• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemaknaan prosesi 'Baralek' Nagari Padang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemaknaan prosesi 'Baralek' Nagari Padang"

Copied!
235
0
0

Teks penuh

(1)PEMAKNAAN PROSESI ‘BARALEK’ NAGARI PADANG (Studi Etnografi Komunikasi Pada Masyarakat Minangkabau Kota Padang, Sumatera Barat). SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom). Stephanie Elia 12140110237. PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI MULTIMEDIA JOURNALISM FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA TANGERANG 2016.

(2) PERNYATAAN. Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya ilmiah saya sendiri, bukan plagiat dari karya ilmiah yang ditulis oleh orang lain atau lembaga lain, dan semua karya ilmiah orang lain atau lembaga lain yang dirujuk pada skripsi ini telah disebutkan sumber kutipannya serta dicantumkan di Daftar Pustaka. Jika di kemudian hari terbukti ditemukan kecurangan/penyimpangan, baik dalam pelaksanaan skripsi maupun dalam penulisan laporan skripsi, saya bersedia menerima konsekuensi dinyatakan TIDAK LULUS untuk mata kuliah Skripsi yang telah saya tempuh.. Tangerang, 19 Juni 2016. Stephanie Elia. iii Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(3) PEMAKNAAN PROSESI ADAT ‘BARALEK’ NAGARI PADANG (Studi Etnografi Komunikasi Pada Masyarakat Minangkabau di Kota Padang Sumatera Barat) ABSTRAK Oleh: Stephanie Elia Perkawinan merupakan suatu fase kehidupan yang akan dijalani oleh manusia. Perkawinan bagi orang Minang dianggap sebagai suatu masa peralihan hidup yang amat penting. Setelah menikah, seseorang dianggap telah memasuki dunia dewasa dan mengalami peralihan status dari kemenakan menjadi urang (orang). Bagi orang Minang, perkawinan merupakan sebuah bentuk peresmian ikatan atau hubungan timbal balik antara dua kaum yang dipersatukan dalam sebuah ikatan perkawinan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan menjadikan konstruktivis sebagai paradigma penelitian. Penelitian ini bersifat deskriptif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode etnografi komunikasi, dikarenakan penelitian ini berfokus pada pemaknaan rangkaian prosesi adat ‘Baralek’ Nagari Padang, Kota Padang, Sumatera Barat. Teori yang melatarbelakangi penelitian ini adalah teori interaksionisme simbolik dan etnografi komunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui komponen komunikasi yang terkandung dalam prosesi adat ‘Baralek’ Nagari Padang; (2) Mengetahui situasi komunikasi dari prosesi adat ‘Baralek’ Nagari Padang; (3) Mengetahui tindakan komunikasi prosesi adat ‘Baralek’ Nagari Padang. (4) Mengetahui makna prosesi adat ‘Baralek’ Nagari Padang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi dalam prosesi adat ‘Baralek’ Nagari Padang dibangun dari peristiwa, situasi, dan tindakan komunikasi. Masyarakat Minangkabau memaknai prosesi adat ‘Baralek’ Nagari Padang sebagai sebuah kewajiban adat dan bagian dari identitas mereka sebagai orang Minangkabau. Dalam pelaksanaannya ‘Baralek’ menjunjung nilai Islami yang dipegang teguh dan dijadikan sebagai pedoman dalam bertindak.. Kata kunci : perkawinan, adat, budaya, etnografi komunikasi, interaksionisme simbolik. iv Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(4) KATA PENGANTAR. Puji dan rasa syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaanNya selama ini, berkat karunia dan kasih sayang-Nya penulis dapat melakukan dan menyelesaikan penelitian berjudul Pelaksanaan Prosesi Adat ‘Baralek’. Nagari. Padang. (Studi. Etnografi. Komunikasi. Pada. Masyarakat. Minangkabau di Kota Padang Sumatera Barat). Selama peneliti melaksanakan penelitian ini, peneliti banyak sekali mendapatkan bimbingan dan bantuan dari dosen pembimbing, orangtua, sahabat, serta narasumber. Dalam penyusunan laporan penelitian ini pun penulis mendapatkan banyak sekali dorongan dan motivasi dari orang-orang terdekat. Dengan berakhirnya proses penulisan laporan penelitian ini, peneliti ingin mempergunakan kesempatan untuk mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung peneliti untuk menyelesaikan karya ini tepat waktu. Terima kasih sebesar-besarnya peneliti ucapkan kepada : 1.. Dr. Amin Sar Manihuruk, M,Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu membimbing dan menyemangati peneliti dalam penyusunan dan pembuatan skripsi sehingga peneliti dapat menyelesaikannya tepat pada waktunya. Terima kasih atas kesempatannya.. v Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(5) 2.. Dr. Bertha Sri Eko M., M.Si. selaku Ketua Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi sekaligus penguji, karena telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyusun penelitian ini dan memberi masukan.. 3.. Camelia Catharina L.S., S.Sos., M.Si. selaku ketua sidang yang telah memimpin jalannya sidang dengan sangat baik.. 4.. Kepada ayah, Edward Benthus yang telah sangat membantu dan berperan besar dalam membantu peneliti menemukan narasumber yang dibutuhkan. Terima kasih untuk selalu memberikan dorongan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Juga kepada ibu, Yaniwati Litardi. Terima kasih atas motivasi dan penyertaannya baik dalam moriil maupun materiil.. 5.. Kepada Indra Faisal, Chessie, Dewi, Novianty, dan Marah Yulius selaku informan yang telah bersedia untuk diwawancarai serta memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Terima kasih atas waktu dan kesempatan yang telah diberikan.. 6.. Kepada Sisilia Yolanda dan Sabrina Effendi selaku sahabat yang sangat. membantu. peneliti. dalam. menemukan. narasumber,. informasi, dan buku-buku mengenai budaya Minangkabau. peneliti merasa amat bersyukur atas support dan perhatian yang diberikan. Terima kasih untuk selalu ada.. vi Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(6) 7.. Kepada Wenny Halim, selaku kakak yang bersedia meminjamkan netbook miliknya untuk digunakan peneliti dalam mengetik serta menyusun skripsi ini, dari awal hingga akhir.. 8.. Kepada The Binales: Jerry, Sen, Via, Gaby, Toyo, Yoko, Della, Nca, dan Fabi selaku sahabat. Terima kasih atas perhatian, support, canda, tawa, serta cobaan yang diberikan kepada peneliti selama menyusun skripsi ini. See you on top, Guys!. 9.. Kepada teman seperjuangan menyusun skripsi. Maya Novita dan Michelle Clysia. Terima kasih karena telah menemani, serta memberi saran kepada peneliti dalam proses penulisan skripsi. Bertoga 2016!. 10.. Terima kasih kepada Jonathan Vito selaku partner setia peneliti dalam menjalani hari-hari. Terima kasih atas dukungannya.. 11.. Dan terima kasih kepada semua teman yang sudah memberi dukungan, canda tawa, dan berbagi kisah selama proses menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas partisipasi, bantuan, semangat, dan motivasinya.. Terima kasih untuk semua pihak di atas, yang jasa-jasanya tak bisa dikupas satu per satu. Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu peneliti terbuka untuk kritik dan saran. Semoga skripsi ini bermanfaat, baik sebagai. vii Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(7) sumber informasi maupun sumber inspirasi, baik dalam bidang akademis maupun praktis. Tangerang, 17 Juni 2016. Stephanie Elia. viii Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(8) DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………..…….ii HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………………..….iii ABSTRAKSI……………………………………………………...............................iv KATA PENGANTAR …………………………………………….…………………v DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ix DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………..xiv DAFTAR TABEL………………………………………….…………………….…xv DAFTAR BAGAN………………………………………………………………..xvi. BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..……...1 1.1 Latar Belakang………………………….……………………….1 1.2 Rumusan Masalah…………………...….………...…....……...4 1.3 Tujuan Penelitian…..…………….…….………..……......…….4 1.4 Kegunaan Penelitian……………………………...…………….5 BAB II KERANGKA TEORI…………………………………………………..……..6 2.1 Penelitian Sejenis Terdahulu………………………………….…..6 2.2 Teori dan Konsep Yang Digunakan……………………………..10 2.2.1 Landasan Teori………………………………..…………...10 ix Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(9) 2.2.1.1 Interaksionisme Simbolik……………………..….10 2.2.1.2 Etnografi Komunikasi………………………...…...13 2.2.1.3 Kebudayaan……………………………………….15 2.2.1.4 Baralek ………………………………………….19 2.2.1.5 Langkah Adat Perkawinan Minangkabau………..23 2.3 Kerangka Pemikiran………………………...……………………37. BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………..………………38 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian ……………………………….