• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Asuhan Keperawatan Asma Bronkial"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

 ASUHAN

 ASUHAN KEPERA

KEPERAWATAN AS

WATAN AS

MA BRONK

MA BRONKIAL

IAL

1.PENGARTIAN

1.PENGARTIAN  Asma Bronkial 

 Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut ototakut otot polos bronkiolus. Hal ini

polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasimenyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus.

alveolus.

( Huddak & Gallo, 1997 ) ( Huddak & Gallo, 1997 )  Asma

 Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif iadalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea danntermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli

bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.tertentu. ( Smeltzer, 2002 : 611)

( Smeltzer, 2002 : 611)  Asma

 Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkusadalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi/perada

mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : ngan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48)48)

2. PENYEBAB 2. PENYEBAB

a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik /

a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)asma alergi) - Reaksi antigen-antibodi

- Reaksi antigen-antibodi

- Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang) - Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang) b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi) b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi) - Infeksi :

- Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmalparainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal - Fisik :

- Fisik : cuaca dingin, perubahan temperaturcuaca dingin, perubahan temperatur - Iritan : kimia

- Iritan : kimia

- Polusi udara : CO, asap rokok, parfum - Polusi udara : CO, asap rokok, parfum - Emosional : takut, cemas dan tegang - Emosional : takut, cemas dan tegang

- Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus. - Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus. (Suriadi, 2001 : 7)

(Suriadi, 2001 : 7)

3. TANDA DAN GEJALA 3. TANDA DAN GEJALA 1. Stadium dini

1. Stadium dini

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol Faktor hipersekresi yang lebih menonjol

a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek

b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul c. Whezing belum ada

c. Whezing belum ada

d. Belum ada kelainan bentuk thorak d. Belum ada kelainan bentuk thorak

(2)

e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E f. BGA belum patologis

f. BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebi

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominanh dominan a. Timbul sesak napas dengan atau

a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputumtanpa sputum b. Whezing

b. Whezing

c. Ronchi basah bila

c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresiterdapat hipersekresi d. Penurunan tekanan parsial O2

d. Penurunan tekanan parsial O2

2. Stadium lanjut/kronik 2. Stadium lanjut/kronik a. Batuk, ronchi

a. Batuk, ronchi

b. Sesak nafas berat dan dada seolah

b. Sesak nafas berat dan dada seolah olah tertekanolah tertekan c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent

d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)Chest) e. Thorak seperti barel

e. Thorak seperti barel chestchest

f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus g. Sianosis

g. Sianosis

h. BGA Pa O2 kurang dari 80% h. BGA Pa O2 kurang dari 80% i. Ro paru te

i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovasrdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kirikuler kanan dan kiri  j. Hipokapnea dan

 j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan aalkalosis bahkan asidosis respiratoriksidosis respiratorik (Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

4. PATOFISIOLOGIS 4. PATOFISIOLOGIS

KLIK GAMBAR UNTUK MEMPERBESAR KLIK GAMBAR UNTUK MEMPERBESAR

(3)

e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E f. BGA belum patologis

f. BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebi

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominanh dominan a. Timbul sesak napas dengan atau

a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputumtanpa sputum b. Whezing

b. Whezing

c. Ronchi basah bila

c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresiterdapat hipersekresi d. Penurunan tekanan parsial O2

d. Penurunan tekanan parsial O2

2. Stadium lanjut/kronik 2. Stadium lanjut/kronik a. Batuk, ronchi

a. Batuk, ronchi

b. Sesak nafas berat dan dada seolah

b. Sesak nafas berat dan dada seolah olah tertekanolah tertekan c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent

d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)Chest) e. Thorak seperti barel

e. Thorak seperti barel chestchest

f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus g. Sianosis

g. Sianosis

h. BGA Pa O2 kurang dari 80% h. BGA Pa O2 kurang dari 80% i. Ro paru te

i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovasrdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kirikuler kanan dan kiri  j. Hipokapnea dan

 j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan aalkalosis bahkan asidosis respiratoriksidosis respiratorik (Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

4. PATOFISIOLOGIS 4. PATOFISIOLOGIS

KLIK GAMBAR UNTUK MEMPERBESAR KLIK GAMBAR UNTUK MEMPERBESAR

(4)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL

5. TANDA DAN GEJALA 5. TANDA DAN GEJALA - Bising mengi

- Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetosko(wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskopp - Batuk produktif, sering pada malam hari

- Batuk produktif, sering pada malam hari - Nafas atau dada seperti

- Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjangtertekan, ekspirasi memanjang

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG 6. PEMERIKSAAN PENUNJANG - Spirometri

- Spirometri

- Uji provokasi bronkus - Uji provokasi bronkus - Pemeriksaan sputum - Pemeriksaan sputum

- Pemeriksaan cosinofit total - Pemeriksaan cosinofit total - Uji kulit

- Uji kulit

- Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum - Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum - Foto dada

- Foto dada

- Analisis gas darah - Analisis gas darah

7. PENGKAJIAN 7. PENGKAJIAN

a. Awitan distres pernafasan tiba-tiba a. Awitan distres pernafasan tiba-tiba

(5)

- Perpanjangan ekspirasi mengi - Perpanjangan ekspirasi mengi - Penggunaan otot-otot

- Penggunaan otot-otot aksesoriaksesori - Perpendekan periode inpirasi - Perpendekan periode inpirasi - Sesak nafas

- Sesak nafas

- Restraksi interkostral dan esternal - Restraksi interkostral dan esternal - Krekels

- Krekels

b. Bunyi nafas : mengi, menurun, tidak terdengar b. Bunyi nafas : mengi, menurun, tidak terdengar c. Duduk dengan posisi tegak : bersandar kedepan c. Duduk dengan posisi tegak : bersandar kedepan d. Diaforesis

d. Diaforesis

e. Distensi vera leher e. Distensi vera leher

f. Sianosis : area sirkumoral, dasar kuku f. Sianosis : area sirkumoral, dasar kuku g. Batuk keras, kering : batuk produktif sulit g. Batuk keras, kering : batuk produktif sulit h. Perubahan tingkat

h. Perubahan tingkat kesadarkesadaranan i. Hipokria i. Hipokria  j. Hipotensi  j. Hipotensi k. Pulsus paradoksus > 10 mm k. Pulsus paradoksus > 10 mm l. Dehidrasi l. Dehidrasi

m. Peningkatan anseitas : takut menderita,

m. Peningkatan anseitas : takut menderita, takut matitakut mati

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL 8. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL - Tidak efektifnya bersihan jalan

- Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme : peningkatan produksi sekret,nafas b.d bronkospasme : peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental :

sekresi tertahan, tebal, sekresi kental : penurunan energi/kelemahapenurunan energi/kelemahann - Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai

- Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan alveolioksigen, kerusakan alveoli - Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oralb.d penurunan masukan oral - Kurang pengetahuan b.d kurang i

- Kurang pengetahuan b.d kurang informasi/tidak mengenal sumber informasinformasi/tidak mengenal sumber informasi 9. INTERVENSI KEPERAWATAN

9. INTERVENSI KEPERAWATAN

DP : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas DP : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif  Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif  KH :

KH :

- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi

- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelasnafas bersih/jelas - Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki

- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafasbersihan jalan nafas mis : batuk

mis : batuk efektif dan mengeluarkan sekretefektif dan mengeluarkan sekret Intervensi

Intervensi 

(6)

