• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lp Asma Bronkial Pada Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Lp Asma Bronkial Pada Anak"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS KEPERAWATAN ANAK ASMA BRONCHIAL PADA ANAK

Dosen :

Disusun Oleh:

1. Christy Oktaviana NIM : 20171660053 2. Retno Wulandari NIM : 20171660109

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

PROGRAM S1 KEPERAWATAN B

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asma bronkial adalah suatu kelainan inflamasi peradangan) kronik saluran nafas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagairangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas, dan rasa berat di dada terutama pada malam hari atau dini hari yan umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan. Penyakit asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti “sukar bernapas.” Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas.Banyak kasus-kasus penyakit asma di masyarakat yang tidak terdiagnosis, yangsudah terdiagnosis pun belum tentu mendapatkan pengobatan secara baik.

Disamping itu banyak permasalahan kesehatan

lainyang menyertai berupa gangguan organ tubuh lain, gangguan perilaku dan per masalahan kesehatan lainnya,Penyakit asma adalah penyakit yang mempunyai banyak faktor penyebab, dimanayang paling sering karena faktor atopi atau alergi. Faktor-faktor penyebab dan pemicu penyakit asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok,asap obat nyamuk, dan lain-lain.Penyakit ini merupakan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua,kakek atau nenek anak menderita penyakit asma maka bisa diturunkan ke anak. Prof Dr. dr Heru Sundaru, Sp.PD, KAI, Guru Besar Tetap FKUI menjelaskan, “penyakitasma bukan penyakit menular tapi penyakit keturunan.”

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang didunia mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit asma pada tahun 2005 lalu. Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies inChildhood pada tahun yang sama menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2% menjadi 5,4 %.Penyakit asma tidak dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saatini hanya berfungsi menghilangkan gejala.

(3)

(kumatnya gejala penyakit asma),menormalkan fungsi paru, memperoleh aktivitas sosial yang baik dan meningkatkankualitas hidup pasien.Anda bisa mengenal penyakit asma lebih lanjut dalam halaman detail ini meliputigejala asma,diagnosa asma, penyebab asma, faktor pencetus asma, pengo batan, pengcegahan dan hidup bersama asma.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari asma ?

2. Bagaimana anatomi dari saluran pernafasan ? 3. Apa saja etiologi penyakit asma ?

4. Bagaimana manifestasi dari penyakit asma ? 5. Apa saja klasifikasi asma pada anak ?

6. Bagaimana patofisiologi dari penyakit asma ? 7. Bagaimana pathway penyakit asma ?

8. Apa saja Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan pada penderita asma ? 9. Bagaiaman penatalaksanaan penyakit asma ?

10. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit asma ? 11. Bagaimana pencegahan dari penyakit asma ?

12. Bagaimana cara penularan penyakit asma ? 13. Bagaimana askep pada pasien asma ? 1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian asma

2. Untuk mengetahui anatomi saluran pernafasan 3. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit asma 4. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit asma 5. Untuk mengetahui klasifikasi dapri penyakit asma 6. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit asma 7. Untuk mengetahui pathway penyakit asma

8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita asma.

9. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit asma

10. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan penyakit asma 11. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit asma

12. Untuk mengetahui cara penularanpenyakit asma

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008).

Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001)

Asma bronchial adalah penyakit pernafasan objektif yang ditandai oleh spasme akut otot polos bronkus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus. (Elizabeth, 2000: 430)

Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society).

(5)

2.2 Anatomi Sistem Pernafasan

Sistem Pernafasan meliputi saluran sebagai berikut:

Rongga Hidung →Faring → Laring →Trakhea→ Bronkus→ Bronkiolus→ Alveolus (paru-paru)

Organ Pernafasan : a. Hidung

Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang dan dipisahkan oleh sekat hidung. Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalamlubang hidung. b. Faring

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan, terdapat dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.

c. Laring

Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara. Terletak dibagian depan faring. Pangkal tenggorokan ini dapat ditutup oleh epiglottis yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi menutupi laring pada waktu kita menelan makanan.

(6)

Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin tulang rawan. Panjang trakea 9-11 cm.

e. Bronkus

Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping, terdiri dari 9-12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi lebih kecil disebut bronkiolus. Pada bronkiolus tidak terdapat cincin lagi dan pada ujung bronkiolus terdapat gelembung paru atau alveoli.

f. Paru-paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang berfungsi untuk pertukaran gas O2 dan CO2. Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri yang terdiri dari 2 lobus. Letak paru-paru dirongga dada menghadap ke tengah rongga dada (kavum mediastinum). Paru-paru dibungkus oleh selaput yang disebut pleura.

