• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN DATA, DESAIN ARSITEKTUR & CODING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DESAIN DATA, DESAIN ARSITEKTUR & CODING"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN DATA , DESAIN

ARSITEKTUR & CODING

Tugas ke 10 Rekayasa Perangkat Lunak

Dibuat oleh :

Dekha Sundhawati (41813120217)

Dosen Pengampu :

Wachyu Hari Haji, S.Kom,MM

JURUSAN SISTEM INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

(2)

Pengertian Desain Data Menurut Para Ahli

Desain data adalah aktivitas pertama ( dan beberapa sering mengatakan yang terpenting ) dari empat aktivitas desain yang dilakukan selama rekayasa perangkat lunak.

Proses desain data dirangkum oleh Wasserman[WAS80]:

Aktivitas utama selama desain data adalah memilih representasi logis dari objek data (struktur data) yang didefinisikan selama tahap definisi persyaratan dan spesifikasi. Proses pemilihan dapat melibatkan analisis algoritmik terhadap struktur alternative untuk menentukan desain yang pling efisien atau hanya melibatkan penggunaan serangkaian modul (sebuah paket) yang memberikan operasi yang diperlukan pada beberapa reprsentsi suatu objek.

Wasserman [WAS80] mengusulkan serangkaian prinsip yang dapat digunakan untuk menentkan dan mendesain data. Serangkaian prinsip itu adalah sebagai berikut;

1. Prinsip analisis sistematik yang di apliksikan pada fungsi dan perilaku seharusnya diaplikasikan juga pada data.

2. Semua struktur data dan operasi yang akan dilakukan pada masing – masing struktur data harus diidentifikasi.

3. Kamus data harus dibangun dan digunakn untuk menentukan baik data maupun desain program.

4. Keputusan desain data tingkat rendah harus ditunda sampai akhir proses desain.

5. Representasi struktur data hanya boleh diketahui oleh modul – modul yang harus menggunkan secara langsung data yang didisikan didalam struktur tersebut.

6. Pustaka struktur data danoperasi yang digunakan yang dapat diaplikasikan pada struktur data tersebut harus dikembangkan.

7. Desain perangkat lunak dan bahasa pemerograman harus mendukung spesifikasi dan realisasi dari tipe – tipe data abstrak.

1. Desain Arsitektur

Desain arsitektur adalah untuk mengembangkan struktur program modular dan merepresentasikan hubungan control antar modul.

Metode desain yang disajikan pada bagian ini mendorong prekayasa perangkat lunak untuk berkosentrasi pada desain arsitektur sebelum mencemaskan masalah perpipaan.

(3)

a. Kontributor

Desain arsitektur berakar dari konsep esain yang lebih awal yang menekankan pada

modularitas [DEN73], desain topdown[WIR71],dan pemerograman

terstruktur[DAH72,LIN70]. Steven, Myers, dan Constantine [STE74], adalah perintis desain perangkat lunak yang didasarkan pada aliran data melalui sebuah sistem.

b. Area Aplikasi

Masing – masing metode desain mempunyai kelemahan dan kelebihan. Factor seleksi yang penting untuk suatu metode desain adalah luasnya apliksi dimana aplikasi dapat di aplikasikan. Desain berorientasi pada alira dat dapat menyetujui rentang area aplikasi yang luas.

2. Proses Desain Arsitektur

Desain yang berorientasi pada aliran data merupakan suatu metode desain arsitektur yang mengijinkan transisi yang baik dari model analisis ke deskripsi desain dari struktur program. Transisi dari aliran informasi (yang ditujukan sebagai diagram aliran data) kestruktur dilakukan bagian dari proses 5 langkah:

1. Tipe aliran informasi dibangun. 2. Batas aliran diindikasikan.

3. DFD dipetakan didalam struktur program. 4. Hirarki kontrol ditentukan dengan pemfaktoran.

5. struktur resultan disaring atau diperhalus dengan menggunakan pengukuran desain dan heuristik.

