• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kompetensi sosial dengan Prestasi belajar pada siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara kompetensi sosial dengan Prestasi belajar pada siswa"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA

Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh :

MUTIARA PRAMUDIAS MEIWATI F 100 120 016

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

MUTIARA PRAMUDIAS MEIWATI F 100 120 016

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

(3)

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA

Yang diajukan oleh

MUTIARA PRAMUDIAS MEIWATI F 100 120 016

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal, 23 Januari 2018

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Penguji Utama

Dra. Partini, M.Si, Psi

Penguji pendamping I

Dra. Zahrotul Uyun, M.Si, Psi

Penguji pendamping II

Permata Asfi Raihana, S.Psi, MA

Surakarta, 23 Januari 2018 Universitas Muhammadiyah Surakarta

Fakultas Psikologi Dekan,

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 23 Januari 2018 Yang membuat pernyataan

MUTIARA PRAMUDIAS MEIWATI F 100 120 016

(5)

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA

Abstrak

Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat terjadinya proses pembelajaran yang diusahakan dengan sengaja untuk mengembangkan kepribadian dan segenap potensi siswa sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui hubungan antara kompetensi sosial dengan prestasi belajar , sehingga penulis mengajukan hipotesis ”Ada hubungan positif antara kompetensi sosial dengan prestasi belajar”. Subjek dalam penelitian ini adalah 75 siswa SMK Negeri 1 Purwodadi kelas XI dengan cluster random sampling. Pengambilan secara acak dilakukan dengan cara membuat pengundian dari berbagai jurusan dikelas XI. Alat ukur yang digunakan untuk mengungkap variabel-variabel penelitian ada 2 macam alat ukur, yaitu : (1) skala kompetensi sosial (2) Dokumentasi nilai raport prestasi belajar. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan korelasi product moment. Berdasarkan hasil analisis maka diperoleh korelasi antara kompetensi sosial dengan prestasi belajar (r) sebesar 0,578 dengan p < 0,01, berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kompetensi sosial dengan prestasi belajar. Artinya, semakin tinggi kompetensi sosial maka semakin tinggi prestasi belajar pada siswa. Dari rerata kompetensi sosial pada siswa SMK N 1 Purwodadi kelas XI tergolong tinggi dan prestasi belajar SMK N 1 Purwodadi kelas XI termasuk juga tinggi. Peranan kompetensi sosial terhadap prestasi belajar (SE) sebesar 33,4% yang artinya masih terdapat 66,4% faktor lain selain kompetensi sosial yang mempengaruhi prestasi belajar.

Kata kunci : Kompetensi sosial, Prestasi belajar, Siswa

Abstract

School as education institution is a site of learning process intentionally to develop students’ personality and potentials in order that they grow and develop as the national education goal. The study aims to know the relation between social competence and learning achievement, so that the writer proposes a hypothesis as “there is positive corelation between social competence and learning achievement”. Subjects in this study were 75 students of SMK Negeri 1 Purwodadi class XI with cluster random sampling. Random sampling is done by drawing draws from various departments in class XI. Measuring tool used to reveal the research variables there are 2 kinds of measuring instruments, namely: (1) the scale of social competence (2) Documentation of the value of study achievement report cards. Data analysis in this research use product moment correlation. Based on the results of the analysis then obtained a correlation between social competence with learning achievement (r) of 0.578 with p <0.01, means there is a very significant positive relationship between social competence with learning achievement. That is, the higher the social competence the higher the learning achievement in the students. From the average of social competence on students of SMK N 1 Purwodadi class XI is high and learning achievement of

(6)

SMK N 1 Purwodadi class XI including high also. The role of social competence on learning achievement (SE) of 33.4%, which means there are still 66.4% other factors besides social competence that affect learning achievement.

Keywords : Social competence, learning achievement, students.

1. PENDAHULUAN

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba-lomba dan memotivasi diri untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan, sehingga diharapkan pendidikan dapat lebih memajukan pemerintah ini, dan dengan itu diusahakan pendidikan dapat dikenyam oleh semua rakyat Indonesia mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di tingkat Universitas. Selain itu pendidikan merupakan persoalan penting bagi kemajuan suatu bangsa. Dalam hal ini sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat terjadinya proses pembelajaran yang diusahakan dengan sengaja untuk mengembangkan kepribadian dan segenap potensi siswa sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat dari interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tersebut menyangkut perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai sikap. Hasil belajar dapat dikatakan membekas atau konstan, jika perubahan yang terjadi akibat proses belajar tahan lama dan tidak mudah terhapus begitu saja.

