rapat dan morfologi daerah ini memiliki rata-rata lereng 14,87 % dan memiliki beda tinggi 170 meter. Morfologi tersebut didapat dengan 5 sayatan yang berbeda tempat.Sayatan pertama didapat dengan lereng 16,66 %, sayatan kedua didapat dengan lereng 15,62 %, sayatan ketiga didapat dengan lereng 16,66 %, sayatan keempat didapat dengan lereng 12,30 %, dan yang terakhir sayatan kelima didapat dengan lereng 13,15 %.
Setelah itu hasil dari 5 lereng sayatan tersebut dirata-ratakan.Untuk mengukur beda tinggi daerah inidilakukan dengan cara top hill dikurangi down hill. Dan dimana hasil keduanya jika menurut table Van Zuidam (1983) daerah ini termasuk dalam klasifikasi relief yaitu berbukit bergelombang.
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan Bentang alam fluvial adalah bentang alam yang proses pembentukanya dipengaruhi oleh aktfitas air permukaan
Dari perhitungan morfometri daerah Satuan A( fluvial ) ini memiliki rata-rata kemiringan lereng 10,24 %.
Dari perhitungan morfometri daerah Satuan B ( Kontur Rapat ) ini memiliki rata-rata lereng 38,86 % dan memiliki beda tinggi 321 meter dan menurut table Van Zuidam (1983) daerah ini termasuk dalam klasifikasi relief yaitu berbukit terjal.
Pada daerah ini konturnya rapat dan morfologi daerah ini memiliki rata-rata lereng 14,87 % dan memiliki beda tinggi 170 meter. Dan menurut table Van Zuidam (1983) daerah ini termasuk dalam klasifikasi relief yaitu berbukit bergelombang.
7.2. Saran
Lebih teliti dalam pengukuran panjang sayatan Penghitungan morfometri juga harus lebih cermat Asisiten harus lebih aktif