Pada bagian ini kita akan mengamati 2 tipe aliran.

a. Aliran Transformasi

Informasi memasuki system bersama dengan jalur yang mentransformasikan data eksternal kedalam bentuk internal dan akan didefinisikan sebagai aliran masuk. Pada inti perangkat lunak terjadi transisi. Data yang masuk dilewatkan melalui pusat transformasi dan mulai bergerak sepanjang jalur yang sekarang mengarah keluar dari perangkat lunak. Data yang mengalir disepanjang jalur – jalur disebut aliran keluar. Keseluruhan aliran data terjadi dalam

(4)

cara yang berurutan dan mengikuti satu atau hanya beberapa jalur”garis lurus”. Bil segmen dari diagram aliran data menunjukkan karakteristik tersebut, maka disitu ada aliran transformasi.

b. Aliran Transaksi

Aliran transaksi ditandai dengan pergerakan data sepanjang jalur masuk yang mengkonversi informasi dunia eksternal kedalam suatu transaksi. Transaksi tersebut dievaluasi, dan berdasarkan nilai, aliran sepanjang satu daribeberapa jalur aksi diinisiasi. Pusat aliran informasi dari mana banyak jalur aksi berasal disebut pusat transaksi.

3. Pemetaan Transformasi

Pemetaan transformasi adalah serangkaian langkah desain yang mengijinkn sebuah DFD dengan karakteristik aliran transformasi untuk dipetakan ke dalam template yang telah ditentukan sebelumnya untuk struktur program.

Langkah-langkah desain pemetaan transformasi: 1. kajilah model sistem fundamental.

2. Kajilah dan saringlah diagram aliran data untuk perangkat.

3. Tentukan apakah DFD memiliki karakteristik aliran transformasi dan transaksi. 4. Isolasi pusat transformasidengan mengkhususkan batas aliran masuk dan keluar.

5. Lakukan”pemfaktoran tingkat pertama”

6. Lakukan”pemfaktoran tingkat kedua”

7. Saringlah struktur program iterasi pertama dengan menggunakan heuristic desain bagi kualitas perangkat lunak yang telah ditingkatkan.

4. Pemetaan Transaksi

Pada banyak aplikasi perangkat lunak, item data tunggal memicu satu atau sejumlah aliran informasi yang mempengaruhi suatu fungsi yang diimplikasikan oleh pemicu item data. Item data yang disebut transaksi, dan karakteristik alirannya yang terkait.

Langkah-langkah desain pemetaan transaksi: 1. Kaji model sistem fundamental.

(5)

2. Kaji dan saring diagram aliran data untuk perangkat lunak.

3. Tentukan apakah DFD memiliki karakteristik aliran transformasi atau transaksi. 4. Identifikasi pusat transaksi dan karakteristik aliran sepanjang masing – masing jalur

aksi.

5. Petakan DFD pada sebuah struktur program yang sesuai dengan pemerosesan

transaksi.

6. faktorkan dan saringlah struktur transaksi dan struktur masing – masing jalur aksi. 7. saringlah strutur program iterasi pertama dengan menggunakan heuristic desain untuk

kualitas perangkat lunak yang dikembangkan.

5. Pasca Pemerosesan Desain

Aplikasi dari pemetaan transaksi dan transformasi yang berhasil kemudian ditambahkan pada dokumentasi tambahan yang dibutuhkan sebagai bagian dari desain arsitektur. Setelah struktur dikembangkan dan disaring, tugas-tugas berikut harus dilakukan:

 Mengembangkan narasi pemerosesan untuk masing – masing modul.

 Menyediakan deskripsi interface untuk masing – masing modul.

 Menentukan struktur data local dan global.

 Mencatat semua batasan desain.

 Mengkaji desain.

 Mempertimbangkan “optimasi” (bila perlu dan dibenarkan).

7. Optimasi Desain Arsitektur

Desainer perangkat lunak harus memperhatikan perkembangan representasi perangkat lunak yang akan memenuhi semua fungsi dan persyaratan kinerja dan penerimaan jasa berdasarkan pengukuran desain kualitas. Oleh karena itu cukup beralasan untuk mengusulkan pendekatan berikut ini untuk perangkat lunak kinerja kritis.

1. Kembangkan dan saringlah struktur program tanpa memperhatikan optimasi kinerja kritis.

2. Gunakan peranti CASE yang mensimulasi kinerja run – time untuk menisolasi area inesifiensi.

3. selama iterasi desain selanjutnya, pilihlah modul yang dicurigai “time hot” dan dengan hati-hati kembangkanlah prosedur(algoritma-algoritma) untuk efisiensi waktu.

