Abstract— Millimeter wave communication channel is
very susceptible to the effect of rain attenuation. Adaptive modulation technique is one of techniques that it is evaluated for mitigation of the effect of tropical rain attenuation. Simulation results show that adaptive modulation can to increase the system availability and bandwidth efficiency are compared with non adaptive modulation. In the link 4 Km, It is warranted maximum bit error rate 10-3, adaptive modulation can product availability 93,916% and bandwidth efficiency 5,4787 bps/Hz are compared with 64 QAM has availability 88,52% and bandwidth efficiency 5,3113 bps/Hz. In the link 4 Km, It is warranted maximum bit error rate 10-6, adaptive modulation can product availability 92,614% and bandwidth efficiency 5,3432 bps/Hz are compared with 64 QAM has availability 84,74% and bandwidth efficiency 5,0845 bps/Hz. Next, in the link 4 Km, It is warranted maximum bit error rate 10-11, adaptive modulation can product availability 91,496% and bandwidth efficiency 5,1584 bps/Hz are compared with 64 QAM has availability 78,42% and bandwidth efficiency 4,7052 bps/Hz
Index Terms—Adaptive Modulation, tropical rain
attenuation and millimeter wave communication channel.
Abstrak–-Kanal komunikasi gelombang milimeter sangat rentan terhadap pengaruh redaman hujan. Teknik modulasi adaptif merupakan salah satu teknik yang dievaluasi untuk mitigasi pengaruh redaman hujan tropis. Hasil simulasi menunjukkan bahwa modulasi adaptif dapat meningkatkan availability sistem dan efisiensi bandwidth dibandingkan dengan modulasi non adaptif. Pada link 4 Km dijamin BER maksimal 10-3 modulasi adaptif menghasilkan availability 93,916% dan efisiensi bandwidth 5,4787 bps/Hz dibandingkan 64 QAM dengan availability 88,52% dan efisiensi bandwidth 5,3113 bps/Hz. Pada link 4 Km dijamin BER maksimal 10 -6 modulasi adaptif menghasilkan availability 92,614% dan efisiensi bandwidth 5,3432 bps/Hz dibandingkan 64 QAM dengan availability 84,74% dan efisiensi bandwidth 5,0845 bps/Hz. Selanjutnya pada link 4 Km dijamin BER maksimal 10-11 modulasi adaptif menghasilkan availability 91,496% dan efisiensi bandwidth 5,1584 bps/Hz dibandingkan 64 QAM dengan availability 78,42% dan efisiensi bandwidth 4,7052 bps/Hz.
Kata Kunci—Modulasi adaptif, redaman hujan tropis
dan kanal komunikasi gelombang milimeter.
I. PENDAHULUAN
Sistem komunikasi gelombang radio generasi keempat 4G mempersyaratkan adanya teknik transmisi radio berkapasitas tinggi. Sejumlah teknologi memungkinkan tercapainya kapasitas tinggi ini, salah satunya adalah penggunaan frekuensi pembawa (carrier) pada pita gelombang milimeter (10 – 40 GHz) yang menyediakan lebar spektrum sangat besar, dengan kapasitas sampai ratusan Mbps. Di negara-negara maju (Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Eropa) teknologi gelombang milimeter telah lama diminati, terutama dalam upaya mewujudkan sistem akses
