• Tidak ada hasil yang ditemukan

FINASIM: Apresiasi Atas Profesionalisme. Highlight KOPAPDI XV Medan. 14 Desember 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FINASIM: Apresiasi Atas Profesionalisme. Highlight KOPAPDI XV Medan. 14 Desember 2012"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Highlight KOPAPDI XV Medan

Susunan Redaksi: Penanggung Jawab:DR. Dr. Aru. W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang Materi dan Editing: Dr. lndra Marki, SpPD, FINASIM; Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana, SpPD, FINASIM; Dr. Alvin Tagor Harahap, SpPD; Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD *Koresponden:Cabang Jakarta, Cabang Jawa Barat, Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta, Cabang Sumut, Cabang

FINASIM: Apresiasi Atas Profesionalisme

Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM

Pencinta Kopi yang Dinamis

FINASIM: Apresiasi Atas Profesionalisme

Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM

Pencinta Kopi yang Dinamis

(2)

S

elamat jumpa para sejawat Internis dalam Halo Internis edisi Jum’at kita menyajikan hasil pelaksanaan Konvokasi FINASIM di Hotel Santika Dyandra yang dihadiri oleh Bpk Drs HM Jusuf Kalla yang memberikan Utoyo Sukaton Plenary Lecture. Sidang Komisi mulai berjalan yang membahas sesuai bidang yaitu 1 sam-pai dengan 5 dan diselesaikan dalam pleno samsam-pai malam hari.

BiddingKOPAPDI dan KONKER PAPDI sesuai peminat dari bebe-rapa cabang PAPDI berjalan lancar. Sementara simposium dan workshop berjalan sesuai jadwal. Pertandingan olah raga telah sampai babak final. Penilaian makalah bebas oral dan poster ma-suk ke tahap penilaian akhir. Semoga berita yang kami sajikan membawa kehangatan kebersamaan dalam menyelesaikan tugas Kongres dan menjawab tuntutan masyarakat tentang layanan utuh terpadu dan terjangkau. 

BIDANG

HUMAS

PUBLIKASI

DAN

MEDIA

Redaksi Menerima Masukan, Saran hubungi

Amril 08158358554, 081287068835

OM INTERNIZ

Panitia KOPAPDI XV Medan mohon maaf atas ketidaknya-manan Lalu-lintas pada hari Rabu 12 Desember 2012, yang disebabkan adanya demo buruh.

Prof. DR. Dr. Harun Alrasyid Damanik, SpPD, SpGK, FINASIM

(3)

Stem Cell yang berasal

dari tubuh pasien

sendiri bukan hanya

menghindari penolakan

tetapi juga mengganti

sel-sel yang rusak.

S

el punca atau stem cell saat ini menjadi harapan atas berbagai penyakit yang telah melewati ber-bagai terapi namun tidak menun-jukkan perbaikan signifikan. Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC mengatakan pada penya-kit jantung terapi sel punca berkembang pesat seiring banyaknya penelitian mulai dari penelitian dasar sampai uji klinis baik pada keadaan akut maupun kronis.

Acute Myocardial Infarction (AMI) atau Infark miokard akut merupakan penyebab utama gagal jantung kongestif dan kema-tian di negara berkembang. Terapi farma-kologis pada gagal jantung kongestif ter-bukti dapat memperbaiki outcome klinis. Meskipun demikian angka kesakitan dan kematian karena gagal jantung masih tinggi, walaupun sudah mendapat terapi farmakologis yang optimal. Pilihan lain mencakup berbagai terapi intervensi koroner dan bedah terbatas karena keti-dakmampuan untuk memperbaiki dan mengganti otot jantung yang rusak. Transplantasi organ juga masih terbatas karena keterbatasan donor, adanya kom-plikasi terkait imunosupresan dan kega-galan jangka panjang.

Sel punca memberikan harapan yang lebih baik. Sel punca yang berasal dari tubuh pasien sendiri bukan hanya meng-hindari penolakan tetapi juga mengganti sel-sel yang rusak.

”Terdapat beberapa teknis pemberian stem cell,” ujar Prof. Idrus. Pemberian

bisa dilakukan dengan intravenous infu-sion, retrograde coronary venous delive-ry, intracoronadelive-ry, intramyocardial yang terdiri dari transepicardial (transthoracic)

dan transendocardial (transcatheter). Pemberian secara intravenous infusion dikatakan Prof. Idrus tidak efektif semen-tara retrograde coranary venous delivery cukup rumit, dan hanya sedikit studi yang dilaporkan baik menggunakan teknis ini. Teknis yang menjadi primadona adalah intracoronary karena cukup murah ditin-jau dari sisi biaya, aman, umum diguna-kan terutama setelah AMI. Demikian juga transendocardial (transcatheter) cukup aman, less invasive, efektif, dan relatif murah.

