• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Hidrokel Print

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I Hidrokel Print"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena gangguan dalam pembentukan alat genitalia external, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak.

Sekitar 10% bayi baru lahir mengalami hidrokel, dan umumnya akan hilang sendiri dalam tahun pertama kehidupan. Biasanya tidak terasa nyeri dan jarang membahayakan sehingga tidak membutuhkan pengobatan segera. Pada bayi hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu , testis turun dari rongga perut bayi kedalam skrotum, dimana setiap testis ada kantong yang mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis tersebut. Pada orang dewasa, hidrokel bisa berasal dari proses radang atau cedera pada skrotum. Radang yang terjadi bisa berupa epididimitis (radang epididimis) atau orchitis (radang testis).

1.2 Rumusan masalah

a. Bagaimana pengertian dari Hidrokel ? b. Apa saja penyebab timbulnya Hidrokel ? c. Bagaimana klasifikasi dari penyakit Hidrokel ?

d. Bagaimana pathofisiologi atau perjalanan penyakit Hidrokel ? e. Bagaimana manifestasi klinis Hidrokel ?

f. Apa saja penatalaksanaan dan pemeriksaan penunjang Hidrokel ? g. Apa komplikasi dari Hidrokel ?

h. Bagaimana aplikasi Asuhan Keperawatan pada pasien Hidrokel ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Agar mahasiswa dapat memahami penyakit hidrokel dan bagaimana mengaplikasikan asuhan keperawatan dengan pasien penderita hidrokel

1.3.2 Tujuan Khusus

(2)

b. Mahasiswa dapat menjelaskan penyebab-penyebab hidrokel c. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi hidrokel

d. Mahasiswa dapat menjelaskan perjalanan penyakit hidrokel e. Mahasiswa dapat memahami manifestasi klinis dari hidrokel f. Mahasiswa dapat memberikan penatalaksanaan hidrokel g. Mahasiswa mengatahui komplikasi hidrokel

h. Mahasiswa dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien hidrokel

(3)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Anatomi dan fisiologi sistem perkemihan

1. Testis

Terletak di dalam skrotum.Testis memiliki 2 fungsi, yaitu menghasilkan sperma dan membuat testosteron (hormon seks pria yang utama).

2. Saluran

a. Epididimis Fungsinya mengumpulkan sperma dari testis dan menyediakan ruang serta lingkungan untuk proses pematangan sperma.

b. Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari epididimis.

c. Uretra punya 2 fungsi: Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari kandung kemih. Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.

d. Vesicula Seminalis adalah sepasang kantong yang memproduksi 60% cairan air mani dimana air sperma diangkut, cairan ini digunakan untuk menyediakan nutrisi bagi sperma.

3. Kelenjar

a. Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.

b. Kelenjar Cowper menghasilkan cairan berwarna bening menuju saluran kencing saat rangsangan seksual sebelum ejakulasi dan orgasme.

4. Organ Genitalia Eksterna terdiri dari : 1. Penis terdiri dari:

a. Akar (menempel pada didinding perut) b. Badan (merupakan bagian tengah dari penis)

c. Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut). d. Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih)

terdapat di ujung glans penis.

2. Dua rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus, terletak bersebelahan.

3. Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra.Jika terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi).

4. Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara

(4)

normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh.

Gambar 2.1 Hidrokel Normal 2.2 Pengertian Hidrokel

Hidrokel berasal dari dua kata yaitu hidro (air) dan cell (ronggga atau celah). Dapat diartikan secara harfiah bahwa hidrokel adalah adanya penumpukan air pada rongga khususnya pada tunika vaginalis. (Behram. 2000).

Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena gangguan dalam pembentukan alat genitalia eksternal, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritonium mengalir melalui saluran yang terbuka teersebut dan terperangkap didalam skrotum sehingga skrotum membengkak. (Parmono Budi 2008)

(5)

Gambar2.2 Hidrokel

Gambar2.3 Macam-Macam Hidrokel

2.3 Etiologi

Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : a. belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran

cairan peritoneum ke prosesus vaginalis atau

b. belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.

Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada

(6)

testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis atau epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus.