Hasil belajar kemudian akan terlihat dalam nilai-nilai yang tercantum dalam nilai prestasi akademik dan dikenal dengan istilah prestasi belajar. Tirtonagoro (2001) menyatakan bahwa, “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil usaha yang sudah dicapai

(7)

oleh anak dalam periode tertentu. Adapun fungsi prestasi tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas pendidikan.

Menurut Ilyas (2008) prestasi belajar adalah hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar yang diberikan berdasarkan atas pengukuran tertentu. menurut Nasution (1996) prestasi belajar siswa dikatakan sempurna jika memenuhi tiga aspek yaitu: (1) Aspek kognitif, adalah aspek yang berkaitan dengan kegiatan berpikir. aspek ini sangat berkaitan dengan tingkat intelegensi (IQ) atau kemampuan berpikir siswa. (2)Aspek afektif, adalah aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap. penilaian pada aspek ini dapat dilihat pada kedisiplinan, sikap hormat pada guru, kepatuhan dan lain sebagainya. (3)Aspek psikomotorik, kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental. Jadi sederhananya aspek ini menunjukkan kemampuan atau ketrampilan siswa setelah menerima sebuah pengetahuan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Slameto (2003) adalah faktor internal yang meliputi kondisi fisik, kondisi psikologis, kondisi panca indera, kecerdasan, bakat, motivasi dan kompetensi sosial; dan faktor eksternal yang meliputi faktor lingkungan dan faktor instrumental.

Demikian pentingnya prestasi belajar yang tinggi dapat dicapai, namun pada kenyataannya prestasi belajar siswa di Indonesia masih tergolong rendah. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa Indonesia jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat. Menurut UNESCO indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI dikatakan tinggi jika

(8)

mencapai 0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80.

Khusus sekolah kejuruan atau SMK menurut data dari Kemendikbud (2016) mengalami penurunan yang signifikan untuk rata-rata nilai ujian nasional. Hasil nilai rata-rata ujian nasional SMK secara keseluruhan pada tahun 2015 adalah 62,11 dan tahun 2016 memiliki rata-rata 57,66. Penurunan nilai prestasi pada sekolah kejuruan merupakan kondisi nyata capaian nilai siswa di lapangan. Lulusan SMK yang diharapkan bisa langsung masuk dunia kerja namun nyatanya justru kualitasnya rendah bila dilihat dari capaian nilai prestasi akademik, sehingga dengan melihat fenomena-fenomena tersebut di atas maka diharapkan para baik siswa sekolah umum maupun sekolah kejuruan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Pada kenyataannya prestasi belajar itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah kompetensi sosial. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Caprara, dkk (2000) bahwa ketrampilan dan kompetensi sosial sebagai faktor yang menentukan keberhasilan akademik dan dapat memprediksi hasil perkembangan individu yang secara luas telah diakui. Selain itu, pengembangan intelektual anak-anak juga dipengaruhi oleh kualitas hubungan interpersonal dengan para gurunya (DiLalla, Marcus, & Wright-Phillips, 2004) dan teman sebayanya (Smith & Brownell, 2003), yang mana hal tersebut mengarah pada ketrampilan dan kompetensi sosial. Hubungan interpersonal dengan para guru dan teman sebaya yang baik memungkinkan penggunaan keterampilan sosial dalam mengeksplorasi lingkungan, menjamin kemungkinan pendidikan yang positif dan memperkuat kognitif stimulasi (input) dalam konteks akademik, yang pada akhirnya menghasilkan pencapaian prestasi belajar yang tinggi. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Feitosa (2012) pada 80 siswa SD di Brazil bahwa ada hubungan positif antara kompetensi sosial dengan prestasi belajar.

Kompetensi sosial itu sendiri menurut Krasnor (dalam Denham dan Queenan, 2003) dapat didefinisikan sebagai keefektifan dalam berinteraksi,

(9)

hasil dari perilaku-perilaku teratur yang memenuhi kebutuhan pada masa perkembangan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam pandangan teoritis kompetensi sosial, terdapat dua fokus pengukuran yaitu pada diri atau orang lain, dalam hal ini adalah mengukur kesuksesan anak dalam memenuhi tujuan pribadi atau hubungan interpersonal anak.