 Kaji/pantau frekuensi pernafasanKaji/pantau frekuensi pernafasan 

 Catat adanya/derajat diespnea mis : Catat adanya/derajat diespnea mis : gelisah, ansietas, distres pernafasan, penggunaangelisah, ansietas, distres pernafasan, penggunaan otot bantu

otot bantu 

 Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala tempat tidur, duduk padakepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur

sandaran tempat tidur 

 Pertahankan polusi lingkungan minimumPertahankan polusi lingkungan minimum 

 Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibirDorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir 

 Observasi karakteristik batuk mis : menetap, Observasi karakteristik batuk mis : menetap, batuk pendek, basahbatuk pendek, basah 

 Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hr ss toleransi jantung Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hr ss toleransi jantung dan memberikan airdan memberikan air hangat, anjurkan masukkan cairan sebagai ganti

hangat, anjurkan masukkan cairan sebagai ganti makananmakanan 

 Berikan obat sesuai indikasiBerikan obat sesuai indikasi 

 Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dadaAwasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada

DP : Kerusakan pertukaran gas DP : Kerusakan pertukaran gas Tujuan : Pertukaran gas efektie dan

Tujuan : Pertukaran gas efektie dan adekuatadekuat KH :

KH :

-Menunjukkan perbaikan vertilasi dan oksigen jaringan adekuat dalam rentang normal dan -Menunjukkan perbaikan vertilasi dan oksigen jaringan adekuat dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan

bebas gejala distres pernafasan

-Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam

-Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan /situasitingkat kemampuan /situasi Intervensi

Intervensi 

 Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir,Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir, ketidak mampuan

ketidak mampuan bicara/berbincanbicara/berbincangg 

 Tingguikan kepala tempat tidur, pasien untuk memilih posisi yang mudah Tingguikan kepala tempat tidur, pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas,untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan / nafas bibir sesuai kebutuhan / toleransi individu.

dorong nafas dalam perlahan / nafas bibir sesuai kebutuhan / toleransi individu. 

 Dorong mengeluarkan sputum : penguapan bila Dorong mengeluarkan sputum : penguapan bila diindikasikan.diindikasikan. 

 Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan / Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan / bunyi tambahan.bunyi tambahan. 

 Awasi tingkat kesadaran / status mental, selidiki Awasi tingkat kesadaran / status mental, selidiki adanya perubahan.adanya perubahan. 

 Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. 

 Awasi tanda vital dan irama jantung.Awasi tanda vital dan irama jantung. 

 Awasi / gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri.Awasi / gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri. 

(7)

DP : Perubahan nutrisi kurang dari tubuh DP : Perubahan nutrisi kurang dari tubuh Tujuan : Kebutuhan nutrisi

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhiterpenuhi Kh :

Kh :

- Menunjukan peningkatan BB - Menunjukan peningkatan BB - Menunjukan perilaku /

- Menunjukan perilaku / perubahan pada hidup untuk meningkatkan dan / perubahan pada hidup untuk meningkatkan dan / mempertahankamempertahanka berat yang tepat.

berat yang tepat. Intervensi :

Intervensi : - Kaji

- Kaji kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat kesulitan makan, evaluasi BB.kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat kesulitan makan, evaluasi BB. - Avskultasi bunyi usus.

- Avskultasi bunyi usus.

- Berikan perawatan oral sering, buang sekret. - Berikan perawatan oral sering, buang sekret.

- Dorong periode istirahat, 1jam sebelum dan sesudah makan berikan makan porsi kecil - Dorong periode istirahat, 1jam sebelum dan sesudah makan berikan makan porsi kecil tapi sering.

tapi sering.

- Hindari makanan penghasil gas dan

- Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.minuman karbonat. - Hindari maknan yang sangat panas / dingin.

- Hindari maknan yang sangat panas / dingin. - Timbang BB sesuai induikasi.

- Timbang BB sesuai induikasi. - Kaji

- Kaji pemeriksaan laboratorium, ex : alb.serum.pemeriksaan laboratorium, ex : alb.serum.

DP : Kurang pengetahuan DP : Kurang pengetahuan

Tujuan : Pengetahuan miningkat Tujuan : Pengetahuan miningkat KH :

KH :

- Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit

- Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan.dan tindakan.

- Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubung - Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubung dengan faktor penyebab.

dengan faktor penyebab.

- Melakukan perubahan pola hidup

- Melakukan perubahan pola hidup dan berparisipasi dalam program pengobatan.dan berparisipasi dalam program pengobatan. Intervensi:

Intervensi:

- Jelaskan proses penyakit individu dan keluarga - Jelaskan proses penyakit individu dan keluarga - Instrusikan untuk latihan nafas dan batuk efektif. - Instrusikan untuk latihan nafas dan batuk efektif. - Diskusikan tentang obat yang

- Diskusikan tentang obat yang digunakan, efek samping, dan reaksi yang tidigunakan, efek samping, dan reaksi yang tidak diinginkandak diinginkan - Beritahu tehnik pengguanaan inhaler ct

- Beritahu tehnik pengguanaan inhaler ct : cara memegang, interval semprotan, cara: cara memegang, interval semprotan, cara membersihkan.

membersihkan.

- Tekankan pentingnya

- Tekankan pentingnya perawataperawatan oral/kebersihan gigin oral/kebersihan gigi - Beritahu efek bahaya merokok dan

- Beritahu efek bahaya merokok dan nasehat untuk berhenti merokok pada klinasehat untuk berhenti merokok pada klien atau orangen atau orang terdekat

(8)

- Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansyoer(1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media Acsulapius. FKUI. Jakarta.

Heru Sundaru(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. BalaiPenerbit FKUI. Jakarta.

Hudack&gallo(1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.

Doenges, EM(2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.

Tucker, SM(1998). Standar Perawatan Pasien. Jakarta. EGC.

Askep Asma Bronkial

Posted by Ferry NurseJun 7, 201214 komentar

 Askep Asma Bronkiale. Penyakit asma bronkial adalah salah satu penyakit paru yang berkaitan erat dengan saluran nafas serta pernafasan. Oleh sebab itu bila penyakit paru asma ini kambuh akan menimbulkan gejala yang khas sekali yaitu bunyi nafas mengi, bengek, batuk dan juga sesak nafas. Bunyi mengi pada asma terdengar ketika seorang penderita menghembuskan nafasnya. Serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap juga akan semakin memburuk jika tidak segera dilakukan tindakan pengobatan dan juga perawatan. Sepert biasa dalam hal melakukan asuhan keperawatan yang pertama kali dilakukan oleh seorang perawat adalah melakukan pengkajian. Demikian pula bila kita melakukan pengkajian askep

asma bronkial ini.

Pada tahap pengkajian askep asma bronkiale menetapkan penatalaksanaan dasar untuk mendapatkan informasi tentang status terakhir pasien sehingga semua penyimpangan yang terjadi dapat untuk

segera diketahui

Pengkajian askep asma bronkiale ini juga mencakup dua hal yaitu pengkajian primer dan juga pengkajian sekunder.

(9)

Pengkajian Primer pada askep asma bronkial adalah :

1. Airway. Yang kita dapatkan pada pengkajian airway ini diantaranya yaitu : batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan otot –otot aksesoris pernapasan ( retraksi otot interkosta).

2. Breathing. Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi, dypsnea, takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara tambahan ronkhi, hiperresonan pada perkusi.

3. Circulation. Yang kita dapatkan pada pengkajian sirkulasi ini adalah adanya hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan tingkat kesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm.