Berbagai penelitian menunjukkan evi-dence basedterapi sel punca. Studi meta analisis yang dilakukan Enca Martin-Rendon, et.al mengenai pemberian autol-ogous bone marrow (BM) stem cell pada kasus AMI. Transplantasi sel BM-derived menurunkan Left Ventricular End Diasto-lic Volume (LVEDV) dan Left Ventricular End Systolic Volume (LVESV) secara ber-makna. Setelah dilakukan terapi stem cell terdapat perbaikan signifikan pada left Ventricular Ejection Fraction (LVEF) dan

Wall Motion Score Index (WMSI). Berbagai bukti hasil terapi stem cell ujar Prof. Idrus menjadikan stem cell se-bagai ‘final frontier’ untuk berse-bagai pe-nyakit. Aplikasi klinis lain stem cell dalam

penyakit jantung, selain untuk AMI juga untuk chronic refractory angina yang ti-dak bisa lagi dilakukan revascularization, dan juga untuk chronic ischemic cardio-myopathy dengan kondisi left ventricular yang buruk. Pasien dengan kondisi ini biasanya telah menjalani PCI atau CABG berulang, rekuren restenosis, atau faktor komorbid lain.

Bagaimana keamanan transplantasi stem cell bone marrow? ”Tidak ditemukan risiko yang signifikan baik pada kompli-kasi major local maupun sistemik,” ujar Prof. Idrus. Tidak ada juga kejadian kom-plikasi yang meningkat baik rekuren angi-na, MI, aritmia ventrikular.

”Meski aman, bagaimanapun tetap di-lakukan monitoring juga terhadap efek samping yang potensial,” ujar Prof. Idrus. Efek samping tersebut termasuk aritmia, angiogenesis, pertumbuhan plak, trombo-sis, restenotrombo-sis, atau transformasi malig-nan.

Prof. Idrus mencatat ada beberapa issue stem cell yang tetap harus dipikir-kan, yaitu mengenai jumlah dan tipe sel, timing, teknis pemberian, efek myocar-dial, pemilahan type pasien, dan kombi-nasi dengan faktor genetik. (HI)

Stem Cell:

Harapan Pengobatan

Masa Depan

(4)

K

onvokasi FINASIM pada KOPAP-DI XV 2012 Medan di Hotel San-tika Dyandra berlangsung sukses dan hikmat. Para internis dengan dibalut jas hitam duduk teratur sesuai ca-bang asal masing. Satu per satu naik ke panggung untuk menerima sertifikat yang disertai pengalungan medali FINASIM oleh Ketua Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP. Sementara keluarga mereka du-duk terpisah menyaksikan penyematan gelar FINASIM dengan bangga.

Konvokasi merupakan prosesi pem-berian gelar kepada internis yang telah dinyatakan lulus seleksi oleh dewan peni-lai. Para internis yang telah dinyatakan lulus seleksi FINASIM (Fellow of The Indonesian Society of Internal Medicine)

pada konvokasi ini sebanyak 319 inter-nis. Hingga kini telah 935 internis yang memiliki gelar FINASIM.

Menurut Dr. Aru, FINASIM bukan gelar akademik, melainkan gelar kehor-matan yang disematkan perhimpunan profesi kepada anggotanya yang telah memperoleh pengakuan dari sesamanya (peers) atas integritas pribadi, kompeten-si yang superior dalam ilmu penyakit dalam, dan bukti atas prestasi pribadi ser-ta akademik. Sser-tatus fellowitu diciptakan sebagai pengakuan atas kontribusi

seo-rang anggota yang dianggap profesi ‘le-bih dari biasa’ dan tidak hanya mencakup kegiatan maupun pencapaian akademis saja. Seorang akademis yang jauh dari laboratorium maupun pusat pendidikan namun dianggap berhasil dalam meng-angkat nama organisasi profesi penyakit dalam di masyarakat atau di daerah ter-pencil pun dapat dipertimbangkan.

Ketua Umum PB PAPDI ini, menam-bahkan, ada beberapa penilaian yang menjadikan internis berhak menyandang gelar fellow. Diantaranya, menjunjung tinggi dan mempraktikkan standar klinis dan idealisme etika, menunjukkan kepe-mimpinan di masyarakatnya secara re-gional atau nasional aktif dalam hal-hal yang menyangkut peningkatan dalam bi-dang kesehatan, komunitas, dan sosial. “Seorang fellow diseleksi oleh dewan penilai, bukan karena jenjang karir, gelar profesor atau doktor, ataupun keduduk-an,” ujarnya

Utojo Sukaton Memorial Lecture

Konvokasi kali ini mendapat kehor-matan dengan hadirnya Bapak Jusuf Kal-la memberikan orasi daKal-lam Utojo Suka-ton Memorial Lecture. Pada orasinya, Ju-suf Kalla mengangkat tema “Rakyat Se-hat, Dokter sehat”. JK, begitu biasa disa-pa, mengatakan dokter juga harus

mem-perhatikan kesehatannya. Ia menyentil dokter yang berpraktik hingga tengah ma-lam, bahkan Sabtu dan Minggu pun juga berpraktik. Ia menegaskan dokter di Indo-nesia umumnya tidak memiliki waktu yang cukup untuk menerima pasien untuk konsultasi. Bahkan ia menyindir, dokter-dokter yang “royal” meresepkan obat. “Kalau dokter Indonesia meresepkan obatnya banyak, sementara dokter di luar negeri pelit meresepkan obat,” katanya.