2.4 Pathofisiologi

Hidrokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus vaginalis yang masih terbuka. Kantong hidrokel dapat berhubungan melalui saluran mikroskopis dengan rongga peritoneum dan berbentuk katup. Dengan demikian cairan dari rongga peritoneum dapat masuk ke dalam kantong hidrokel dan sukar kembali ke rongga peritoneum. Pada kehidupan fetal, prosesus vaginalis dapat berbentuk kantong yang mencapai scrotum. Ujung bawah kantong ini mengelilingi testis dan disebut tunika vaginalis. Apabila terjadi atrofi pada ujung proksimal dan tengah sehingga bagian distal yang mengelilingi testis tetap terbuka, maka terjadi hidrokeltestikularis.

Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus spermatikus, juga dapat ditemukan di sekitar testis yang terdapat dalam rongga perut pada undensensus testis. Hidrokel infantilis biasanya akan menghilang dalam tahun pertama, umumnya tidak memerlukan pengobatan, jika secara klinis tidak disertai hernia inguinalis.

Hidrokel testis dapat meluas ke atas atau berupa beberapa kantong yang saling berhubungan sepanjang processus vaginalis peritonei. Hidrokel akan tampak lebih besar dan kencang pada sore hari karena banyak cairan yang masuk dalam kantong sewaktu anak dalam posisi tegak, tapi kemudian akan mengecil pada esok paginya setelah anak tidur semalaman.

Pada orang dewasa hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorpsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan tersebut mungkin suatu tumor, infeksi atau trauma pada testis atau epididimis. Dalam keadaan normal cairan yang berada di dalam rongga tunika vaginalis berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi dalam sistem limfatik.

(7)
(8)

Terganggunya sekresi / Reabsorbsi cairan dikantung hidrokel Sekunder

(kelainan pada testis, tumor, infeksi, trauma testis) Primer (Idiopatik)

Atrofi testis

Menekan pembuluh darah yang ada di dalam testis Obstruksi aliran limfe

Produksi cairan berlebih

Operasi

pembengkakan Gg pd jaringan kulit, trauma pembedahan

Resiko tinggi infeksi

Gesekan dan peregangan jaringan kulit skortum Ansietas

Kurangnya pengetahuan

Aspirasi

Nyeri Insisi bedah

Resiko kerusakan integritas kulit Nyeri

Gangguan interaksi sperma

Sperma tidak bertahan Infertilisasi

(9)

2.5 Manifestasi klinis

Gambaran klinis hidrokel kongenital tergantung pada jumlah cairan yang tertimbun.

- Bila timbunan cairan hanya sedikit, maka testis terlihat seakan-akan sedikit membesar dan teraba lunak.

- Bila timbunan cairan banyak terlihat skrotum membesar dan agak tegang. - Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan dikantong skrotum

dengan konsistensi kistus

- pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. - Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah – olah mengelilingi testis

sehingga testis tak dapat diraba.

- Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari. - Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak

disebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada diluar kantong hidrokel.

2.6 Klasifikasi Hidrokel

1) Berdasarkan kapan terjadinya, yaitu :

a. Hidrokel primer Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus vaginalis. Prosesusvaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi kanalis inguinalisdan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan terapi karena dengansendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam tunika akan diabsorpsi.

b. Hidrokel sekunder Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam suatu masa dandianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe. Dapat disebabkan oleh kelainantestis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena suatu proses neoplastik.Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya produksi cairanberlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfedalam lapisan luar tunika. 2) Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan

beberapa macam hidrokel, yaitu a. Hidrokel testis,

Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.

(10)

Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.

c. Hidrokel komunikan

Merupakan hidrokel yang terjadi karena adanya faktor / penyebab lain, bukan dari daerah tunika vaginalis itu sendiri. Ada hubungan dengan rongga perut, bisa membesar dan biasanya lebih cepat dan harus di operasi. Jenis ini biasanya terjadi kongenital dimana terjadi akibat adanya kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum

Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak. Secara normal, hidrokel akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa bulan setelah bayi lahir. Apabila setelah anak berumur 1 tahun cairan hidrokel ini tetap ada maka dapat dilakukan tindakan operatif.

2.7 Penatalaksanaan Medis

Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi. Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi.

1. Aspirasi

Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah :

a. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah b. Indikasi kosmetik

c. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.