Hughes (dalam Topping dkk, 2000) menyatakan bahwa kompetensi sosial meliputi seperangkat kemampuan pokok, sikap, kepandaian dan perasaan yang diberi arti secara fungsional oleh konteks budaya, lingkungan dan situasi. Kompetensi sosial tidak lepas dari pengaruh situasi sosial, kondisi kelompok sosial, tugas sosial serta keadaan individu untuk beradaptasi dalam berbagai keadaan dan lingkungan.

Widyorini (2002) menyatakan bahwa ada tiga aspek utama kompetensi sosial yaitu : (1) Sumber-sumber kognitif atau internal adalah dasar bagi skill sosial yang membantu remaja untuk menetapkan dan mempertahankan relasi interpersonal positif diantaranya : kepercayaan diri, internal locus of control, social perspective taking, interpersonal problem solving. (2) Keseimbangan antara sosiabilitas dan individualitas yaitu meliputi suatu kemampuan untuk mengadakan keseimbangan antara fungsi sosiabilitas (kebersamaan atau berhubungan dan berintegrasi dengan orang lain) dan fungsi individualitas (antara lain merupakan kebebasan untuk meningkatkan kualitas diri, otonomi, berprestasi) sementara masih mampu membina hubungan baik dengan orang tua dan orang lain atau teman. (3) Ketrampilan sosial, adalah suatu ketrampilan berinteraksi dengan orang tua dan orang lain dengan baik. Ia merasa puas dan bahagia dalam berhubungan dengan orang lain. Individu yang memiliki ketrampilan sosial yang buruk, maka ia sering merasa kesepian, tidak bahagia, menarik diri, agresif dan kurang pengalaman dalam bergaul.

Menurut Pidada (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi sosial adalah : kecerdasan, penalaran moral dan kecerdasan emosional.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu “Apakah ada hubungan antara kompetensi

(10)

sosial dengan prestasi belajar. Pada penelitian ini peneliti memilih judul yaitu “Hubungan antara Kompetensi Sosial dengan Prestasi Belajar pada Siswa”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: a. hubungan antara kompetensi sosial dengan prestasi belajar pada siswa .; b. peranan kompetensi sosial terhadap prestasi belajar pada siswa ; c. tingkat kompetensi sosial pada siswa ; d. tingkat prestasi belajar pada siswa. Berdasarkan uraian diatas, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: “Ada hubungan positif antara kompetensi sosial dengan prestasi belajar pada siswa . Semakin tinggi kompetensi sosial , maka semakin tinggi performansi kerja. Sebaliknya, semakin rendah kompetensi sosial , maka semakin rendah pula prestasi belajar pada siswa , semakin rendah kompetensi sosial , maka semakin rendah pula performansi kerja pada siswa ”.

2. METODE PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini adalah kompetensi sosial sebagai variabel bebas dan variabel prestasi belajar sebagai variabel tergantung. Populasi pada penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 1 Purwodadi kelas XI dan yang terambil sebagai sampel adalah 75 siswa. Dari 14 kelas yang terdiri dari 6 jurusan yaitu Tata Busana, Tata Boga, Tenik Komputer dan Jaringan, Multimedia, Akuntansi, Pemasaran, Administrasi Perkantoran yang masing-masing jurusan ada yang 2 kelas dan juga ada yang 3 kelas. Setiap kelas terdiri dari 37-38 siswa. Subjek dipilih dengan cluster random sampling.

Ada dua alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala kompetensi sosial dan hasil prestasi belajar dari nilai rapor sekolah. Skala kompetensi sosial setelah dilakukan penghitungan Aiken dari 48 aitem yang gugur sebanyak 21 aitem sehingga diperoleh 27 aitem yang valid dengan nilai validitas yang bergerak dari 0,75 sampai dengan 0,83. Skala ini mempunyai nilai reliabilitas 0,880.

Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan try out terpakai yaitu antara uji coba dan penelitian dilaksanakan secara bersamaan yaitu satu kali pengambilan data namun digunakan untuk dua

(11)

pengujian analisis sekaligus yaitu a) uji reliabilitas, dan b) uji hipotesis dengan korelasi product moment dengan menggunakan data yang valid saja.

Try out terpakai ini dilaksanakan pada tanggal 19 Desember 2017. Peneliti memberikan skala kompetensi sosial dua kelas yang terpilih acak saat undian, yakni kelas Tata Busana I dan Tata Busna II yang keselruhannya berjumlah 75 siswa. Teknik analisis yang digunakan untuk menghubungkan antara kompetensi sosial dengan prestasi belajar adalah analisis product moment.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari analisis dengan product moment yang menggunakan uji asumsi Normalitas dan Liniearitas. Uji normalitas menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai untuk pretasi belajar sebesar 1,323 dengan p = 0,060 p > 0,05), yang berarti data berdistribusi normal, sedangkan kompetensi sosial uji Kolmogorov-Smirnov memperoleh nilai sebesar 0,640 dengan p = 0,807 (p > 0,05), yang berarti data juga berdistribusi normal.