Dengan begitu, lanjutnya, ada kelom-pok masyarakat yang lebih memilih ber-obat ke luar negeri. “Karena menurun-kannya kepercayaan masyarakat kepada dokter,” ujarnya. Untuk itu, dalam me-ningkatkan pelayanan kesehatan, maka dokter spesialis mesti diperbanyak se-hingga dokter tidak kebanjiran pasien dan memiliki cukup waktu berkonsulatsi de-ngan pasien. Ia juga menegaskan sistem kesehatan yang ada saat ini mesti diatur lebih baik agar rakyat sehat, dokter pun sehat.

Pada kesempatan itu, Dr. Aru mengu-capkan selamat kepada para internis yang menerima FINASIM. Dan Tentu sa-ja, PAPDI masih menantikan fellow selan-jutnya, yang berarti juga semakin banyak internis yang memenuhi unsur achieve-ment, dedication, dan commitment. Sela-mat! (HI)

Konvokasi FINASIM:

Apresiasi Atas Professionalisme

(5)
(6)

”Kopi memiliki banyak

filosofi. Salah satunya,

biji kopi usai digiling jika

dibiarkan terlalu lama di

udara terbuka akan

ber-ubah warna dan

rasa-nya. Jadi, menurut saya

kopi sangat sensitif”

D

r. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, Wakil Sekretaris Jendral Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) periode 2009-2012 adalah salah seorang pengurus yang menggerakkan berbagai aktifitas PB PAPDI. Ia terlibat turun ke berbagai daerah untuk melakukan kon-solidasi dengan cabang PAPDI yang ter-sebar di seluruh Indonesia. Ia paham, bahwa Ketua PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, sangat menekankan kesatuan organisasi PAPDI sebagai organisasi profesi yang besar. Dan, salah satu jalan yang dilaku-kan adalah menyambangi berbagai ca-bang bersama tim pengurus PAPDI.

”Misi pertama PAPDI memang konso-lidasi seluruh anggota. Secara geografis, negara kita tersebar di berbagai wilayah, yang mungkin tidak mudah dicapai. Ber-bagai budaya dan perbedaan, entah ba-gaimana caranya, harus tetap dapat mempersatukan anggota PAPDI,” ujar Dr. Sally yang ditemui di sebuah malam yang larut saat rapat PAPDI di Jakarta.

Wakil Ketua PAPDI Jaya ini melanjut-kan, konsolidasi tidak cukup melalui su-rat, telepon, sms, atau email. Tapi yang terbaik adalah bertatap muka dengan se-mua anggota. ”Kita bisa saling bertukar

cerita, dua arah, sharing berbagai hal antara pusat dan cabang,” ujar wanita kelahiran Medan, Agustus 1967 ini.

Salah satu yang dilakukan menurut Dr. Sally adalah dengan melakukan road-showke berbagai daerah, yang diisi den-gan acara ilmiah dan pertemuan pengu-rus. Hal baru yang dilakukan adalah pe-lantikan pengurus cabang oleh pusat. Saat ini tak kurang ada 36 cabang PAPDI

yang tersebar di seluruh nusantara. Untuk membangun kebersamaan, ke-pengurusan periode saat ini juga memu-tuskan untuk memindahkan kantor PB PAPDI keluar dari ruang wilayah RSCM. ”Ini agar kita terhindar dari imagebahwa PAPDI adalah RSCM,” ujarnya.

Kepala Intensive Coronary Care Unit

(ICCU) RSCM Jakarta ini mengatakan, seluruh anggota harus terlibat untuk

men-Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM

(7)

jalankan visi dan misi PB PAPDI. Hampir tiap minggu ia bersama pengurus PAPDI turun ke daerah. Dan ia mengaku rela meski harus menyediakan waktu 2 hing-ga 3 hari setiap minggu untuk bepergian meninggalkan pekerjaan dan keluarga.

Bertemu dengan sejawat dari berba-gai daerah meninggalkan kesan tersen-diri bagi Dr. Sally. Karakteristik dan perbe-daan budaya adalah hal yang menarik untuk diselami. “Oleh karena itu, harus cepat beradaptasi dengan berbagai hal yang baru yang berbeda,” ujarnya.

Untunglah ia telah terbiasa untuk me-nyesuaikan diri dengan lingkungan tem-patnya berada, karena saat usia sekolah, ia harus mengikuti ayahnya yang juga seorang dokter, yang kerap berpindah tugas. ”Bagi seorang anak, selalu meng-hadapi lingkungan baru bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan,” ujar ibu satu anak ini.

Tapi, kedua orang tuanya cukup keras mendidiknya. Ia adalah anak pertama da-ri 3 bersaudara yang semuanya adalah perempuan. ”Kami dibiasakan harus mandiri. Kami tidak punya saudara laki-laki, yang bisa diposisikan sebagai pelin-dung saudara perempuan,” ujarnya.

Didikan orang tuanya pula yang

mem-buat ia menikmati kehidupan sebagai seorang dokter yang sibuk baik di peker-jaan maupun di organisasi. ”Menjadi dok-ter berarti merelakan waktu kita sebagian dimiliki oleh orang lain,” ujarnya menirukan kata-kata orang tuanya. Ia teringat, saat kecil ia sempat protes, kare-na berulang kali ia tidak dapat bepergian dengan ayah atau ibunya karena mereka harus menjalankan tugas.