(11)

2. Hidrokelektomi

Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto. Pada hidrokel tidak ada terapi khusus yang diperlukan karena cairan lambat laun akan diserap, biasanya menghilang sebelum umur 2 tahun.

Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel bisa dlakukan anestesi umum ataupun regional (spinal). Tindakan lain adalah dengan aspirasi jarum (disedot pakai jarum). Cara ini nggak begitu digunakan karena cairan hidrokelnya akan terisi kembali. Namun jika setelah diaspirasi kemudian dimasukkan bahan pengerut (sclerosing drug) mungkin bisa menolong.

2.8 Komplikasi

1. Hematom pada jaringan skrotum yang kendor

2. Kalau tidak ditangani segera, penumpukan cairan ini bisa mengganggu kesuburan dan fungsi seksualnya.

(12)

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIDROKEL

3.1 Pengkajian a. Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, status perkawinan, dan penanggung biaya dll

b. Riwayat kesehatan 1. Keluhan utama

Biasanya klien mengeluh ada cairan pada kantong zakar dan terasa nyeri.

2. Riwayat penyakit sekarang

klien mengeluh benjolan semakin membesar disertai rasa nyeri saat tersentuh. Keluhan kantong zakar terdapat cairan dan terasa berat terutama saat posisi berdiri

3. Riwayat penyakit dahulu

Kaji apakah klien pernah mengalami Trauma, kecelakaan sehingga testis rusak, Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis, Pernah menjalani operasi yang berefek

4. Riwayat penyakit keluarga

kaji apakah saudara / keluarga klien memiliki penyakit yang sama dengan penderita.

c. Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum : composmentis, adanya benjolan pada kantong zakar dan terasa nyeri.

b) TTV - TD: meningkat - Nadi: normal - RR: normal - Suhu: meningkat  Review of system a. B1 (Breath)

Biasanya pasien dengan hidrokel tidak di temukan masalah pada sistem pernafaan.Kecuali jika ada penyakit yang menyertai atau kemungkinan komplikasi.

b. B2 (Blood)

Biasanya pasien hidrokel terjadi takikardi c. B3 (Brain)

(13)

Biasanya GCS Normal, Pendengaran, penciuman, perabaan dan penglihatan klien normal.

d. B4 (Bladder)

Biasanya pada hidrokel terjadi nyeri saat BAK karena ada benjolan berisi cairan pada kantong zakar.

e. B5 (Bowel)

Biasanya pada hidrokel tidak terjadi penurunan nafsu makan. f. B6 (Bone)

Biasanya terjadi kesulitan untuk beraktivitas karena adanya benjolan berisi cairan pada kantong zakar yang menyebabkan nyeri.

1. Activity daily living 1) Aktivitas

Biasanya pada pasien dengan hidrokel terjadi kesulitan beraktivitas. 2) Sirkulasi

Biasanya pasien hidrokel terjadi takikardi 3) Eliminasi

Biasanya pasien dengan hidrokel akan terjadi nyeri saat BAK karena ada benjolan berisi cairan pada kantong zakar.

4) Makanan dan cairan

Biasanya pasien hidrokel tidak terjadi penurunan nafsu makan 5) Neurosensori

Biasanya pasien dengan hidrokel peka terhadap rangsang 6) Nyeri/kenyamanan

Biasanya pasien dengan hidrokel mengalami gangguan rasa nyaman nyeri karena terdapat benjolan berisi cairan pada kantong zakar 3.2 Diagnosa Keperawatan

A. Pre operasi

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan skrotum

2. Resiko kerusakan integritas kulit : skorotum berhubungan dengan adanya gesekan dan peregangan jaringan kulit skrotum.

3. Perubaan body image : citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk skrotum.

4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan . B. Post operasi

1. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi post op.