…….38 3.2 Metode Penelitian…….……………..………………………….40 3.3 Teknik Pengumpulan Data……………………………………….40 3.4 Unit Analisis.…………………………………………………..43 3.5 Keabsahan data….……………………………………………..45. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…….………………..……....50 4.1 Subjek dan objek peneitian…….…………….……………..….50 4.1.1 Prosesi Baralek Adat Nagari Padang………….………….56. x Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(10) 4.1.2 Letak Geografis…………………………….……………..54 4.1.3 Jumlah Penduduk Kota Padang………………………….54 4.1.4 Profil Informan……………………………………………56 4.2 Hasil Penelitian……………………………………….………….58 4.2.1 Pelaksanaan Prosesi Baralek Nagari Padang…….………61 4.2.2 Pemaknaan Prosesi Baralek Nagari Padang………..…….62 4.2.3Pengaruh Agama dalam Prosesi Baralek Nagari Padang………………………………………….….87 4.3 Pembahasan………………………………………………………89 4.3.1 Makna Prosesi Baralek Nagari Padang dalam Perspektif Teori Interaksi Simbolik.....................................91 4.3.2 Makna Prosesi Baralek Nagari Padang dalam Perspektif Teori Interaksi Simbolik dan Etnografi Komunikasi……………………………………..93 4.3.3 Analisis Makna Peristiwa Komunikasi…………...………95 4.3.3.1 Prosesi Manapuak Banduah………………….…..95 4.3.3.2 Prosesi Maminang dan Barundiang……………105 4.3.3.3 Prosesi Malam Bainai………………….…….…..114 4.3.3.4 Prosesi Manjapuik Marapulai……………….…..123. xi Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(11) 4.3.3.5 Akad Nikah………………………………………132 4.3.3.6 Babako…………………………………...………137 4.3.3.7 Baralek……………………………………..…….144 4.3.4 Analisis Makna Situasi Komunikasi pada Prosesi Baralek Nagari Padang………………..…...…………….146 4.3.5 Analisis Tindak Komunikasi pada Prosesi Adat Baralek Nagari Padang………………............................151 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………..156 5.1 Simpulan………………………….……………………………...158 5.2 Saran……………………………………………………………...160 5.2.1 Saran Akademis…………………………………………...162 5.2.2. Saran Praktis………………………………………………164. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN CURRICULUM VITAE. xii Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(12) xiii Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(13) DAFTAR GAMBAR. Gambar 4.1 Makan Bajamba………………………………………………………...61 Gambar 4.2 Carano………………………………………………………………......66 Gambar 4.3 Prosesi Malam Bainai…………………………………………………..69 Gambar 4.4 Anak Daro Bersama Daun Inai di Jari…………………………………71 Gambar 4.5 Akad Nikah……………………………………………………………..73 Gambar 4.6 Anak Daro Diantar Bako Menuju Rumah Orangtua…………………...75 Gambar 4.7 Tarian Pasambahan……………………………………………………..75 Gambar 4.8 Baju Adat Marapulai dan anak daro………………………….………74. xiv Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(14) DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Review Penelitian Sejenis Terdahulu…………………………………..…9 Tabel 3.1 Matriks Informan……………………………………………………….41 Tabel 4.1Jumlah Penduduk Kota Padang…………………………………………....53. xv Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(15) DAFTAR BAGAN. Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran……………………………………………………35. xvi Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(16) BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Setiap manusia ditakdirkan untuk hidup berpasang-pasangan dan terikat dalam suatu hubungan perkawinan. Perkawinan sendiri dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan untuk memenuhi kebutuhan masingmasing, baik secara rohani maupun jasmani. Perkawinan. bagi orang. Indonesia khususnya suku Minangkabau, tentunya tidak hanya melibatkan kedua mempelai semata, namun juga orang tua serta seluruh anggota keluarga besar dari kedua belah pihak. Perkawinan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial (Asmin, 1986, h. 10). Perkawinan dinilai sebagai suatu hal yang sakral dan amat penting bagi suku Minangkabau. Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Republik Indonesia Pasal 1 menjelaskan, bahwa perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.. 1 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(17) Suku Minangkabau adalah masyarakat yang sangat menjunjung tinggi seluruh hukum adat dan segala ketentuannya. Bagi masyarakat ini, adat merupakan jalan hidup, cara berpikir dan bertindak. Dari cara berpikir dan bertindak itulah lahirnya sebuah kebudayaan.. Bicara tentang adat. dan budaya Minangkabau sama artinya dengan bicara tentang penerapan ajaran-ajaran Islam di dalam masyarakat Minangkabau. Dengan kata lain, Minangkabau adalah Islam. Pada masyarakat Minangkabau terdapat empat peristiwa penting dalam kehidupan. Yaitu mendirikan rumah gadang, perkawinan, pengangkatan penghulu (kepala kaum), dan kematian. Empat peristiwa ini dinilai penting karena merupakan tonggak penentuan status sosial bagi seseorang atau kaum Minangkabau. Masyarakat Minangkabau menyebut prosesi atau rangkaian perayaan atau pesta perkawinan adat dengan istilah Baralek. Perkawinan bagi masyarakat Minangkabau merupakan penentuan status seorang kemenakan menjadi dewasa. Setelah menikah, seorang laki-laki Minang akan menjadi sumando sekaligus mamak bagi kaum pihak istri. Sedangkan perempuan akan menjadi mande pada kaumnya sendiri. Sumando adalah sebutan untuk laki-laki Minang yang menjadi menantu di keluarga perempuan atau istrinya. Mande adalah panggilan untuk seorang ibu, sedangkan mamak adalah sebutan bagi paman atau saudara laki-laki dari pihak ibu. Puti Reno Raudha Thaib dalam bukunya yang berjudul Palaminan Minangkabau (2014, h. 2), menuliskan bahwa perkawinan bagi individu. 2 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(18) Minangkabau merupakan peresmian seorang laki-laki atau perempuan dari suatu kaum memasuki dunia dewasa. Perkawinan menjadi sebuah peresmian atau terjadinya hubungan timbal balik yang seimbang antara dua kaum yang dihubungkan dalam tali atau ikatan perkawinan tersebut. Karena begitu pentingnya makna sebuah perkawinan pada suku Minangkabau, maka Baralek menjadi upacara penggabungan dua kaum yang berbeda dengan masing-masing kebesaran, kehormatan, harga diri, dan kekayaan. Prosesi perkawinan adat Minangkabau atau Baralek sendiri memiliki proses yang cukup panjang dan amat kaya dengan simbol-simbol yang mengandung makna. Berlangsung kurang lebih selama tiga hingga tujuh hari, Baralek memiliki tujuh langkah tradisi adat yang harus dijalani hingga perkawinan tersebut dianggap sah. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berniat dan ingin mengetahui. secara. lengkap. mengenai. prosesi. perkawinan. adat. Minangkabau Nagari Padang. Peneliti menemukan tradisi yang terkandung dalam prosesi Baralek amat menarik untuk diteliti. Baralek dengan segala tradisi, prosesi adat, baju tradisional, hingga pelaminannya yang tak biasa mengandung makna dan simbol yang tak akan pernah habis untuk dibahas. Ruang lingkup penelitian Pemaknaan Prosesi Perkawinan Adat ‘Baralek’. Nagari. Padang. adalah. masyarakat. Minangkabau. yang. memahami dan menjalani prosesi adat ‘Baralek’.Penelitian ini dilakukan di Kota Padang, Sumatera Barat. Hal ini dikarenakan objek penelitian. 3 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(19) merupakan masyarakat Minangkabau yang menetap di Kota Padang. Penelitian ini dilakukan pada Maret hingga Juni 2016.. 1.2. Latar Belakang Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana peristiwa komunikasi yang terkandung dalam prosesi Adat perkawinan ‘Baralek’ Nagari Padang? 2) Bagaimana situasi komunikasi dalam prosesi Adat perkawinan ‘Baralek’ Nagari Padang? 3) Bagaimana tindakan komunikasi yang pada prosesi Adat perkawinan ‘Baralek’ Nagari Padang? 4) Bagaimana makna Prosesi Adat perkawinan ‘Baralek’ Nagari Padang?. 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui komponen komunikasi yang terkandung dalam prosesi Adat perkawinan ‘Baralek’ Nagari Padang. 2. Tindakan komunikasi dari prosesi Adat perkawinan ‘Baralek’ Nagari Padang. 3. Situasi komunikasi yang ada pada prosesi Adat perkawinan ‘Baralek’ Nagari Padang.. 4 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(20) 4. Untuk mengetahui makna prosesi Adat perkawinan ‘Baralek’ Nagari Padang.. 1.4. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoretis Penelitian ini dapat memberi kontribusi pada kajian llmu komunikasi khususnya di bidang etnografi komunikasi budaya. Menambah pengetahuan pada kajian ilmu etnografi budaya dengan menggunakan masyarakat Minangkabau sebagai objek penelitian. 2. Secara Praktis Manfaat penelitian ini untuk menggali nilai-nilai budaya yang terkandung pada prosesi Baralek atau perkawinan adat Masyarakat Minangkabau Nagari Padang. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah apresiasi terhadap prosesi Baralek atau perkawinan adat Masyarakat Minangkabau Nagari Padang. mengenai makna yang terkandung di dalamnya dan meningkatkan pengetahuan mengenai nilai-nilai dalam prosesi Baralek atau perkawinan adat Masyarakat Minangkabau Nagari Padang.. 5 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(21) BAB II KERANGKA TEORI. 2.1. Penelitian Sejenis Terdahulu Dalam menentukan judul penelitian ini, penulis melihat beberapa jenis skripsi yang sudah ada sebagai referensi. Skripsi tersebut berasal dari beberapa universitas yang ada di Indonesia. Kedua skripsi sejenis yang penulis pilih memiliki isu yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu tentang perkawinan adat tradisional. Hanya saja objek atau subjek penelitian, media, dan metodologinya berbeda. Penelitian pertama karya Melisa, mahasiswi Universitas Sriwijaya yang berjudul “Proses Pernikahan Adat Masyarakat Palembang Di Kelurahan 15 Ulu”. Teori serta konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnografi komunikasi dan Interaksionisme simbolik. Penelitian bersifat deskriptif dan menggunakan studi kasus dan wawancara sebagai teknik pengumpulan data. Hasil temuan penelitian menujukkan pernikahan masyarakat Palembang memiliki beberapa tahapan, antara lain proses pelaksanaan sebelum pernikahan, proses pelaksanaan pernikahan, antara lain proses pelaksanaan sesudah pernikahan merupakan rangkaian upacara peninggalan nenek moyang yang diwariskan secara turun- temurun kepada masyarakat. 6 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(22) Palembang. Dalam pelaksanaanya, tak semua hal masih diikuti oleh masyarakat. Salah satu proses yang mulai ditinggalkan adalah ngantarke keris, ketika mau masuk ke rumah pengantin perempuan, pengantin laki-laki harus melangkahi pedupaan”. Perubahan pada proses pernikahan adat masyarakat Palembang merupakan akibat dari penyebaran unsur-unsur kebudayaan (difusi), asimilasi, dan akulturasi yang dipengaruhi oleh faktor perubahan pola pikir dan kemajuan pendidikan, pengaruh kebudayaan masyarakat lain, perubahan sikap masyarakat. Penelitian kedua berjudul: “Makna Prosesi Perkawinan Jawa Timur” oleh Usfatun Zannah, mahasiswi Universitas Riau, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Penelitian ini menggunakan etnografi komunikasi dan interaksionisme simbolik sebagai teori dan konsep. Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan studi kasus, observasi lapangan, dan wawancara sebagai teknik pengumpulan. Penelitian ini menggunakan teks sejarah sebagai acuan penelitian. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa bebagai nilai lokal yang terkandung dalam upacara “Tebus Kembar Mayang” adalah bahwa upacara ini berasal dari agama Hindu, dan merupakan perwujudan dari adat. dan agama. Prosesi adat ini juga menunjukkan keunikan dari. masyarakat Jawa Timur yang masih mempertahankan keaslian budaya. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis lakukan terlihat dari beberapa unsur. Yaitu objek penelitian, paradigma. 7 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(23) penelitian, serta hasil penelitian. Objek penelitian yang digunakan peneliti adalah masyarakat Minangkabau yang tinggal di wilayah Nagari Padang. Berbeda dengan Melisa dan Usfatun yang menjadikan masyarakat Palembang Kelurahan 15 Ulu dan masyarakat Desa Jatibaru, Kabupaten Siak. sebagai. objek. penelitian.. Peneliti. menggunakan. paradigma. konstruktivis, sedangkan Usfatun menggunakan paradigma intepretif dalam melihat fenomena yang dikaji. Review mengenai kedua penelitian tersebut bisa dilihat dari tabel berikut.. Tabel 2.1 Review Penelitian Sejenis Terdahulu Penelitian. Penelitian Pertama. Penelitian Kedua. Judul. Proses Pernikahan Adat. Makna Prosesi Perkawinan Jawa. Penelitian. Masyarakat Palembang Di. Timur (Pendekatan Etnografi. Kelurahan 15 Ulu. Komunikasi dalam Upacara Tembus Kembar Mayang di Desa Jatibaru, Kacamatan Bungaraya, Kabupaten Siak, Provinsi Riau). Penulis. Melisa. Usfatun Zannah. Universitas. Universitas Sriwijaya. Universitas Riau. Teori yang. Etnografi Komunikasi dan. Etnografi komunikasi dan. digunakan. interaksionisme simbolik oleh. interaksionisme simbolik. Sofian dalam Lexy J.. 8 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(24) Moeleong Metode. Penelitian Kualitatif dengan. Penelitian Kualitatif dengan. Penelitian. pendekatan Etnografi. paradigma interpretif.. komunikasi.. Hasil. Proses pernikahan adat. Tradisi Kembar Mayang. Penelitian. masyarakat Palembang. merupakan pewujudan dari adat. merupakan akibat dari. dan agama. Tradisi ini. penyebaran unsur-unsur. mencerminkan keunikan. kebudayaan (difusi), asmilasi,. masyarakat Jawa Timur yang. dan akulturasi yang. masih mempertahankan keaslian. dipengaruhi oleh factor. budayanya, sekaligus memberi. perubahan pola piker dan. peluang untuk menghidupkan. kemajuan pendidikan,. kembali nilai-nilai budayanya.. pengaruh kebudayaan masyarakat lain, dan perubahan sikap masyarakat. Persamaan. -Isu. perkawinan. masyarakat tertentu -Penelitian kualitatif. adat - Isu perkawinan adat masyarakat tertentu deskriptif - Penelitian deskriptif kualitatif -Teknik pengumpulan data dengan. -Teknik pengumpulan data observasi, wawancara mendalam dengan observasi, wawancara -Strategi penelitian: studi kasus. 9 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(25) mendalam dan dokumentasi - Strategi penelitian: studi kasus Perbedaan. Objek. penelitian. masyarakat. adalah -. penelitian. Palembang masyarakat. Kelurahan 15 Ulu. 2.2. Objek. Jawa. adalah. Timur. Desa. Jatibaru. Teori dan Konsep 2.2.1. Landasan Teori Penelitian ini menggunakan Teori Interaksionisme Simbolik dan Teori Etnografi komunikasi dalam mengkaji situasi, peristiwa, dan tindak komunikasi yang terjadi dalam upacara Adat Perkawinan „Baralek‟ Nagari Padang. 2.2.1.1 Interaksionisme Simbolik Penelitian. ini. menggunakan. teori. Interaksionisme. Simbolik untuk mengkaji fenomena yang terjadi dalam adat perkawinan „Baralek‟ Nagari Padang. Teori ini menjadi acuan peneliti dalam memaknai setiap ritual yang ada. Larossa dan Reitzes (1993 dikutip dalam West-Turner, 2008, h. 96) menyatakan bahwa interaksi simbolik adalah sebuah kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lainnya, menciptakan dunia. 10 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(26) simbolik dan bagaimana dunia ini, sebaliknya, membentuk perilaku manusia. Susanne K. Langer (Mulyana, 2008, h. 92) menjelaskan salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang, di mana manusia adalah satu-satunya hewan yang menggunakan lambang. Di dalam buku yang sama, Ernst Cassirer juga mengatakan bahwa keunggulan manusia dari makhluk lain adalah keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum. Yaitu mampu menggunakan simbol sebagai cerminan kemampuan manusia untuk berbahasa atau berkomunikasi. Sedangkan Kuswarno (2008, h. 22) menyatakan bahwa karakteristik dasar dari ide ini adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Pencipta teori ini sejatinya adalah George Herbert Mead, namun kemudian muridnya yang bernama Herbert Blumer mempopulerkan teori ini dengan nama „Teori Interaksi Simbolik‟. Larossa & Reitzes, (1993, h. 136) menjelaskan pada intinya interaksi simbolik merupakan sebuah kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lainnya, menciptakan dunia simbolik dan. 11 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(27) bagaimana dunia ini, sebaliknya membentuk perilaku manusia (West & Turner, 2013, h. 96). Larossa & Reitzes (1993) mengatakan bahwa ada tiga tema besar yang mendasari asumsi dalam teori interaksi simbolik (West & Turner, 2008, h. 98-104) yaitu: 1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia a) Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain terhadap mereka. b) Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia. c) Makna dimodifikasi melalui proses interpretif. 2. Pentingnya konsep mengenai diri a) Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain. b) Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku. 3. Hubungan antara individu dan masyarakat a) Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial. b) Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial. Mead (West & Turner, 2008, h. 104-108) menyatakan bahwa interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari Mind (pikiran manusia) Self (mengenai diri), dan hubungannya di tengah. 