Sally kecil, juga dididik untuk tidak gentar terhadap tantangan. Itu dialami saat menjalani PTT, di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 1993. Berbagai masalah ia anggap sebagai hal biasa. ”Yang saya ingat, kami harus menam-pung air hujan, karena memang keterse-diaan air sangat sulit,” ujarnya. Bukan itu saja. Selain menjalani tugas sebagai ahli medis, di NTT ia juga mengajar baca tulis bagi penduduk di sana.

Tantangan pula yang mendorongnya untuk mendalami ilmu kardiologi. ”Sub spesialis ini banyak tantangannya,” ujar-nya tersenyum. Wanita berwajah mungil ini menikmati kedinamisan dalam hidup. Semakin dinamis hal yang dihadapi, ia seperti memiliki semangat baru untuk menjalaninya.

Untuk sejenak rehat dari

kesibukan-M

engelola jurnal, apalagi jurnal international bukan perkara mudah. Banyak kendala yang mengganjal, mulai dari minim-nya pendanaan, ketersediaan naskah yang kurang hingga managemen pener-bitan yang seadanya. Buntutnya, tempo terbit, tempo tidak. Di Indonesia, ada ban-yak jurnal dari berbagai disiplin ilmu yang telah dipublikasikan. Pengelolanya pun beragam, baik dari universitas, fakultas, maupun profesi. Namun tak banyak yang telah terakreditasi international.

Di penerbitan jurnal kedokteran misal-nya, hingga saat ini baru ada dua jurnal yang eksis sebagai jurnal international, yaitu Acta Medica Indonesiana (AMI) milik jurnal dokter spesialis ilmu penyakit dalam dan Nutrition Bulletin diterbitkan

Perhimpunan Ahli Gizi Indonesia. “Ada sembilan jurnal dari Indonesia yang men-dapat pengakuan jurnal International, dua diantaranya jurnal Acta Medica Indone-sianadan Nutrition Bulletin,” kata DR. Dr.

Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINA-SIM, MMB, FACP.

Dengan begitu, jurnal resmi besutan dokter spesialis penyakit dalam ini ber-sanding dengan Lancet, BMJ, dan jurnal – jurnal international lain. Cukup menge-tik www.ncbi.nlm.nih.gov, para klinisi maupun peneliti dari berbagai belahan dunia dapat dengan mudah memperoleh informasi dari penelitian – penelitian yang dilakukan oleh peneliti Indonesia. Tak se-dikit dari penulis luar mengambil referen-si AMI.”Makalah dalam Acta Medica Indonesianasering dipakai sebagai refe-rensi oleh penulis luar,” ujar Ketua Bidang Advokasi PB PAPDI ini.

AMI, lanjut Dr. Ari, dapat menjadi pintu untuk para internis untuk menambah pan-jang daftar peneliti dunia. Selamat!! (HI)

nya, ia memilih menikmati musik. ”Saya suka pop-jazz dan saat PPDS saya dan teman-teman membentuk band,” ujarnya. Hobi lain yang kurang diketahui orang lain adalah kecintaannya terhadap kopi. Ia mempelajari berbagai hal tentang kopi hingga ke Australia, dan meraih Serifikat Barista atau Peramu Kopi di Brisbane, Australia pada tahun 2009. ”Kopi memili-ki banyak filosofi. Salah satunya, biji kopi usai digiling jika dibiarkan terlalu lama di udara terbuka akan berubah warna dan rasanya. Jadi, menurut saya kopi sangat sensitif,” ujarnya serius.

Dan dengan kopi pula, di larut malam itu Dr. Sally terbantu untuk bisa terjaga guna melanjutkan rapat PAPDI yang belum juga usai. Apa lagi yang membuat-nya enjoy menjalani segudang aktifitas? ”Komitmen,” ujarnya singkat.

Dengan komitmen pula, ia meyakini bahwa PAPDI bisa terus menjadi besar. Jumlah anggota PAPDI yang besar, men-jadi kekuatan tapi juga bisa menmen-jadi kele-mahan. “Jika kita tidak solid, itu akan menjadi kelemahan kita. Ke depan kita masih menghadapi banyak tantangan. Apa yang baik yang sudah ada, harus terus dapat dipertahankan,” ujarnya menutup pembicaraan. (HI)

Acta Medica Indonesiana:

Jurnal International Milik Ilmu Penyakit Dalam

DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP.

(8)

Hari kedua agenda

KOPAPDI XV

dikhususkan membahas

program kerja. Para

internis yang mengikuti

persidangan diminta

menyampaikan buah

pikir konstruktif guna

kemajuan organisasi.

S

egepok map berisi dokumen ter-selip di tangan Dr. Bambang Se-tyohadi SpPD, K-R, FINASIM. Ia bergegas membawa berkas itu ke dalam Ballroom Hotel Aryaduta. ”Peserta sudah dibagi untuk mengikuti sidang ko-misi-komisi,” ucapnya seraya memberi-kan map itu kepada rememberi-kannya sesama presidium sidang pleno KOPAPDI XV.

