• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kasus SEORANG PEREMPUAN BERUSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Kasus SEORANG PEREMPUAN BERUSIA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Kasus

SEORANG PEREMPUAN BERUSIA 33 TAHUN DATANG DENGAN KELUHAN SESAK YANG SEMAKIN HEBAT SEJAK 6 JAM YANG LALU

Disusun Oleh: dr. Tian Kaprianti

Pembimbing:

dr. Bambang Wahyu Nugroho

(2)

1.1. Latar Belakang

Asma bronkial adalah suatu kelainan inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak nafas, dan rasa berat di dada terutama pada malam hari dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan.

Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. Hal ini tercermin dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000. Studi pada anak usia SLTP di Semarang dengan menggunakan kuesioner International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC), didapatkan prevalensi asma (gejala asma 12 bulan terakhir/recent asthma) 6,2% yang 64% diantaranya mempunyai gejala klasik.2

Prevalensi asma, terutama di negara-negara maju, dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan. Asma dapat timbul pada berbagai usia, dapat terjadi pada laki-laki dan wanita. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa prevalensi asma di Indonesia diperkirakan sekitar 3-8,02%. Prevalensi morbiditas dan mortalitas asma akhir-akhir ini dilaporkan meningkat di seluruh dunia. Penyakit asma terbanyak diderita oleh anak-anak. Kondisi ini berpotensi menjadi masalah kesehatan di masa depan. Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian. Asma menyebabkan mereka kehilangan 16 % hari sekolah di Asia, 34 % pada anak-anak di Eropa, dan 40 % pada anak-anak di Amerika Serikat.1,2

(3)

Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi mengi (wheezing), batuk yang disertai serangn napas yang kumat-kumatan.3

1.2. Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk menambah pemahaman klinis asma bronkial khususnya dari segi diagnosis, pengenalan etiologi, faktor risiko, patofisiologi, dan penatalaksanaan terkait kasus.

BAB II LAPORAN KASUS

(4)

Nama : Ny. NJ Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 33 tahun

Alamat : Lr. Nangka I No.067B RT/RW 16/03 Kel. Muntang Tapus Kec. Prabumulih Barat

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Status perkawinan : Menikah

Tanggal kunjungan : 19 April 2013

KELUHAN UTAMA

Sesak nafas yang hebat sejak 6 jam yang lalu.

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Sejak kurang lebih 6 jam yang lalu, pasien mengeluh sesak nafas, sesak timbul saat cuaca dingin dan terkena debu, tidak dipengaruhi oleh aktivitas, posisi. Mengi (+), batuk (+) berdahak berwarna putih, encer, darah tidak ada. Demam tidak ada. Pasien berobat ke UGD Puskesmas Prabumulih Barat.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU - Riwayat asma (+).

- Riwayat alergi debu/asap (+)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

 Riwayat penyakit asma dalam keluarga ada (ibu dan adik penderita).

2.2. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit

Keadaan Sakit : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis Tekanan darah : 110/70 mmHg

(5)

Pernapasan : 32 kali/menit, cepat, dan dangkal Temperatur : 37,3 ºC

KEADAAN SPESIFIK Kulit

Warna sawo matang, turgor kembali cepat, ikterus pada kulit (-), scar (-), keringat umum (+), pucat pada telapak tangan dan kaki (-), pertumbuhan rambut normal.

Kelenjar Getah Bening

Tidak ada pembesaran KGB pada aksila, leher, inguinal, leher, submandibula dan supraklavikula.

Kepala

Normosefali, bentuk oval, simetris, deformitas (-), ekspresi tampak sakit sedang.

Mata

Edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-).

Hidung Epistaksis (-)

Mulut

Sariawan (-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-), atrofi papil (-), stomatitis (-), rhagaden (-), bau pernapasan khas (-)

Leher

Pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP (5-2) cmH2O.

(6)

Inspeksi : statis: simetris kanan = kiri; dinamis: simetris kanan = kiri, retraksi dinding dada (+).

Palpasi : stemfremitus kanan sama dengan kiri. Perkusi : sonor di kedua lapangan paru.

Auskultasi : vesikuler (+) ekspirasi memanjang, ronkhi (-), wheezing (+) ekspirasi pada kedua lapangan paru.

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat. Palpasi : Ictus cordis tidak teraba.

Perkusi : Batas kanan : linea sternalis dekstra.