12 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(28) interaksi. sosial,. dan. tujuan. bertujuan. akhir. untuk. memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah Society (masyarakat) di mana individu tersebut menetap. Douglas (1970) dalam Ardianto (2007, h.136) menuliskan bahwa makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi. Berdasarkan berbagai keterangan dari para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua tindakan yang dilakukan manusia berasal dan terbentuk dari konsep pikiran, diri, dan masyarakat. Manusia bereaksi dan saling berkomunikasi berdasarkan makna-makna yang ada. Hal ini berjalan selaras dan tak terpisahkan. Pada penelitian ini, interaksi yang dilakukan individu dalam setiap prosesi adat „Baralek‟ Nagari Padang menjadi salah satu objek penelitian. Lewat teori interaksionisme simbolik, peneliti akan menganalisis dan menginterpretasi makna yang terkandung dalam prosesi. adat „Baralek‟. Nagari Padang. 2.2.1.2 Etnografi Komunikasi Dalam penelitian ini, penelliti juga menggunakan teori etnografi komunikasi untuk mengkaji peristiwa yang terjadi dalam adat perkawinan „Baralek‟ Nagari Padang.. 13 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(29) Etnografi komunikasi adalah ilmu yang mengkaji tentang bagian sejarah dalam masyarakat, kebudayaan yang dianut oleh. sekelompok. masyarakat. yang. dikaji. dengan. menggunakan teori etnografi. Kuswarno (2008, h. 11) menyatakan bahwa etnografi komunikasi adalah ilmu yang lahir dari pengembangan antropologi linguistic yang dipahami dalam konteks ilmu komunikasi. Littlejohn & Foss (2009, h. 460) menuliskan bahwa etnografi komunikasi melihat pada: 1) Pola komunikasi yang digunakan oleh sebuah kelompok. 2) Mengartikan semua kegiatan komunikasi ini ada untuk kelompok. 3) Kapan dan di mana anggota kelompok menggunakan semua kegiatan. 4) Bagaimana praktik komunikasi menciptakan suatu komunitas. 5) Keragaman kode yang digunakan oleh sebuah kelompok. Kuswarno (2008, h.2) menuliskan bahwa etnografi komunikasi merupakan salah satu dari studi penelitian yang mengkhususkan pada berbagai penemuan pola komunikasi manusia dalam suatu masyarakat tutur. Menurutnya,. 14 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(30) definisi etnografi komunikasi sendiri adalah pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang bebeda-beda kebudayaannya (2008, h. 11). Hymes dalam Teori Komunikasi (Little John & Foss 2008, h. 461) menjelaskan: Budaya berkomunikasi memiliki cara yang berbeda, tetapi semua bentuk komunikasi membutuhkan kode bersama, pelaku komunikasi yang tahu dan menggunakan kode, sebuah alat, keadaan, bentuk pesan, topik, dan sebuah peristiwa yang diciptakan dengan penyebaran pesan. Hymes (Kuswarno, 2008, h. 14) juga menuliskan ruang lingkup kajian etnografi sebagai berikut: 1) Pola dan fungsi komunikasi 2) Hakekat dan definisi masyarakat tutur 3) Cara-cara berkomunikasi 4) Komponen-komponen kompetensi komunikatif 5) Hubungan bahasa dengan pandangan dunia dan organisasi sosial. 6) Semesta dan ketidaksamaan linguistik dan sosial. Teori etnografi komunikasi menurut Littlejohn & Fosh (2009, h. 356-357) memiliki tujuh asumsi sebagai berikut: 1) Komunikasi dapat digambarkan dalam sistem aturan. Anggota masyarakat membuat komunikasi pilihan di luar tata bahasa. Mereka membuat pilihan. 15 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(31) berdasarkan apa yang cocok dalam konteks sosial budaya mereka. 2) Para pengguna simbol, khususnya simbol yang melingkupi struktur kehidupan sosial budaya. 3) Komunikasi berpola. Meskipun kepribadian dan kekhasan individu dapat mempengaruhi pilihan komunikasi, namun sebagian besar dari komunikasi manusia tidak terstruktur. Pada umumnya, kehidupan sehari-hari terdiri dari banyak urutan komunikasi yang diulang-ulang setiap harinya. 4) Komunikasi berbeda. Sumber apa saja yang tersedia untuk melakukan komunikasi, bagaimana komunikasi dilakukan, dan bagaimana komunikasi dinilai berbeda di seluruh konteks sosial budaya. 5) Komunikasi adalah konsekuensi sosial, orang-orang yang menanggung konsekuensi oleh suatu masyarakat tertentu. 6) Komunikasi strategis. Menggunakan kode verbal dan nonverbal sebagai acuan untuk individu ataupun kelompok mencapai hasil yang diharapkan.. 16 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(32) 7) Komunikasi tidak mutlak ditentukan oleh budaya atau kelompok. Kuswarno (2008, h. 34) menyatakan bahwa fokus perhatian etnografi komunikasi adalah perilaku komunikasi dalam tema kebudayaan tertentu, jadi bukan keseluruhan perilaku seperti dalam etnografi. Yang dimaksud adalah tindakan atau kegiatan seseorang, kelompok atau khalayak ketika terlibat dalam proses komunikasi. Peneliti harus mengetahui terlebih dahulu mengenai bagaimana peristiwa dan bentuk tindakan komunikasi yang dilakukan, agar dapat menyimpulkan hubungan berbagai komponen dalam proses komunikasi tersebut. 2.2.1.4 Kebudayaan Gustini & Alfan (2012, h. 15) menuliskan bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, budaya dapat diartikan sebagai “hal-hal yang berkenaan dengan akal”. Menurut Lonner dan Malpass dalam Samovar (2010, h. 27), budaya merupakan pemrograman pikiran atau hal yang dibuat manusia dan lingkungan. Di dalam budaya, adat istiadat serta kebiasaan dari para leluhur diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya.. 17 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(33) Koentjaraningrat (2009, h. 165) mengatakan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan universal yang akan selalu ada pada semua bangsa di dunia, yaitu: 1. Bahasa 2. Kelengkapan hidup 3. Sistem sosial kemasyarakatan 4. Sistem mata pencaharian 5. Sistem pendidikan dan pengajaran 6. Sistem kepercayaan 7. Sistem kesenian Merill dalam Gustini & Alfan (2012, h. 17) menjelaskan kebudayaan merupakan pola-pola perilaku yang dihasilkan dalam interaksi sosial dan semua perilaku ataupun semua produk yang dihasilkan oleh seseorang sebagai anggota masyarakat yang ditemukan melalui interaksi simbolis. Dari berbagai definisi dan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya merupakan suatu hal yang diciptakan oleh manusia dan memiliki peran amat penting dalam membentuk pola perilaku manusia. Budaya menjadi menjadi pedoman manusia dalam bertindak dan mengambil keputusan. Hal ini menjadi amat sulit dipisahkan dan seringkali menjadi sejalan dengan sistem kepercayaan manusia.. 18 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(34) 2.2.1.5 Baralek. (Perkawinan. Adat. pada. Masyarakat. Minangkabau) Pada. setiap. kelompok. masyarakat,. perkawinan. merupakan suatu ikatan penting yang tidak boleh disepelekan atau dianggap remeh. Perkawinan merupakan suatu peralihan penting dalam tingkatan kehidupan seseorang. Koentjaraningrat (Sukmasari dan Amir M.S., 2009, h. 65) mengatakan bahwa arti perkawinan dari sudut kebudayaan adalah: 1. Pengatur kelakuan manusia yang bersangkut paut dengan kehidupan seksnya. 2. Memberi ketentuan hak dan kewajiban serta perlindungan kepada anak-anak sebagai hasil dari perkawinan itu. 3. Untuk memenuhi kebutuhan manusia akan seorang teman hidup, harta, gengsi, dan naik kelas (derajat) dalam masyarakat. 4. Pemeliharaan hubungan baik antara kelompokkelompok tertentu. Perkawinan membentuk. menjadi. tatanan. suatu. ikatan. masyarakat.. Oleh. khusus karena. yang itu,. perkawinan tak hanya menyangkut hubungan kedua. 19 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(35) mempelai atau calon pengantin saja, namun juga melibatkan persoalan hubungan keluarga besar masing-masing pihak. Agar hubungan perkawinan kedua mempelai dapat berjalan lancar dan selaras, mereka harus terlebih dahulu melakukan penyesuaian diri. Hal ini dikarenakan kedua calon bisa saja berasal dari dua latar belakang, pendidikan, dan status sosial yang berbeda. Perbedaan tentunya kadang dapat menyebabkan konflik dan gesekan yang tak dapat dihindari. Sebelum melangkah ke dalam ikatan perkawinan yang sakral, pasangan harus terlebih dahulu mampu mengatasi berbagai perbedaan yang ada. Berbagai pertimbangan inilah yang kerap dihadapi oleh pasangan. dengan. etnis. Minangkabau.. Masyarakat. Minangkabau amat menjunjung tinggi nilai-nilai adat dalam suatu ikatan perkawinan. Bagi Masyarakat Minangkabau, perkawinan adalah peresmian dan terjadinya hubungan timbal balik, seimbang dan berimbang serta setara antara dua buah kaum yang dihubungkan dengan tali perkawinan. (2014, h. 2). Ajaran agama Islam sebagai pedoman utama masyarakat Minangkabau tentunya juga turut mempengaruhi tatanan adat dan perkawinan.. syarat utama terlaksananya suatu ikatan Sukmasari. (2009,. h.13). dalam. buku. 20 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(36) Perkawinan Adat Minangkabau menyebutkan syarat utama yang harus dipenuhi oleh pasangan agar dapat terjadinya perkawinan Minangkabau adalah sebagai berikut: 1. Kedua calon mempelai harus beragama Islam. 