PERKAWINAN PADAGELAHANG DI BALI
PERSPEKTIF ANTROPOLOGI
Oleh:
LUH AYU KUSMIRAYANI 0801605001
JURUSAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
i
PERKAWINAN PADAGELAHANG DI BALI
PERSPEKTIF ANTROPOLOGI
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Antropologi pada
Fakultas Sastra Universitas Udayana
Oleh :
LUH AYU KUSMIRAYANI 0801605001
JURUSAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
ii
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing dan diuji pada tanggal: 28 Januari 2013.
Pembimbing II Pembimbing I
(Dr. Ni Luh Arjani, M. Hum.) (Dra. Ni Made Wiasti, M. Hum.) NIP : 19570210 198601 2 001 NIP : 19591208 198601 2 001
iii
Skripsi ini telah diuji dan disetujui oleh tim penguji pada tanggal 28 Januari 2013
iv ABSTRAK
Sejalan dengan sistem kekerabatan di Bali yakni patrilineal, dimana garis keturunan dilihat dari anak laki sehingga menjadikan kedudukan anak laki-laki menjadi lebih istimewa dibandingkan anak perempuan. Bentuk perkawinan yang paling umum dilaksanakan di Bali adalah perkawinan biasa dan nyentana. Perkawinan nyentana dilaksanakan oleh keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki sehingga tidak dapat memilih perkawinan biasa. Kemudian muncul permasalahan bagi keluarga yang memiliki anak tunggal dan tidak memungkinkan memilih perkawinan biasa ataupun nyentana. Disinilah muncul bentuk perkawinan padagelahang yang dinilai sebagai solusi permasalahan tersebut.
Permasalahan dalam penelitian ini terkait dengan latar belakang perkawinan padagelahang di Bali, proses perkawinan padagelahang di Bali dan dampak dari perkawinan padagelahang. Teori yang digunakan adalah teori fungsional dari Malinowski, teori feminis dengan aliran feminisme sosialis dan teori perubahan sosial sebagai dasar penelitian. Adapun beberapa konsep yang dipergunakan meliputi: konsep perkawinan, konsep padagelahang itu sendiri dan konsep perkawinan padagelahang. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Bali dengan lokasi yang tidak fokus pada satu wilayah, melihat domisili informan yang berbeda-beda. Jenis data yang digunakan berupa data kualitatif dengan sumber data primer dan sekunder yang diperoleh melalui observasi, wawancara serta studi kepustakaan. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Data dalam penelitian ini diperoleh dari tiga pasang pengantin beserta orang tua serta dari tokoh masyarakat yang mampu memberikan informasi terkait dengan perkawinan
padagelahang.
Latar belakang perkawinan padagelahang ternyata tidak semata-mata karena sama-sama sebagai anak tunggal, namun juga dilatarbelakangi oleh karena sama-sama tidak sebagai anak tunggal, oleh kesamaan soroh (klen) dan oleh faktor lain. Proses perkawinan padagelahang sama halnya dengan perkawinan biasa dan nyentana yakni dengan cara mepadik (meminang), namun dalam proses upacaranya perkawinan padagelahang tidak ada istilah “mepamit” selayaknya perkawinan biasa dan nyentana. Perkawinan padagelahang inipun menimbulkan berbagai dampak dalam keluarga dan masyarakat yakni status ganda serta hak dan kewajiban yang juga dipikul secara ganda, mengingat status suami maupun istri tetap bertahan di rumahnya masing-masing. Berdampak juga pada akta perkawinan dan adanya surat perjanjian untuk memperkuat perkawinan.
v
KATA PENGANTAR
Terimakasih dan puji syukur yang teramat dalam penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa ( Tuhan Yang Maha Esa ), karena berkat rahmat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Perkawinan Padagelahang di Bali Perspektif Antropologi”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana program (S-1) Jurusan Antropologi, Fakultas Sastra, Universitas Udayana.
Banyak kendala yang penulis hadapi untuk mewujudkan karya tulis ini. Namun berkat rahmat dan petunjuk Ida Sang Hyang Widhi Wasa, serta bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, secara moril maupun materiil, sehingga karya tulis ini dapat terwujud. Sebagai penghargaan atas semua yang diberikan kepada penulis, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Udayana.