wireless pita lebar untuk aplikasi di luar gedung. Jika diaplikasikan di luar gedung, gelombang milimeter sangat rentan terhadap redaman hujan. Bagi daerah tropis seperti Indonesia, curah hujannya tinggi menjadi masalah besar dalam aplikasi gelombang milimeter. Sebagai ilustrasi, sistem komunikasi radio pada frekuensi 30 GHz melalui lintasan radio sepanjang 4 km saja di Surabaya dapat mengalami redaman hujan lebih dari 110 dB dengan probabilitas kejadian 10-2 , ekivalen dengan pelemahan daya atau fading sampai 1011 kali seperti pada gambar 1.[11]
Pada penelitian [2] menggunakan kendali daya saja untuk kompensasi fading karena hujan pada system seluler LMDS/LMCS. Sistem ini dirancang untuk bekerja pada daerah non-tropis dengan redaman hujan yang tidak terlalu besar. Akibatnya jika diterapkan di daerah tropis untuk system komunikasi nirkabel seluler pada gelombang milimeter akan terjadi nilai BER yang terlalu besar. Penelitian [1] hanya menerapkan kendali daya yang berbasis AGC (automatic gain control) untuk mengatasi efek redaman hujan. Sistem mereka membedakan pelanggan dekat dan jauh dengan tujuan untuk membagi rentang dinamis AGC ke dalam dua segmen yang lebih sempit. Sistem ini tidak memanfaatkan modulasi adaptif maupun pengodean adaptif sehingga tidak dapat mencapai penggunaan sumber daya yang efisien. Penelitian [6] menggunakan
Evaluasi Kinerja Modulasi Adaptif
Untuk Mitigasi Pengaruh Redaman Hujan
di Daerah Tropis
Pada kanal komunikasi gelombang Milimeter
Suwadi1), Gamantyo Hendrantoro2) dan Tita Kurniawati3) Bidang Keahlian Telekomunikasi Multimedia
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
1)
Modulasi Adaptif Estimasi Kanal Demodulasi Adaptif r[k] x[k] y[k] Pemancar Penerima Kanal (redaman hujan) n[k] A[k ] Delay ] k [ r ^ ] k [ A^
teknik transmisi adaptif (variable rate variable power MQAM) untuk mengkompensasi kanal fading. Fading pada kanal tersebut dimodelkan terdistribusi Rayleigh. Teknik tersebut dievaluasi untuk menjamin kinerja BER maksimal 10-6 dengan mengoptimalkan efisiensi spektrum. Pada penelitian terbaru [10], sistem variable
rate variable power MQAM menggunakan estimasi BER berdasarkan kriteria maximum a posteriori (MAP), tidak menganngap informasi nyata dari SNR. Pada paten [3] metode transmisi adaptif sebagai kompensasi sistem komunikasi nirkabel selular gelombang milimeter dibawah pengaruh hujan tropis. Pada metode transmisi adaptif tersebut digunakan adaptasi daya, modulasi, pengkodean dan teknik diversity dengan mengutamkan BER maksimal 10-11 dan efisiensi bandwidth yang tinggi.
Pada penelitian ini teknologi anti-fading yang dievaluasi sebagai solusi untuk masalah diatas adalah modulasi adaptif yang bekerja dengan cara mengubah-ubah jenis modulasi yang digunakan sesuai dengan tingkat redaman hujan pada saat itu, sedemikian hingga dapat diperoleh kapasitas sebesar-besarnya dengan kualitas sinyal yang tetap terjaga dengan BER maksimal 10-3, 10-6 dan 10-11 sesuai dengan aplikasi dan panjang link.
Gambar 1 Distribusi kumulatif komplemen redaman hujan kondisional
II. MODELSISTEM
Sistem modulasi adaptif yang digunakan untuk mitigasi pengaruh redaman hujan tropis pada kanal komunikasi gelombang milimeter menggunakan variasi tingkat modulasi 4QAM, 16QAM dan 64QAM sesuai dengan S/N pada sisi penerima. Penjelasan modulasi adaptif dan efisiensi bandwidth dapat dilihat pada bagian berikutnya.