2. Kedua calon mempelai tidak sedarah atau tidak berasal dari suku yang sama, kecuali pesukuan itu berasal dari nagari atau luhak yang lain. 3. Kedua calon mempelai dapat saling menghormati dan menghargai orang tua dan keluarga kedua belah pihak. 4. Calon suami (marapulai) harus sudah mempunyai sumber penghasilan untuk dapat menjamin kehidupan keluarganya.. Perkawinan. yang. dilakukan. tanpa. memenuhi semua syarat di atas dianggap perkawinan sumbang, atau perkawinan yang tidak memenuhi syarat menurut adat Minang. Selain dari itu masih ada tatakrama dan upacara adat dan ketentuan agama Islam yang. harus. dipenuhi. seperti. tatakrama. japuik. manjapuik, pinang meminang, batuka tando, akad nikah, baralek gadang, dan sebagainya. Tatakrama dan upacara. adat. perkawinan. inipun. tak. mungkin. diremehkan karena semua orang Minang menganggap bahwa perkawinan itu sesuatu yang agung, yang kini diyakini hanya sekali seumur hidup.. 21 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(37) 2.2.1.6 Langkah-langkah Adat Perkawinan Minangkabau Sebelum suatu pasangan dapat melangsungkan pesta perkawinan atau biasa disebut dengan baralek oleh masyarakat Minangkabau, terdapat rangkaian kegiatan yang harus dijalani terlebih dahulu. Langkah adat ini tak hanya melibatkan kedua individu yang akan menikah saja, namun juga segenap keluarga besar keduanya. Langkah adat ini dilakukan berurutan. Yang pertama dimulai dari Manapuak Banduah, yaitu tradisi menjodohkan atau saling memperkenalkan calon pengantin perempuan atau pria. Biasanya, telah ada kesepakatan terlebih dahulu antara Ninik Mamak dengan orangtua yang anaknya akan dicarikan jodoh tersebut. Jika sudah merasa cocok dan menemukan Urang Sumando (menantu laki-laki) yang dirasa tepat, maka akan berlanjut pada. jenjang. selanjutnya.. Langkah. kedua. adalah. Maminang.. Ketiga adalah Malam Bainai untuk pihak. perempuan,. hingga. Akad. Nikah. atau. Katangah. dilaksanakan. Berikut adalah penjelasan mengenai tiga langkah awal yang harus dilakukan sebelum upacara perkawinan atau baralek dapat berlangsung:. 22 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(38) 1. Manapuak. Banduah. (Perjodohan. atau. Perkenalan) Manapuak Banduah atau perjodohan merupakan langkah paling awal dalam rangkaian adat perkawinan Minangkabau. Pada tahap ini, pihak. keluarga. perempuan lebih aktif. Usaha menjodohkan ini dilakukan dengan cara yang sederhana, yaitu pihak perempuan mendatangi atau berkunjung ke rumah calon istri atau pihak laki-laki. Sejatinya, sebelum melangsungkan tahap ini kedua pihak keluarga besar sudah saling mengenal terlebih dahulu. Biasanya kedua pihak sudah menilai terlebih dahulu hal-hal mengenai latar belakang, pendidikan, dan bagaimana kehidupan keluarga masing-masing. Jika kedua calon mempelai merasa tertarik atau cocok, barulah usaha perjodohan ini akan berlanjut. 2. Maminang. dan. Barundiang. (Lamaran. dan. Berunding) Maminang dapat berarti meminang dalam bahasa Indonesia.. Pada. langkah. ini,. pihak. keluarga. perempuan mengirimkan utusan untuk datang ke rumah pihak laki-laki. Utusan yang datang adalah Ninik Mamak, Bundo Kanduang, keluarga, dan Bako. 23 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(39) (saudara perempuan dari ayah). Tujuan kedatangan ini tentu saja untuk menyampaikan ketertarikan dan keinginan dari pihak perempuan untuk meminang sang laki-laki. Maksud ini disampaikan kepada pihak laki-laki yang sudah menunggu. Tamu yang datang membawa Carano berisi sirih, pinang, atau rokok. Juga ada makanan seperti ayam panggang, ikan bakar, bolu hias, dan pisang untuk dinikmati bersama-sama. Kunjungan ini biasanya dilakukan pada malam hari di waktu yang telah ditentukan. Saat maksud kedatangan pihak perempuan sudah diutarakan, kedua pihak keluarga akan barundiang bersama untuk mencapai kata sepakat. Mereka akan membicarakan mengenai waktu atau hari. akan. dilakukan upacara pernikahan atau akad nikah dan tata cara pelaksanaan adat sampai sedetil-detilnya. Jika sudah mencapai kata sepakat,. maka biasanya. juga akan dilaksanakan Timbang Tando atau bertukar tanda ikatan janji, sebagai bukti kedua belah pihak sudah setuju untuk menjodohkan dan menikahkan anak kemenakannya.. 24 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(40) Pada zaman dahulu, pihak pria akan memberikan keris kepada pihak perempuan. Sebagai balasannya, pihak perempuan akan memberikan selendang sebagai tanda. Namun pada era modern seperti sekarang, tanda ini berubah menjadi cincin. Setelah ini, kedua belah pihak akan menjalani masa menghitung hari pernikahan. 3. Malam Bainai (Malam Menggunakan Inai) Upacara ini dilakukan khusus bagi anak daro atau pengantin perempuan. Bainai berarti meletakkan daun inai kepada kuku jari calon anak daro. Daun ini dibiarkan semalaman hingga meninggalkan bekas kemerahan pada kuku. Tradisi yang satu ini dilaksanakan sebagai bentuk curahan kasih sayang dan perhatian dari seluruh keluarga dan tetangga dekat untuk melepas sang anak daro yang akan melangsungkan pesta perkawinan esok hari. Ada juga masyarakat. Minangkabau. yang. percaya. bahwa. meletakkan daun inai pada kuku bertujuan untuk menghindarkan sang anak daro dari hal buruk yang tak diinginkan.. 25 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(41) 4. Manjapuik Marapulai Pada hari perkawinan atau pengucapan Ijab Qabul dilakukan, marapulai akan bersiap-siap mengenakan pakaian bercorak keagamaan di rumah orangtuanya. Pakaian yang digunakan biasanya terdiri dari jas, kemeja, sarung, peci atau kopiah, dan kaos kaki. Anak daro atau pengantin perempuan akan berjalan menuju ke rumah Marapulai atau pengantin pria sambil membawa Carano berisi sirih pinang, yang dipimpin oleh Urang Sumando (suami dari saudara perempuan Anak Daro). Sesampainya. di. rumah. Marapulai,. akan. dilangsungkan prosesi “Turun Ranjang”. Prosesi ini merupakan saatnya marapulai minta diri kepada kedua orangtuanya untuk menikah. Prosesi ini menandakan anak lelaki Minangkabau akan berpisah dari orangtuanya dan memulai hidup baru di lingkungan keluarga istrinya. Barulah setelah prosesi ini berakhir, Marapulai dibawa pergi menuju kediaman istrinya atau anak daro.. 26 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(42) 5. Akad Nikah/Ijab Qabul Ijab Qabul dilaksanakan di kediaman pengantin perempuan atau Anak Daro. Acara ini dipimpin dan disahkan oleh penghulu dari KUA (Kantor Urusan Agama). Fiony Sukmasari dan Amir M.S. dalam bukunya Traditional Wedding of Minangkabau (2009, h. 82) menuliskan bahwa, agar acara Ijab Qabul ini dapat terlaksana secara sah, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh kedua mempelai, yaitu: a. Ada persetujuan dari Anak Daro untuk dinikahkan b. Ada persetujuan dari bapak atau saudara lakilaki dari si Anak Daro c. Ada dua saksi yang ditunjuk keluarga Anak Daro d. Menandatangani akta nikah e. Anak Daro dalam keadaan bersih (tidak datang bulan). Pada prosesi ini juga akan dilakukan acara penyerahan mahar atau mas kawin, biasanya diberikan oleh mempelai pria kepada mempelai perempuan. Umumnya yang dijadikan mas kawin. 27 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(43) adalah kitab suci Al Quran atau seperangkat alat salat atau sembahyang. Setelah pengucapan Ijab Qabul selesai dilaksanakan, barulah Marapulai memberikan mas kawin kepada Anak Daro. Setelah melangsungkan akad nikah dan telah sah menjadi sepasang suami istri, maka keluarga kedua belah pihak akan melangsungkan serangkaian upacara. perayaan. untuk. memperingatinya.. Di. antaranya adalah Babako dan puncaknya, yaitu Baralek/Katangah. Berikut adalah penjelasan mengenai upacara adat yang dilakukan: 1. Babako (Kembali dari rumah Bako) Babako berarti turun dari rumah Bako (saudara perempuan dari ayah). Anak Daro akan didandani dengan cantik dan diberi makan di rumah Bako dan diantar bersamasama menuju ke rumah orang tuanya. Sesampainya. di. rumah. orangtuanya,. rombongan akan disambut dan dipersilakan masuk. Anak Daro akan minta restu kepada keluarga besarnya. Dimulai dari tetua terlebih dahulu, setelah itu dilanjutkan hingga anggota. 28 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(44) keluarga. lainnya.. Babako. ini. sendiri. dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan dari pihak keluarga ayah, karena hendak melepas sang anak gadis untuk menikah. 