2. Bapak Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Sastra Universitas Udayana, yang juga sebagai tokoh adat dan pernah menangani perkawinan padagelahang. Terimakasih karena bersedia bercerita dan memberikan informasi terkait penelitian penulis. 3. Bapak Drs. I Nyoman Suarsana, M.Si., selaku Ketua Jurusan
Antropologi Fakultas Sastra Universitas Udayana dan juga sebagai Pebimbing Akademik penulis, yang telah banyak memberikan motivasi, nasehat dan kepercayaan kepada penulis selama menjalani proses perkuliahan.
vi
4. Ibu Dra. Ni Made Wiasti, M. Hum., selaku pembimbing I yang dengan sabar memberi masukan, saran, petunjuk serta telah membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Ibu Dr. Ni Luh Arjani, M. Hum., selaku pembimbing II yang telah memberikan semangat, saran dan telah banyak meluangkan waktu untuk penulis berkonsultasi demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. 6. Seluruh dosen pengajar di Jurusan Antropologi Fakultas Sasatra
Universitas Udayana atas jasa-jasa dan ilmunya yang diberikan kepada penulis selama menjadi mahasiswa Antropologi.
7. Ibu Dra. Ida Ayu Alit Laksmiwati, M. Si., selaku dosen Antropologi Fakultas Sastra Universitas Udayana dan juga sebagai bibi yang selalu membimbing dalam hal apapun, memberikan nasehat maupun motivasi serta petuah-petuah yang sangat bermanfaat bagi masa depan penulis nantinya.
8. Bapak Prof. Dr. Wayan P. Windia, S.H.,MSi., selaku dosen di Fakultas Hukum Universitas Udayana, yang juga pengarang buku Perkawinan
Padagelahang di Bali. Terimakasih karena dengan senang hati telah membagi waktu dan informasi kepada penulis terkait keperluan skripsi ini.
9. Bapak I Made Suastika Ekasana, S.H. Sag. MAg., selaku dosen hukum dan Pembantu Dekan I di Fakultas Dharma Duta Universitas Institut Hindu Dharma serta sebagai wakil ketua PHDI Provinsi Bali, yang bersedia memberikan informasi terkait keperluan penelitian penulis.
vii
10. Ketiga pengantin perkawinan padagelahang beserta orang tua dalam penelitian ini yang menerima kehadiran penulis dengan tangan terbuka dan rasa kekeluargaan. Terimakasih karena telah bersedia memberikan waktu dan kepercayaan, tanpa ragu bercerita tentang kehidupan perkawinan padagelahang serta informasi yang berkaitan dengan penelitian penulis. Semoga perkawinan padagelahang yang dijalani senantiasa sejahtera dan diberkati oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
11. Bapak I Putu Widi Dharma yang telah memberikan motivasi dan kasih sayang selama hidup penulis. Ibu tercinta Ida Ayu Agung Trisnawati yang tulus menyayangi, mendidik dan menegur saat kekeliruan. Selalu menyelipkan doa dalam langkah penulis, memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menempuh pendidikan SI Antropologi di Universitas Udayana serta berjuang dengan tangguh demi kebahagiaan anak-anaknya. Terimakasih atas dukungan moril dan materiil yang diberikan selama hidup penulis.
12. Kakak tersayang Putu Narendrayana, S.E., yang telah menjadi kakak yang menyenangkan, menghibur dan sebagai panutan bagi penulis. Senantiasa memberikan nasehat yang memotivasi, dan selalu menjadi seorang kakak yang melindungi.