Batas kiri : linea midclavicularis sinistra ICS V. Batas atas : ICS II.

Auskultasi : HR= 108 kali/menit, murmur (-), gallop (-).

Abdomen

Inspeksi : Datar, spider nevi (-), venektasi (-), caput medusa (-) Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba. Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal, undulasi (-)

Genital

Tidak diperiksa

Ekstremitas

Ekstremitas atas : Palmar eritem (-) kiri dan kanan, nyeri sendi (-), eutoni, eutrophi, kekuatan +5, gerakan bebas, clubbing finger (-).

Ekstremitas bawah : Nyeri sendi (-), eutoni, eutrophi, kekuatan +5, gerakan bebas, edema pretibial (-), telapak kaki pucat (-).

2.3. DIAGNOSIS KERJA Serangan asma

(7)

Bronkitis akut Pneumonia

2.5. PENATALAKSANAAN

 O2 Nasal Canul 2-4 liter/menit  Nebulisasi dengan ventolin.

 Salbutamol 3 x 2 mg

 Ambroxol sirup 3x1 cth

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi

Asma berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu ”asthma” yang berarti terengah-engah. Asma bronkial merupakan suatu kelainan inflamasi kronis pada saluran nafas yang melibatkan sel dan elemen-elemen seluler. Inflamasi kronis tersebut berhubungan dengan hiperresponsif saluran pernafasan yang menyebabkan episode wheezing, apneu, sesak nafa, dan batuk-batuk terutama pada malam hari atau awal pagi. Episode ini berhubungan dengan luas obstruksi saluran pernafasan yang bersifat reversibel baik secara spontan maupun secara terapi.3

(8)

menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak nafas, dan rasa berat di dada terutama pada malam hari dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan. Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) yang berarti dapat tenang tanpa gejala tidak mengganggu aktivitas, tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian.4

Definisi asma bronkial menurut WHO adalah keadaan kronis yang ditandai oleh bronkospasme rekuren akibat penyempitan lumen saluran nafas sebagai respon terhadap stimulus yang tidak menyebabkan penyempitan serupa pada banyak orang.5

1.2. Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:6

1. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik. 2. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

3.3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkial.6

(9)

Belum diketahui cara penurunanbakat alergi asma yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

2. Faktor presipitasi a. Alergen

Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

- Inhalan, sesuatu yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi

- Ingestan, sesuatu yang masuk melalui mulut seperti makanan dan obat-obatan

- Kontaktan, sesuatu yang masuk melalui kontak dengan kulit sepeti perhiasan, logam dan jam tangan

b. Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

c. Stress

Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

d. Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

(10)

serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

3.4. Patofisiologi

Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkioulus terhadap benda-benda asing di udara.

Gambar 1. Skema patofisiologi asma bronkial

(11)

penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.5

3.5. Manifestasi Klinis

Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi mengi (wheezing), batuk yang disertai serangn napas yang kumat-kumatan. Pada beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan sesak napas penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi lebih berat.5

Wheezing terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing tergantung cepat atau lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila dijumpai obstruksi ringan atau kelelahan otot pernapasan, wheezing akan terdengar lebih lemah atau tidak terdengar sama sekali. Batuk hamper selalu ada, bahkan seringkali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental dahak, maka keluhan sesak akan semakin berat.5

Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih menyukai posisi duduk membungkuk dengan kedua telapak tangan memegang kedua lutut. Posisi ini didapati juga pada pasien dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Tanda lain yang menyertai sesak napas adalah pernapasan cuping hidung yang sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi pernapasan terlihat meningkat (takipneu), otot Bantu pernapasan ikut aktif, dan penderita tampak gelisah. Pada fase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan penurunan PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi yang terjadi kemudian akan memperberat sesak napas, karena menyebabkan penurunan PaO2 dan pH serta meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi sampai

110-Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapatkan:

- Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal

(12)

- Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang

bronkus.

- Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

- Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat

mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug. b. Pemeriksaan Darah

- Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

- Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

- Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

- Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

2. Pemeriksaan Radiologi

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes tempel. 3. EKG

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

a. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clockwise rotation.

b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch block).

c. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

4. Spirometri

(13)

adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

3.7. Penatalaksanaan

Tatalaksana pasien asma adalah manajemen kasus untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (asma terkontrol).

