PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II
PERANAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) DALAM PERKEMBANGAN REMAJA
Dosen Pengampu: Dra. Titik Muti’ah, M.A, P.hD.
Disusun oleh :
Isnaini Muslikhah (2014011010)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
ii KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Peranan Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) dalam Perkembangan Remaja ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pentingnya peranan peer group dalam
perkembangan remaja. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan kita dapat mengambil manfaatnya sehingga dapat memberikan ilmu pengetahuan terhadap pembaca.
Yogyakarta, April 2016
iii DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Remaja dan Perkembangannya 3
B. Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) 4
C. Ciri-Ciri Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) 6
D. Macam-Macam Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) 7
E. Fungsi Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) 8
F. Pengaruh Perkembangan Peer Group 10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 12
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Setiap manusia pasti melalui tahap-tahap kehidupan yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Salah satunya adalah tahap remaja yang memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan selanjutnya. Secara tradisional masa remaja merupakan suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar (Hurlock, 1993).
Remaja sebagai siswa di sekolah, memandang seorang teman mempunyai tingkatan social kompetensi yang mampu memberikan energi tersendiri dalam penyesuaiannya dilingkungan sekolahnya. Selain peran keluarga, peran lingkungan juga sangat membantu remaja dalam
perkembangannya. Salah satunya yaitu dengan hubungan peer group.
Hubungan peer group yang positif dapat memberikan dukungan social yang baik terhadap remaja yang memiliki berbagai masalah dalam proses perkembangan, sehingga memunculkan kualitas persahabatan yang positif pula. Seperti disebutkan Hurlock (1992) bahwa perkembangan pribadi seseorang sebagian besar tergantung pada interaksi individu dengan individu lain melalui hubungan yang baik dan jujur, penuh rasa percaya, cita-cita dan komitmen bersama. Namun tidak sedikit pula remaja yang salah memilih kelompok sebayanya sehingga menimbulkan perilaku yang negatif dimana masa remaja adalah masa krisis identitas sehingga sangat mudah dipengaruhi
oleh lingkungan sebayanya. Oleh sebab itu, peer group penting untuk
diperhatikan karena memiliki peranan yang cukup penting bagi perkembangan remaja.
2
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusuan masalah yang diperoleh yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan remaja dan perkembangan remaja?
2. Apa yang dimaksud dengan peer group?
3. Bagaimana ciri-ciri dan macam-macam bentuk peer group?
4. Apa saja fungsi peer group?
5. Bagaimana pengaruh perkembangan peer group?
C.Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui dan memahami pentingnya peer group dalam
perkembangan remaja.
2. Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri dan macam-macam bentuk
peer group.
3. Untuk mengetahui dan memahami fungsi peer group.
3 BAB II
PEMBAHASAN
A. Remaja dan Perkembangannya
Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dngan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah.
Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolesence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh untuk mencapai kematangan”.
Istilah adolesence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup
kematangan mental emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.
Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu remaja, seringkali dikenal dengan fase mencari jati diri. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksmal fungsi fisik maupun psikisnya (Monks dkk, 1989). Namun yang perlu ditekankan disini adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik. Remaja dikarakteristikkan sebagai masa
4 pencarian jati dirinya sendiri ditandai oleh hubungan teman sebaya yang erat dan pembentukan clique, penemuan nilai-nilai dan ideal-ideal yang tinggi, perkembangan kepribadian dan pembentukan identitas, dan pencapaian status dewasa dengan tugas-tugas menantangnya dan tanggung jawab (Pikunas, 1976).