A. Modulasi Adaptif
Sistem modulasi M-QAM pada kanal AWGN dengan kondisi cuaca cerah (tidak dipengaruhi hujan) mempunyai kinerja BER dengan formula berikut :[5]
(1)
Dimana :
M = level modulasi
B
= bandwidth (Hz)Sistem modulasi adaptif menggunakan skenario bahwa level modulasi yang digunakan 4-QAM, 16-QAM, dan 64-QAM berturut-turut sesuai dengan harga S/N yang dipengaruhi redaman hujan saat itu. Model sistem modulasi adaptif dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Sistem Modulasi Adaptif MQAM
Sinyal informasi digital r[k] sebagai input modulator, x[k] merupakan sinyal output modulator yang dipengaruhi noise AWGN n[k] dan redaman hujan A[k] yang secara statistik menunjukkan variasi redaman hujan sangat tinggi. Sinyal y[k] merupakan sinyal yang dipengaruhi noise Gaussian dan redaman hujan yang diterima oleh receiver. Estimator kanal berfungsi untuk mengestimasi kondisi kanal untuk selanjutnya dikirim ke pemancar sebagai umpan balik untuk menentukan tingkat modulasi yang digunakan sesuai dengan batas interval S/N.
Batas interval S/N untuk menentukan jenis modulasi yang digunakan dapat diperoleh dengan menghitung kinerja BER pada kanal AWGN dan cuaca cerah pers (1). Batas interval S/N berdasarkan BER maksimal 10
-3
, 10-6 dan 10-11 dapat dilihat pada tabel 1,2 dan 3. Tabel 1 Skenario Modulasi Adaptif BER 10-3
Modulasi Adaptif menjamin BER maksimal 10-3
Jenis Modulasi Interval S/N
No Transmisi S/N< 9.8
4 QAM 9.8<S/N<16.54
16 QAM 16.54<S/N<22.55
64 QAM S/N>22.55
Tabel 2 Skenario Modulasi Adaptif BER 10-6 Modulasi Adaptif menjamin BER maksimal 10-6
Jenis Modulasi Interval S/N
No Transmisi S/N< 13.54
4 QAM 13.54<S/N<20.42
16 QAM 20.42<S/N<26.56
64 QAM S/N>26.56
Tabel 3 Skenario Modulasi Adaptif BER 10-11 Modulasi Adaptif menjamin BER maksimal 10-11
Jenis Modulasi Interval S/N
No Transmisi S/N< 16.53 4 QAM 16.53<S/N<23.46 16 QAM 23.46<S/N<29.65 64 QAM S/N>29.65 − − − = N S M ToB erf M M M Pb ) 1 ( 2 3 1 1 log 2 2 0 50 100 150 200 250 300 350 400 10-5 10-4 10-3 10-2 10-1 100 Redaman (dB) P ro b .[ R e d a m a n > a b s is ] 1Km 2Km 3Km 4Km
B. Effisiensi Bandwidth
Effisiensi bandwidth merupakan laju transmisi informasi per Hz dari bandwidth yang digunakan, yang bertujuan untuk mengirimkan sinyal informasi yang maksimum dengan bandwidth minimum. Satuan yang tepat untuk effisiensi bandwidth adalah bit/s/Hz. Pada sistem modulasi adaptif, effisiensi bandwitdh dapat dinyatakan sebagai berikut [6]:
) ( ) ( log 0 2 i i N i M P M B R
∑
= = (2) dimana, B R= effisiensi bandwidth (bps/Hz) N = jumlah data i M = level modulasi ) (MiP = probabilitas kemungkinan masing-masing modulasi
C. Shannon Capacity
Teori kapasitas kanal Shannon-Hartley menyatakan bahwa laju maksimal suatu transmisi, Rmax, pada sebuah
kanal dengan bandwidth B dan signal to noise ratio S/N ditunjukkan dengan [6] : s bit N S B Rmax log2 1 / + = (3) III. METODOLOGI
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasy-analytic dengan menggabungkan formula teoritis untuk perhitungan BER MQAM, data redaman hujan metode Synthetic Storm Technique(SST) dan simulasi untuk mendapatkan nilai availability dan efisiensi bandwidth.
Beberapa asumsi yang digunakan pada komputasi ini adalah delay propagasi diasumsikan tidak ada, estimasi kondisi kanal diasumsikan sempurna sehingga tidak ada kesalahan dalam informasi, switched perubahan tingkat modulasi diasumsikan sempurna.