Tujuan :

- Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma;

- Mencegah eksaserbasi akut;

- Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin;

- Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise;

- Menghindari efek samping obat;

- Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel;

- Mencegah kematian karena asma.

- Khusus anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak sesuai potensi

genetiknya.

1. Edukasi kepada penderita dan keluarga

Pengobatan yang efektif hanya mungkin berhasil dengan penatalaksanaan yang komprehensif, dimana melibatkan kemampuan diagnostik dan terapi dari seorang dokter Puskesmas di satu pihak dan adanya pengertian serta kerjasama penderita dan keluarganya di pihak lain. Pendidikan kepada penderita dan keluarganya adalah menjadi tanggung jawab dokter Puskesmas, sehingga dicapai hasil pengobatan yang memuaskan bagi semua pihak.7

Beberapa hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh penderita dan keluarganya adalah:

a. Memahami sifat-sifat dari penyakit asma:

(14)

- Bahwa penyakit asma bisa disembuhkan tetapi pada suatu saat oleh karena

faktor tertentu bisa kambuh lagi.

- Bahwa kekambuhan penyakit asma minimal bisa dijarangkan dengan

pengobatan jangka panjang secara teratur.5

b. Memahami faktor yang menyebabkan serangan atau memperberat serangan, seperti:

- Inhalan : debu rumah, bulu atau serpihan kulit binatang anjing, kucing, kuda

dan spora jamur.

- Ingestan : susu, telor, ikan, kacang-kacangan, dan obat-obatan tertentu.

- Kontaktan : zalf kulit, logam perhiasan.

- Keadaan udara : polusi, perubahan hawa mendadak, dan hawa yang lembab.

- Infeksi saluran pernafasan.

- Pemakaian narkoba atau napza serta merokok.

- Stres psikis termasuk emosi yang berlebihan.

- Stres fisik atau kelelahan.

Penderita dan keluarga sebaiknya mampu mengidentifikasi hal-hal apa saja yang memicu dan memperberat serangan asma penderita. Perlu diingat bahwa pada beberapa pasien, faktor di atas bersifat individual dimana antara pasien satu dan yang lainnya tidaklah sama tetapi karena hal itu sulit untuk ditentukan secara pasti maka lebih baik untuk menghindari faktor-faktor si atas.7

c. Memahami faktor-faktor yang dapat mempercepat kesembuhan, membantu perbaikan dan mengurangi serangan :

- Menghindari makanan yang diketahui menjadi penyebab serangan (bersifat

individual).

- Menghindari minum es atau makanan yang dicampur dengan es.

- Berhenti merokok dan penggunakan narkoba atau napza.

- Menghindari kontak dengan hewan diketahui menjadi penyebab serangan.

- Berusaha menghindari polusi udara (memakai masker), udara dingin dan

lembab.

- Berusaha menghindari kelelahan fisik dan psikis.

- Segera berobat bila sakit panas (infeksi), apalagi bila disertai dengan batuk dan

(15)

- Minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter, baik obat simptomatis

maupun obat profilaksis.

- Pada waktu serangan berusaha untuk makan cukup kalori dan banyak minum

air hangat guna membantu pengenceran dahak.

- Manipulasi lingkungan : memakai kasur dan bantal dari busa, bertempat di

lingkungan dengan temperatur hangat.5

d. Memahami kegunaan dan cara kerja dan cara pemakaian obat – obatan yang diberikan oleh dokter :

- Bronkodilator : untuk mengatasi spasme bronkus.

- Steroid : untuk menghilangkan atau mengurangi peradangan. - Ekspektoran : untuk mengencerkan dan mengeluarkan dahak.

- Antibiotika : untuk mengatasi infeksi, bila serangan asma dipicu adanya infeksi saluran nafas.

e. Mampu menilai kemajuan dan kemunduran dari penyakit dan hasil pengobatan. f. Mengetahui kapan “self treatment” atau pengobatan mandiri harus diakhiri dan

segera mencari pertolongan dokter. Penderita dan keluarganya juga harus mengetahui beberapa pandangan yang salah tentang asma, seperti :

- Bahwa asma semata-mata timbul karena alergi, kecemasan atau stres, padahal keadaan bronkus yang hiperaktif merupakan faktor utama.

- Tidak ada sesak bukan berarti tidak ada serangan.