2. Baralek Sebelum baralek, marapulai dijemput lagi ke rumah ibunya, dan saat itu telah siap mengenakan pakaian marapulai lengkap yang dinamakan Roki. Marapulai juga mengenakan cincin. dan. memegang. Carano.. Dengan. berjalan kaki menuju lokasi baralek, marapulai diiringi oleh dua orang pasumandan dan kaum ibu bersunting rendah. Marapulai dibawa berjalan ke rumah anak daro. untuk. dipersandingkan. di. bawah. pelaminan. Inilah puncak dari rangkaian acara perkawinan. adat. Minangkabau.. Pesta. perkawinan ini diselenggarakan secara meriah. Biasanya. diadakan. di. rumah. mempelai. perempuan atau gedung. Terdapat Palaminan atau tempat duduk khusus bagi pengantin yang. 29 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(45) didesain secara mewah dan sarat akan simbol adat. Elemen-elemen. yang. ada. di. palaminan menurut Puti Reno Raudha Thaib (2014, h. 36) adalah: 1. Dasar Palaminan Dibuat dari kain beludru merupakan dasar palaminan atau latar belakang dari sebuah palaminan, diletakkan pada bagian paling belakang, untuk menutupi seluruh dinding belakang palaminan. Motif sulaman polos. Warna: hijau laut atau warna gelap lainnya. 2. Kain Bakabek Dibuat dari kain beludru warna merah kemudian bagian tengahnya diikat longgar dan digantungkan tegak lurus di kiri kanan, di depan dasar palaminan. Motif sulaman polos. 3. Sabeang atau Lansie Dibuat dari kain beludru warna hitam atau merah kasumbo terdiri dari dua helai kain yang dipasang tegak lurus di kiri kanan sebagai pengikat kain bakabek. Motif sulaman: bada mudiak atau siriah gadang. 30 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(46) 4. Kalambu Dibuat dari kain sutera atau bahan yang lebih halus,ringan,. transparan. dengan. berbagai. warna yang meriah. Digantungkan dengan berlapis-lapis dari atas sampai ke lantai di kiri kanan bagian dalam sebeang dan bagian tengah tiap lapis kelambu diikat longgar. Motif sulaman polos atau pinggirnya di sulam halus dengan motif kain basusun. 5. Kain Jalin Dibuat dari kain katun atau bahan lainnya terdiri dari tiga warna: kuning, hijau, dan merah. Ketiga kain itu dijalinkan pada dua buah kayu/tonggak yang berjarak melengkung seperti kubah masjid. Didirikan di kiri kanan sebagai bingkai dari kalambu. Kain jalin ini ada dibuat dari kain panjang batik. 6. Tonggak Katorok Dibuat dari kain katun atau satin berwarna kuning dan disusun dalam rangkaian kain berbentuk gelombang, dipasang di samping kiri dan kanan kain bajalin.. 31 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(47) 7. Banta Gadang Dibuat dari kain satin atau beludru berwarna hitam atau merah yang disulam dengan benang emas dan dilekatkan pada sisi kiri, kanan, dan depan pada rangka lemari kayu dengan konstruksi seperti pondok kecil. Banta gadang ini dua buah yang diletakkan di kiri kanan bagian luar dari kain jalin. Motif sulaman: singo-singo,. burung-burung,. ula. Gerang,. saluak laka, dan lainnya. 8. Tabie atau Paco-Paco Dibuat dari bahan kain perca-perca dari katun berwarna-warni; hijau, kuning, dan merah dalam berbagai bentuk geometris yang satu sama lain dijahit untuk menyambungkannya. Diletakkan di kiri kanan di luar palaminan untuk menutup dinding. 9. Tirai Dibuat dari kain sutera, satin atau beludru berbentuk. persegi. panjang. dan. bagian. bawahnya meruncing ke tengah yang disulam dengan benang emas. Dijahitkan ke atas tabie dan diletakkan di bagian belakang, di kiri. 32 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(48) kanan, melekat ke loteng. Warna: setiap tirai berbeda; kuniang mudo, ijau daun, bungo taruang,manggih masak. Motif; paco-paco, api-api, dan di tengahnya dijahitkan cermin bulat (dulu terbuat dari batu mulia). 10. Tirai Awan Bararak Terdiri dari tirai dan tabia yang diberi ornament dengan berbagai ragam hias yang dipasang pada dinding bagian atas, bentuknya persegi panjang. Ragam hiasnya beragam. 11. Tirai kolam (langik-langik batirai) Dibuat dari kain satin atau beludru berwarna: hitam,. merah,. kuning,. dan. hijau. laut.. Bentuknya empat persegi dan dibentangkan untuk penutup loteng, di atas depan kelambu. Motif; sulaman pada bagian tengah yang berwarna hijau laut disulam dengan benang emas. Sekeliling kain hijau tersebut dijahitkan kain hitam dan di sekeliling kain hitam dijahitkan kain kuning dan di bagian luar dikelilingi oleh kain berwarna merah. 12. Angkin. 33 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(49) Dibuat dari kain berwarna-warni, asal bukan krem atau metalik dan dibentuk seperti kudakuda, kupu-kupu, atau bunga-bunga dan digantungkan. dilluar. kain. jalin.. Motif. sulaman;nago-nago, aka cino, dan lainnya. 13. Rambai-rambai (karamai) Dibuat dari benang yang kuat dan kertas timah.. Bentuk:. bulat-bulat. seperti. buah. rambai. Masing-masing dirangkaikan menjadi sebuah rangkaian timah berkilat. Diletakkan dengan dirapatkan pada ondas berbentuk gelombang-gelombang. 14. Layang-layang Merupakan hiasan yang dipasang pada langitlangit berbentuk segi empat panjang dan lancip. 15. Ombak-ombak Hiasan seperti lidah-lidah, dibuat dari kain tiga lapis. dengan jarak tertentu.. Pada lapis. belakang berwarna hijau dan pada lapis kedua di tengah berwarna merah lado, dan bagian depan berwarna kuning kunik. Diletakkan memanjang dan merapat ke loteng. Motif. 34 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(50) sulaman;. manggih. masak. atau. pucuak. rabuang.. 16. Lidah-lidah Bentuk; seperti lidah manusia atau dasi berwarna merah, kuning, dan hijau daun. Motif sulaman untuk masing-masing lidah sulamannya adalah; saik galamai, pucuak rabuang. Dipasang melekat pada setiap ondas; masing-masing empat buah. 17. Peti kayu Terdiri dari kayu berukir sebanyak dua buah yang diletakkan di antara banta gadang. 18. Dulang Bakaki Dulang. tinggi. bakaki. untuk. meletakkan. makanan dan ditutup dengan tuduang saji. Dan dalamak dengan motif sulaman; burungburung, saik wajik dan lainnya. 19. Tudung Saji Dibuat dari pandan untuk penutup makanan di dulang. Berbentuk kerucut ada yang dihiasi dengan benang dam perca warna-warni dan. 35 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(51) ada juga yang tanpa hiasan, ditutup dengan dalamak. 20. Dalamak Untuk menutup tudung saji dan carano, berbentuk segi empat dan diberi ornamen dengan berbagai bentuk seperti segitiga.. 36 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(52) Bagan 2.1 ParadigmaKonstruktivis. EtnografiKomunikasi. Prosesi. AspekBudaya. InteraksionismeSimbolik. AdatPerkawinan ‘Baralek’ Nagari Padang. MetodePenelitian:Etnografi Komunikasi. PemaknaanProsesiAdatPerkawinan ‘Baralek’ Nagari Padang (StudiEtnografiKomunikasiPadaMasyarakat Minangkabau, Kota Padang). 37 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(53) BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1. Jenis dan Sifat Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dalam melihat fenomena yang dikaji. Seperti penjelasan oleh West & Turner (2013, h. 55) paradigma ini menyatakan bahwa para. individu secara berkala. menciptakan struktur sosial melalui aksi dan interaksi mereka; karenanya tidak terdapat kebenaran abstrak atau realita ada hanya ketika orang yang menciptakannya secara bersama-sama. Hidayat (2002, h. 204) menjelaskan dimensi yang ada dalam paradigma konstruktivis adalah: 1. Ontologi Realitas merupakan konstruksi sosial kebenaran, suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. 2. Epistimologis Pemahaman suatu realitas, atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi peneliti dengan yang diteliti.. 38 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(54) 3. Aksiologi a. Nilai, etika, dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari penelitian. b. Peneliti. sebagai. passionate. participant,. fasilitator. yang. menjembatani keragaman subjektivitas pelaku sosial. c. Tujuan penelitian: rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dan yang diteliti. Peneliti. menggunakan. paradigma. konstruktivis. dengan. tujuan. menemukan dan mengetahui bagaimana sebuah makna atau pesan terbentuk melalui berbagai tindakan dan peristiwa yang dilakukan oleh masyarakat Nagari Padang. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Menurut Sugiyono (2011, h. 7) tipe penelitian kualitatif didasarkan pada bentuk data yang terkumpul maupun hasil analisisnya. Penelitian kualitatif menganggap objek yang diteliti sebagai sesuatu yang bersifat dinamis, serta merupakan hasil konstruksi pemikiran dan interpretasi terhadap gejala yang diamati. Sifat penelitian. ini adalah deskriptif. Deskriptif. berfokus pada perilaku yang sedang terjadi. Tujuan dalam sifat ini membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta dan sifat obyek tertentu (Kriyantono, 2006, h. 61). Data yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara dan obervasi akan dianalisis oleh peneliti.. 