Sebelum melakukan perhitungan signal to noise ratio S/N yang dipengaruhi redaman hujan, perlu menghitung S/N kondisi cerah. Pada kondisi cerah (tidak hujan), perhitungan S/N pada sisi penerima menggunakan parameter seperti pada tabel 4.
Tabel 4 Parameter perhitungan S/N panjang link 2 Km (k=1,38*10-23 dan To=298 K)
Parameter Units Formula Value
Transmit Power into Antenna
dBW Ptx: transmit power per carrier
0 Transmit
antenna gain
dBi Gt:Gant 15 Frequency GHz f: Transmit frequency 30 Path Length Km d: Hub to Subscriber
Station Range
2 Field Margin dB Lfm : Antenna
Mis-Alignment -1 Free-Space Loss dB FSL = -92.45-20*log(f)-20*log(d) -128,013 Total Path Loss dB Ltot = FSL + LFM -129,013
Receiver Antenna Gain dBi Gr = Gant 30 Effective Bandwidth MHz BRF : Receiver Noise Bandwidth 40 Receiver Noise Figure dB NF : Effective Noise Figure 5 Thermal Noise dBW/MHz 10*log(k*To) -143,85 System Loss dB Lsys=Gt+Ltot+Gr -84,013 Received Signal Level dBw RSL=Ptx+Lsys -84,013 Thermal Noise Power Spectral density dBW/MHz N0=10*log(k*To)+NF -138,859 Carrier to Noise ratio dB S/N = RSL-No-10*log(BRF) 38,825
Dengan cara dan parameter yang sama untuk link 1 Km, 2 Km, 3 Km dan 4 Km diperoleh S/N kondisi cerah berturut-turut 44.8 dB, 38.8 dB, 35.3 dB, dan 32.8 dB. Selanjutnya S/N yang dipengaruhi hujan dapat dihitung sebagai berikut :
(S/N)k = (S/N)cs - A[k]
dimana :
(S/N)k : signal to noise ratio dibawah pengaruh hujan
pada sampling ke – k
(S/N)cs : signal to noise ratio kondisi cerah
A[k] : redaman hujan sampling ke-k
Algoritma proses modulasi adaptif dapat digambarkan dalam bentuk diagram alir seperti terlihat pada gambar 3. Urutan algoritma dapat diuraikan sebagai berikut :
• Menentukan harga S/N pada kondisi cerah pada link 1 – 4 Km.
• Loading data estimasi redaman hujan berdasarkan pengukuran curah hujan di Surabaya dengan metode SST.
• Mengurutkan data redaman hujan A[k] • Menghitung (S/N)k pada kondisi hujan
• Menentukan probabilitas kesalahan bit berdasarkan (S/N)k yang dipengaruhi hujan sesuai dengan tingkat
modulasinya (4QAM, 16 QAM atau 64QAM) berdasarkan batas interval S/N.
• Menghitung dan membuat grafik CCDF bit error rate
• Menghitung dan membuat grafik CDF efisiensi bandwidth.
Pada penelitian ini dilakukan evaluasi pada panjang link 1 Km, 2 Km, 3 Km dan 4 Km dengan kondisi dipengaruhi hujan, dimana curah hujan yang terukur di Surabaya, khususnya di ITS selama 1 tahun. Data estimasi redaman hujan diperoleh dengan menggunakan metode Synthetic Storm Technique(SST). Tingkat modulasi yang digunakan berdasarkan hasil estimasi redaman hujan, bila S/N pada penerima kecil maka menggunakan level modulasi yang rendah begitu seterusnya bila S/N besar maka menggunakan level modulasi lebih tinggi. Besaran yang dievaluasi pada penelitian ini terutama pada availabilty sistem dan efisiensi bandwidth.