B. Kelompok Teman Sebaya(Peer Group)
Salah satu kegiatan yang dikembangkan individu pada masa remaja adalah menjalin interaksi dengan teman yang sebaya (Gander & Gardiner, 1981). Remaja cenderung membentuk kelompok-kelompok sebaya yang mereka sebut dengan sahabat. Istilah persahabatan atau pertemanan menggambarkan perilaku kerjasama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Ikatan persahabatan akan ditunjukkan oleh perilaku saling menolong di antara mereka, saling percaya, dan juga saling setia. Haber dan Runyon (1984) menyatakan bahwa persahabatan adalah hubungan interpersonal antar individu. Hubungan interpersonal yang efektif memerlukan individu-individu dengan karakteristik pribadi yang sehat dan seimbang. Perkembangan pribadi seseorang sebagian besar tergantung pada interaksi individu dengan individu lain melalui hubungan yang baik dan jujur, penuh rasa percaya, cita-cita dan komitmen bersama (Hurlock, 1992).
Peer group adalah kelompok teman anak sebaya yang sukses di mana
ia dapat berinteraksi (Santoso,1999:85). Dalam kelompok teman sebaya (peer
group), individu merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainya seperti di bidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu. Di dalam peer group tidak dipentingkan adanya struktur organisasi, namun di antara anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompoknya. Dalam peer group ini, individu menemukan dirinya (pribadi) serta dapat mengembangkan rasa sosialnya sejalan dengan perkembangan kepribadiannya. Menurut pakar psikologi remaja Santrock, Cartwright dan Zander (kompas.com) “peer group adalah
5 sekumpulan remaja sebaya yang punya hubungan erat dan saling tergantung. Maka di sekolah, atau di lingkungan tempat tinggal kita, biasanya ada kelompok pertemanan”. Mereka terdiri atas beberapa orang yang merasa punya ikatan kuat. Mereka kelihatan selalu bersama-sama dalam melakukan berbagai aktivitas. Pendapat lain dikemukakan oleh St.Vembriarto (1993:54) “kelompok teman sebaya berarti individu-individu anggota kelompok sebaya itu mempunyai persamaan-persamaan dalam berbagai aspeknya”. Menurut St.Vembriarto (1993: 55) ada beberapa pokok dalam pengertian teman sebaya:
a. Kelompok sebaya adalah kelompok primer yang hubungan diantara
anggotanya intim.
b. Anggota kelompok sebaya terdiri atas sejumlah individu-individu yang mempunyai persamaan usia dan status atau posisi social.
c. Istilah kelompok dapat menunjuk kelompok anak-anak, kelompok
remaja.
Dalam kelompok teman sebaya (Peer group) akan memungkinkan
individu untuk saling berinteraksi, bergaul dan memberikan semangat dan motivasi terhadap teman sebaya yang lain secara emosional. Adanya ikatan
secara emosional dalam kehidupan peer group akan mendatangkan berbagai
manfaat dan pengaruh yang besar bagi individu yang berada dalam kelompok tersebut. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peer group adalah sekelompok teman sebaya yang mempunyai ikatan emosional yang kuat dan mereka dapat berinteraksi, bergaul, bertukar pikiran dan pengalaman dalam memberikan perubahan dan pengembangan dalam kehidupan sosial dan pribadinya.
Remaja sebagai siswa di sekolah, memandang seorang teman mempunyai tingkatan sosial kompetensi, dan untuk mengukur tingkat kesesuaian diri remaja dalam membina hubungan dengaan orang lain maka
6 mengindentifikasi penyesuaian tersebut. Kualitas peer group terdiri dari kualitas persahabatan yang positif (seperti perasaan aman, pertemanan, dukungan) dan kualitas persahabatan yang negatif (seperti konflik,
dominansi, permusuhan). Hubungan peer group yang positif dicirikan dengan
hubungan remaja yang membangun. Dimana terdapat dukungan sosial yang baik dalam hubungannya, seperti ketika menghadapi peristiwa tertekan atau stres (Laursen dalam Gunarsa, 2004). Dibandingkan dengan yang tidak memiliki hubungan peer group atau hubungan peer group yang negatif, siswa
yang memiliki hubungan peer group yang positif lebih dapat mengatasi stres
karena dukungan dari teman-temannya.