Pengkajian Sekunder pada askep asma bronkial adalah :

1. Riwayat penyakit sekarang. Yang kita anamnese adalah mengenai lama menderita asma, hal yang menimbulkan serangan, obat yang pakai tiap hari dan saat serangan.

2. Riwayat penyakit sebelumnya. Yang kita ananmese adalah mengenai riwayat alergi, batuk pilek, menderita penyakit infeksi saluran nafas bagian atas

3. Riwayat perawatan keluarga. Yang kita anamnese adalah adakah riwayat penyakit asma pada keluarga.

4. Riwayat sosial ekonomi. Yang kita anamnese adalah lingkungan tempat tinggal dan bekerja,  jenis pekerjaan, jenis makanan yang berhubungan dengan alergen, hewan piaraan yang dimiliki,

dan tingkat stressor.

Melangkah pada tahap selanjutnya yaitu diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan pada askep

asma bronkiale ini yaitu :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme dan sekresi

kental berlebihan.

Tujuan Yang Diharapkan : Pasien mempertahankan jalan nafas paten. Kriteria Hasil :

1. Bunyi nafas bersih

2. Kecepatan dan kedalaman pernafasan normal 3. Tak ada dispnea

Intervensi Keperawatan :

 Kaji sputum terhadap warna, kekentalan dan jumlah

 Ausultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas tambahan misalnya: mengi, krekels, dan ronchi  Kaji kualitas dan kecepatan pernafasan

 Kaji frekuensi dispnea: gelisah, ansietas distress pernapasan, penggunan otot bantu

 Beri klien posisi pada ketinggian yang nyaman dan mengoptimalkan pernafasan : tinggikan kepala tempat tidur 60 –90 derajat, sokong punggung dengan bantal

(10)

 Pertahankan / bantu batuk efektif dan bantu untuk fisioterapi dada  Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari dan berikan air hangat

 Berikan obat : epinefrin, aminofilin, antihistamin, ekspektoran, kortikosteroid adrenal  Nebulisasi isoproterenol atau kromolin

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru selama

serangan akut.

Tujuan yang Diharapkan : Pasien mempertahankan pola nafas efektif. Kriteria Hasil :

1. Sesak berkurang atau hilang, RR 18-24x/menit 2. Frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan 3. Tidak ada retraksi otot pernapasan

Intervensi Keperawatan :

 Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan pernapasan : dispnea, penggunaan otot-otot pernapasan  Pantau tanda- tanda vital dan gas- gas darah arteri

 Baringkan pasien dalam posisi fowler tinggi untuk memaksimalkan ekspansi dada  Berikan terapi oksigen sesuai pesanan

 Pertahankan patensi jalan nafas  Berikan obat sesuai pesanan

3. Cemas berhubungan dengan krisis situasi, kesulitan bernafas, takut serangan ulang. Tujuan Yang Diharapkan : Rasa cemas klien menjadi berkurang sampai hilang Kriteria Hasil :

1. Klien tampak rileks

2. Mengungkapkan perasaan cemas berkurang 3. Tanda –tanda vital normal

Intervensi Keperawatan :

 Kaji tingkat kecemasan klien (ringan, sedang, berat)  Ukur tanda-tanda vital

 Berikan dukungan emosional

 Implementasikan teknik relaksasi : petunjuk imajinasi, relaksasi otot

 Jelaskan informasi yang diperlukan klien tentang penyakitnya, perawatan dan pengobatannya  Ajarkan klien tehnik relaksasi (memejamkan mata, menarik nafas panjang)

 Menganjurkan klien untuk istirahat

(11)

A. Konsep Dasar Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan

Sistem pernafasan terdiri dari komponen berupa saluran pernafasan yang dimulai dari hidung, pharing, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus. Saluran pernafasan bagian atas dimulai dari hidung sampai trakea dan bagian bawah dari bronkus sampai alveolus.

Fungsi utama sistem pernafasan adalah menyediakan oksigen untuk metabolisme  jaringan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa metabolisme jaringan. Sedangkan fungsi tambahan sistem pernafasan adalah mempertahankan keseimbangan asam basa dalam tubuh, menghasilkan suara, memfasilitasi rasa kecap, mempertahankan kadar  cairan dalam tubuh serta mempertahankan keseimbangan panas tubuh.

Tercapainya fungsi utama pernafasan didasarkan pada empat proses yaitu: ventilasi (keluar masuknya udara pernafasan), difusi (pertukaran gas di paru-paru), transportasi (pengangkutan gas melalui sirkulasi) dan perfusi (pertukaran gas di jaringan).

 Adapun kondisi yang mendukung dari proses pernafasan adalah tekanan oksigen atau udara atmosfer harus cukup, kondisi jalan nafas dalam keadaan normal, kondisi otot pernafasan dan tulang iga harus baik, ekspansi dan rekoil paru, fungsi sirkulasi (jantung), kondisi pusat pernafasan dan hemoglobin sebagai pengikat oksigen.

Berikut ini dijelaskan lebih rinci mengenai anatomi dan fisiologi dari organ-organ pernafasan

1. Hidung, merupakan saluran pernafasan teratas. Ditempat ini udara pernafasan mengalami proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghangatan dan pelembaban (humidifikasi). Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel thoraks bertingkat, bersilia dan bersel goblet. Bagian belakang hidung berhubungan dengan pharing disebut nasopharing.

2. Pharing, berada di belakang mulut dan rongga nasal. Dibagi dalam tiga bagian yaitu nasopharing, oropharing, dan laringopharing. Pharing merupakan saluran penghubung antara saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis akan menutup secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi.

3. Laring, berada di atas trakea di bawah pharing. Sering kali disebut sebagai kotak suara karena udara yang melewati daerah itu akan membentuk bunyi. Laring ditunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya yang terpenting adalah tulang rawan tiroid (Adam Apple) yang khas pada pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawahnya terdapat tulang rawan krikoid yang berhubungan dengan trakea.

4. Trakea, terletak di bagian depan esophagus, dan mulai bagian bawah krikoid kartilago laring dan berakhir setinggi vertebra torakal 4 atau 5. Trakea bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Tempat percabangannya disebut karina yang terdiri dari 6 –10 cincin kartilago.

5. Bronkus, dimulai dari karina, dilapisi oleh silia yang berfungsi menangkap partikel-partikel dan mendorong sekret ke atas untuk selanjutnya dikeluarkan melalui batuk atau ditelan. Bronkus kanan lebih gemuk dan pendek serta lebih vertikal dibanding dengan bronkus kiri.

(12)

6. Bronkiolus, merupakan cabang dari bronkus yang dibagi ke dalam saluran-saluran kecil yaitu bronkiolus terminal dan bronkiolus respirasi. Keduanya berdiameter ≤ 1 mm. Bronkiolus terminalis dilapisi silia dan tidak terjadi difusi di tempat ini. Sebagian kecil hanya terjadi pada bronkiolus respirasi.

7.  Alveolus

Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan cabang dari bronkiolus respirasi. Sakus alveolus mengandung alveolus yang merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas. Diperkirakan paru-paru mengandung ± 300 juta alveolus (luas permukaan ± 100 m2) yang dikelilingi oleh kapiler darah.

Dinding alveolus menghasilkan surfaktan (terbuat dari lesitin) sejenis fosfolipid yang sangat penting dalam mempertahankan ekspansi dan rekoil paru. Surfaktan ini berfungsi menurunkan ketegangan permukaan dinding alveoli. Tanpa surfaktan yang adekuat maka alveolus akan mengalami kolaps.