- Baru berobat atau minum obat bila sesak nafas saja dan segera berhenti minum obat bila sesak nafas berkurang atau hilang.5

2. Medikamentosa

a. Pengobatan simptomatik

Tujuan Pengobatan Simpatomimetik adalah: - Mengatasi serangan asma dengan segera.

- Mempertahankan dilatasi bronkus seoptimal mungkin. - Mencegah serangan berikutnya.

Obat pilihan untuk pengobatan simpatomimetik di Puskesmas adalah:

(16)

subkutan. Dosis bayi dan anak : 0,01 cc/kg BB, dosis maksimal 0,25 cc. Bila belum ada perbaikan, bisa diulangi sampai 3 X tiap15-30 menit. – Efedrin. Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 25 mg. Aktif dan efektif diberikan peroral. – Salbutamol. Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet kemasan 2 mg dan 4 mg. Salbutamol merupakan bronkodilator yang sangat poten bekerja cepat dengan efek samping minimal. Dosis : 3-4 X 0,05-0,1 mg/kg BB.

- Bronkodilator golongan teofilin – Teofilin. Obat ini tidak tersedia di Puskesmas. Dosis : 16-20 mg/kg BB/hari oral atau IV. – Aminofilin. Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 200 mg dan injeksi 240 mg/ampul. Dosis intravena : 5-6 mg/kg BB diberikan pelan-pelan. Dapat diulang 6-8 jam kemudian , bila tidak ada perbaikan. Dosis : 3-4 X 3-5 mg/kg BB.

- Kortikosteroid. Obat ini tersedia di Puskesmas tetapi sebaiknya hanya dipakai dalam keadaan pengobatan dengan bronkodilator baik pada asma akut maupun kronis tidak memberikan hasil yang memuaskan dan keadaan asma yang membahayakan jiwa penderita (contoh : status asmatikus). Dalam pemakaian jangka pendek (2-5 hari) kortikosteroid dapat diberikan dalam dosis besar baik oral maupun parenteral, tanpa perlu tapering off. Obat pilihan hidrocortison dan dexamethason.

- Ekspektoran. Adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam saluran pernafasan menjadi salah satu pemberat serangan asma, oleh karenanya harus diencerkan dan dikeluarkan. Sebaiknya jangan memberikan ekspektoran yang mengandung antihistamin, sedian yang ada di Puskesmas adalah Obat Batuk Hitam (OBH), Obat Batuk Putih (OBP), Glicseril guaiakolat (GG).

- Antibiotik. Hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai oleh rangsangan infeksi saluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu yang meninggi.

b. Pengobatan Profilaksis

(17)

- Menghambat pelepasan mediator - Menekan hiperaktivitas bronkus

Hasil yang diharapkan dari pengobatan profilaksis adalah : - Bila mungkin bisa menghentikan obat simptomatik. - Menghentikan atau mengurangi pemakaian steroid. - Mengurangi banyaknya jenis obat dan dosis yang dipakai.

- Mengurangi tingkat keparahan penyakit, mengurangi frekwensi serangan dan meringankan beratnya serangan.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

1. Nurafiatin, Atin. 2007. Asma. Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Indonusa Esa Unggul. Jakarta.

2. Muchid, dkk. 2007, September. Pharmaceutical care untuk penyakit asma. Diakses 24 September 2008 dari Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Depkes RI: http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceutical/ASMA.pdf

3. O’Byrne P, et al. 2006. Global Initiative for Asthma. Medical Communications Resource. Inc.

4. Medicafarma. (2008, Mei 7). Asma Bronkiale. Diakses 24 September 2008 dari Medicafarma: http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/asma-bronkiale.html

5. Nataprawira, HMD. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak edisi pertama. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, Indonesia.

6. Tanjung, D. 2003. Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses 4 Januari 2011 dari USU digital library: http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf 7. Medlinux. 2008. Penatalaksanaan Asma Bronkial. Diakses 4 Januari 2011 dari

(19)

Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis, ditambah dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru terutama reversibiliti kelainan faal paru, akan lebih meningkatkan nilai diagnostik. Riwayat penyakit / gejala :

 Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan

 Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak

 Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari

 Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu

 Respons terhadap pemberian bronkodilator

Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :  Riwayat keluarga (atopi)