Uji linieritas hubungan bertujuan untuk mengetahui linieritas hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel kompetensi sosial dengan variabel pretasi belajar mempunyai korelasi linier ditunjukkan nilai F sebesar 1,174 dengan p = 0,310 (p > 0,05).

Berdasarkan hasil perhitungan analisis product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,578 dengan p = 0,000 (p < 0,01), hal ini berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kompetensi sosial dengan prestasi belajar. Artinya, ditemukan bahwa semakin tinggi kompetensi sosial maka semakin tinggi pula prestasi belajar pada sisswa SMK Negeri 1 Purwodadi kelas XI.

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment dari Pearson dapat diketahui nilai koefisien korelasi sebesar 0,578 dan sig = 0,000 (p > 0,01) sehingga menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kompetensi sosial dengan prestasi belajar. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan

(12)

peneliti yaitu ada hubungan positif antara kompetensi sosial dengan prestasi belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh kompetensi sosial.

Terbuktinya hipotesis di atas sesuai dengan pendapat Smith & Brownell (2003), bahwa penggunaan keterampilan sosial dalam mengeksplorasi lingkungan, menjamin kemungkinan pendidikan yang positif dan memperkuat kognitif stimulasi (input) dalam konteks akademik, yang pada akhirnya menghasilkan pencapaian prestasi belajar yang tinggi. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Feitosa (2012) pada 80 siswa SD di Brazil bahwa ada hubungan positif antara kompetensi sosial dengan prestasi belajar.

Kompetensi sosial pada siswa SMK Negeri 1 Purwodadi kelas XI mempunyai tingkat yang tinggi yang ditunjukkan dengan rerata empirik sebesar 79,33 dan rerata hipotetik sebesar 67,5, yang berarti rerata empirik > rerata hipotetik. yang berarti pada umumnya siswa SMK Negeri 1 Purwodadi kelas XI mempunyai kompetensi sosial yang tinggi.

Adanya kompetensi sosial yang tinggi pada siswa SMK Negeri 1 Purwodadi kelas XI karena SMK Negeri 1 Purwodadi banyak membuat program ekstra kurikuler yang wajib diiukuti yang dapat menunjang ketrampilan sosial, misalnya pramuka, kerohanian, PMR atau palang merah remaja, dsb yang mana kesemuanya itu mengandung kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial dan saling kerjasama.

Hughes (dalam Topping dkk, 2000) menyatakan bahwa kompetensi sosial meliputi seperangkat kemampuan pokok, sikap, kepandaian dan perasaan yang diberi arti secara fungsional oleh konteks budaya, lingkungan dan situasi. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi seseorang sehingga memiliki kompetensi sosial yang tinggi seperti menurut Widyorini (2002) yang mengemukakkan bahwa : a. Faktor personal (1) Perubahan fisik tubuh, perubahan disini termasuk perubahan yang dipengaruhi oleh faktor biologis seperti struktur tulang dan masa puber, kebiasaan makan dan aktivitas yang berhubungan dengan kesehatan fisik. Orang yang matang lebih awal akan

(13)

lebih stabil, lebih mudah bersosialisasi, lebih sukses dalam lingkungan sosial, (2) Kognitif adalah adanya kepercayaan yang bahwa sesuatu tidak akan terjadi pada kita. Contoh : Saya takut bila sekolah nanti merasa kesepian, tetapi itu tidak mungkin terjadi pada saya dan pasti tidak, (3) Kecerdasan, kecerdasan disini adalah kecerdasan emosional. Individu mengenali, mengerti dan mengendalikan emosinya serta menggabungkan ide-ide dengan cara yang baru yang merupakan satu cara untuk menemukan solusi kreatif terhadap masalah-masalah, (4) Harga diri, individu dengan harga diri yang tinggi diasosiasikan dengan kepuasan hidup dan rasa kontrol terhadap hidup seseorang. Harga diri yang rendah berhubungan dengan rendahnya kebahagian dan tingginya rasa ‘ anomie’ (tidak mengontrol kehidupan seseorang ) b. Faktor Interpersonal (1) Keluarga, latar belakang keluarga dapat memperbesar, mengurangi atau mengubah masalah individu tergantung pada masalah tersebut dan struktur keluarga itu sendiri, (2) Sekolah, lingkungan sekolah yang terstruktur harus meyakinkan kompetensi akademik dan kesempatan untuk bersama teman sebaya telah diperkirakan dapat mendukung kemampuan-kemampuan sosial. Lingkungan sekolah dalam hal ini adalah lembaga sekolah itu sendiri serta peran guru, (3) Teman sebaya: seorang remaja harus berhubungan dengan teman sebaya, beberapa diantaranya mempunyai kecenderungan meningkatkan atau mendukung pertumbuhan dan yang lainnya merusak. c. Faktor Sosial Budaya , Pendukung dan penghambat sosial budaya pada kompetensi sosial remaja sangat besar sekali baik pada bidang dan pada kekuatannya. Lingkungan sosial mendukung kompetensi dan menghukum ketidakkompetenan.