13. Putu Tegar Buana Putra, yang telah menjadi partner hebat. Selalu menggenggam tangan penulis saat melangkah, menepuk bahu penulis saat terjatuh, membagi tawa dan menjadi tempat bertukar fikiran terkait Antropologi. Terimakasih atas kehadiran, cerita dan bantuan yang diberikan selama ini.
viii
14. Kerabat Antropologi Udayana, Kak Yuda yang bersedia membagi pengetahuan kepada penulis, Kak Coy, Kak Inggit, Kak Yanti, Kak Awiq, Kak Aldo, Ryan, Bram, Putri, Melly, Maul, Daud, Andre, Firman, Budarsa, Tiqqa, Aik, Angga, Dwik, Ayu, Linda, Dee-dee, dan teman-teman lain. Terimakasih atas motivasi, saran, diskusi ringan namun bermakna, canda maupun gurauan dan hal mengasyikkan yang kita lalui bersama.
15. Kepada Onyin, Indri, Rika, Dwik Gembul, Ade Candra, Kelly, Oking, Adikku Gek Agung, Kakakku Diah Ismayawati juga Mbok Gek Kartika serta teman-teman maupun kerabat lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih telah memberikan semangat-semangat yang bermakna dan kebersamaan yang menyenangkan. Untuk semua pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan maupun motivasi, yang tidak mungkin penulis satu persatu disini, semoga mendapatkan balasan yang bermakna dan berharga dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik maupun saran.
Denpasar, Januari 2013
Penulis
ix DAFTAR ISI Halaman PRASYARAT GELAR………....i LEMBAR PERSETUJUAN………....ii LEMBAR PENGESAHAN………....iii ABSTRAK………...iv KATA PENGANTAR………..…v DAFTAR ISI………...ix DAFTAR ISTILAH………..xiii DAFTAR TABEL………....xvii DAFTAR GAMBAR………...xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang……….………. .. 1 1.2Rumusan Masalah..………...…… 9
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian..………. .. 9
1.3.1 Tujuan Penelitian.………... 9
1.3.2 Manfaat Penelitian……….. 9
1.3.2.1Manfaat Teoritis………... 9
1.3.2.2Manfaat Praktis……… 10
1.4Kerangka Teori dan Definisi Konsep……… 10
1.4.1 Kerangka Teori……….……… 10
1.4.2 Definisi Konsep………...……….….. 13
1.5Model Penelitian………... 14
1.6 Metode Penelitian……….. 16
1.6.1 Lokasi Penelitian….………... 16
1.6.2 Jenis dan Sumber Data………... 16
x
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data……….. 18
1.6.5 Analisis Data……….. 21
BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH BALI 2.1 Kondisi Geografi………. 23
2.2 Kondisi Demografi………... 24
2.3 Kondisi Sosial dan Budaya……….. 26
2.3.1 Bahasa………. 26
2.3.2 Agama………... 27
2.3.3 Mata Pencaharian Hidup………. 29
2.3.4 Diferensiasi dan Stratifikasi Sosial………..……... 32
2.3.5 Sistem Kekerabatan……….33
2.3.5.1 Keluarga-batih, Rumah-tangga dan Keluarga-Luas………... 36
2.3.5.2 Klen Kecil dan Klen Besar………. 37
BAB III LATAR BELAKANG PERKAWINAN PADAGELAHANG DI BALI 3.1 Pengertian Perkawinan………..………...…. 40 3.2 Tujuan Perkawinan………44 3.3 Bentuk-Bentuk Perkawinan……….. 46 3.3.1 Perkawinan Biasa……… 47 3.3.2 Perkawinan Nyentana………. 48 3.3.3 Perkawinan Padagelahang………. 50 3.4 Cara-Cara Perkawinan………. 51 3.4.1 Perkawinan Ngerorod………..………...…….... 52 3.4.2 Perkawinan Mepadik………... 53