(6)

4. Kodekan sebuah bahasa pemerograman yang sesuai.

5. Instrumentasikan perangkat lunak untuk mengisolasi modul yang menjelaskan

utilisasi proses yang berat.

6. Bila perlu, Desain ulang atau kodekan kembali bahasa yang tergantung pada mesin untuk meningkatkan efisiensi.

8. Desain Interface

Desain interface memfokuskan diri pada 3 area perhtian:

1. Desain interface antara modul – modul perangkat lunak.

2. Desain interface antara perangkat lunak dan produser dan konsumen informasi bukan manusia lainnya (yakni entitas eksternal lainnya).

3. Desain interface antara pemakai dan komputer. a. Desain Interface Pemakai Internal Dan Eksternal

Desain interface program internal, yang kadang disebut desain interface intermodular, dikendalikn oleh data yang harus mengalir diantara modul – modul dan karakteristik bahasa pemerograman dimana perangkat lunak akan diimplementasikan. Secara umum, model analisis berisi banyak informasi yang dibutuhkan bagi desain interface intermodular.

Desain interface eksternal dimulai dengan evaluasi terhadap masing – masing entitas eksternal yang di representasikan pada DFD model analisis. Persayaratan data dan kontrol dari entitas eksternal ditentukan, dan dirancang interface eksternal yang sesuai. Desain interface eksternal bagi masing – masing sensor didasarkan item kontrol dan data spesifik yang dibutuhkan untuk sensor tersebut.

Baik desain interface eksternal maupun internal harus dirangkai dengan validasi data dan algoritma penanganan kesalahan dalam sebuah modul. Karena efeksamping menyebar melalui interface program, maka penting untuk mengecek semua aliran data dari modul ke modul (atau ke dunia luar) untuk memastikan bahwa data sesuai dengan batas yang telah ditentukan selama analisis persyaratan.

b. Desain Interface Pemakai

Desain interface pemakai berkaitan dengan study terhadap manusia, juga terhadap isu – isu teknologi. Siapakah para pemakainya? Bagaimana pemakai belajar berinteraksi dengan

(7)

sistem berbasis komputer yang baru? Bagaimana pemakai menginterpresentasikan informasi yang dihasilkanoleh sistem? Apakah yang diharapkan dari sistem tersebut? Itu hanya sebagian kecil dari banyak pernyataan yang harus diajukan dan dijawab sebagai bagian dari desain interface pemakai.

9. Desain Interface Manusia-Mesin

a. Model-Model Desain Interface

Ada empat model yang berbeda pada saat manusia-komputer/ human-komputer interface (HCL) akan didesain. Perekayasa perangkat lunak menciptakan sebuah model desain, perekayasa manusia ( atau perekayasa perangkat lunak) membangun model pemakai, pemakai akhir mengembangkan citra mental yang sering disebut user’s model atau perception, dan implementer sistem menciptakan system image [RUB88].

Model desain dari keseluruhan sistem menggabungkan data, arsitektur, interface, dan representasi prosedural dari perangkat lunak.

Model pemakai menggambarkan profil para pemakai akhir dari sistem. Untuk membangun interface pemakai yang efektif,”semua desain harus dimulai dengan suatu pemahaman terhadap pemakai yang dimaksudkan, meliputi profil, usia, jenis kelamin”[SHN87]. Para pemakai juga dapat dikategorikan sebagai:

 Orang baru

 Pemakai intermiten yang banyak pengetahuan

 Pemakai yang banyak pengetahuan dan sering

Persepsi sistem (model pemakai) merupakan citra sistem yang ada dikepala seorang pemakai akhir. Sebgai contoh, bila pemakai pengelola kata tersebut, persepsi sistem akan menuntun respon tersebut.

Citra sistem merangkai manifestasi bagian luar dari sistem berbasis computer (tampilan luar dan “rasa” interface), dengan semua informasi yang mendukung (buku-buku, manual, pita video) yang menggambarkan sintaksis dan semantik sistem.