Selain itu, peer group yang positif berpengaruh terhadap adanya keahlian sosial yang diperoleh, seperti kemampuan kejasama dengan orang lain. Hubungan peer group yang positif akan memberi hasil pada prestasi
akademik dan keterlibatan dalam kegiatan sekolah, sedangkan hubungan peer
group yang negatif akan menimbulkan masalah perilaku. Masalah perilaku yang muncul pada remaja seperti terlibat dalam perkelahian, tawuran, penggunaan obat-obatan, seks bebas sampai pada kenakalan remaja (Laursen dalam Gunarsa, 2004).
C. Ciri-ciri Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)
Menurut Slamet Santoso (1999:87) ciri-ciri kelompok teman sebaya (peer group) adalah sebagai berikut:
1. Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas
Peer group terbentuk secara spontan. Diantara anggota kelompok mempunyai kedudukan yang sama, tetapi ada satu diantara anggota kelompok yang dianggap sebagai pemimpin. Dimana semua anggota beranggapan bahwa dia memang pantas dijadikan sebagai pemimpin, biasanya disegani dalam kelompok itu.
7
2. Bersifat sementara
Karena tidak adanya struktur yang jelas, maka kelompok ini kemungkinan tidak bisa bertahan lama, jika yang menjadi keinginan masing-masing anggota kelompok tidak tercapai, atau karena keadaan yang memisahkan mereka seperti pada teman sebaya di sekolah.
3. Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas
Misalnya teman sebaya di sekolah, mereka umumnya terdiri dari individu yang berbeda-beda lingkungannya, yang mempunyai aturan atau kebiasaan yang berbeda-beda. Lalu mereka memasukkannya dalam kelompok sebaya sehingga mereka saling belajar secara tidak langsung tentang kebiasaan itu dan dipilih yang sesuai dengan kelompok, kemudian dijadikan kebiasaan kelompok.
4. Anggotanya adalah individu yang sebaya. Contoh konkretnya pada anak-anak usia SMP atau SMA.
D. Macam-macam Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)
Menurut para ahli yang dikutip oleh Andi Mappiare (1982: 158) terdapat kelompok-kelompok yang terbentuk dalam masa remaja. Kelompok-kelompok tersebut adalah:
1. Kelompok “Chums” (sahabat karib)
Chums yaitu kelompok dalam mana remaja bersahabat karib
dengan ikatan persahabatan yang sangat kuat. Anggota kelompok biasanya terdiri dari 2-3 remaja dengan jenis kelamin yang sama, memiliki minat, kemampuan dan kemuan-kemauan yang mirip. Beberapa kemiripan itu membuat mereka sangat akrab, walaupun kadang-kadang terjadi juga perselisihan, tetapi dengan mudah mereka melupakan.
2. Kelompok “Cliques” (komplotan sahabat)
Cliques biasanya terdiri dari 4-5 remaja yang memiliki minat,
8 terdiri dari penyatuan dua pasang Chums yang terjadi pada tahun-tahun pertama masa remaja awal. Jenis kelamin remaja dalam satu Cliques umumnya sama.
3. Kelompok “Crowds” (kelompok banyak remaja)
Crowds biasnya terdiri dari banyak remaja, lebih besar dibanding Cliques. Karena besarnya kelompok, maka jarak emosi antara anggota juga agak renggang. Dengan demikian terdapat kemampuan, minat dan kemauan diantara para anggota Crowds.
4. Kelompok yang diorganisir
Kelompok yang diorganisir merupakan kelompok yang sengaja dibentuk dan diorganisir oleh orang dewasa yang biasanya melalui lembaga lembaga tertentu misalnya sekolah. Kelompok ini timbul atas dasar kesadaran orang dewasa bahwa remaja sangat membutuhkan penyesuaian pribadi dan sosial, penerimaan dan ikut serta dalam suatu kelompok-kelompok.
5. Kelompok “Gangs”
Gangs merupakan kelompok yang terbentuk dengan sendirinya yang pada umumnya merupakan akibat pelarian dari empat jenis kelompok tersebut diatas. Mereka belajar memahami teman-teman mereka dan peraturan yang ada.