39 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(55) 3.2. Metode Penelitian Metode. penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah etnografi. komunikasi. Kriyantono (2006, h. 67) menjelaskan bahwa: Metode etnografi komunikasi adalah riset yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana individu-individu menggunakan budayanya untuk memaknai realitas. Riset ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebudayaan tertentu secara mendalam dari berbagai aspek seperti artefakartefak budaya, pengalaman-pengalaman hidup, kepercayaan, dan sistem nilai dari suatu masyarakat.. Melalui metode etnografi komunikasi, peneliti ingin mengkaji peristiwa dalam prosesi Baralek atau perkawinan adat Nagari Padang. Menurut Kuswarno (2008, h. 15) tujuan utama metode etnografi adalah menghimpun data deskriptif dan analisis terhadapnya tentang bagaimana makna-makna sosial dipergunakan. Peneliti ingin meneliti mengenai perilaku dan tindakan dalam kegiatan yang terjadi dalam prosesi adat perkawinan ‘Baralek’ Nagari Padang yang mengandung banyak makna dan simbol.. 3.3. Teknik Pengumpulan Data Kuswarno (2008, h. 60) menjelaskan mengenai tujuan utama pengumpulan data dalam studi etnografi adalah. untuk lebih mengerti. masyarakat yang sedang diteliti. Adapun caranya yaitu dengan mengumpulkan dan membuat sendiri kesimpulan-kesimpulan statistik, mengumpulkan. artifak,. mengambil. foto,. membuat. daftar,mendokumentasikan kebiasaan-kebiasaan yang unik, menggambar peta dan masih banyak lagi. 40 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(56) Menurut Lofland dan Lofland (Kuswarno, 2008, h. 60), sumber data utama dalam penelitian. kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,. selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen, dan lain-lain. Dalam teknik pengumpulan data, peneliti melaksanakan penelitian dengan cara observasi non partisipan, wawancara, dan studi dokumen terkait prosesi adat perkawinan masyarakat Minangkabau Nagari Padang. Peneliti akan mendapatkan informasi dari narasumber dengan daftar pertanyaan yang telah dibuat dan disusun oleh peneliti mengenai prosesi adat perkawinan masyarakat Minangkabau Nagari Padang. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah: 1. Observasi Non-Partisipan Kuswarno (2008, h. 58) menjelaskan observasi non partisipan sangat cocok digunakan untuk mengamati perilaku-perilaku atau kegiatan yang tidak memungkinkan peneliti untuk ikut terlibat di dalamnya. Peneliti terjun langsung ke lapangan dan melakukan pengamatan mengenai aktivitas dan. kegiatan yang terjadi dalam prosesi. perkawinan adat masyarakat Nagari Padang. Pemanfaatan teknologi seperti kamera dan video akan sangat membantu peneliti dalam mengumpulkan data di lapangan.. 41 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(57) 2. Wawancara Mendalam Teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti adalah teknik wawancara mendalam atau wawancara tidak terstruktur. Kuswarno (2008, h. 54) menjelaskan bahwa dalam penelitian etnografi, pada umumnya wawancara terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak memiliki alternatif respon yang ditentukan sebelumnya. Peneliti berada di Kota Padang dan melakukan wawancara mendalam terhadap sejumlah narasumber yang sudah ditentukan. Peneliti akan melakukan wawancara secara tatap muka dengan narasumber dan bertanya mengenai hal seputar prosesi perkawinan adat masyarakat Minangkabau di kota Padang. Peneliti tidak akan seluruhnya bergantung pada urutan pertanyaan yang akan diajukan, melainkan mengikuti alur wawancara. 3. Studi Dokumen Teknik pengumpulan data lain yang akan digunakan oleh peneliti adalah studi dokumen. Menurut Sugiyono (2008, h. 83) studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Peneliti juga akan mempelajari data berupa dokumentasi foto atau video upacara ‘Baralek’ dari narasumber yang diwawancarai.. 42 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(58) 3.4. Unit Analisis / Informan Unit analisis dalam penelitian ini adalah prosesi adat ‘Baralek’ Nagari Padang di Kota Padang, Sumatera Barat. Seluruh individu yang berada di dalamnya merupakan unit analisis bagi peneliti. Pemilihan informan berfokus kepada masalah yang hendak diteliti. Penelitian ini menggunakan purposive sampling untuk menentukan informan. Menurut Moleong (2010, h. 224-225) ciri-ciri purposive sampling adalah: 1. Rancangan sampel yang muncul: sampel tak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu. 2. Pemilihan sampel secara berurutan : bertujuan memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan sampel dilakukan jika satuannya sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis. Setiap satuan berikutnya dapat dipilih untuk memperluas informasi yang telah diperoleh terlebih dahulu sehingga dapat dipertentangkan atau diisi kesenjangan informasi yang didapat. 3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel : mulanya sampel dapat sama kegunaannya.. Sesudah. makin. banyak. informasi. yang. di. dapat,sampel makin dipilih atas dasar fokus penelitian. 4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan : pada purposive sample jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi yang diperlukan. Penarikan sampel dapat diakhiri jika tidak ada lagi infomasi yang disaring.. 43 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(59) Informan yang akan diwawancarai oleh peneliti adalah tokoh adat yang memahami seluk beluk adat Minangkabau di Kota Padang. Hal ini dikarenakan informan tersebut memiliki kekayaan informasi mengenai topik yang dibahas oleh peneliti. Beberapa kriteria pemilihan informan menurut Neuman (2000, h. 394) adalah: 1. The informant is totally familiar with the culture and is in position to witness significant events makes a good informant. (Informan yang baik adalah informan yang sangat terbiasa dengan budaya tersebut dan menyaksikan peristiwa penting tersebut). 2. The individual is currently involved in the field.(Individu tersebut terlibat langsung di lapangan). 3. The person can spend tine with the researcher. (Orang tersebut mampu menghabiskan waktu bersama peneliti). 4. Non-analytic individuals make better informant. A non-analytic informant is familiar with and uses native folk theory or pragmatic common sense. (Individu non-analisis merupakan informan yang lebih baik karena individu ini akrab dengan budaya dan mampu menjelaskan berdasarkan pengalaman pribadinya). Berdasarkan kriteria di atas, maka peneliti memutuskan untuk memilih lima informan untuk diwawancarai. Antara lain adalah Indra Faisal, Chessie, Dewi, Novianti, dan Marah Yulius. Kelimanya merupakan orang Minangkabau yang menetap di Kota Padang dan memahami adat ‘Baralek’.. 44 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(60) Tabel 3.1 Matriks Informan Nama Informan 1. Indra Faisal. Keterangan Seorang. keturunan. penghulu. Minangkabu yang menjalankan prosesi adat ‘Baralek’ secara lengkap. 2. Chessie. Anak dari Datuk di Minangkabau yang menjalankan prosesi adat ‘Baralek’ secara lengkap.. 3. Dewi. Masyarakat Minangkabau yang tidak menjalankan. prosesi. adat. secara. lengkap. 4. Marah Yulius. Anggota. KAN. (Kerapatan. Adat. Nagari) Padang. Sangat memahami mengenai adat ‘Baralek’. 5. Novianti Awaludin. Kepala. UPBD. Museum. Adityawarman, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Barat.. 3.5. Keabsahan Data Peneliti menggunakan teknik triangulasi data dalam menguji keabsahan data hasil penelitian, agar valid dan akurat. Data yang telah diperoleh akan. 45 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(61) diteliti kebenarannya dengan menggunakan data empiris atau sumber lain yang ada. Menurut Moleong (2010, h. 330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan metode. Pada triangulasi dengan metode, Patton dalam Moleong (2010, h. 331) menjelaskan terdapat dua strategi, yaitu: a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data. b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Bungin (2011, h. 265) menjelaskan mengenai penggunaan teknik triangulasi data: Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dengan metode wawancara sama dengan metode observasi, atau apakah hasil observasi sesuai dengan informasi yang diberikan ketika diwawancarai. Begitu pula teknik yang dilakukan untuk menguji sumber data, apakah sumber data ketika diwawancarai dan diobservasi akan memberikan informasi yang sama atau berbeda. Apabila berbeda maka peneliti harus dapat menjelaskan perbedaan itu, tujuannya adalah untuk mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda.. 3.6. Teknik Analisis data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan etnografi komunikasi. 