(8)

b. Pemodelan Dan Analisis Tugas

Pemodelan dan analisis tugas dapat diaplikasikan untuk memahami tugas – tugas yang sedang dilakukan oleh banyak orang (jika menggunakan pendekatan manual atau semi-otomatis) dan kemudian memetakannya kedalam serangkaian tugas yang mirip (tetapi tidak bener – benar identik) yang diimplementasikan dalam konteks HCI.

Perekayasa harus lebih dahulu menetapkan dan mengklarifikasi tugas – tugas. Salah satu pendekatan adalah elaborasi stepwise. Sebagai contoh, kita asumsikan sebuah perusahaan perangkat lunak kecil perlu membangun sistem computer-aided secara eksplisit untuk desainer interior.

Sekali tugas atau aksi yang ditentukan, maka desain interface dimulai. Langkah pertama dalam proses desain interface [NOR86] dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan berikut:

1. Tentukan tujuan untuk tugas itu.

2. Petakan masing – masing tujuan untuk serangkaian aksi khusus.

3. tentukan urusan aksi saat tindakan akan dieksekusi pada tingkat interface. 4. indikasi keadaan sistem

5. tentukan mekanisme kontrol.

6. perlihatkan bagaimana mekanisme kontrolmempengaruhi keadaan sistem.

7. indikasi bagaimana pemakai menginterpretasi keadaan sistem dari informasi yang diberikan melalui interface.

c. Masalah – Masalah Desain

Pada saat interface pemakai berkembang, hampir muncul empat masalah desain umum, yaitu: waktu respon sistem, fasilitas help pemakai, penanganan informasi kesalahan, dan pelabelan perintah.

Waktu respon sistem mempunyai dua karakteristik penting: panjang dan variabilitas. Bila jarak (panjang) eaktu untuk respon sistem terlalu panjang, stres dan frustasi pemakai akan menjadi hal yang dapat dihindari. Tetapi, waktu respon yang sangat pendek juga dapat menggangu bila pemakai ditinggak interface.

(9)

Variabilitas mengacu pada penyimpangan terhadap waktu respon rata – rata, dan dalam banyak hal variabilitas lebih penting dari karakteristik waktu respon.

Ada dua tipe fasilitas help yang berbeda: integrated dan add-on[RUB88].fasilitas help integrated didesain kedalam perankat lunak sejak awal.peralatan itu sering menjadi sensitif konteks, yang memungkinkan pemakai memilih topik – topik yang relevan dengan kegiatan yang sedang dilakukan. Fasilitas help add-on ditambahkan ke perangkat lunak seetelah sistem tersebut dibangun.dalam banyak hal fasilitas tersebut benar – benar

Merupakan manual pemakai on-linebdengan kapabilitas query yang terbatas. Pemakai mungkin harus mencari daftar yang berisi ratusan topik untuk mendapatkan pedomn yang sesuai, sering membuat banyak kesalahan dan menerima informasi yang tidak relevan.

Ada sejumlah masalah desain [RUB88] yang harus ditekankan bila fasilitas help dipertimbangkan:

 Apakah help akan dapat diperoleh untuk smua fungsi sistem dan pada keseluruhan waktu selama interaksi sistem? Pilihan mencakup help hanya untuk suatu sub-kumpulan dari semua fungsi dan aksi, dan help untuk semua fungsi.

 Bagaimana pemakai memperoleh help? Pilihan meliputi menu help, kunci fungsi khusus, dan sebuah perintah help.

 Bagaimana help akan direpresentasikan? Pilihan mencakup sebuah jendela terpisah, reperensi untuk dokumen yang dicetak (kurang ideal), dan satu atau dua baris usulan yng dibuat pada suatu lokasi layar yang tetap.

 Bagaimana pemakai kembali keinteraksi normal?pilihan mencakup tombol return yang ditanpilkan pada layar dan kunci fungsi atau urutan kontrol.

 Bagaimana informasi help distruktur? Pilihan mencakup struktur “datar” dimana semua informasi diakses melalui sesuatu kata kunci, hirarki informasi bertingkat yang memberikn detail tambahan pada saat pemakai melangkah kedalam struktur tersebut, dan kegunaan hiperteks.

Secara umum setiap pesan atau peringatan kesalahan yang dihasilkan oleh sebuah sistem intraktif harus memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Pesan harus menggambarkan masaalah dalam istilah yang dapat dipahami oleh pemakai.