8. Paru-paru

Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus (dilapisi) oleh pleura. Pleura terdiri dari pleura viseral yang langsung membungkus/ melapisi paru dan pleura parietal pada bagian luarnya. Pleura menghasilkan cairan jernih (serosa) yang berfungsi sebagai lubrikasi. Banyaknya cairan ini lebih kurang 10 – 15 cc. Lubrikasi dimaksudkan untuk mencegah iritasi selama respirasi. Peredaran darah ke paru-paru melalui dua pembuluh darah yaitu : arteri pulmonalis dan arteri bronkialis.

(Pearce Evelyn C, 2000; 211)

B. Konsep Dasar Asma Bronkial 1. Definisi

 Asma Bronchial adalah penyakit saluran nafas yang dapat pulih yang terjadi karena spasme bronkus disebabkan oleh berbagai sebab misalnya allergen, infeksi dan latihan. (Hudak & Gallo, 1997; 225)

 Asma Bronkial adalah inflamasi dari plasma akut dari otot halus pada bronkus dan bronkiolus dengan peningkatan produksi dan pelengketan mukus. (Susan Martin Tucker,et.al, 1998; 2215)

 Asma Bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Soeparman, Sarwono Waspadji, 1999; 71)

 Asma Bronkial adalah suatu penyakit yang dikarakteristikkan oleh konstriksi yang dapat pulih dari otot halus bronkial, hipersekresi mukosa, dan inflamasi mukosa serta edema. Faktor  pencetus termasuk alergen, masalah emosi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia, dan infeksi. (Marilynn E. Doenges, 1999; 152)

(13)

 Asma Bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermitten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. (Brunner and Suddarth, 2001; 593)

 Asma Bronkial adalah penyakit kronik sistem pernafasan dengan ciri serangan berulang kesulitan dalam bernafas, wheezing, dan batuk. Selama serangan saluran bronkus kejang, menjadi lebih sempit dan kurang mampu untuk menggerakkan udara ke paru-paru. Bermacam-macam benda yang dapat mengakibatkan alergi seperti bulu binatang, debu, polusi atau makanan tertentu dapat memicu serangan. (Health Dictionary, 2007).

 Asma Bronkial adalah penyakit kronis dengan serangan nafas pendek, wheezing dan batuk dari konstriksi dan membran mukosa yang bengkak di dalam bronkus (jalan nafas dalam paru-paru). Hal ini terutama disebabkan oleh alergi atau infeksi saluran pernafasan. Kedua asap rokok dapat mengakibatkan asma pada anak. (Britannica Concise Encyclopedia , 2007).

 Asma Bronkial adalah gangguan pernafasan ditandai dengan serangan berulang kesulitan bernafas terutama saat menghembuskan nafas oleh karena peningkatan ketahanan aliran udara melalui pernafasan bronkeolus. (Sports Science and Medicine, 2007).

 Asma Bronkial adalah penyakit kronis system pernafasan di tandai dengan serangan berkala dari wheezing, nafas pendek dan rasa sesak di dada. (Columbia Encyclopedia, 2007).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Asma Bronchial adalah penyempitan sebagian dari otot halus pada bronkus dan bronkiolus yang bersifat reversibel dan disebabkan oleh berbagai penyebab seperti alergen, infeksi dan latihan.

2. Etiologi

Faktor-faktor penyebab dan pemicu asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lain-lain. Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan laut, buah-buahan, kacang juga dianggap berperanan penyebab asma. Polusi lingkungan berupa peningkatan penetrasi ozone, sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksid (NOX), partikel buangan diesel, partikel asal polusi (PM10) dihasilkan oleh industri dan kendaraan bermotor. Makanan produk industri dengan pewarna buatan (misalnya tartazine), pengawet (metabisulfit), dan vetsin (monosodium glutamat-MSG) juga bisa memicu asma. Kondisi lain yang dapat memicu timbulnya asma adalah aktifitas, penyakit infeksi, emosi atau stres. (Pdpersi, 2007)

3. Patofisiologi

Pada penyakit asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan misalnya stres, udara dingin, latihan dan faktor-faktor lain. Serangan asma merupakan akibat adanya reaksi antigen antibodi yang menyebabkan dilepaskannya mediator-mediator kimia. Antibodi yang dihasilkan (IgE) menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi yang menyebabkan pelepasan produk sel-sel

(14)

mast (mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dan substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas yang menyebabkan tiga reaksi utama yaitu:

a. Konstriksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar maupun saluran nafas yang kecil yang menimbulkan bronkospasme.

b. Peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang menambah sempitnya saluran nafas lebih lanjut.

c. Peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus.

4. Klasifikasi

Jenis-jenis asma terdiri atas 3 macam, yaitu : a.  Asma Alergik / Ekstrinsik

 Asma ini disebabkan oleh alergen (misal : serbuk sari, binatang, amarah, makanan dan  jamur), kebanyakan alergen terdapat di udara dan musiman.

Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergik dan riwayat medis masa lalu ekzema atau rhinitis alergik.

b.  Asma Idiopatik / Non alergik

 Asma ini tidak berhubungan dengan alergi spesifik. Serangan asma ini dicetuskan oleh beberapa faktor common cold, infeksi traktus, respiratorius, latihan, emosi. Beberapa agen farmakologi seperti aspirin dan agen anti inflamasi non steroid lain, pewarna rambut, antagonis beta –adrenergik dan agen sulfit (pengawet makanan) juga mungkin menjadi faktor.

Serangan asma idiopatik/ non alergik menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlakunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkitis akut dan emfisema.

c.  Asma Gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dan bentuk alergi maupun bentuk idiopatik atau non alergik. (Brunner and Suddarth, 2001; 534)

5. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang muncul pada asma, antara lain : a. Sukar bernafas yang timbul intermitten.

(15)

b. Terdengar “wheezing” pada waktu ekspirasi. c. Batuk dengan sputum yang kental.

d. Ekspirasi memanjang dengan hiperinflasi nada. e. Pernafasan cuping hidung.

f. Sianosis pada permukaan kuku.

(Susan Martin Tucker, et.al, 1998; 2257)

6. Komplikasi

 Adapun komplikasi yang mungkin terjadi pada penyakit asma yaitu : a.  Atelektasis.

b. Emfisema dengan hiperinflasi kronis. c. Pneumothoraks.

d. Gagal pernafasan yang memerlukan bantuan mekanis. e. Bronkhitis.

f.  Aspergilosis bronkopulmoner alergik. g. Fraktur iga.

(Soeparman, dkk, 1999; 34)

7. Pemeriksaan Diagnosis a. Pemeriksaan laboratorium 1) Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

- Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.

- Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus. - Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

- Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

(16)

-  Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

- Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

- Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

Pencetusnya allergen, olahraga, cuaca, emosi (imun respon menjadi aktif, Pelepasan mediator  humoral), histamine, SRS-A, serotonin, kinin, bronkospasme, Edema mukosa, sekresi meningkat, inflamasi (penghambat kortikosteroid)

- Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

b. Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:

1) Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.

2) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.

3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru 4) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

5) Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

c. Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

d. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

1) Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.

2) Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch block).

3) Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

(17)

e. Scanning paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

f. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

(Dudut Tanjung., Skp, 2007)

8. Penatalaksanaan

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah : a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.

b. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma

c. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnya.