1. Aktivitas Komunikasi. 46 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(62) Peneliti akan mengidentifikasi pertistiwa komunikasi atau proses komunikasi. Kuswarno (2008, h. 41) mengatakan bahwa hal ini penting untuk dibahas agar proses komunikasi yang ada menjadi khas dan dapat dibedakan dari proses komunikasi yang dibahas dalam konteks komunikasi yang lain. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas komunikasi dalam etnografi komunikasi , diperlukan pemahaman mengenai unitunit diskrit aktivitas komunikasi yang dikemukakan oleh Hymes (Kuswarno, 2008, h. 41): a. Situasi komunikasi atau konteks terjadinya komunikasi. b. Peristiwa komunikatif atau keseluruhan perangkat komponen yang utuh, yang dimulai dengan tujuan umum komunikasi. c. Tindak komunikatif, yaitu fungsi interaksi tunggal,seperti pernyataan, permohonan, perintah, ataupun perilaku non verbal. Jadi aktivitas komunikasi menurut etnografi komunikasi tidak bergantung pada adanya pesan, komunikator, komunikati, media, efek, dan sebagainya. Aktivitas komunikasi dalam etnografi komunikasi merupakan peristiwa-peristiwa yang khas yang berulang peristiwa komunikasi itu sendiri pada akhirnya akan membawa penelitian kepada pemolaan komunikasi, karena akan ditemukan hubungan-hubungan khas antar komponen pembentuk satu peristiwa komunikasi.. 47 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(63) 2. Komponen komunikasi Dalam penelitian etnografi komunikasi, komponen komunikasi merupakan bagian yang sangat penting, karena melalui komponen komunikasi suatu peristiwa komunikasi dapat diidentifikasi. Hymes (Zakiah, 2008, h. 187) menjelaskan bahwa peristiwa komunikasi harus memenuhi 8 komponen komunikasi: 1. Setting, mengacu pada lokasi, waktu, musim, dan aspek fisik situasi, dan scene mengacu pada abstrak dari situasi psikologis kebudayaan. 2. Participant, mengacu pada pihak-pihak yang terlibat langsung pada peristiwa. 3. Ends, mengacu pada tujuan dari peristiwa, termasuk hasil akhir dari suatu peristiwa. 4. Act sequence, mengacu pada tindak komunikatif, tindak tutur, atau ujaran pada peristiwa. 5. Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat dalam tindak tutur. 6. Instrumental, mengacu pada bentuk pesan, baik lisan maupun tulisan. 7. Norm of interaction, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi pada suatu peristiwa. 8. Genre, mengacu pada jenis penyampaian, seperti narasi, puisi, mitodologi, peribahasa, ceramah, serta pesan komersial.. 48 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(64) Penelitian berfokus pada komponen komunikasi di atas untuk mengamati dan menggali makna-makna pesan verbal maupun non verbal yang ada dalam peristiwa komunikasi.. 49 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(65) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1. Subjek atau Objek Penelitian 4.1.1. Prosesi Baralek adat Nagari Padang Nagari Padang adalah satu dari nagari-nagari yang berada dalam Lingkungan Alam Minangkabau pada Provinsi Sumatera Barat. Penduduk aslinya berasal dari suku Minangkabau dan tersebar pada daerah Luhak Nan Tigo. Artinya wilayah kawasan Gunung Merapi dan Gunung Singgalang yang meliputi Tanah Datar, Agam, dan Luhak Limo Puluah Koto, juga daerah rantau seperti: Pariaman, kota Padang, Pasisia, dan daerah lainnya. Dengan populasi yang diperkirakan berjumlah lebih dari delapan juta jiwa, suku Minangkabau ini dikenal sebagai “Orang Minang” atau “Orang Padang”. Perkawinan bagi orang Minang dianggap sebagai suatu masa peralihan hidup yang amat penting. Setelah menikah, seseorang dianggap telah memasuki dunia dewasa dan mengalami peralihan status dari kemenakan menjadi urang/orang. Bagi orang Minang, perkawinan merupakan sebuah bentuk peresmian ikatan atau hubungan timbal balik antara dua kaum yang dipersatukan.. 50 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(66) Orang Minang dikenal sangat menghargai dan menjunjung tinggi adat istiadat dan norma di manapun mereka berada. Oleh karena begitu pentingnya makna sebuah ikatan perkawinan di Minangkabau, maka perkawinan menjadi suatu hal yang patut dan harus dirayakan secara meriah lewat upacara. adat dan keagamaan yang berlaku. Sesuai. dengan pepatah Minang Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, yang berarti adat yang didasarkan kepada syariat agama Islam. Upacara atau prosesi perkawinan Minangkabau ini disebut Baralek, yang artinya pesta. Rangkaian prosesi adat ini amat menarik untuk diteliti satu per satu. Adapun rangkaian prosesi tersebut dimulai dari Manapuak banduah atau perkenalan, Maminang atau lamaran, Barundiang atau berunding, BaBako, Malam bainai, Manjapuik marapulai, Akad nikah, dan Baralek. Masing-masing dilakukan secara berurutan, sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku. Dalam hidup bermasyarakat, orang Minang dikenal sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan gotong royong. Dalam hal ini sesuai dengan ungkapan pepatah ringan samo dijinjiang, barek samo dipikua (ringan sama dijinjing, berat sama dipikul). Pepatah adat ini diterapkan secara penuh selama pelaksanaan prosesi perkawinan. Hal ini terlihat dari fakta lapangan yang menunjukkan bahwa saat melangsungkan prosesi adat, seluruh kerabat, sanak saudara, dan 51 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

(67) tetangga turut terlibat dalam mempersiapkan segala sesuatunya. Seperti membantu meringankan beban dengan memberikan bantuan berupa bahan makanan, ternak, ataupun sumbangan tenaga di hari H. Khusus untuk keluarga besar, mereka biasanya akan datang membawa makanan berupa kue-kue yang dijunjung atau diletakkan di atas kepala untuk dinikmati bersama. Orang Minang juga mempunyai rasa malu yang besar atau harga diri tinggi mengenai hal ini. Jika seseorang atau sebuah keluarga sedang mengalami peristiwa kebahagiaan (atau bahkan duka) dan tidak ada tetangga yang berpartisipasi untuk datang membantu, maka orang atau keluarga Minang tersebut akan merasa malu. Bagi orang sekitar, hal ini akan menjadi tanda bahwa ia adalah orang yang dikucilkan atau dianggap sebagai orang yang tidak bermasyarakat. Oleh karena itu, kebersamaan menjadi satu hal yang amat penting bagi orang Minang. Bagi orang Minang yang melangsungkan upacara Baralek tanpa mengikuti prosesi adat yang ada, maka orang tersebut dianggap sebagai orang yang tidak punya adat dan bahkan tidak punya keluarga oleh lingkungannya. “Kalau misalnya kita tidak menjalani, itu tandanya kita tidak punya adat. Berarti kita dianggap orang yang tidak punya adat dan tidak punya ninik mamak. Karena ninik mamak itu merupakan kebanggaan di Sumatera Barat.” 1 1. Hasil wawancara dengan Informan 1, Indra Faisal pada 29 Maret 2016.. 52 Pemaknaan Prosesi..., Stephanie Elia, FIKOM UMN, 2016.

Gambar

Tabel 2.1 Review Penelitian Sejenis Terdahulu…………………………………..…9  Tabel 3.1 Matriks Informan……………………………………………………….41  Tabel 4.1Jumlah Penduduk Kota Padang…………………………………………....53
Tabel 2.1 Review Penelitian Sejenis Terdahulu
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Padang
Gambar 4.1 Makan Bajamba
+6

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kerajinan tangan ( craft ) dalam penelitian ini adalah segala bentuk produk baik benda seni maupun barang pakai yang berbahan baku batik.. Bahan baku batik bisa

Trip Assignment digunakan untuk mengetahui dan menghitung prosentase jumlah kendaraan yang melewati masing-masing ruas jalan, dalam Tugas Akhir ini digunakan untuk

ering pada anak-anak. %roses dapat dimulai di asetabulum, sinoium, epifisis femur, metafisis femur, atau trokanter mayor. )adang-kadang infeksi menyebar ke panggul dari

Lies

Nangkadak Super O merupakan varietas baru dari hasil persilangan tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus) dan cempedak (Artocarpus integer), karena varietasnya yang baru

Pengembangan bentuk deversifikasi produk kopra untuk dikembangkan berbagai jenis kebutuhan pokok (misalnya untuk minyak goreng, bahan kue nata de coco, dan bahan

Metode MDS merupakan teknik analisis statistik berbasis komputer dengan menggunakan perangkat lunak SPSS, yang melakukan transformasi terhadap setiap dimensi dan