(10)

 Pesan harus memberinasehat intruktif untuk membetulkan kesalahan.

 Pesan harus mengindikasikan kosekuensi negatif dari kesalahan.

 Pesan harus disertai oleh isarat visual atau audibel.

 Pesan harus tidak “menghakimi”, yaitu penyusunan kata tidak boleh menyalahkan pemakai.

Ada sejumlah isu desain yang muncul pada saat perintah diberikan sebagai sebuah mode interaksi:

 Apakah setiap pilihan menu akan memiliki perintah yang sesuai?

 Bagaimanakah bentuk yang akan diambil oleh perintah tersebut?

 Seberapa sulitkah mempelajari dan mengimgat perintah – perintah tersebut?

 Dapatkah dikostumasi atau disingkat oleh pemakai?

d. Peranti Implementasi

Proses desain interface pemakai adalah iteratif; yaitu, sebuah model desain dibuat,diimplementasikan sebagai sebuah prototipe, diuji oleh pemakai dan dimodifikasi berdasarkan pendapat mereka.

Dengan menggunakan perangkat lunak yang dikemas sebelumnya yang dapat digunakan secara langsung oleh desainer dan implementor atau pemakai interface, UIDS memberi mekanisme built-in [MYE89] untuk:

 Mengatur perangkat input.

 Memvalidasi input pemakai.

 Menangani kesalahan dan menampilkan pesan kesalahan.

 Memberi umpan balik.

 Menyediakan help dan prompt.

 Penanganan jendela dan field, scrolling pada jendela.

 Membangun koneksi antara perangkat lunak aplikasi dan interface.

 Mengisolasi aplikasi dari fungsi – fungsi managemen interface.

(11)

e. Evaluasi Desain

Sekali prototipe interface pemakai operasional diciptakan, maka prototipe itu harus dievaluasi untuk menentukan apakah memenuhi kebutuhan pemakai.evaluasi dapat memenuhi spektrum formalitas yang terentang dari “ test drive” informal dimana seorang pemakai memberi umpan blik mendadak sampai study yang dirancang secara formal yang menggunakan metode statistik untuk mengevaluasi kuesioner yang dikerjakan oleh populasi pemakai akhir.

Bila sebuah model desain interface telah diciptakan, maka sejumlah kriteria evaluasi [MOR81] dapat diaplikasikan selama kajian desain awal:

1. Panjang dan kompleksitas spesifikasi tertulis dari sistem dan interfacenya.

2. Jumlah perintah atau aksi yang ditentukan dan jumlah rata – rata argumen per perintah atau per individual per aksi.

3. Jumlah aksi, perintah dan keadaan sistem yang diindikasikan oleh model desain, menunjukkan beban memori pada pemakai sistem.

4. Gaya interface, fasilitas help, dan protokol penanganan kesalahan memberikan suatu indikasi umum mengenai kompleksitas interface dan tingkat dimana interface akan diterima oleh pemakai.

10. Pedoman Desain Interface

Ada tiga kategori pedoman desain HCI: interaksi umum, tampilan informasi, dan entry data.

1. Interaksi Umum

Pedoman bagi interaksi umum sering melewati batasan kedalam tampilan informasi, entridata, dan kontrol sistem keseluruhan. Dengan demikian pedoman itu mencakup keseluruhan dan bila diabaikan akan menimbulkan resiko besar. Pedoman berikut berfokus pada interaksi umum:

 Konsisten

 Berikan umpan balik yang sangat berarti

 Mintalah verifikasi terhadap sembarang aksi destrutif yang signifikan

 Ijin kemudahan pembatalan sebagian besar aksi

 Kurangi jumlah informasi yang harus diingat diantara aksi – aksi

 Usahakan adanya efisiensi dalam dialog, gerakan, dan pemikiran

(12)

 Kategorikan aktifitas menurut fungsi dan atur geografi layar secar sesuai

 Sediakan fasilitas help dan sensitif konteks

 Gunakan verbal aksi yang sederhana atau frase verbal pendek untuk menamai perintah

2. Tampilan Informasi

Bila informasi yang disajikan oleh HCI tidak lengkap, ambigu, atau tidak dapat dimengerti, makaapliksi tersebut akan gagal memenuhi kebutuhan pemakai. Infomsi “ditampilkan” dalam banyak cara yang berbeda: dengan teks, gambar dan suara; dengan penempatan, gerakan dan ukuran; dan dengan menggunakan warna, resolusi, dan bahkan penghilangan.pedoman berikut berfokus pada tampilan informasi:

 Menampilkan hanya informasi yang relevan dengan konteks yang ada

 Jangan membanjiri pemakai dengan data, gunakn format representasi yang

memungkinkan asimilasi informasi yang cepat.