E. Fungsi Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)
Sebagaimana kelompok sosial yang lain, maka peer group juga
mempunyai fungsi. Menurut Santoso (1999: 85-87) Fungsi fungsi peer group
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mengajarkan kebudayaan. Dalam peer group ini diajarkan kebudayaan
9 2. Mengajarkan mobilitas sosial. Mobilitas sosial adalah perubahan status yang lain. Misalnya ada kelas menengah dan kelas rendah (tingkat sosial). Dengan adanya kelas rendah pindah ke kelas menengah ini dinamakan mobilitas sosial.
3. Membantu peranan sosial yang baru. Peer group memberikan
kesempatan bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru. 4. Peer group sebagai sumber informasi bagi orangtua dan guru bahkan
untuk masyarakat. Kelompok teman sebaya di sekolah bisa sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua tentang hubungan sosial individu dan seorang yang berprestasi baik dapat dibandingkan dalam kelompoknya.
5. Dalam peer group, individu dapat mencapai ketergantungan satu sama
lain. Karena dalam peer group ini mereka dapat merasakan kebersamaan
dalam kelompok, mereka saling tergantungan satu sama lainnya.
6. Peer group mengajarkan moral orang dewasa. Anggota peer group
bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa, untuk
mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka belajar memperoleh kemantapan sosial.
7. Di dalam peer group, individu dapat mencapai kebebasan sendiri.
Kebebasan di sini diartikan sebagi kebebasan untuk berpendapat, bertindak atau menemukan identitas diri. Karena dalam kelompok itu, anggota-anggota yang lainnya juga mempunyai tujuan dan keinginan yang sama.
8. Di dalam peer group, anak-anak mempunyai organisasi sosial yang baru.
Dengan adanya kelompok sosial seperti peer group tersebut akan
memberikan ruang dan waktu kepada individu untuk berubah dan berkembang sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan pribadinya dalam aspek kehidupan sosialnya. Mereka akan mengalami perubahan dalam berbagai hal yang memungkinkan untuk berperan menjadi lebih luas dalam kehidupan kelompok sosialnya yang ditandai dengan perubahan sikap dan perilakunya.
10 Menurut E Mavis Hetherington and Ross D Parke (1979:486)
sebagaimana kelompok sosial yang lain, maka kelompok teman sebaya (peer
group) juga mempunyai fungsi yaitu:
1. Memberi perhatian yang positif dan saran: mengunjungi, memberikan
kejutan/hadiah, saran, menawarkan bantuan, tersenyum, membentuk seseorang dari anak lain yang membutuhkan, percakapan umum.
2. Memberikan sikap dan penerimaan pribadi: secara fisik dan lisan.
3. Sikap tunduk: penerimaan pasif, meniru, sharing, menerima ide orang lain, mengikuti anak lain yang bermain, berkompromi, mengikuti teman yang lain meminta dengan keenagan dan kerjasama (kooperatif).
Dalam peer group mereka akan bersikap lebih dewasa dan berusaha untuk dapat setara dan memberikan sesuatu yang bermanfaat dalam kelompok, seperti belajar untuk menjadi pemimpin kelompok yang baik, memberikan konstribusi dan pengaruh terhadap kelompok dengan suasana yang menyenangkan dan penuh dengan keleluasaan dan kebebasan dalam menemukan identitas diri dan juga konsep dirinya.
F. Pengaruh Perkembangan Peer Group
Dalam pertemanan sebuah peer group akan ada dampak atau pengaruh
terhadap berkembangan remaja anggotanya baik pengaruh positif maupun negative. Menurut Santoso (1999: 88) dampak-dampak tersebut antara lain: 1. Pengaruh positif dari peer group adalah:
a. Apabila individu di dalam kehidupannya memiliki peer group maka mereka akan lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang.
b. Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas antar kawan.
c. Bila individu masuk dalam peer group, maka setiap anggota akan dapat membentuk masyarakat yang akan direncanakan sesuai dengan kebudayanan yang mereka anggap baik.
d. Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan, kecakapan
11
e. Mendorong individu untuk bersifat mandiri.
f. Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok.