Fisiologi Sistem pernafasan

Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan externa, oksigen berasal dari udara yang masuk melalui hidung dan mulut, pada waktu bernapas, oksigen masuk melaui trakhea dan pipa bronkhial ke alveoli dan mempunyai hubungan yang erat dengan darah di dalam kapilerpulmonalis.Hanya satu lapisan membran yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan diangkut oleh haemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung kemudian dipompa oleh arteri ke seluruh bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen

Di dalam paru-paru, karbon dioksida menembus membran alveoli-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Pernapasan jaringan atau pernapasan interna, darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksige, mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan mengangkut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung dan darah menerima, sebagai gantinya, hasil buangan oksidasi, yaitu karbon dioksida.

(7)

Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomenahiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadaprangsangan imunologi maupun non imunologi. Adapun rangsangan ataufaktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:

1. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan olehalergen atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.

2. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen,seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, danpolutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristikdari bentuk alergik dan non-alergik (Smeltzer & Bare, 2002).

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi danpresipitasi timbulnya serangan Asma Bronkhial yaitu :

a. Faktor predisposisi Genetik

Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belumdiketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderitadengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat jugamenderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jikaterpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluranpernapasannya juga bisa diturunkan.

b. Faktor presipitasi 1) Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : a) Inhalan : yang masuk melalui saluran pernapasan

Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,bakteri dan polusi.

b) Ingestan : yang masuk melalui mulut Contoh : makanan dan obat-obatan

c) Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan kulit Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan

2) Perubahan cuaca

(8)

Asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musimhujan, musim kemarau.

3) Stres

Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetusserangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbulharus segera diobati penderita asma yang mengalami stres ataugangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikanmasalah pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi makagejala belum bisa diobati. 4) Olah raga atau aktifitas jasmani

Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.

2.4 Manifestasi Klinis a. Wheezing

b. Dyspneu dengan lama ekspirasi

c. Batuk kering karena sekret kental dan lumen jalan napas sempit d. Tachypnea, orthopnea

e. Gelisah

f. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan g. Fatigue

h. Intoleransi aktivitas

i. Perubahan tingkat kesadaran, cemas j. Serangan tiba-tiba/ berangsur-angsur

Tanda serangan asma :

1. Tanda awal serangan asma

- Tidak ada perbaikan dengan obat biasa - Pemakaian obat lebih sering

- Mengi menetap

- Terlihat pucat dan agak gelisah - Ingus encer makin banyak 2. Tanda lanjutan serangan asma

(9)

- Perut turun naik saat bernapas - Anak lebih suka dalam posisi duduk - Obat pereda serangan tidak mempan lagi 3. Tanda bahaya serangan asma

- Mengi melemah tapi sesak napas makin berat - Anak terlihat kelelahan

- Kebiruan didaerah mulut dan sekitarnya - Anak sangat gelisah

2.5 Klasifikasi

Pembagian asma pada anak : a. Asma episodic yang jarang

Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun. Lamanya serangan paling lama beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan yang berat. Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung 3-4 hari. Sedangkan batuk dapat berlangsung 10-14 hari. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim jarang didapatkan pada golongan ini.

b. Asma episodic sering

Biasanya serangan pertama terjadi pada usia sebelum 3 tahun, berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Nbanyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun dan tiap kali serangan beberapa hari sampai beberap minggu. Frekuensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun.

c. Asma kronik atau persisten

Lima puluh persen anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan 50 % sisanya serangan episodic. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten. Pada malam hari sering terganggu oleh batuk dan mengi. Obstruksi jalan nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun.

(10)

Dapat terjadi pada semua umur, biasanya berhubungan dengan infeksi virus saluran nafas. Tidak terdapat obstruksi saluran nafas yang persisten.

2. Asma persisten pada bayi

- Mengi yang persisten dengan takipneu - Dapat terjadi pada umur 3-12 bulan

- Mengi biasanya terdengar jelas kalau anak sedang aktif dan tidak terdengar kalau sedang tidur.

- Beberapa anak bahkan menjadi gemuk “fat happy whezzer” - Gambaran rontgen paru biasanya normal.

- Gejala obstruksi saluran nafas lebih banyak disebabkan oleh edema mukosa dan hipersekresi daripada spasme ototnya.

3. Asma hipersekresi

- biasanya terdapat pada anak kecil dan permulaan anak sekolah.