Presidium sidang pleno ini masing-masing Dr. Bambang Setyohadi SpPD, K-R, FINASIM, Prof. DR. Dr Ruli Rusli SpPD, K-GH, FINASIM, dan Prof. DR. Dr Syamsu SpPD, K-AI, FINASIM. Se-dangkan sekretaris Dr Mardianto SpPD,

K-EMD, dan Dr Zulkhair Ali SpPD, K-GH. Sidang pleno yang mengagendakan pembahasan program kerja diawali pe-maparan Ketua Umum PAPDI, DR. Dr. Aru W Sudoyo SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP mengenai kegiatan yang telah di-jalankan selama tiga tahun. Paparan itu

kerap menjadi acuan bagi peserta untuk menyampaikan pemikiran konstruktif da-lam sidang pleno tersebut.

Sidang pleno menyepakati memben-tuk lima komisi yang terdiri dari utusan setiap cabang dan pengurus besar PAPDI. Masing-masing komisi melaku-kan evaluasi sekaligus mengusulmelaku-kan pro-gram kerja sesuai substansi tugas dan fungsi. Komisi I misalnya, membahas Or-ganisasi dan Advokasi, Komisi II tentang Humas, Publikasi, Media dan Kemitraan. Selanjutnya Komisi III mengenai Pe-ngembangan Profesi, CPD/P2KB, EIMED dan FINASIM (Fellow). Sedangkan

Komi-si IV dan V membahas tentang pendi-dikan jenjang spesialis I dan II.

Terkait organisasi, Komisi I dalam pembahasannya sepakat dengan pene-rapan yang telah dijalankan PB PAPDI 2009-2012. Selain tertib administrasi, ju-ga disepakati konsolidasi serta sistem

ka-Program Kerja

Menyentuh Substansi

(9)

STR, SIP, FINASIM, EIMED dan Road-show.

Komisi III berharap kedepannya ada perbaikan CPD Online. Pasalnya, masih didapat kesulitan menginput data-data P2KB 2007-2009 akibat akses yang lam-bat. Diusulkan juga pengurangan pensiun diberikan dispensasi tanpa mengabaikan tujuan P2KB. Kemudian nilai SKP bisa di-dapatkan setelah menyerahkan SKP, maksimal 6 bulan sebelum habis masa STR. Selanjutnya diharapkan verifikasi Sp2 dapat dilaksanakan di cabang yang mempunyai program pendidikan Sp2. Sedangkan Sp2 yang tidak memiliki pen-didikan Sp2, dibenarkan memilih tempat verifikasi sendiri dan melaporkannya ke P2KB Pusat. Selain itu diharapkan ada umpan balik kepada cabang-cabang ten-tang perkembangan penyelesaian Ser-kom atau STR.

Untuk Komisi IV tentang pendidikan Sp1, sangat erat kaitannya dengan pem-bahasan Komisi V mengenai Sp2. Kedua komisi ini merumuskan mekanisme jen-jang pendidikan spesialis penyakit dalam. Rumusan masing-masing komisi tersebut, dibahas secara bersama-sama oleh kedua komisi dalam sebuah sidang khusus.

Pembahasan program kerja PAPDI yang disimpulkan Komisi-komisi tersebut benar-benar sangat menyentuh substan-si. Semuanya bertujuan untuk kemajuan organisasi, anggota dan keilmuan profesi.

(HI)

website.

Keputusan lain yang dihasilkan adalah meningkatkan kerjasama dengan media cetak dan elektronik dalam penyebaran publikasi pelayanan pengobatan yang benar di masyarakat, bukan berdasarkan testimoni dan publikasi yang salah.

Peran advokasi PAPDI juga diharap-kan untuk pelayanan penyakit dalam ter-utama masalah kardiologi-metabolik dan pulmonologi dengan berkomunikasi de-ngan direktur rumah sakit.

Sementara Komisi III yang membahas pengembangan profesi lebih menyoroti resertifikasi P2KB, CPD Online, Nilai SKP, Verifikasi Sp2, Sertifikasi Kompe-tensi, Biaya P2KB, Sertifikat KompeKompe-tensi, derisasi keanggotan sesuai dengan

jen-jang pendidikan. Pola ini diharapkan da-pat dilanjutkan oleh kepemimpinan perio-de mendatang.

Suasana sidang komisi I menjadi lebih seru ketika dibicarakan mengenai per-kembangan sub spesialisasi kadiologi dan paru penyakit dalam. Akan dibuatkan kajian bersama antara PAPDI dan IDAI yang akan diajukan ke Kemenkes seba-gai bagian advokasi untuk implementasi dan pengakuan tentang kkompetensi ke-dua bidang tersebut di penyakit dalam.

Komisi I juga cukup panjang memba-has mengenai Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan pada kesimpulan, akan dibentuk tim advokasi PAPDI untuk pembahasan program SJSN di tingkat nasional baik mengenai kompetensi, clin-ical pathway, PPK jasa medis, dan hal-hal lain.

Sidang Komisi II berharap sistem teknologi informasi yang telah dilakukan selama ini dapat dikembangkan untuk memudahkan cabang-cabang mengak-ses berbagai perkembangan organisasi dan dunia medis. Juga diharapkan

kon-tiniu menerbitkan buletin tentang internis sebagai wadah memperdalam keilmuan. Selain itu memperkuat kemitraan dengan berbagai organisasi profesi maupun instansi terkait lainnya.