cs N S k cs k A N S N S − = − − − = k b N S M B T erf M M M Pk ) 1 ( 2 3 1 1 log 2 0 2 ) ( ) ( log 3 0 2 i i i M P M B R
∑
= =Gambar 3 Diagram Alir Modulasi Adaptif Pada Hujan Tropis
IV. ANALISAHASILSIMULASI
Hasil simulasi teknik modulasi adaptif dievaluasi untuk menjaga BER 10-3, 10-6 dan 10-11 berupa grafik CCDF (Complementary Cumulative Distribution Function) BER dan CDF (Cumulative Distribution Function) efisiensi bandwidth. Salah satu contoh CCDF BER dan CDF efisiensi bandwidth pada link 1 Km dan BER dijaga 10-3 dapat dilihat pada gambar 4 dan
gambar 5. Pada gambar 4 menunjukkan bahwa probabilitas BER lebih dari sama dengan BER aksis yaitu 10-3 untuk modulasi adapatif mempunyai availability 99,811%. Modulasi non adaptif 4QAM, 16QAM, dan 64QAM mempunyai availability berturut-turut 99,811%, 99,3824% dan 98,493%. 10-4 10-3 10-2 10-1 100 10-3 10-2 10-1 100 101 BER P ro b .[ B E R > = a b s is ]% 4QAM-Non Adaptif 16QAM-Non Adaptif 64QAM-Non Adaptif Modulasi Adaptif
Gambar 4 CCDF modulasi adaptif dan modulasi non adaptif kondisional panjang lintasan 1km BER 10-3 Pada gambar 5 menunjukkan bahwa probabilitas efisiensi bandwidth kurang dari sama dengan aksis selalu lebih besar daripada kapasitas Shannon.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 10-3 10-2 10-1 100 101 102 103 Effisiensi Bandwidth (bps/Hz) P ro b .[ E ff is ie n s i B a n d w id th < = a b s is ]% M-QAM Adaptif Shannon Capacity
Gambar 5 CDF efisiensi bandwidth modulasi adaptif dan Shannon Capacity pada link 1km BER 10-3 A. BER dijaga maksimal 10-3
Hasil simulasi availability dan efisiensi bandwidth modulasi adaptif dan non adaptif pada link 1-4 Km BER dijaga maksimal 10-3 dapat dilihat pada tabel 5. Pada hasil simulasi terlihat bahwa pada panjang link yang sama modulasi adaptif mempunyai avalability dan efisiensi bandwidth yang lebih baik dibandingkan modulasi non adaptif.
Tabel 5 Availabilty dan efisiensi bandwidth pada link 1-4km BER maksimal 10-3 BER 10-3 Mode Transmisi Availability (%) Efisiensi bandwidth (bps/Hz) 1 Km Adaptif 4QAM 16QAM 64QAM 99,811 99,811 99,3824 98,493 5.9538 1.9963 3.9754 5.9097 2 Km Adaptif 4QAM 16QAM 64QAM 97,479 97,479 97,479 96,087 5.7641 1.9496 3.8436 5.6780 3 Km Adaptif 4QAM 16QAM 64QAM 95,639 95,639 93,77 91,258 5.6134 1.9128 3.7509 5.4756 4 Km Adaptif 4QAM 16QAM 64QAM 93,916 93,916 91,497 88,52 5.4787 1.8783 3.6599 5.3113
B. BER dijaga maksimal 10-6
Hasil simulasi availability dan efisiensi bandwidth modulasi adaptif dan non adaptif pada link 1-4 Km BER dijaga maksimal 10-6 dapat dilihat pada tabel 6. Pada hasil simulasi terlihat bahwa pada panjang link yang sama modulasi adaptif mempunyai avalability dan efisiensi bandwidth yang lebih baik dibandingkan modulasi non adaptif.