- Gambaran utama serangan: batuk, suara nafas berderak (krek-krek, krok-krok), dan mengi

- Didapatkan ronki basah dan kering

4. Asma karena beban fisik (exercise induced astma) 5. Asma dengan alergen atau sensitivitas spesifik 6. Batuk malam

- terdapat pada semua golongan asma

- banyak terjadi karena inflamasi mukosa, edema dan produksi mucus banyak.

- Pada umur 2-6 tahun, gejala utama batuk malam keras dan kering, biasanya terjadi jam 1-4 pagi.

7. Asma yang memburuk pada pagi hari (early morning dipping) 2.6 Patofisiologi

Perubahan jaringan pada asma tanpa komplikasi terbatas pada bronkus dan terdiri dari spasme otot polos, edema mukosa, dan infiltrasi sel-sel Radang yang menetap dan hipersekresi mucus yang kental. Keadaan ini pada orang-orang yang rentan terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai rangsangan, yang menandakan suatu keadaan hiveraktivitas bronkus yang khas.

(11)

Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil.

Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Histamine yang dihasilkan menyebabkan kontraksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histaminnya berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamine juga merangsang pembentukan mucus dan meningkatkan permeabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang intestinum paru, sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Selain itu olahraga juga dapat berlaku sebagai suatu iritan, karena terjadi aliran udara keluar masuk paru dalam jumlah beasr dan cepat. Udara ini belum mendapat perlembaban (humidifikasi), penghangatan, atau pembersihan dari partikel-partikel debu secara adekuat sehingga dapat mencetuskan asma.

(12)

2.7 Pathway

Ekstinsik (inhaled alergi) Intrinsik (infeksi, psikososial,stress)

Bronchial mukosa menjadi sensitif oleh Ig E Penurunan stimuli reseptor terhadap iritan pada trakheobronkhial

Hiperaktif non spesifik stimuli penggerak dari cel Peningkatan mast cell Pada trakheobronkhia

Stimulasi reflek reseptor syarat parasimpatis pada mukosa bronkhial

Pelepasan histamin terjadi stimulasi pada bronkial smooth sehingga terjadi kontraksi bronkus dan kontraksi otot bronkhiolus

Perubahan jaringan, peningkatan Ig E dalam serum

(13)

Sumber :Somantri (2008), Muttaqin (2008), Sundaru H (2002)

2.8 Pemeriksaan Penunjang 1. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer).

2. Uji Provokasi bronkus

Menurut Heru Sundaru dalam bukunya H.Slamet Sogiono, dkk (2001: 24-25)Dilakukan jika spirometri normal, maka dilakukan uji provokasi bronkus dengan allergen, dan hanya dilakukan pada pasien yang alergi terhadap allergen yang di uji.

3. Foto dada ( scanning paru)

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

4. Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E spesifik dalam sputum

Pemeriksaan Ig E dalam serum juga dapat membantu menegakkan diagnosis asma, tetapi ketetapan diagnosisnya kurang karena lebih dari 30 % menderita alergi.

5. ABGs

Menunjukan proses penyakit kronik, sering kali PO2 menurun dan PCO2 normal atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema). Sering kali menurun pada asma dengan pH normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau asma).

6. Darah komplit

(14)

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

8. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

a. Perubahan aksis jantung,.

b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch block).

c. Tanda-tanda hopoksemia, 9. Analisis gas darah

2.9 Penatalaksanaan

Penderita asma dengan serangan ringan tidak perlu dirawat inap. Rawat inap diperlukan bila serangan berat, dengan tindakan awal tidak teratasi dan ada tanda-tanda komplikasi. Penanggulangan asma pada anak meliputi:

a. Mencegah serangan dengan menghindari faktor pencetus

b. Mencegah serta mengatasi proses inflamasi dengan obat antiinflamasi c. Penanggulangan edema mukosa saluran napas dengan obat

antiinflamasi inhalasi secara oral/parenteral

d. Penanggulangan sumbatan lendir dengan banyak minum, mukolitik serta lendir encer dan mudah dikeluarkan.

e. Menciptakan kondisi jasmani yang baik meliputi kebugaran dan ketahanan fisik dengan latihan jasmani atau senam pernapasan.