Komisi II paham, bahwa guideline ha-rus selalu di-up date oleh anggota PAPDI. Semua guideline yang dibuat organisasi seminat harus disebarluaskan kepada anggota PAPDI melalui Halo Internis atau

Sidang Komisi IV.

(10)

K

etua Umum PB PAPDI, DR Dr Aru Sudoyo SpPD,K-HOM, FINASIM, FACP, resmi membuka liga sepa-kbola antar cabang perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam. Acara pembukaan ditandai dengan tendangan bola oleh dokter kelahiran 29 Juni 1951 yang telah mengharumkan nama PAPDI di nusantara tersebut.

“Liga ini bukan untuk mencari peme-nang, melainkan untuk mempererat per-saudaraan, memperkuat keakraban dan ajang silaturrahmi sesama anggota PAPDI,” ucap Dr Aru saat membuka liga sepakbola KOPAPDI XV di Stadion Mini USU.

Sosok pengayom kalangan internis itu berharap para tim yang bertanding dapat menjunjung tinggi sportivitas. “Kompetisi digelar tiga tahun sekali bersamaan de-ngan KOPAPDI. Saya berharap semua tim bermain dengan sportif, dan jangan ada permusuhan. Kita semua satu ke-luarga, dan satu bendera organisasi yak-ni PAPDI,” pesan Dr Aru.

Setelah pembukaan digelar pertan-dingan perdana antara tuan rumah Su-matera Utara melawan Jabar. Hasilnya, Sumut menang telak 9-0. Sedangkan pada laga kedua tim Makasar menang tipis 1-0 atas Sumsel. Pada pertandingan lainnya, Sumbar bermain imbang 11 de-ngan Yogyakarta.

Pertandingan sore hari, Sumatera Utara kembali pesta gol. Tim besutan AKBP D. Zulkhairi SpPD, Mkes itu

me-nang 7-0 saat melawan Surakarta. Keme-nangan ini mengantarkan Sumut melaju ke semi final. Sementara tim Aceh ber-main imbang 1-1 melawan Makassar. Sedangkan Sumbar berhasil mencetak 7 gol tanpa kebobolan saat berhadapan de-ngan Surabaya.

Pada pertandingan esoknya, Surakar-ta menang 5-0 melawan Jabar. Sedang-kan Sumsel berhasil ditakluSedang-kan Aceh de-ngan skor 3-1. Hasil itu mede-ngantarkan Aceh melaju ke semi final berhadapan dengan tuan rumah Sumatera Utara. Se-mentara Yogyakarta membuat kejutan dengan mencetak 9 gol tanpa kebobolan ketika melawan Surabaya. Pesta gol ini juga mengantarkan Yogyakarta melaju ke semi final menyingkirkan Sumbar hanya dengan selisih satu poin.

Di laga semi final, Sumut menang 2-0 melawan Aceh. Sedangkan Manado me-naklukan Yogyakarta 1-0. Unuk laga final,

Sumut melawan Manado hari ini di Sta-dion Mini USU.(HI)

Dr Aru: Junjung Tinggi Sportivitas

Laga Final: Sumut vs Manado

Hasil Kompetisi KOPAPDI XV:

12 Desember 2012

Pertandingan Pagi:

Sumut 9 - 0 Jabar (Pool A) Makasar 1 - 0 Sumsel (Pool B) Sumbar 1 - 1 Yogyakarta (Pool C) Pertandingan Sore:

Sumut 7 - 0 Surakarta (Pool A) Aceh 1 - 1 Sulsel (Pool B) Sumbar 7 - 0 Surabaya (Pool C)

13 Desember 2012

Pertandingan Pagi:

Surakarta 5 - 0 Jabar (Pool A) Aceh 3 - 1 Sumsel (Pool B) Yogya 9 - 0 Surabaya(Pool C) Manado 3 - 0 Jakarta (Pool D)

Semi Final: Sumut 2 - 0 Aceh (Juara Pool A vs B) Manado 1 – 0 Yogyakarta (Juara Pool C vs D) 14 Desember 2012 FINAL Pukul 07-08.00 WIB

Aceh vs Yogyakarta (Juara 3 & 4) Pukul 16.15-17.15 WIB

Sumut vs Manado (Juara 1 & 2)

(11)

13 Workshop Digelar di KOPAPDI XV

Dengan 700 Peserta Terdaftar

K

OPAPDI XV yang digelar pada 12 - 15 Desember 2012 di Kota Medan, Sumatera Utara, seperti halnya kongres-kong-res yang lalu tidak hanya menggelar rangkaian sidang organ-isasi dan kegiatan organorgan-isasi saja, namun juga menyelenggarakan serangkaian kegiatan medical update seperti halnya melalui work-shop. Tercatat ada 13 workshop yang diselenggerakan berbaren-gan perhelatan akbar PAPDI yang kini memasuki usianya ke 55 ini. Ketiga belas workshop ini mengangkat tema-tema krusial yakni Gangguan Cairan dan Elektrolit, Terapi Insulin, Interpretasi Faal Ko-agulasi, Spirometri dan Terapi Inhalasi, Penatalaksanaan Geriatri di Rumah Sakit, Analisis Gas Darah, EKG, Malaria Berat, Gangguan Cairan dan Elektrolit, Manajemen Sepsis, Manajemen Lipid, Mana-jemen Krisis Hipertensi dan Current Therapy of Chronic Diabetes Wound. Workshop di isi oleh berbagai narasumber yang pakar di bidangnya. Workshop digelar di dua hotel JW. Marriot dan Grand Aston Medan, mulai hari pertama kongres hingga hari ketiga.