Pengobatan pada asma bronkial terbagi 2, yaitu: a. Pengobatan non farmakologik:

- Memberikan penyuluhan. - Menghindari faktor pencetus. - Pemberian cairan.

- Fisiotherapy. - Beri O2 bila perlu.

b. Pengobatan farmakologik :

1) Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan : a) Simpatomimetik/ adrenergik (Adrenalin dan efedrin)

(18)

Nama obat :

- Orsiprenalin (Alupent) - Fenoterol (berotec) - Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serta Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya dihirup.

2) Santin (teofilin) Nama obat :

- Aminofilin (Amicam supp) - Aminofilin (Euphilin Retard) - Teofilin (Amilex)

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.

Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah.Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk suppositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).

3) Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.

4) Ketolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

(19)

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, tehnik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien/ keluarga. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan berhubungan : pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Nursalam, 2001; 2).

Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memungkinkan seorang perawat untuk mengorganisir dan memberikan asuhan keperawatan. Proses

keperawatan merupakan suatu elemen dari pemikiran Kritis yang memperbolehkan perawat untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan yang didasarkan atas pertimbangan. Suatu proses adalah satu rangkaian dari langkah-langkah atau komponen-komponen petunjuk /

penentu untuk mencapai tujuan. Tiga karakteristik dari suatu proses adalah Purpose,

Organization dan Creativity ( Bevis,1978). “Purpose” adalah tujuan atau maksud yang spesifik dari proses. Proses keperawatan digunakan untuk mendiagnosa dan merawat respon manusia pada kondisi sehat dan sakit. (American Nurses Association,1980). “Organization” adalah tahapan atau langkah-langkah atau komponen-komponen yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Proses keperawatan mengandung 5 langkah : Pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. “Creativity” adalah pengembangan lanjut d ari proses itu. Proses keperawatan dinamis dan berlanjut terus menerus. ( Potter Perry, 1997 : 103 )

 Asuhan Keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan. Untuk sampai pada hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifikasikan proses pemecahan masalah yang

menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang paling relevan dari sistem teori, dengan menggunakan metode ilmiah.

(Doenges, 1999 ; dikutip dari Shore,1998).

Dalam melakukan asuhan keperawatan terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh. Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian

Merupakan tahapan awal dari proses keperawatan yang merupakan dasar dari kegiatan selanjutnya, yang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan sistematis dalam

mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui kebutuhan klien sesuai dengan masalah yang ada.

Tahap pengkajian adalah pengumpulan data yang diperoleh dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang serta mempelajari cacatan lain tentang status kesehatan klien.

Dalam tahap ini akan dikumpulkan identitas klien, riwayat kesehatan, riwayat kesehatan keluarga, riwayat psikososial, pola-pola fungsi kesehatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Riwayat kesehatan meliputi riwayat penyakit dahulu yang terdiri dari riwayat masuk rumah sakit, penyakit yang diderita, riwayat alergi dan obat-obatan yang sering digunakan.

(20)

Riwayat penyakit sekarang meliputi keluhan utama dari klien seperti sesak, batuk, demam, nyeri abdomen, berkeringat serta sejak kapan gejala-gejala tersebut timbul.

Riwayat keluarga meliputi penyakit yang pernah diderita anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan kondisi klien, riwayat penyakit keturunan seperti asma, DM, penyakit jantung dan genogram keluarga klien.

Riwayat psikososial menyatakan tingkat perasaan/ emosi klien dan keberadaan klien dalam keluarga.

Pada pola-pola fungsi kesehatan meliputi keadaan nutrisi seperti adanya alergi terhadap makanan, berat badan tidak sesuai dengan tinggi badan, apakah ada muntah, mual dan nyeri abdomen. Pola eliminasi seperti kesulitan miksi dan frekuensinya. Pola tidur yang meliputi lamanya tidur, apakah susah tidur akibat sesak. Pola aktifitas seperti sesak waktu beraktifitas.

Data dasar yang biasanya didapat pada pasien asma bronkial adalah : a.  Aktivitas/ Istirahat

Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise

Ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas. Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.

Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau latihan. Tanda : Keletihan

Gelisah, insomnia

Kelemahan umum / kehilangan massa otot. b. Sirkulasi

Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah

Tanda : Peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung/ takikardia berat, distrimia, distensi vena leher  (penyakit berat).

Edema dependen, bunyi jantung redup.

Warna kulit/membran mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis, kuku tabuh dan sianosis perifer. Pucat dapat menunjukkan anemia.

c. Integritas Ego

Gejala : Peningkatan faktor resiko, perubahan pola hidup Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang

(21)

Gejala : Mual / Muntah Nafsu makan buruk

Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernafasan Tanda : Turgor kulit buruk

Edema dependen Berkeringat

Penurunan berat badan, penurunan massa otot / lemak subkutan e. Hygiene

Gejala : Penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari Tanda : Kebersihan buruk, bau badan

f. Pernafasan

Gejala : Nafas pendek khususnya pada kerja, cuaca atau episode berulangnya sulit nafas, rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernafas

Lapar udara kronis

Batuk menetap dengan produksi sputum

Tanda : Pernafasan biasanya cepat, dapat lambat, fase ekspirasi memanjang

Penggunaan otot bantu pernafasan misal : meninggikan bahu, retraksi fosa supraklavikula, melebarkan hidung

Dada : terlihat hiperinflasi dengan peningkatan diameter AP, gerakan diafragma minimal Bunyi nafas : mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tidak adanya bunyi nafas

Perkusi : bunyi pekak pada paru g. Keamanan

Gejala : Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/ faktor lingkungan  Adanya/ berulangnya infeksi, kemerahan / berkeringat

h. Seksualitas

Gejala : Penurunan libido i. Interaksi Sosial

(22)

Gejala : Hubungan ketergantungan Kurang sistem pendukung

Kegagalan dukungan dari / terhadap pasangan / orang terdekat Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik

Tanda : Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distres pernafasan Keterbatasan mobilitas fisik

Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain  j. Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : Penggunaan/ penyalahgunaan obat pernafasan Kesulitan menghentikan merokok

Penggunaan alkohol secara teratur  Kegagalan untuk membaik

(Marilynn E. Doenges, 1999; 152-155)

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok di mana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Carpenito, 2000; 53).

Tujuan diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi :

a. Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit. b. Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah.

c. Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.

Langkah-langkah dalam diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi : a. Klasifikasi dan analisa data

b. Interpretasi data c. Validasi data

d. Perumusan diagnosa keperawatan (Nursalam, 2001; 36)

(23)

Diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi 5 kategori : aktual, resiko, kemungkinan, keperawatan wellnes, keperawatan sindrom. (Carpenito, 2000; 55)

Diagnosa yang mungkin timbul pada asma bronkial adalah :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret, penurunan energi/ kelemahan.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara), kerusakan alveoli.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, anorexia, mual/ muntah.

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama dan imunitas.

e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan kurang informasi. (Marilynn E. Doengoes, 1999; 156-163)

3. Perencanaan

Perencanaan merupakan pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, mengoreksi, masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi.

 Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam langkah-langkah penyusunan perencanaan yaitu : menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan dokumentasi. (Nursalam, 2001; 41)

Untuk menentukan prioritas ada dua hirarki yang dapat digunakan yaitu :

a. Hirarki “Maslow”, membagi kebutuhan dalam lima tahap yaitu : kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri dan aktualisasi.