 Riwayat alergi / atopi

 Penyakit lain yang memberatkan

 Perkembangan penyakit dan pengobatan

Pemeriksaan Jasmani

(20)

menutupnya saluran napas. Hal itu meningkatkan kerja pernapasan dan menimbulkan tanda klinis berupa sesak napas, mengi dan hiperinflasi. Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar pada waktu ekspirasi paksa. Walaupun demikian mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat berat, tetapi biasanya disertai gejala lain misalnya sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan otot bantu napas

Faal Paru

Umumnya penderita asma sulit menilai beratnya gejala dan persepsi mengenai asmanya , demikian pula dokter tidak selalu akurat dalam menilai dispnea dan mengi; sehingga dibutuhkan pemeriksaan objektif yaitu faal paru antara lain untuk menyamakan persepsi dokter dan penderita, dan parameter objektif menilai berat asma. Pengukuran faal paru digunakan untuk menilai:

 obstruksi jalan napas

 reversibiliti kelainan faal paru

 variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak langsung hiperes-ponsif jalan napas

Banyak parameter dan metode untuk menilai faal paru, tetapi yang telah diterima secara luas (standar) dan mungkin dilakukan adalah pemeriksaan spirometri dan arus puncak ekspirasi (APE).

Spirometri

Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasiti vital paksa (KVP) dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa melalui prosedur yang standar. Pemeriksaan itu sangat bergantung kepada kemampuan penderita sehingga dibutuhkan instruksi operator yang jelas dan kooperasi penderita. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2-3 nilai yang reproducible dan acceptable. Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/ KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai prediksi.

Manfaat pemeriksaan spirometri dalam diagnosis asma :

Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/ KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai prediksi.

(21)

Menilai derajat berat asma

Arus Puncak Ekspirasi (APE)

Nilai APE dapat diperoleh melalui pemeriksaan spirometri atau pemeriksaan yang lebih sederhana yaitu dengan alat peak expiratory flow meter (PEF meter) yang relatif sangat murah, mudah dibawa, terbuat dari plastik dan mungkin tersedia di berbagai tingkat layanan kesehatan termasuk puskesmas ataupun instalasi gawat darurat. Alat PEF meter relatif mudah digunakan/ dipahami baik oleh dokter maupun penderita, sebaiknya digunakan penderita di rumah sehari-hari untuk memantau kondisi asmanya. Manuver pemeriksaan APE dengan ekspirasi paksa membutuhkan koperasi penderita dan instruksi yang jelas.

Manfaat APE dalam diagnosis asma

 Reversibiliti, yaitu perbaikan nilai APE  15% setelah inhalasi bronkodilator (uji

bronkodilator), atau bronkodilator oral 10-14 hari, atau respons terapi kortikosteroid (inhalasi/ oral , 2 minggu).

 Variabiliti, menilai variasi diurnal APE yang dikenal dengan variabiliti APE harian

selama 1-2 minggu. Variabiliti juga dapat digunakan menilai derajat berat penyakit (lihat klasifikasi).

Gambar

Gambar 1. Skema patofisiologi asma bronkial

Referensi

Dokumen terkait

Proses dan hasil belajar sejarah akan meningkatkan ranah kognitif dan afektif peserta Proses dan hasil belajar sejarah akan meningkatkan ranah kognitif dan afektif

Hasil analisis bobot jenis edible film yang telah dilakukan sebelumnya, menunjukkan bahwa komposisi D dengan sorbitol 1% memiliki nilai bobot jenis dan kuat tarik yang lebih

Berdasarkan penilaian Reba yang dilakukan terhadap aktivitas operator di bagian penimbangan sampai mesin penggiling tersebut memiliki level resiko yang cukup tinggi

Astra Honda Mo- tor, dilakukan sebagai berikut: (1) mem- berikan informasi kepada orang tua/wali untuk dapat membantu dalam penegak- kan disiplin dalam belajar, baik

Salah satu metode yang digunakan dalam system pendukung keputusan pemilihan mitra jasa pengiriman barang ini adalah metode ARAS (Additive Ratio Assessment) metode ARAS

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com.. Materi: Irsan Lubis, SE.Ak; Kampus LPMB / STEI

Field observation data and examine rubber manufactured shown that PB 330 clone was having colorless latex with highly crumb rubber contain (&gt; 40%).. PB 330 has a good

Berhoeboeng dengan pembangoenan negerinja pada dewasa ini, maka mereka ingin mengetahoei apakah dan bagaimanakah hal-ihwal seloek beloek Meizi-isin (Pembaharoean Meizi) jang