2. Defisit pengetahuan orangtua berhubungan dengan nkondisi anak : prosedur pembedahan, perawatan post op,program pentalaksanaan. 3. Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma

(14)

3.3 Rencana Keperawatan A. Pre operasi

1. Dx 1 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan skrotum.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Diharapkan nyeri dapat berkurang bahkan hilang

KH :

K : Pasien mengetahui cara mengontrol nyeri A : Pembengkakan skrotum berkurang

P : Pasien mampu mempraktekkan cara mengatasi nyeri dengan tekhnik relaksasi distraksi

P : Skala nyeri 0-3, pasien tampak rileks

Intervensi Rasional

1. Kaji skala, karakteristik dan lokasi nyeri yang dialami klien sesuai dengan PQRST

2. Catat petunjuk nnonverbal seperti gelisah, menolak untuk bergerak, berhati-hati saat beraktifitas dan meringis.

3. Ajarkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman atau tekhnik relaksasi misalnya duduk dengan kaki agak dibuka dan nafas dalam.

4. Berikan tindakan nyaman massage punggung, mengubah posisi dan aktifitas senggang.

5. Observasi dan catat pembesaran skrotum ( bila perlu ukur tiap hari), cek adanya keluhan nyeri.

6. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.

1. mengidentifikasi nyeri akibat gangguan lain.

2. mendeskripsikan tingkat nyeri

3. mengurangi sensasi nyeri.

4. mengurangi sensasi nyeri

5. menjadi acuan dalam perkembangan terapi yang sudah diberikan.

6. mengurangi sensasi nyeri.

2. Dx 2 : Resiko kerusakan integritas kulit : skorotum berhubungan dengan adanya gesekan dan peregangan jaringan kulit skrotum. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

(15)

KH :

K : Pasien dapat mengidentifikasi kerusakan integritas kulit.

A :Pasien Menunjukkan prilaku untuk mempertahankan integritas kulit agar tidak terjadi komplikasi.

P : Pasien tidak menggaruk kulitnya

P: Tidak ada lecet dan kemerahan di sekitar area pembesaran.

Intervensi Rasional

1. Kaji adanya tanda kerusakan kulit seperti lecet dan kemerahan sekitar area pembesaran ( lipatan paha ). 2. Berikan salep atau pelumas. 3. Kurangi aktifitas klien selama

sakit.

4. Berikan posisi yang nyaman : abduksi.

5. Anjurkan klien menggunakan pakaian yang longgar terutama celana.

1. mengetahui lebih dini gejala kerusakan kulit untuk dilakukan intervensi selanjutnya.

2. mencegah kerusakan kulit.

3. mencegah kerusakan yang lebih parah.

4. memberikan sirkulasi bagi aliran darah.

5. mencegah iritasi yang lebih parah.

3. Dx 3: Perubaan body image : citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk skrotum.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam Diharapkan klien mengerti bahwa penyakit ini dapat disembuhkan.

KH:

K : Pasien dapat mengetahu cara menerima keadaan diri sendiri. A: Pasien dapat mengutarakan perasaan tentang perubahan

penampilan, fungsi sexual, dan tingkat aktivitas.

P : Pasien mampu Mengungkapkan bahwa perubahan fisik merupakan akibat dari proses penyakit.

P : Pasien mau bergaul dengan keluarga dan orang lain

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan, dan ansietas seubungan dengan situasi saat

1. mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi.

(16)

ini

2. Perhatikan perilaku menarik diri pada keluarga, tidak efektif menggunakan pengingkaran atau perilaku yang mengindikasikan terlalu mempermasalahkan tubuh dan fungsinya.

3. Tentukan tahap berduka. perhatikan tanda depresi berat/lama.

4. Akui kenormalan perasaan.

5. Anjurkan orang terdekat untuk memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang cacat.

6. Yakinkan keluarga bahwa penyakit ini dapat disembuhkan dan tetap sabar menghadapi kondisi anaknya.

2. indicator terjadinya kesulitan menangani stress terhadap apa yang terjadi.

3. identifikasi tahap yang pasien sedang alami memberikan pedoman untuk mengenal dan menerima perilaku dengan tepat. Depresi lama menunjukan intervensi lanjut.

4. pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu orangtua pasien untuk menerima perilaku dan mengatasinya secara efektif. 5. menyampaikan harapan untuk mengatur situasi dan membantu perasaan harga diri dan orang lain.

6. memperkuat keyakinan keluarga dan memberikan semangat yang mempertahankan harga diri keluarga dan menghindari kecemasan yang berlebihan 4. DX 4 : Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam Diharapkan, klien memahami, dan mengerrti tentang prognosa dan diagnose penyakit yang dialaminya.