Tindakan penanggulangan :

a. Serangan akut dengan oksigen nasal/ masker b. Terapi cairan parenteral

c. Terapi pengobatan :

(15)

- Memberikan penyuluhan - Menghindari faktor pencetus

- Pemberian cairand. Fisioterapie. Beri O₂bila perlu 2) Pengobatan farmakologik

- Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:

a) Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)Na ma obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).

b) Santin (teofilin)Nama obat: Aminofilin (Amicam supp),

Aminofilin (Euphilin Retard),

Teofilin(Amilex)Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.

- Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat pencegahserangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yanglain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.

- Ketolifen, mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikandosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral. 2.10 Komplikasi

Berbagai komplikasi menurut Arief Mansjoer (2000: 477) yang mungkin timbul adalah :

1. Pneumo thoraks

(16)

melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus, dan m ukus yang kental.

2. Status Asmatikus

Status asmatikus adalah suatu serangan asma yang sangat berat, berlangsung dalam beberapa jam smapai beberapa hari yang tidak memberikan perbaikan pada pengobatan yang lazim dan dapat mengakibatkan kematian.

Factor penyebab :

- Infeksi saluran nafas

- Pencetus serangan ( allergen, obat- obatan, infeksi) - Kontraksi otot polos

- Edema mukosa - Hipersekresi 3. Emfisema kronik

Adanya pengisian udara berlebih dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi lebih sukar dari pada pemasukannya.

4. Ateleltaksis

Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.

5. Aspergilosis

(17)

jamur yang disebut aspergillus, yang menyebabkan peradangan pada saluran pernafasan dan kantong udara.

6. Gagal nafas

7. Bronchitis

Bronkhitis adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam di paru-paru yang kecil mengalami bengkak dan terjadi peningkatan produksi dahak. Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan.

2.11 Pencegahan

Secara skematis mekanisme terjadinya asma digambarkan sebagai berikut:

Seh ubungan dengan asal-usul tersebut, upaya pencegahan asma dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Pencegahan primer

Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah sensitisasi pada bayi dengan risiko asma (orangtua asma), dengan cara :

a. Penghindaran asap rokok dan polutan lain selama kehamilan dan masa perkembangan bayi/anak

b. Diet hipoalergenik ibu hamil, asalkan / dengan syarat diet tersebut tidak mengganggu asupan janin

(18)

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah inflamasi pada anak yang telah tersentisisasi dengan cara menghindari pajanan asap rokok, serta allergen dalam ruangan terutama tungau debu rumah.

3. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier ditujukan untuk mencegah manifestasi asma pada anak yang telah menunjukkan manifestasi penyakit alergi. Sebuah penelitian multi senter yang dikenal dengan nama ETAC Study (early treatment of atopic children) mendapatkan bahwa pemberian Setirizin selama 18 bulan pada anak atopi dengan dermatitis atopi dan IgE spesifik terhadap serbuk rumput (Pollen) dan tungau debu rumah menurunkan kejadian asma sebanyak 50%. Perlu ditekankan bahwa pemberian setirizin pada penelitian ini bukan sebagai pengendali asma (controller).

2.12 Cara Penularan

Pada umumnya penularan penyakit asma lebih disebabkan oleh faktor debu. Kota-kota besar dapat memicu penduduknya untuk terkena penyakit asma 50% lebih besar dibandingkan penduduk yang tinggal di pedesaan atau kampung-kampung. Karena debu dari pembuangna gas emisi karbpn dapat membuat orang yang menghirupnya menjadi sesak dan sangat sulit bernafas. Selain iti asap rokok juga dapat memicu timbulnya penyakti asma.Sebetulnya asma bukan penyakit yang menular, melainkan biasanya ditularkan secara genetik da erat kaitanya dengan faktor alergi.

(19)

dilingkungan kita seperti polusi udara dan lain-lain yang dapat memicu timbulnya serangan asma.

2.13 ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKHIAL A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1) Pengkajian

a. Polapemeliharaan kesehatan

GejalaAsmadapatmembatasimanusiauntuk berperilakuhidup normalsehingga pasiendenganAsma harusmengubahgaya hidupnya sesuai kondisi yang memungkinkan tidak terjadi seranganAsma

b. Polanutrisidan metabolik

Perlu dikaji tentang statusnutrisi pasien meliputi, jumlah, frekuensi, dan kesulitan-kesulitan dalammemenuhikebutuhnnya. Serta pada pasiensesak,potensialsekaliterjadinya kekurangan dalammemenuhikebutuhannutrisi,halini karenadispneasaat makan, laju metabolismserta ansietasyangdialami pasien.