1. Kebutuhan fisiologis ( physiological need ) yang merupakan kebutuhan pokok utama. Misalnya : udara segar O2, air (H2O), cairan elektrolit, makan dan seks.

2. Kebutuhan akan rasa aman (safety need )

Misalnya : rasa aman terhindar dari penyakit, gangguan pencurian, perlindungan hukum. 3. Kebutuhan mencintai dan dicintai (love need)

Misalnya : mendambakan kasih sayang, ingin dicintai/diterima oleh kelompok. 4. Kebutuhan harga diri (esteem need )

Misalnya : ingin dihargai/ menghargai : adanya respek dari orang lain, toleransi dalam hidup berdampingan.

(24)

5. Kebutuhan aktualisasi diri (elf actualization needs)

Misalnya : ingin diakui/ dipuja, ingin berhasil, ingin lebih menonjol lebih dari orang lain.

b. Hiraki “Kalish”, menjelaskan kebutuhan Maslow lebih mendalam dengan membagi kebutuhan fisiologi menjadi kebutuhan untuk bertahan hidup dan stimulasi (Nursalam, 2001; 42).

Setelah penyusunan prioritas perencanaan diatas maka langkah selanjutnya adalah penyusunan rencana tindakan. Adapun rencana tindakan dari diagnosa keperawatan yang muncul pada asma bronkial adalah sebagai berikut :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret, penurunan energi/kelemahan.

 juan : Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi bersih / jelas.

iteria Hasil : Menunjukan perilaku perbaikan bersihan jalan nafas, misalnya batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Intervensi: Mandiri

1)  Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya : mengi, ronki.

R : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat / tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius.

2) Kaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi / ekspirasi.

R : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres.

3) Pertahankan polusi lingkungan minimum misalnya : debu, asap yang berhubungan dengan kondisi individu.

R : Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat mentriger episode akut. 4) Dorong / bantu latihan nafas abdomen atau bibir.

R : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan  jebakan udara.

5) Observasi karakteristik batuk misal : menetap, batuk pendek dan basah.

R : Batuk dapat menetap tapi tidak efektif terutama pada lansia, sakit akut atau kelemahan.

Kolaborasi :

(25)

a) Bronkodilator misal : adrenalin dan profentil.

R : Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan produksi mukus dan mengi.

b) Xantin misal : aminopillin, okstripillin dan teofilin.

R : Menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos dengan peningkatan langsung siklus AMP. 7) Berikan humidifikasi tambahan misal : nebulizer ultranik

R : Kelembaban menurunkan sekret dan mempermudah pengeluaran.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh sekret, spasme bronkus, jebakan udara), kerusakan alveoli.

 juan : Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan.

iteria Hasil : Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam meningkatkan kemampuan / situasi. Intervensi :

Mandiri

1) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan penggunaan otot aksesori. R : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan.

2) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas. R : pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi.

3) Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.

R : Sianosis mungkin perifer (pada kuku) atau sentral (bibir / daun telinga). 4) Dorong mengeluarkan sputum.

R : Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan nafas kecil.

Kolaborasi :

5) Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi. R : dapat memperbaiki / mencegah memburuknya hipoksia.

6) Berikan penekan SSP misal : sedatif atau narkotik dengan hati-hati.

(26)

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, anoreksia, mual / muntah.

 juan : Menunjukan peningkatan BB menuju tujuan yang tepat.

iteria Hasil : Menunjukan perilaku / perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan / atau mempertahankan berat yang tepat.

Intervensi : Mandiri

1) Kaji kebiasaan diet, masukkan makanan saat ini.

R : pasien distres pernafasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum. 2)  Auskultasi bunyi usus.

R : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.

3) Berikan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai.

R : Rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah.

4) Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

R : Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas abdomen.

5) Timbang berat badan sesuai indikasi.

R : Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Kolaborasi

6) Konsultasi ahli gizi / nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah di cerna. R : metode makanan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi / kebutuhan individu.

7) Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.

R : menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan dan meningkatkan masukan.

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama dan imunitas.

(27)

 juan : Menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko individu.

iteria hasil : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi. Menunjukan tekhnik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.

Intervensi: Mandiri

1) Observasi suhu tubuh klien.

R : demam dapat terjadi karena infeksi dan atau dehidrasi.

2) Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif dan masukan cairan adekuat.

R : Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko infeksi paru.

3) Observasi warna, karakter dan bau sputum.

R : sekret berbau, kuning atau kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru. 4) Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum. R : Mencegah penyebaran patogen melalui cairan.

Kolaborasi

5) Dapatkan spesimen batuk atau penghisapan sputum pewarnaan kuman gram negatif.

R : dilakukan untuk mengidentifikasi organisme penyebab dan kerentanan terhadap anti mikrobial. 6) Berikan anti mikrobial sesuai indikasi.

R : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur.

e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan kurang informasi.  juan : Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

iteria Hasil : Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubungkan dengan faktor penyebab.

Intervensi : Mandiri

(28)

R : menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan. 2) Instruksikan rasional untuk latihan nafas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.

R : nafas abdominal menguatkan otot pernafasan, membantu meminimalkan kolaps jalan nafas kecil.

3) Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang diinginkan.

R : Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping mengganggu dan efek samping merugikan.

4) Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi.

R : faktor lingkungan dapat menimbulkan / meningkatkan iritasi bronkial dan menimbulkan peningkatan produksi sekret dan hambatan jalan nafas.

5) Tekankan pentingnya perawatan oral / kebersihan gigi.

R : menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut dimana dapat menimbulkan infeksi saluran nafas atas.

(Marilynn E Doengoes, 1999; 156)

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan perawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. (Iyer, et.al, 1996; dikutip dari Nursalam, 2001; 53)

Tahap ini merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan, oleh karena itu pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan dirumuskan dan mengacu pada rencana tindakan sesuai skala sangat urgen, urgen dan tidak urgen (non urgen).

Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu: persiapan, perencanaan dan pendokumentasian. (Griffith, 1986; dikutip dari Nursalam, 2001; 53).

a. Fase Persiapan meliputi :

1) Review antisipasi tindakan keperawatan

2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan 3) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul

4) Persiapan alat (resources)

5) Persiapan lingkungan yang kondusif  6) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik

(29)

b. Fase Intervensi terdiri atas :

1) Independen : tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter atau tim kesehatan lainnya.

2) Interdependen : tindakan perawat yang memerlukan kerjasama dengan kesehatan lainnya (gizi, dokter, laboratorium dan lain-lain).

3) Dependen : berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana tindakan medis dilakukan.

c. Fase Dokumentasi

Merupakan suatu catatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah dilaksanakan. Dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan pada klien dengan Asma Bronkial, perawat dapat berperan sebagai pelaksana keperawatan, pemberi support, pendidik, advokasi, konselor dan pencatat/ penghimpun data.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang digunakan sebagai alat untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan proses ini berlangsung terus menerus yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang diinginkan.

 Ada empat yang dapat terjadi pada tahap evaluasi, yaitu : a. Masalah teratasi seluruhnya.

b. Masalah teratasi sebagian. c. Masalah tidak teratasi. d. Timbul masalah baru.

Evaluasi adalah salah satu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematis pada status kesehatan klien. (Griffith, et. al, 1986; dikutip dari Nursalam, 2001; 71).

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. (Ignatavicius dan Bayne, 1994; dikutip dari Nursalam, 2001; 71).

Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan umpan balik rencana keperawatan, nilai serta

meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan melalui standar yang telah ditentukan sebelumnya.