Untuk hasil prestasi belajar, siswa SMK Negeri 1 Purwodadi kelas XI mempunyai rata-rata prestasi belajar juga tinggi yakni mempunyai rata-rata 76,92. Adanya hasil prestasi belajar yang tinggi tentu saja karena kondisi kompetensi sosial di siswa SMK Negeri 1 Purwodadi kelas XI juga tinggi, sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Selain itu sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan belajar sebagai hal yang masuk faktor instrumental sangat diperhatikan oleh SMK Negeri 1 Purwodadi,

(14)

seperti misalnya laboratorium komputer dan internet, laboratorium bahasa, tempat praktek memasak untuk jurusan tata boga, tempat praktek menjahit untuk jurusan tata busana, dsb.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat diketahui bahwa kompetensi sosial berpengaruh terhadap prestasi belajar, dengan sumbangan efektifnya sebesar 33,4%, yang diperoleh dari cara mengkuadratkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,478, sehingga diperoleh (r2) sebesar 0,334 sehingga diketahui sumbangan efektif kompetensi sosial terhadap prestasi belajar adalah sebesar 33,4% yang artinya masih terdapat 66,6% faktor lain selain kompetensi sosial yang mempengaruhi prestasi belajar yakni : kondisi fisik, kondisi psikologis, kondisi panca indera, kecerdasan, bakat, dan motivasi.

Adapun kelemahan dalam penelitian ini adalah: karena pemberian skala hanya dititipkan ke Tata Usaha SMK N 1 Purwodadi maka pemberian instruksi pengisian skala dikuatirkan tidak maksimal atau tidak sesuai keinginan peneliti.

4. PENUTUP

Adapun kesimpulan dan saran dari penelitian ini adalah: a. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kompetensi sosial dengan performansi kerja, artinya semakin tinggi kompetensi sosial individu maka semakin tinggi performansi kerja, dan sebaliknya semakin rendah kompetensi sosial individu maka semakin rendah pula prestasi belajar pada siswa ; b. Berdasarkan hasil penelitian diketahui kompetensi sosial pada subyek penelitian tergolong tinggi; c. Berdasarkan hasil penelitian diketahui performansi kerja pada subyek penelitian tergolong sedang; d. Sumbangan efektif kompetensi sosial terhadap prestasi belajar sebesar 22,7%. Hal ini berarti menunjukkan bahwa terdapat faktor- faktor lain sebesar 77,3% selain kompetensi sosial yang mempengaruhi prestasi belajar yakni: a). motivasi kerja,; b). persepsi dan kepemimpinan; c). Kondisi lingkungan kerja; d). kemampuan dan keahlian

(15)

Saran bagi Kepala Sekolah. Diharapkan mampu mempertahankan atau bahkan meningkatkan lebih tinggi lagi prestasi belajar dengan cara juga meningkatkan potensi yang ada pada para siswa, atau dengan cara menilai minat bakat siswa kemudian menyalurkannya, agar potensi yang ada dapat digali secara maksimal.

Saran Bagi siswa. Bagi siswa diharapkan dapat terus meningkatkan prestasi belajar dan juga ketrampilan sosialnya, yakni dengan cara memanfaatkan sarana dan prasarana serta kegiatan yang disediakan oleh sekolah yang dapat menunjang prestasi belajar.

Saran Bagi peneliti selanjutnya. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema yang sama, diharapkan menambah variabel variabel lain sebagai variabel moderator/intervening antara lain jenis kelamin, motivasi, dsb.