c. Pola eliminasi

(20)

d. Pola aktifitas dan latihan

Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian pasien,seperti olahraga, bekerja,danaktifitas lainnya.Aktifitasfisik dapat terjadifaktor pencetus terjadinyaAsma.

e. Polaistirahat dan tidur

Perludikajitentang bagaimantidurdanistirahatpasienmeliputi berapa lama pasientidur danistirahat. Serta berapa besar akibat kelelahanyang dialamipasien.Adanyawheezing dansesakdapat mempengaruhi polatidurdan istirahat pasien.

f. Polapersepsisensori dankognitif

Kelainanpada pola persepsidankognitifakanmempengaruhi konsep diri pasien dan akhirnya mempengaruhi jumlah stresor yang dialamipasiensehinggakemungkinanterjadiseranganAsma

yangberulangpunakan semakin tinggi. g. Polahubungan dengan oranglain

GejalaAsma sangatmembatasipasienuntukmenjalankan kehidupannya

secara normal. Pasien perlu menyesuaikan

kondisinyaberhubungandengan oranglain. h. Pola reproduksidan seksual

(21)

i. Polapersepsidiri dan konsep diri

Perlu dikaji tentang pasien terhadap penyakitnya.Persepsi yang salahdapatmenghambatresponkooperatif padadiripasien. Cara memandang diriyang salahjugaakanmenjadistresordalam kehidupan pasien.

j. Polamekanismedan koping

Stresdanketeganganemosionalmerupakanfaktor instrinsik pencetusseranganAsma makaprludikajipenyebabterjadinya stress.Frekuensidan pengaruhterhadapkehidupanpasienserta carapenanggulangan terhadap stresor.

k. Polanilai kepercayaan dan spiritual

Kedekatanpasienpadasesuatuyang diyakinididuniadipercayai dapatmeningkatkankekuatanjiwa pasien.Keyakinanpasien terhadapTuhanYangMaha Esa serta pendekatandiri pada-Nya merupakanmetodepenanggulanganstresyangkonstruktif

2) Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan spirometri

Pemeriksaan spirometridilakukan sebelum dansesudah pemberian bronkodilator aerosol(inhalerataunebulizer) golongan adrenergik.Peningkatan FEV1atau FVC sebanyak >20% menunjukkan diagnosis Asma.

b. Pemeriksaan tes kulit

Untuk menunjukkan adanya antibodi IgE yang spesifik dalam tubuh.

c. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaanradiologidilakukanbila ada kecurigaanterhadap proses patologik diparu atau komplikasiAsma, seperti pneumothorak, pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain. d. Pemeriksaan analisagasdarah

(22)

dengan serangan Asmaberat. e. Pemeriksaan sputum

Untuk melihat adanyaeosinofil, kristal CharcotLeyden, spiral Churschmann, pemeriksaan sputum penting untuk menilai adanyamiselium Aspergilus fumigatus.

f. Pemeriksaan eosinofil

Pada penderita Asma,jumlaheosinofiltotaldalamdarahsering meningkat. Jumlah eosinofil total dalam darah membantu untuk membedakan AsmadariBronchitis kronik.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihanjalannapastidakefektifberhubungandenganpeningkatan produksisekret

2. Ketidakefektifan polanapas berhubungan denganbronkospasme 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai

oksigen

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnyapertahanan utama atau imunitas

5. Cemas berhubungan dengan kurangnyatingkat pengetahuan 6. Gangguan polatidurberhubungan dengan batuk yangberlebih 7. Intoleransiaktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx 1 : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret

Tujuan : jalan napas menjadi efektif Kriteriahasil :

(23)

- Mengeluarkan sekret Intervensi:

1) Kaji tanda-tandavital dan auskultasibunyi napas 2) Berikan pasien untuk posisiyangnyaman

3) Pertahankan lingkunganyangnyaman

4) Tingkatkan masukan cairan, denganmemberi airhangat. 5) Dorongatau bantu latihan napas dalam dan batukefektif 6) Dorongatau berikan perawatan mulut

7) Kolaborasi : pemberian obat dan humidifikasi, seperti nebulizer

Dx 2 : Ketidakefektifan polanapas berhubungan dengan bronkospasme

Tujuan : polanapas kembali efektif Kriteriahasil :

- Polanapas efektif

- Bunyi napas normal kembali - Batuk berkurang

Intervensi :

1) Kaji frekuensikedalaman pernapasan danekspansidada 2) Auskultasibunyi napas

3) Tinggikan kepaladan bentuk mengubah posisi 4) Kolaborasipemberian oksigen

Dx 3 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen

Tujuan :dapat mempertahankan pertukarangas Kriteriahasil :