Dalam hal ini penilaian yang diharapkan pada klien dengan gangguan sistem pernafasan Asma Bronkial adalah:

(30)

b. Pertukaran gas berjalan dengan baik atau normal. c. Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh. d. Infeksi tidak terjadi atau dapat dicegah.

e. Pengetahuan klien dan keluarga tentang kondisi penyakitnya bertambah. (Marilynn E. Doengoes, 1999; 155)

Diposkan oleh David Yusuf di 20:14

 Asuhan Keperawatan Asma Bronkial ( Askep )

FOREDI UNTUK TAHAN LAMA SEX REKOMENDASI BOYKE!

PERUT KEMPES DALAM 3 HARI!

PENGISI ATM FULL OTOMATIS JADILAH JUTAWAN BARU DARI BISNIS TIKET PESAWAT

MODAL 50.000 HASIL 1-2JT/HR. KHUSUS PEMULA FOREDI UNTUK TAHAN LAMA SEX REKOM BOYKE, BPOM.

CARA PEMULA DAPAT UANG DARI INTERNET LOWONGAN KERJA ONLINE 2012

INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ? TAMBAH UKURAN VITAL METODE ARAB SUDAN

FOREDI ATASI EJAKULASI DINI BIKIN ISTRI KETAGIHAN!

MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA 95RIBU

GASA REKOMENDASI BOYKE UNTUK EREKSI LEBIH KENCENG!

FOREDI UNTUK TAHAN LAMA SEX REKOMENDASI BOYKE! KumpulBlogger.com BAB II TINJAUAN TEORITIS Asma Bronkhial 1. Definisi Asma

(31)

Asma adalah kondisi jangka panjang yang mempengaruhi saluran napas-saluran kecil yang mengalirkan udara masuk ke dan keluar dari paru-paru. Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan). Saluran napas penyandang asma biasanya menjadi merah dan meradang. Asma sangat terkait dengan alergi. Alergi dapat memperparah asma. Namun demikian, tidak semua penyandang asma mempunyai alergi, dan tidak semua orang yang mempunyai alergi me nyandang asma (Bull & Price, 2007).

Pada penderita asma, saluran napas menjadi sempit dan hal ini membuat sulit bernapas. Terjadi beberapa perubahan pada saluran napas penyandang asma, yaitu dinding saluran napas membengkak; adanya sekumpulan lendir dan sel-sel yang rusak menutupi sebagian saluran napas; hidung mengalami iritasi dan mungkin menjadi tersumbat; dan otot-otot saluran napas mengencang tetapi semuanya dapat dipulihkan ke kondisi semula dengan terapi yang tepat. Selama terjadi serangan asma, perubahan dalam paru-paru secara tiba-tiba menjadi jauh lebih buruk, ujung saluran napas mengecil, dan aliran udara yang melaluinya sangat jauh berkurang sehingga bernapas menjadi sangat sulit (Bull & Price, 2007).

2. Klasifikasi Asma

Berkaitan dengan gangguan saluran pernapasan yang berupa peradangan dan bronkokonstriksi, beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar, seperti yang dianut banyak dokter ahli pulmonologi (penyakit paru-paru) dari Inggris, yakni:

a) Asma Ekstrinsik

Asma ekstrinsik adalah bentuk asma yang paling umum, dan disebabkan karena reaksi alergi penderitanya terhadap hal-hal tertentu (alergen), yang tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap mereka yang sehat. Kecenderungan alergi ini adalah “kelemahan keturunan”. Setiap orang dari lahir memiliki sistem imunitas alami yang melindungi tubuhnya terhadap serangan dari luar. Sistem ini bekerja dengan memproduksi antibodi.

Pada saat datang serangan, misalnya dari virus yang memasuki tubuh, sistem ini akan menghimpun antibodi untuk menghadapi dan berusaha menumpas sang penyerang. Dalam proses mempertahankan diri ini, gejala-gejala permukaan yang mudah tampak adalah naiknya temperatur tubuh, demam, perubahan warna kulit hingga timbul bercak-bercak, jaringan-jaringan tertentu memproduksi lendir, dan sebagainya (Hadibroto & Alam, 2006).

b) Asma Intrinsik

Asma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen. Asma jenis ini disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca, kelembapan dan suhu tubuh. Asma intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi ketahanan tubuh, terutama pada mereka yang

(32)

memiliki riwayat kesehatan paru-paru yang kurang baik, misalnya karena bronkitis dan radang paru-paru (pneumonia). Penderita diabetes mellitus golongan lansia juga mudah terkena asma intrinsik. Penderita asma jenis ini kebanyakan berusia di atas 30 tahun (Hadibroto & Alam, 2006).

Namun penting dicatat, bahwa dalam prakteknya, asma adalah penyakit yang kompleks, sehingga tidak selalu dimungkinkan untuk menentukan secara tegas, golongan asma yang diderita seseorang. Sering indikasi asma ekstrinsik dan intrinsik bersama-sama dideteksi ada pada satu orang.

Sebagai contoh, dalam kasus asma bronkial (termasuk jenis ekstrinsik) yang kronis, pada saat menangani terjadinya serangan, dokter akan sering mendiagnosa hadirnya faktor-faktor kecemasan dan rasa panik. Keduanya adalah emosi yang sifatnya naluriah pada saat seseorang harus berjuang agar bisa bernapas. Selanjutnya rasa cemas dan panik ini meneruskan lingkaran setan dan memperparah gejala serangan. Juga akan tercatat, bahwa bahan-bahan iritan (pengganggu) dari luar seperti asap rokok danhairspray akan memperparah kondisi penderita. Kesimpulannya adalah, dari asal asma bronkial (termasuk asma ekstrinsik) akan terlihat juga hadirnya faktor asma intrinsik.

Demikian pula, seseorang yang punya sejarah bronkitis di masa kanak-kanak sering tumbuh menjadi orang dewasa yang cenderung menderita asma yang alergik, sebagai akibat kelemahan bawaan dari masa kanak-kanaknya (Hadibroto & Alam, 2006).

Klasifikasi tingkat penyakit asma dapat dibagi berdasarkan frekuensi kemunculan gejala (Hadibroto & Alam, 2006).

1. Intermitten, yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1 kali dalam seminggu dan gejala asma malam kurang dari 2 kali dalam sebulan. Jika seperti itu yang terjadi, berarti faal (fungsi) paru masih baik.

2. Persisten ringan,yaitu gejala asma lebih dari 1 kali dalam seminggu dan serangannya sampai mengganggu aktivitas, termasuk tidur. Gejala asma malam lebih dari 2 kali dalam sebulan. Semua ini membuat faal paru realatif menurun.

3. Persisten sedang,yaitu asma terjadi setiap hari dan serangan sudah mengganggu aktivitas, serta terjadinya 1-2 kali seminggu. Gejala asma malam lebih dari 1-2 kali seminggu. Gejala asma malam lebih dari 1 kali dalam seminggu. Faal paru menurun.

4. Persisten berat , gejala asma terjadi terus-menerus dan serangan sering terjadi. Gejala asma malam terjadi hampir setiap malam. Akibatnya faal paru sangat menurun.

(33)

1. Asma akut ringan, dengan gejala: rasa berat di dada, batuk kering ataupun berdahak, gangguan tidur malam karena batuk atau sesak napas, mengi tidak ada atau mengi ringan, APE ( Arus Puncak Aspirasi ) kurang dari 80%.