2. Pengaruh negatif dari peer group adalah :
a. Sulit menerima seseorang yang tidak mempunyai kesamaan.
b. Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota.
c. Menimbulkan rasa iri pada anggota satu dengan yang lain yang tidak
memiliki kesamaan dengan dirinya.
d. Timbul persaingan antar anggota kelompok.
e. Timbul pertentangan/gap-gap antar kelompok sebaya.
Dalam pergaulan baik individu maupun kelompok harus dapat belajar berperilaku agar menuju kehidupan yang lebih baik. Kelompok teman sebaya (peer group) membutuhkan kedisiplinan agar dalam menjalankan aktivitas kelompoknya memperoleh suatu pengakuan dari masyarakat, karena telah berbuat sesuai dengan aturan dalam kehidupan bermasyarakat. Kedisiplinan harus ditanamkan dan dikembangkan dengan kebiasaan yang baik, agar seseorang dapat mencapai kehidupan yang baik, karena kedisiplinan merupakan kunci untuk meraih kesuksesan.
12 BAB III
KESIMPULAN
Peer group merupakan kelompok teman anak sebaya yang sukses di mana ia dapat berinteraksi. Dalam kelompok teman sebaya (peer group), individu merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainya seperti di bidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu. Kelompok teman sebaya sangat berpengaruh terhadap citra diri remaja. Remaja menjadi lebih dekat dengan teman sebayanya, karena mereka menganggap bahwa teman sebaya dapat memahami keinginannya sehingga mereka ingin menghabiskan waktunya dengan teman-temannya. Remaja dalam bergaul dengan teman sebaya merasa diberi status dan memperoleh simpati. Kualitas peer group terdiri dari kualitas persahabatan yang positif (seperti perasaan aman, pertemanan, dukungan) dan kualitas persahabatan yang negatif (seperti konflik, dominansi, permusuhan). Karena itu dalam pergaulan baik individu maupun kelompok harus dapat belajar berperilaku agar menuju kehidupan
yang lebih baik. Kelompok teman sebaya (peer group) membutuhkan
kedisiplinan agar dalam menjalankan aktivitas kelompoknya memperoleh suatu pengakuan dari masyarakat. Oleh sebab itu, peer group sangat penting untuk diperhatikan karena memiliki peranan yang cukup penting bagi perkembangan remaja.
13 DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad, Mohammad Asrori. 2009. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Asmara, Tejo. 2007. Efektivitas Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peer Group
dalam Meningkatkan Konsep Diri Siswa Kelas III A di SMP Mardisiswa 1 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Bayani, Irma, Sumastri Sarwasih. 2013. Attachment dan Peer Group dengan
Kemampuan Coping Stress Pada Siswa Kelas VII di SMP RSBI Al Azhar 8 Kemang Pratama. Jurnal Soul. Vol. 6, No.1.
Ekasari, Agustina, Zesi Andriyani. 2013. Pengaruh Peer Group Support dan
Self-Esteem Terhadap Resilience Pada Siswa SMAN Tambun Utara Bekasi. Jurnal Soul. Vol. 6, No.1.
Hariastuti, Retno Tri. 2012. Penerapan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peer
Group untuk Meningkatkan Kemampuan Remaja dalam Menjalin Persahabatan. Jurnal Psikologi. Vol. 2, No. 2. 135-140.
Indrayana, Praditya, Fabiola Hendrati. 2013. Hubungan antara Kecerdasan
Emosional dan Konformitas Kelompok Teman Sebaya dengan Konsep Diri Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. 2, No. 3, 199 – 207.
Nisfiannoor, M., Yuni Kartika. 2004. Hubungan antara Regulasi Emosi dan
Penerimaan Kelompok Teman Sebaya pada Remaja. Jurnal Psikologi. Vol. 2 No. 2, 160-178.
Wulan, Dewi Sri Nawang. 2007. Hubungan antara Peranan Kelompok Teman
Sebaya (Peer Group) dan Interaksi Siswa dalam Keluarga dengan Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas XI MAN 1 Sragen Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.