- Tidak adadispnea

- Pernapasan normal Intervensi

Intervensi :

(24)

2) Tinggikankepalatempattidur,bantupasienuntukmemilih posisiyangnyaman untuk bernapas

3) Kaji atau awasisecar rutin kulit dan warnamembran mukosa 4) Dorongpengeluaran sputum: penghisapan biladiindikasikan 5) Auskultasibunyi napas

6) Kolaborasi: Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

Dx 4 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnyapertahanan utama atau imunitas

Tujuan :tidak mengalami infeksinoskomial Kriteriahasil :

- Tidak adatanda-tandainfeksi - Mukosamulut lembab - Batuk berkurang Intervensi :

1) Monitortanda-tandavital

2) Observasiwarna, karakter, jumlah sputum 3) Berikan nutrisiyangadekuat

4) Berikan antibiotik sesuai indikasi

Dx 5 : Cemas berhubungan dengan kurangnyatingkat pengetahuan

Tujuan : kecemasan pasien berkurang Kriteriahasil :

- Pasien terlihat tenang - Cemas berkurang - Ekspresiwajah tenang Intervensi :

1) Kaji tingkat kecemasan

2) Berikan pengetahuan tentangpenyakityangdiderita

(25)

perasaannya

4) Ajarkan teknik napas dalam padapasien

Dx 6 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk yang berlebih

Tujuan : polatidurterpenuhi Kriteriahasil :

- Polatidur6-7 jam perhari

- Tidurtidak terganggu karenabatuk Intervensi :

1) Kaji polatidursetiap hari 2) Beri posisiyangnyaman

3) Berikan lingkunganyang nyaman

4) Anjurkan kepadakeluargadan pengunjunguntuk tidak ramai 5) Menjelaskan pada pasien pentingnya keseimbangan istirahat dan

tiduruntuk penyembuhan

Dx 7 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan : aktivitas normal Kriteriahasil :

- Pasien dapat berpartisipasidalam aktivitas

- Pasien dapat memenuhikebutuhan pasien secaramandiri Intervensi:

1) Kaji tingkat kemampuanaktivitas

2) Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhaan pasien

3) Tingkatkanaktivitas secarabertahap sesuai toleransi

(26)

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan, penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Asma bronchiale adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya respon trakhea dan bronhus terhadap berbagai alergen yang menyebabkan terjadinya penyempitan jalan nafas.

2. Faktor predisposisi asma bronchiale adalah adanya riwayat keluarga yang pernah menderita, pola hidup yang buruk, serta berbagai alergen yang berada di sekitar tempat tinggal atau di lingkungan kerja.

3. Gejala spesifiknya berupa sesak nafas, batuk dan adanya bunyi nafas tambahan (wheezing).

4. Penanganan spesifiknya mengarah kepada pembebasan jalan nafas.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma

Management and Prevension In Children. www. Dimuat dalam

www.Ginaasthma.org

Kelompok V. Asuhan keperawatan Asma Bronkhial Pada Klien Ny. P di Ruanmg Nilam (Penyakit Dalam) Rumah Sakit dr. H. M Anshari Sahaleh Banjarmasin Program Studi D3. Keperawatan 2009.

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Price, Silvia A & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Edisi 6. Jakarta: EGC Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian

Asma Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro

Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan

Sistem Kardio Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press

Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

Referensi

Dokumen terkait

Asma adalah suatu gangguan saluran napas berupa inflamasi (peradangan) kronik yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai

Asma dipengaruhi oleh dua faktor yaitu genetik dan lingkungan, mengingat patogenesisnya tidak jelas, asma didefinisikan secara deskripsi yaitu penyakit inflamasi kronik saluran

Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala

Asma dipengaruhi oleh dua faktor yaitu genetik dan lingkungan, asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus

Inflamasi kronik adalah dasar duri penyakit asma, oleh karena itu obat-obat antiinflamasi berguna untuk mengurangi inflamasi yang terjadi pada saluran napas.. Kortikosteroid adalah

Asma dipengaruhi oleh dua faktor yaitu genetik dan lingkungan, asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus

Asma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan inflamasi kronik dari saluran nafas, yang memberikan gejala yang bervariasi dari ringan sampai berat yang

Asma adalah penyakit heterogen yang ditandai dengan peradangan kronis reversibel pada saluran udara yang menyebabkan hambatan aliran udara ekspirasi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,