 Gunakan label – label yang konsisten, penyingkatan standar, dan warna yang dapat diprediksi

 Ijinkan pemakai untuk memelihara konteks visual

 Hasilkan pesan kesalahan yang berarti

 Gunakan huruf besar dan kecil, indentasi, dan pengelompokkan teks untuk membantu

pemahaman.

 Gunakan jendela untuk menggolongkan tipe – tipe informasi yang berbeda

 Gunakan tampilan analog untuk mempresentasikan informasi yang lebih mudah

diasimilasikan dengan bentuk representasi ini

 Pertimbangkan ketersediaan geografi layar tampilan dan gunakan secara efisien

3. Input Data

Dalam banyak aplikasi, keybord menjadi medium input yang utama, tetapi mouse, digitizer, dan bahkan sistem pengenaln suara secara cepat menjadi alternatif yang efektif. Pedoman – pedoman berikut berfokus pada input data:

 Minimalkan jumlah aksi input pyang dibutuhkan dari pemakai.

 Jagalah konsistensi diantara tampilan informasi dan input data

 Ijinkan pemakai mengkostumasi input

(13)

 Non aktifkan perintah yang tidak sesuai didalam konteks aksi yang sedang berlangsung

 Biarkan pemakai mengontrol aliran interaktif

 Silakan help untuk membantu semua aksi input

(14)

Apa Itu Coding ?

Secara umum atau secara garis besar Coding jika di istilahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah Pemrograman. Bahasa yang digunakan oleh OS(Operating System) dalam melakukan suatu tugas tertentu disebut Coding. Karena dalam komputer hanya mengenal yang namanya Bahasa Biner yaitu bilangan 1 dan 0, maka manusia sulit untuk mengerti bahasa ini jadi di buatlah bahasa tingkat tinggi yang dimengerti oleh manusia yang di sebut bahasa pemrograman hight level. Coding bertujuan tentu untuk membuat program komputer, dan program komputer itu sendiri adalah kumpulan instruksi-instruksi dalam membantu sebuah komputer dalam mengeksekusi untuk melakukan aktifitas tertentu. Banyak bahasa pemrograman yang sering digunakan untuk membuat sebuah program komputer, seperti VB(Visual Basic), Java, PHP dan masih banyak bahasa pemrograman komputer lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

• Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait Kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia dan Upaya Penegakan Hak Asasi

Rumah sakit memiliki proses terstandar yang terdokumentasi dalam kebijakan resmi rumah sakit untuk memberikan kewenangan klinik bagi setiap anggota staf medis untuk

Variabel pilihan mahasiswa pada saat pendaftaran ( enrollment choices ), nilai UN pada tingkat SMU, motivasi belajar, latar belakang pendidikan, dukungan keluarga dan rekan (

melaksanakan proses pembelajaran memiliki skor rata-rata 111,87 dan tergolong dalam kategori sangat baik, (2) kinerja guru sesudah bersertifikasi dalam melaksanakan

Dengan menggunakan fungsi yang dimiliki form generator, aplikasi membuat 2 file baru dengan lokasi penyimpanan pada folder view dari modul yang dipilih pengguna. Isi dari 2

Dibutuhkan suatu program pelatihan kerja yang terus menerus bagi para pegawai baik yang baru saja diterima maupun yang sudah lama bekerja di dalam

Klastik Shoes dapat menetapkan central warehouse price dengan kenaikan selisih harga kedua produk maksimal sebesar 6% dan penurunan maksimal sebesar 1% dari solusi

Pada penelitian data rekam medis pasien di rs bedah mitra sehat dengan metode naive bayes dan clustering didapat bebrapa gejala jenis penyakit tersebut dengan beberapa