Terdapat 700 peserta yang telah mendaftar mengikuti work-shop-workshop ini, dengan 573 diantaranya yg sudah melakukan registrasi pembayaran per 12.00 WIB, 13 Desember 2012. Work-shop Manajemen Sepsis mencatat daftar peserta paling banyak. Untuk mengikuti workshop ini, peserta harus membayar registrasi sebesar satu juta rupiah per workshop. (HI)

369 POSTER Bersaing

di KOPAPDI XV

S

eperti KOPAPDI sebelumnya, Kongres kali ini juga kem-bali menampilkan karya-karya ilmiyah para dokter PPDS Penyakit dalam dalam bentuk poster yang dipajang pada dinding papan. Ada dipasang 369 karya poster yang dipajang dimana perhari 121 hingga 124 poster yang dipasang. Ada yang berbeda pada POSTER kali ini, dimana tidak ada lagi sesi interview yang dilakukan oleh penilik pada penulis poster. Demikian diungkapkan oleh para peserta POSTER diataranya oleh Dr. Riskaldy, yang kali ini adalah keikutsertaan kedua kalinya dalam ajang POSTER. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Dr. R. Beni Benardi, dari Bandung, yang dalam satu kesem-patan POSTER-nya mendapat kunjungan senior Prof. DR. Dr. Sri Hartini KS Kariadi, SpPD, K-EMD, FINASIM dan Prof. DR. Dr. SA Abdurrachman, SpPD, K-GEH, FINASIM, beserta rekanan dari Universitas Padjadjaran lainnya.

(HI)

Makalah Bebas Oral

Ajang PPDS Unjuk Kemampuan

U

paya peningkatan skilldan knowledge juga menjadi salah

satu fokus kongres. Tidak hanya menggelar aneka sidang organisasi dan berbagai update pengetahuan bagi para spesialis, kesempatan juga diberikan pada calon-calon spesialis yang sedang menempuh Program Pendidikan

Dokter Spesialis (PPDS). Dalam sesi Makalah Bebas Oral (MBO) para calon spesialis dokter penyakit dalam tersebut berkesempatan menyampaikan presentasi ilmiahnya terkait studi-studi dalam bidang tertentu. Ada 132 judul makalah yang telah terdaftar untuk di-presentasikan dengan berbagai topik mulai dari Endokrin, Gastro, Penyakit Tropik Infeksi, Nefro, Kardio, hingga Geriatri Psikomatik. Yogyakarta tercatat sebagai pendaftar judul makalah ter-banyak. Presentasi dibuka selama tiga hari dan dipecah di dua hotel JW. Marriot dan Grand

Aston, Medan.

Semangat terlihat dari presentasi-presentasi yang disampai-kan, misalnya saja tema Korelasi Antara Simptom Ansietas De-ngan Kualitas Tidur Pada Pasien HIV/AIDS yang disampaikan oleh Dr. Mira Astuti, anggota PPDS dari Yogyakarta. Dengan lu-gas ia menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang disampai-kan moderator Dr. Armon Rahimi SpPD, K-PTI atas hasil pre-sentasi yang disampaikannya.

Lain halnya dengan Dr. Anjab Akmal Sya’roni dari Palembang yang menyampaikan hasil penelitian laboratoriumnya mengenai Identifikasi Polimorfisme Promoter – 1082 A/G Gen Interluekin 10 (IL-10) Pada Penderita Sepsis Di Bangsal Bedah Dan ICU RSUP Dr. Moh. Hosein Palembang. Datang dari satu wilayah cabang dengan Dr. Anjab, Dr. Erni Afriani turut menyampaikan hasil penelitian-nya yang mendapati bahwa ada hubungan antara penurunan Limfosit pada pasien HIV di Klinik MCT Melati VCT RS Dr. Moh. Hosein Palembang, dengan penurunan CD4.

(12)

B

iding tuan rumah KOPAPDI XVI termasuk yang cukup ramai jadi pembincangan dalam perhelatan KOPAPDI XV di Medan ini. Sesuai keputusan Konferensi Kerja (Konker) XII di Batam pada 2011 lalu, ada 6 PAPDI ca-bang yang mendapat rekomendasi untuk mengajukan diri menjadi tuan rumah KOPAPDI XVI. Keenam cabang itu adalah Cabang Semarang, Jawa Barat (Ban-dung), Surabaya, Bali (Denpasar), Makas-sar, dan Surakarta. Keenam anggota ini diminta untuk mempresentasikan uji kelayakan dan kesiapan menjadi tuan rumah kongres pada Kamis malam, 13 Desember 2012 dalam rapat pleno.