PERSANTUNAN

Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini yakni terutama kepada Bapak kepala sekolah SMK Negeri I Purwodadi dan wali kelas untuk kelas Tata Busana I dan Tata Busana II yang telah menyebarkan angket dari penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendikbud. (2016). Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) SMA 2016. Jakarta.

Caprara, G. V., Barbaranelli, C., Pastorelli, C., Bandura, A., & Zimbardo, P. G. (2000). Prosocial foundations of children’s academic achievement. Psychological Science, 11, 302-306.

Chaplin, J.P (2001). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Grafindo.

Denham, S., A., & Queenan, P., 2003. Preschool Emotional Competence: Pathway To Social Competence. Journal Of Child Development. Vol. 74, No 1, 238-256.

DiLalla, L. F., Marcus, J. L., & Wright-Phillips, M. V. (2004). Longitudinal effects of preschool behavioral styles on early adolescent school performance. Journal of School Psychology, 42, 385–401.

(16)

Djamarah, S.B dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Feitosa, F. B., Del Prette, Z. A. P., & Del Prette, A. (2012). Social skills and academic achievement: the mediating function of cognitive competence. Temas em Psicologia - 2012, Vol. 20, no 1.

Gullota, T. P. ; Adams, G. R. ; Montemayor, R. (1990). Developing Sosial Competence in Adolescent . California : Sage Publications, Inc.

Gunarso. (2004). Psikologi Praktis: Anak,. Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.

Ilyas . (2008). Fungsi dan Pengukuran Prestasi Belajar. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Kartono. (1990). Psikologi Perkembangan Anak, Bandung : CV. Manda

Maassen, G. H., Landsheer, J. A. (2000). Peer-Perceived social competence and academic achivement of low-level educated young adolocents. Social Behaviour and Personality an International Journal. Vol. 28, Issue 1. Martani, W., & Adiyanti, M., G., (1990). Kompetensi Sosial Dan Kepercayaan

Diri Remaja . Laporan Penelitian (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Martin, M.O., Mullis, I.V.S., & Chrostowski, S.J. (Eds.). (2004). TIMSS 2003 technical report. Chestnut Hill, MA: Boston College.

Mohammad Surya. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Nasution, S, 1996. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi 1. Cetakan Kedua. Jakarta: Bina Aksara.

Pidada, S, U. (2001). Kompetensi Sosial dan Korelatnya. Jurnal Psikologi. Volume 8. No.2, hal 14-17. Bandung. Universitas Padjajaran.

Sari, YNE. (2015). Buku Mata Ajar Evaluasi Pendidikan. https://books.google. co.id/books/about/ Buku_Mata_Ajar_Evaluasi_Pendidikan. html?id= f1k9CwAAQBAJ&redir_esc=y

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Syah, M. (2006). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada.

Tirtonegoro (2001). Penelitian Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: USaha Nasional.

(17)

Construction of The Concept. The Handbook of Emotional Intelegence. Jossey_Bars Inc : California.

Walgito, B. (2003). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

Widyorini, E.R. (2002). Personality Characteristics and Social Competence of Indonesian Gifted and Non-Gifted Adolescents. Disertasi. Nijmegen Winkel. (2008). Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia Pustaka Tama.

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun tidak secara ekspilisit memberikan contoh kasusnya pada waria, namun kesimpulan yang ingin diutarakan adalah bahwa pendekatan-pendekatan sosial yang

Maka berdasarkan pengujian black box yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa sistem informasi pemetaan strata desa siaga aktif dengan metode AHP telah

Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan PHILLIP MONEY MARKET FUND yang telah dipenuhi sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak Investasi

buku teks Kimia untuk SMA/MA Kelas XII oleh penulis A, penerbit B pada materi. benzena dan

Penambahan limbah udang hasil pengolahan sebanyak 5% dalam ransum basal berpengaruh (P&lt;0,05) terhadap bobot hidup, persentase giblet, persentase lemak abdominal

Dikatakan ada hubungan Dynamic Stretching dengan kelincahan penghobi futsal member champions singosari karena perubahan fisiologis yang nyata dapat terjadi pada tubuh

Apakah peran obat-obatan? Karena penyebab belum diketahui dengan pasti, obat biasanya hanya ditujukan untuk menghilangkan gejala yang sangat mengganggu. Contoh paling

Dari hasil pengamatan (prasurvei) yang dilakukan nampaknya bahwa penyelenggaraan kegiatan pemerintahan oleh unit-unit kerja pemerintah yang ada di wilayah Kecamatan