Tabel 6 Availabilty dan efisiensi bandwidth pada link 1-4km BER maksimal 10-6 BER 10-6 Mode Transmisi Availability (%) Efisiensi bandwidth (bps/Hz) 1 Km Adaptif 4QAM 16QAM 64QAM 99,6291 99,6291 98,875 97,627 5.9227 1.9926 3.9551 5.8577 2 Km Adaptif 4QAM 16QAM 64QAM 96,885 96,885 95,183 93,023 5.7019 1.9377 3.8074 5.5814 3 Km Adaptif 4QAM 16QAM 64QAM 94,531 94,531 92,348 88,8 5.5137 1.8907 3.6940 5.3282 4 Km Adaptif 4QAM 16QAM 64QAM 92,614 92,614 89,8 84,74 5.3432 1.8523 3.5920 5.0845 C. BER dijaga maksimal 10-11
Hasil simulasi availability dan efisiensi bandwidth modulasi adaptif dan non adaptif pada link 1-4 Km BER dijaga maksimal 10-11 dapat dilihat pada tabel 7. Pada hasil simulasi terlihat bahwa pada panjang link yang sama modulasi adaptif mempunyai avalability dan efisiensi bandwidth yang lebih baik dibandingkan modulasi non adaptif.
Tabel 7 Availabilty dan efisiensi bandwidth pada link 1-4km BER maksimal 10-11 BER 10-11 Mode Transmisi Availability (%) Efisiensi bandwidth (bps/Hz) 1 Km Adaptif 4QAM 16QAM 64QAM 99,3824 99,3824 98,345 96,855 5.8918 1.9877 3.9339 5.8114 2 Km Adaptif 4QAM 16QAM 64QAM 96,092 96,092 94,347 91,029 5.6294 1.9219 3.7740 5.4617 3 Km Adaptif 4QAM 16QAM 64QAM 93,768 93,768 90,698 85,51 5.3997 1.8755 3.6282 5.1304 4 Km Adaptif 4QAM 16QAM 64QAM 91,496 91,496 88 78,42 5.1584 1.83 3.52 4.7052 Pada kondisi BER dijaga maksimal 10-3, 10-6 dan 10-11 , teknik modulasi adaptif mampu meningkatkan availability dan efisiensi bandwidth dibandingkan dengan modulasi non adaptif kecualii 4QAM, tetapi 4QAM mempunyai efisiensi bandwidth yang kecil. Dari data diatas dapat dikatakan bahwa teknik modulasi adaptif dapat mengurangi pengaruh redaman hujan dibandingkan dengan modulasi non adaptif.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa teknik modulasi adaptif dapat memperbaiki availability dan efisiensi bandwidth sistem MQAM pada kanal komunikasi gelombang milimeter kondisi dipengaruhi hujan tropis, tetapi teknik modulasi adaptif saja belum mampu mencapai availability 99,99%. • Pada BER maksimal 10-3 panjang link 1Km, 2Km,
3Km dan 4Km modulasi adaptif menghasilkan availability dan efisiensi bandwidth berturut-turut 99,811%, 97,479%, 95,639%, 93,916% dan 5.9538 bps/Hz, 5.7641 bps/Hz, 5.6134 bps/Hz, 5.4787 bps/Hz.
• Pada BER maksimal 10-6 panjang link 1Km, 2Km, 3Km dan 4Km modulasi adaptif menghasilkan availability dan efisiensi bandwidth berturut-turut 99,6291%, 96,885%, 94,531%, 92,614% dan 5.9227 bps/Hz, 5.7019 bps/Hz, 5.5137 bps/Hz, 5.5432 bps/Hz.
• Pada BER maksimal 10-11 panjang link 1Km, 2Km, 3Km dan 4Km modulasi adaptif menghasilkan availability dan efisiensi bandwidth berturut-turut 99,3824%, 96,092%, 93,768%, 91,496% dan 5.8918 bps/Hz, 5.6294 bps/Hz, 5.3997 bps/Hz, 5.1584 bps/Hz.
VI. SARAN-SARAN
Pada penelitian ini, teknik modulasi adaptif pada kanal komunikasi gelombang millimeter yang dipengaruhi hujan tropis belum mampu menghasilkan availability 99,99%, pada penelitian selanjutnya akan dievaluasi teknik modulasi adaptif, daya adaptif dan pengkodean adaptif untuk mitigasi pengaruh redaman hujan agar dicapai availability sistem 99,99%.