xi 3.4.3 Perkawinan Jejangkepan…………. 53 3.4.4 Perkawinan Nyangkring……….. 54 3. 4.5 Perkawinan Ngodalin………. 54 3.4.6 Perkawinan Tetagon……….…... 54 3.4.7 PerkawinanNgunggahin……….. 55 3.4.8 Perkawinan Melegandang………... 55
3.5 Latar Belakang Perkawinan Padagelahang………...……..…. 57
3.5.1 Karena Sama-Sama Sebagai Anak Tunggal ..……… 59
3.5.2 Karena Sama-Sama Tidak Sebagai Anak Tunggal………. 61
3.5.3 Karena Faktor Lain……… 67
3.5.4 Karena Berasal Dari Klen atau “Soroh” Yang Sama……….70
BAB IV PROSES DAN IMPLIKASI PERKAWINAN PADAGELAHANG DI BALI 4.1 Proses dan Upacara Agama Perkawinan Mepadik……… 74
4.2 Tekhnis dan Realita Proses Perkawinan Padagelahang………... 77
4.3 Dampak Perkawinan Padagelahang………... 86
4.3.1 Dampak Pada Status Ganda Didalam Keluarga dan Masyarakat………... 87
4.3.2 Dampak Pada Kewajiban (Swadharma) dan Hak (Swadikara) Dikeluarga Maupun Masyarakat……….... 89
4.3.3 Dampak Pada Perbedaan Akta Perkawinan dan Pasubaya Mawarang……….……… 99
xii BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan………... 105 5.2 Saran……….. 106 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
DAFTAR ISTILAH
1. Babad, pamancangah, prasasti: Sejarah keturunan untuk klen di Bali
2. Bhuta Yadnya: Korban suci yang ditujukan kepada “bhuta kala” yang bertujuan untuk membersihkan alam semesta beserta isinya dari gangguan dan pengaruh-pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh makhluk halus yang jahat (bhuta kala).
3. Brahmana, Ksatrya, Vaisya, Sudra: Nama-nama golongan dalam masyarakat Bali
4. Butha kala/kala: Makhluk-makhluk halus yang jahat dan makhluk halus perwujudan dewa-dewa yang bersifat merusak.
5. Dadia: Hubungan kekerabatan (satu leluhur) yang garis hubungannya sudah tidak jelas lagi
6. Dewa Yadnya: Upacara suci yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan para dewa-dewa
7. Dewasa ayu: Hari baik bagi umat Hindu 8. Duwenang sareng: Miliki bersama
9. Gamia Gemana: Perkawinan yang dianggap pantang dan melanggar norma kesusilaan. Misal ibu menikah dengan anaknya, saudara menikah dengan saudara kandung/tirinya, antara seorang dengan keponakannya.
10. Grhastin/grahasta: Sebutan disaat manusia yang telah melalui tahapan berumah tangga menurut ajaran agama Hindu
11. Jaba: 1. Sebutan untuk golongan kaum Sudra di Bali, 2. Orang kebanyakan 12. Kahyangan Tiga: Tiga pura yang biasanya ada di setiap desa (Pura Desa, Pura
Puseh, Pura Dalem)
13. Kapurusa/purusa: 1.Pemberani; 2. Hubungan kekeluargaan dari garis laki-laki
14. Karmaphala: Hasil akibat perbuatan (dalam filsafat agama Hindu) 15. Kemulan taksu: Tempat pemujaan di masing-masing tempat kediaman 16. Magegelanan: Bertunangan
xiv
17. Manusa Yadnya: Upacara suci yang bertujuan untuk memelihara hidup dan membersihkan lahir bathin manusia mulai dari terwujudnya jasmani dalam kandungan sampai upacara potong gigi, perkawinan dan “mewinten”