Meski puncaknya adalah dalam rapat pleno, namun promosi gencar-gencaran sudah Nampak terlihat dari hari pertama Kongres digelar di Tanah Deli ini. Dua kan-didat yang nampak gencar adalah dua per-wakilan cabang, yakni Bandung dan Makassar. Tak sulit menemukan booklet ataupun leaflet yang mempromosikan kelayakan dua kota ini untuk menjadi tuan rumah KOPAPDI XVI. Booklet-booklet ini dengan detail menggambarkan kelebihan masing-masing kota untuk menjadi tuan rumah, baik dari fasilitas hotel dari bintang lima hingga dua yang dimiliki. Kemudahan akses transportasi darat dan udara dengan bandara yang memiliki jalur penerbangan ke setiap kota besar di Indonesia, hingga

potensi wisata masing-masing kota. Bandung misalnya, yang menawarkan ketersediaan fasilitas hotel yang ia jamin sangat memadai untuk perhelatan akbar ini. “Kota ini memiliki sebuah hotel bintang enam yang merupakan satu-satunya saat ini ada di Indonesia,” kata DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP, Ketua PAPDI Cabang Jawa Barat. Convention center hotel ini diklaim sang-gup menampung hingga 5000 orang den-gan fasilitas meeting yang mutakhir. Dalam satu kawasan juga terdapat pusat hiburan The Trans Studio dan juga Trans Studio Mall yang didukung dengan kapasitas parker terpadu yang luas. Dengan segala fasilitas dan SDM yang dimiliki Dr. Arto tegas menyatakan Bandung siap menjadi tuan rumah KOPAPDI ke-16 tahun 2015.

Optimisme yang sama juga ditampilkan oleh Makassar. “60 % kami optimis. Garansi kami adalah Muktamar IDI No-vember lalu yang juga sukses digelar di Makasar, ini berarti Makasar memang siap,” kata Prof. DR. Dr. H. Syamsu, SpPD, K-AI, FINASIM, ketua PAPDI Cabang Makasar. Akses transportasi juga memadai melalui bandara hingga fasilitas hotel yang memadai, termasuk dukungan dari guber-nur dan walikota.

Meskipun tidak menyebar booklet dan leaflet, bukan berarti Solo kalah siap dan optimis untuk menjadi bakal tuan rumah

SpPD-KGH., FINASIM, yang mewakili PAPDI Cabang Surakarta, karena Ketua PAPDI Cabang, Prof. DR. Dr. Guntur Her-mawan, SpPD-KPTI, FINASIM, berha-langan hadir di Medan, mengatakan pihak-nya bahkan telah menyiapkan tanggal istimewa untuk menghelat KOPAPDI XVI di Surakarta, yakni antara 2-7 Juni 2015, yang bersamaan bakal digelarnya pertun-jukan internasional Sendratari Kolosal Ramayana di Candi Prambanan yang wak-tunya terpat bersamaan dengan waktu bulan purnama.

Selain special momentum, Dr. Bam-bang, juga tegas menyatakan bahwa Su-rakarta sanggup memenuhi persayaratan termasuk persyaratan hotel yang mema-dai, akses transportasi yang mudah, hing-ga shopping-shopping center yang me-narik dari Pasar Klewer hingga Benteng Trade Center, di mana terdapat bursa tex-tile nasional. ”Perempuan-perempuan pasti suka ini,” tawarnya.

Lain Surakarta lain pula Semarang. Meski menyatakan siap untuk menyam-paikan presentasi pada malam pleno ter-sebut, namun Dr. Tony Suhartono, SpPD, K-EMD, FINASIM, ketua PAPDI Cabang Semarang, mengatakan tidak terlalu ber-harap banyak kotanya akan terpilih. Me-ngingat ada beberapa fasilitas yang me-mang belum mampu di cover oleh Kota ini seperti hotel yang belum memadai. “Dulu kami maju karena kami melihat ada hotel baru yang akan dibangun di kota Sema-rang yang kapasitasnya mungkin akan memadai, namun sekarang setelah hotel itu jadi, kami lihat ternyata masih belum memadai,” kata Dr. Toni.

Berbeda dengan keempat kota ini, Su-rabaya dan Bali memastikan tidak akan maju dalam presentasi. “Kami belum lama jadi tuan rumah, jadi biar kesempatan kota-kota lain lah,” kata Dr. Poernomo Boedi Setiawan, SpPD, K-GEH, FINASIM, ketua PAPDI Cabang Surabaya menyampaikan alasan. Lain halnya dengan Bali, Dr. I Ketut Suega, SpPD-KHOM, perwakilan PAPDI Cabang Bali menyatakan bahwa sejatinya pihaknya siap. “Namun karena kami akan menggelar event besar World Congress of Internal Medicine pada 2016, jadi diminta pengurus pusat untuk tidak menggelar event besar serupa dalam waktu berdekat-an,” ungkapnya. (HI)

DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP

Prof. DR. Dr. H. Syamsu, SpPD, K-AI, FINASIM

Kandidat Tuan Rumah KOPAPDI XVI

Dari yang Gencar,

Referensi

Dokumen terkait