DAFTARPUSTAKA
[1] Abbiati Fausto, Gaspare L., Santacesaria C, “Reception And Transmission Power Gains Control in a Point-to-Multipoint System”, EP 1427117A1, 1994.
[2] Boch,Yee, Ployer, “Power Control of LMDS/LMCS Base Station to Provide Rain Fade Compensation”, EP 0987832A2, 2000. [3] Gamantyo H, Suwadi, A. Mauludianto, “ Metode Transmisi
Adaptif Untuk Sistem Komunikasi Nirkabel Seluler Gelombang Milimeter di daerah Tropis” Paten P00200700660, 2007. [4] Gamantyo H, Robert J. C. Bultitude dan David D. Falconer, “Use
of Cell-Site Diversity in Millimetre-Wave Fixed Cellular Systems to Combat the Effects of Rain Attenuation”, IEEE JSAC Vol 20 No 23, 2002.
[5] Glover, I A and Grant, P M, “Digital Communications”, Prentice Hall, 1998.
[6] Goldsmith A.J, Chua S.G, “Variable Rate Variable Power MQAM for Fading Channels”, IEEE Transaction on Communication, vol. 45. No. 10, 1997.
[7] M. Salehudin, Bayu Hanantasena dan L. J. M. Wijdemans, “Ka-Band Line–Of–Sight Radio Propagation Experiment In Surabaya Indonesia”, 5th Ka-Band Util. Conf, Taormina, 1999.
[8] Mauludianto A, Hendrantoro, G., Porman, H., “Simulation of Tropical rain Attenuation for Evaluation of Millimetre-Wave Wirless Network”, seminar IEEE WOCN, 2008.
[9] M. Shin, J. G. Ryu, Hoon Jeong, H. J. Lee, “Apparatus And Method for Compensating Forward Link Rain Attenuation Based on Adaptive Transmission Scheme for Interactive Satellite Transmission System”, US 2005/0141472A1, 2005.
[10] Ong L. T., Shihk Bahaei, M., Chambers J. A., “Variable Rate and Variable Power MQAM System Based on Bayesian Bit Error Rate and Channel Estimation Techniques”, IEEE Transaction on Communication, vol. 56. No. 2., 2008. [11] Porman, H dan Gamantyo H “ Model Statistik Fading Karena
Hujan di Surabaya”, Tugas Akhir, ITS, 2007
[12] S. Y. Kim, K. J. Lim,T. G. Kwon dan H. S. Lim, “Rain Attenuation Compensation Method Using Adaptive Transmission Technique and Systen Using The Same”, US Patent 2002/0058505A1, 2002.
Suwadi, dilahirkan di Gresik tanggal 18 Agustus 1968. Pada tahun
1992 menamatkan program sarjana di teknik elektro ITS dan Pebruari 1999 menamatkan program magisternya di Elektroteknik ITB. Penulis sejak 1993 sebagai staf pengajar di Jurusan Teknik Elektro ITS dan aktif sebagai peneliti dibidang Telecommunication Traffic Engineering, Digital Communications, Digital Signal Processing, dan Wireless and Mobile Communications
Gamantyo Hendrantoro, dilahirkan di Jombang, 11 Nopember
1970. Pada tahun 1992 memperoleh gelar sarjana di teknik elektro ITS, dan memperoleh M.Eng dan Ph.D di electrical engineering,
Carleton University Ottawa, Canada pada tahun 1997 dan 2001. Saat ini aktif sebagai tenaga pengajar di ITS dan interes pada bidang
antena and propagation, wireless and mobile communications.
Tita Kurniawati, mahasiswa program sarjana teknik elektro ITS
sebagai anggota penelitian bidang teknik kompensasi untuk mitigasi pengaruh redaman hujan di Indonesia pada kanal komunikasi gelombang millimeter.