18. Masakapan: Upacara adat untuk perkawinan 19. Maselong: Dihukum dengan cara diasingkan
20. Mediksa: Melakukan pensucian diri untuk tujuan keagamaan (menjadi pendeta dan sebagainya), mentasbihkan diri.
21. Mekedengan ngad: Bentuk perkawinan bertukar antar saudara perempuan suami dengan saudara laki-laki istri
22. Mepadik/ngidih: Meminang
23. Mepamit: Pamitan (dalam hal ini disebutkan untuk upacara perkawinan) 24. Merangkat/ngerorod: Melarikan seorang gadis untuk dinikahi/kawin lari 25. Mesedek/masadok: Menyampaikan
26. Moksa: Keadaan jiwa yang bebas dari penjelmaan serta bersatu kembali dengan Tuhan
27. Ngadat: Menjadi anggota adat
28. Ngarangin: Mendirikan rumah tangga sendiri dan memisahkan diri dari rumah tangga orang tua
29. Ngerob: Tetap tinggal di perumahan orang tua
30. Ngungkab lawang: Salah satu ritual upacara adat perkawinan di Bali
31. Ngunya/mejauman/pejati: Nama upacara adat dalam perkawinan bagi umat Hindu
32. Niskala: 1. Tidak terlihat. 2. Dunia tidak terlihat
33. Nyentana/nyeburin: Bentuk perkawinan di Bali dimana si wanita mengawini si laki-laki dengan menarik laki-laki itu ke rumpun keluarganya
34. Padagelahang: 1.Saling memiliki; 2.Bentuk perkawinan di Bali dimana wanita dan laki-laki tetap berstatus di rumahnya masing-masing dengan mengemban dua tanggung jawab
35. Paibon/panti: Tempat pemujaan leluhur bagi umat Hindu 36. Panca Yadnya: Lima upacara keagamaan dalam agama Hindu 37. Panes: Panas/membawa bencana.
xv 39. Patuku luh: Penyerahan mas kawin
40. Pawiwahan, nganten, mekerab kambe, pewarangan: Perkawinan 41. Pawos: Pasal
42. Pejati, pemelaku, pengeluku, penyedek: Utusan yang menyampaikan informasi pada perkawinan ngerorod/kawin lari
43. Pemangku: Pendeta/tokoh agama Hindu
44. Pemuput: Pelaksana upacara agama yang biasanya dilakukan oleh pendeta 45. Pitra Yadnya: Upacara untuk roh leluhur yang sudah meninggal
46. Prajuru adat: Petugas adat
47. Predana: Status untuk perempuan
48. Punarbhawa: Menjelma kembali dalam agama Hindu 49. Pura: Tempat suci agama Hindu
50. Purusa/kapurusa: Status untuk laki-laki
51. Putung/camput: Putus keturunan/tidak memiliki keturunan
52. Raad Kerta: Lembaga peradilan adat ciptaan pemerintahan kolonial yang pernah mengatur sistem kehidupan sosial adat Bali pada era 1930-an sampai menjelang tahun 1952
53. Rsi Yadnya: Upacara untuk menjadi pendeta 54. Samshara: Kelahiran berulang kali
55. Sanggah: Kuil keluarga/tempat persembahyangan keluarga bagi umat Hindu 56. Sekala: 1. Nyata. 2. Dunia nyata
57. Sentana Peperasan: Anak angkat
58. Sentana/Sentana rajeg: Pelanjut keturunan
59. Soroh Pasek, Pande, Arya: Jenis-jenis klen di Bali
60. Soroh: Klen/paguyuban orang-orang dari garis keturunan tertentu di Bali 61. Suputra: Anak yang baik
62. Swadharma: Kewajiban 63. Swadikara: Hak
64. Tri Murti: Tiga perwujudan Ida Sang Hyang Widhi yakni Brahma, Wisnu , Siwa
65. Triwangsa: Tiga golongan dalam masyarakat Hindu
xvi
67. Upacara byakaonan: Salah satu ritual adat dalam upacara perkawinan umat Hindu
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penduduk Menurut Kelompok Umur, Daerah Perkotaan/Pedesaan, dan Jenis Kelamin………...……….25
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Upacara Perkawinan Dwi Adnyana dengan Wahyu Primasari
di Tabanan………79
Gambar 4.2 Upacara Perkawinan Dwi Adnyana dengan Wahyu Primasari
di Nusa Penida……….……..…...80
Gambar 4.3 Upacara Perkawinan Putu Eka dengan Putu Wiwin
di Tabanan………...82
Gambar 4.4 Upacara Perkawinan Putu Eka dengan Putu Wiwin
di Negara………..….82
Gambar 4.5 Upacara Perkawinan Bapak Gusti Nyoman dengan
Bu Gusti Ayu di Desa Jagapati………...………..….…….84
Gambar 4.6 Upacara Perkawinan Bapak Gusti Nyoman dengan
Bu Gusti Ayu di Desa Abiansemal……….…...84
Gambar 4.7 Bu Gusti Ayu dan Bapak Gusti Nyoman Menandatangani