KH:

K: pasien mengetehui penyebab ansietas A: pasien mengetahui cara mengetasi ansietas

P: pasien mampu menunjukkan atau melakukan cara mengatasi ansietas P: - pasien mengatakan cemas berkuran atau hilang

(17)

- Pasien tidak banyak bertanya

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat kcemasan pasien 2. Beritahu dan jelaskan tentang

prognosa dan diagnose penyakit yang dialaminya

3. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan terhadap sebelum tindakan dilakukan.

4. Libatkan keluarga dalam perawatan terhadap klien. 5. Berikan informasi bahwa

penyakit ini dapat hilang dengan sendirinya.

1. Untuk membantu intevensi selanjutnya

2. menghilangkan kecemasan klien karena ketidaktahuan tentang prosedur.

3. menghilangkan kecemasan klien karena ketidaktahuan tentang prosedur.

4. mengindari persepsi yang salah dan membantu menghilangkan kecemasan.

5. menghilangkan kecemasan klien karena ketidaktahuan tentang prosedur.

B. Post operasi

1. DX 1: Resiko infeksi berhubungan dengan insisi post op.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi.

KH:

K: pasien mengetahui apa yg menjadi faktor resiko terjadinya infeksi A: pasien mengetahui cara yang biasa digunakan untuk mengurangi

resiko terjadinya infeksi

P: klien menunjukan cara mengurangi resiko terjadinya infeksi P: - tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi

- TTV dalam batas normal

Intervensi Rasional

1. kaji tanda-tanda vital dan tanda terjadinya infeksi

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walupun menggunakan sarung tangan steril.

3. Batasi penggunaan alat atau prosedur invasive jika

1. Untuk mengetahui agar tidak terjadi infeksi

2. mengurangi kontaminasi silang

3. mengurangi jumlah lokasi yang dapat menjadi tempat masuk organisme

(18)

memungkinkan

4. Gunakan teknik steril pada

waktu penggatian

balutan/penghisapan/berikan lokasi perawatan, misalnya Jalur invasive

5. Gunakan sarung tangan/pakaian pada waktu merawat luka yang terbuka/antisipasi dari kontak langsung dengan sekresi ataupun ekskresi

4. mencegah masuknya bakteri, mengurangi risiko infeksi nosokomial

5. mencegah penyebaran infeksi/ kontaminasi silang.

2. DX 2 : Defisit pengetahuan klien berhubungan dengan : prosedur pembedahan, perawatan post op,program pentalaksanaan.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Diharapkan klien memahami dan mengerti tentang prosedur pembedahan, perawatan setelah operasi dan pengobatanya.

KH:

K: klien menyatakan pemahamannya proses pembedahan A: pasien mengerti tentang prosedur perawatan

P: pasien mampu mengerti prosedur pembedahan P: - Ekspresi wajah tampak tenang

- Pasien tidak banyak bertanya

Intervensi Rasional

1. Kaji ulang pembatasan aktivitas pascaoperasi.

2. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodic 3. Diskusikan perawatan insisi,

termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi, dan kembali ke dokter untuk mengangkat jahitan/ pengikat.

4. Identifikasi gejala yang

1. mencegah komplikasi lanjut dari pergerakan dan aktivitas yang berlebihan.

2. mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan, dan lekas kembali pulih norma 3. pemahaman meningkatkan

kerjasama dengana program terapi, meningkatkan penyembuhan dan program perbaikan.

(19)

memerlukan evaluasi medic, contoh peningkatan nyeri; edema/eritema luka, adanya drainase, demam.

risiko komplikasi serius contoh lambatnya penyembuhan.

3. Dx 3 : Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma pembedahan.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan resiko terjadinya infeksi tidak terjadi

KH:

K : Pasien mengetahui cara mengontrol nyeri

A : Berkurangnya tanda-tanda peradangan seperti kemeraha-merahan, gatal, panas, perubahan fungsi

P : Pasien mampu mempraktekkan cara mengatasi nyeri dengan tekhnik relaksasi distraksi

P : Skala nyeri 0-3, pasien tampak rileks

Intervensi: Rasional

1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (0-10). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan cepat

.

2. Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler.

3. Dorong ambulasi dini. 4. Berikan aktivitas hiburan.

5. Berikan analgetik sesuai indikasi.

1. berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan.

2. gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi

3. meningkatkan normalisasi fungsi organ.

4. focus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi, dan dapat meningkatkan kemampuan koping.

5. intervensi terapi lain contoh batuk dan ambulasi.

(20)
(21)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

a. Anatomi sistem perkemihan pria adalah testis, saluran epididimis, saluran vas deferenssaluran uretra (memiliki 2 fungsi), saluran vesicular seminalis, kelenjar prostet dan kelenjar cowper.

Organ genetelia eksterna terdiri dari penis (penis, akar, badan, glen penis, lubang uretra)

b. Pengertian hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis (Pramono, Budi. 2008)

c. Hidrokel dapat terjadi pada bayi dan pada orang dewasa, penyebab pada bayi dapat terjadi karena belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis atau belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder.

d. Gambaran klinis hidrokel congenital, Bila timbunan cairan hanya sedikit, Bila timbunan cairan banyak terlihat skrotum membesar dan agak tegang, Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari e. Klasifikasi hidrokel yaitu Hidrokel primer Hidrokel primer terlihat pada

anak akibat kegagalan penutupan prosesus vaginalis

.Hidrokel sekunder Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam suatu masa dandianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe.

f. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul adalah A. Pre operasi

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan skrotum

2. Resiko kerusakan integritas kulit : skorotum berhubungan dengan adanya gesekan dan peregangan jaringan kulit skrotum.

3. Perubaan body image : citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk skrotum.

4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan . B. Post operasi

(22)

1. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi post op.

2. Defisit pengetahuan orangtua berhubungan dengan nkondisi anak : prosedur pembedahan, perawatan post op,program pentalaksanaan. 3. Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma

pembedahan. 4.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurang-kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang,dan kami juga berharap, setelah membaca makalah ini kita menjadi lebih mengetahui konsep rencana asuhan keperawatan pada pasien Hidrokel.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & Ginekologi FK. Unpad.1993. Ginekologi. Elstar. Bandung Carpenito,Lynda Juall, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.EGC.

(23)

Diktat Kuliah Ilmu Keperawatan Maternitas TA: 2000/2001 PSIK.FK. Unair,Surabaya.

Friedman,Borten,Chapin. 1998. Seri Skema Diagnosa & Penatalaksanaan Ginekologi. Edisi 2. Bina Rupa Aksara. Jakarta

Galle,Danielle. Charette,Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta.

Hartono,Poedjo. 2000. Kanker Serviks/Leher Rahim & Masalah Skrining Di Indonesia.Kursus Pra Kongres POGI XI Denpasar.Mombar Vol. 5 No.2 Mei 2001

Saifudin,Abdul Bari dkk, 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo & JNKKR -POGI, Jakarta..

Gambar

Gambar 2.1 Hidrokel Normal 2.2 Pengertian Hidrokel

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini telah mengenalpasti antara masalah utama yang dihadapi oleh sektor perindustrian di negara ini ialah terlalu bergantung kepada

Penelitian ini bertujuan untuk (i)menghasilkan serbuk SMC dengan metode LSE yang berasal dari berbagai karbon sebagai filter dalam penyaringan limbah cair, (ii)mengetahui

 Dalam hal ini asam lemak yang masuk ke jaringan lebih dulu dipergiat dengan perantaraan enzim di dalam sitoplasma, baru kemudian dapat dimasukkan ke dalam mitokondrion

Salah satu cara Salah satu cara untuk menghindari kerugian untuk menghindari kerugian ini ini adalah dengan mempergunakan beberapa reaktor tangki yang dipasang

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II, selanjutnya diadakan refeleksi atas semua kegiatan yang telah dilakukan berdasarkan pengematan atau temuan dari

Dengan mengucap puji syukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa, kami telah dapat menyelesaikan penyusnnan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjlP) Tahun 2017 dan

Aturan 1 sampai 5 dapat digunakan untuk memberi nama ion atau senyawa kompleks yang terdiri atas satu atom atau ion pusat dan beberapa

Untuk angket Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Racana (Pramuka) STAIN Salatiga Tahun 2011, dengan jumlah pertanyaan 10 item maka akan diperoleh hasil nilai kemungkinan