2. Serangan asma akut sedang, dengan gejala: sesak dengan mengi agak nyaring, batuk kering/berdahak, aktivitas terganggu, APE antara 50-80%.

3. Serangan asma akut berat, dengan gejala: sesak sekali, sukar berbicara dan kalimat terputus-putus, tidak bisa barbaring, posisi harus setengan duduk agar dapat bernapas, APE kurang dari 50%.

3. Etiologi

MenurutThe Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma (Hadibroto & Alam, 2006):

1. Pemicu (trigger ) yang mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernapasan (bronkokonstriksi). Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari seperti perubahan cuaca dan suhu udara dimana cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfer yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Serangan asma kadang-kadang berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga (serbuk sari beterbangan). Selain itu polusi udara dari luar dan dalam ruang serta asap rokok yang terhirup oleh penderita asma dapat juga memicu terjadinya serangan asma. Ditambah lagi penderita asma yang memiliki riwayat infeksi saluran pernapasan misalnya sinusitis dapat mengakibatkan eksaserbasi serangan asma. Penderita asma harus menjaga kestabilitas dari emosi/stresnya, karena gangguan emosi/stres dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga dapat memperberat serangan asma yang sudah ada. Selain itu, jangan berolahraga secara berlebihan. Bagi beberapa orang, jenis olahraga tertentu dapat menyebabkan udara terperangkap di dalam saluran napas dan membuat sulit bernapas. Kadang-kadang olahraga dapat menyebabkan serangan asma (Bull & Price, 2007).

2. Penyebab (inducer ) yang mengakibatkan peradangan (inflammation) pada saluran pernapasan. Umumnya penyebab (inducer ) asma adalahalergen, yang tampil dalam bentuk ingestan dimana alergen masuk ke tubuh melalui mulut (dimakan/diminum) terutama makanan dan obat-obatan. Selain itu, bisa  juga dalam bentuk inhalan yaitu alergen yang masuk ke tubuh melalui hidung atau mulut. Jenis alergen

inhalan yang utama adalah tepung sari (serbuk) bunga, tanaman, pohon, tungau, serpihan dan kotoran binatang, serta jamur. Bentuk lainnya yaitu kontak langsung dengan kulit seperti memakai perhiasan, logam dan jam tangan.

Beberapa faktor orang memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk menyandang asma dibandingkan orang lain (Bull & Price, 2007), di antaranya memiliki riwayat asma atau alergi lainnya

(34)

dalam keluarga (keturunan) karena asma dapat diwariskan-diturunkan dari satu anggota keluarga ke anggota keluarga berikutnya. Beberapa faktor genetik (keturunan) dapat mempengaruhi perkembangan asma. Jika salah satu orangtua menyandang asma, peluang berkembangnya asma pada anak-anaknya sekitar dua kali dibandingkan anak-anak yang orangtuanya tidak menyandang asma. Merokok ketika hamil dimana asap rokok berhubungan dengan penurunan fungsi paru. Pajanan asap rokok, sebelum dan sesudah kelahiran berhubungan dengan efek berbahaya yang dapat diukur seperti meningkatkan risiko terjadinya gejala serupa asma pada usia dini. Baik perokok aktif maupun pasif semasa kanak-kanan. Selain itu pilek atau infeksi virus dan terpapar iritan di tempat kerja juga dapat mengakibatkan peradangan (inflammation) pada saluran pernapasan yang berakibat pada terjadinya serangan asma (Ayres, 2003).

Aspek-aspek potensi risiko kemunculan penyakit asma (Widjadja, 2009), antara lain aspek genetik, kemungkinan alergi dan saluran napas yang memang mudah terserang.

4. Patofisiologi

Berkaitan dengan gangguan saluran pernapasan yang berupa peradangan dan bronkokonstriksi, beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar yakni asma ekstriksi dan asma intrinsik (Hadibroto & Alam, 2006). Berdasarkan klasifikasi tersebut akan dijabarkan masing-masing dari patofisiologinya. a) Asma Ekstrinsik

Pada asma ekstrinsik alergen menimbulkan reaksi yang hebat pada mukosa bronkus yang mengakibatkan konstriksi otot polos, hiperemia serta sekresi lendir putih yang tebal. Mekanisme terjadinya reaksi ini telah diketahui dengan baik, tetapi sangat rumit. Penderita yang telah disensitisasi terhadap satu bentuk alergen yang spesifik, akan membuat antibodi terhadap alergen yang dihirup itu. Antibodi ini merupakan imunoglobin jenis IgE. Antibodi ini melekat pada permukaan sel mast pada mukosa bronkus. Sel mast tersebut tidak lain daripada basofil yang kita kenal pada hitung jenis leukosit. Bila satu molekul IgE yang terdapat pada permukaan sel mast menangkap satu molekul alergen, sel mast tersebut akan memisahkan diri dan melepaskan sejumlah bahan yang menyebabkan konstriksi bronkus. Salah satu contoh yaitu histamin, contoh lain ialah prostaglandin. Pada permukaan sel mast juga terdapat reseptor beta-2 adrenergik. Bila reseptor beta-2 dirangsang dengan obat anti asmaSalbutamol (beta-2 mimetik), maka pelepasan histamin akan terhalang.

Pada mukosa bronkus dan darah tepi terdapat sangat banyak eosinofil. Adanya eosinofil dalam sputum dapat dengan mudah diperlihatkan. Dulu fungsi eosinofil di dalam sputum tidak diketahui, tetapi baru-baru ini diketahui bahwa dalam butir-butir granula eosinofil terdapat enzim yang menghancurkan histamin dan prostaglandin. Jadi eosinofil memberikan perlindungan terhadap serangan asma. Dengan demikian jelas bahwa kadar IgE akan meninggi dalam darah tepi (Herdinsibuae dkk, 2005).

Referensi

Dokumen terkait

Seperti halnya dalam kegiatan tata kelola lembaga, masyarakat yang hidup disekitar kawasan HKm Dongo Baru masih berpikir bahwa yang mampu mengelola sesuatu,

Gambar 4.7 Informasi untuk chatting pribadi dengan client lain 50 Gambar 4.8 Tampilan ruang pribadi dengan tab baru 51 Gambar 4.9 Pengiriman pesan pada ruang pribadi berhasil 51

“yahh, kamu gimana sih wa! Satu permainan pun disini belum ada yang kita coba, eh kamu malah minta pulang!” aku kesal sekali mendengar permintaan dewa untuk pulang.. kesal

Otak permainan atraktif Barcelona adalah Pep Guardiola dan ketiga trisula maut mereka, pemain terbaik dunia dua kali (2009 & 2010) Lionel Messi, Andres Iniesta, dan Xavi

Setelah membaca, meneliti, dan memberi saran-saran perbaikan seperlunya terhadap skripsi mahasiswa a.n Kamalia Maulina yang berjudul: ʺ THE IMPLEMENTATION OF RIDDLE

adalah empat basa yang memiliki tempat pemotongan (restriction site) spesifik. Hasil pemotongan dengan enzim restriksi kemudian dipisahkan dengan gel agarose atau

Untuk Struktur pada bangunan menggunakan bahan baa menggun 2012. Sistem istem stru struktur ktur yang yang pada pada dasar dasarnya nya mem memi#iki i#iki rang rangka ka rua

Pasien akan dipindahkan ke rumah sakit lain, untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai, ketika tidak tersedianya pelayanan tersebut di RSUD Majene atau jika pasien