• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

B

BUUPPAATTII PPAADDAANNG G PPAARRIIAAMMAANN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN NOMOR 5 TAHUN 2011

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH

KABUPATEN PADANG PARIAMAN 2010 – 2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PADANG PARIAMAN

Menimbang : a. bahwa ruang merupakan komponen lingkungan hidup yang bersifat terbatas dan tidak terbaharui, sehingga perlu dikelola secara bijaksana dan dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi yang akan datang;

b. bahwa perkembangan pembangunan khususnya pemanfaatan ruang di Kabupaten Padang Pariaman diselenggarakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan potensi sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan sumberdaya manusia dengan tetap memperhatikan daya dukung, daya tampung, dan kelestarian lingkungan hidup;

c. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang , serta terjadinya perubahan faktor-faktor eksternal dan internal membutuhkan penyesuaian penataan ruang wilayah Kabupaten Padang Pariaman secara dinamis dalam satu kesatuan tata lingkungan berlandaskan kondisi fisik, kondisi sosial budaya, dan kondisi sosial ekonomi melalui penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Padang Pariaman sampai tahun 2030;

d. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 03 Tahun 1996 tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Padang Pariaman sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang terjadi sehingga perlu dilakukan penyempurnaan; e. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

termaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d, perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Padang Pariaman tahun 2010-2030;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-undang Dasar Tahun 1945; 2. Undang-undang nomor 12 tahun 1956 tentang

Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten di Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah;

(2)

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3260);

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1991 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Padang Pariaman (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 64, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3452);

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647);

8. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

9. Undang-undang Nomor 49 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Mentawai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3898);

10. Undang-Undang Nomor 03 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);

11. Undang-undang Nomor 12 tahun 2002 tentang Pembentukan kota Pariaman di Propinsi Sumatera Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4187);

12. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327;

13. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3477);

14. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411);

(3)

15. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

16. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 4421);

17. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 ), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

18. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 444);

19. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4722);

20. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

21. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

22. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

23. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746 );

24. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);

25. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

(4)

26. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956);

27. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);

28. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

29. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5014);

30. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

31. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96);

32. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

33. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5068);

34. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya( Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 130 tahun 2010, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168);

35. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

36. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

37. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 1980 tentang Prubahan batas wilayah kodya Dati II Padang;

(5)

38. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3660);

39. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5217);

40. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk RTRW (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3034);

41. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);

42. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);

43. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);

44. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

45. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624);

46. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);

47. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696);

48. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

(6)

49. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

50. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151);

51. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2008 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Padang Pariaman dari Wilayah Kota Pariaman ke Nagari Parit Malintang Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat;

52. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Hutan;

53. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar;

54. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 1503);

55. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan;

56. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara;

57. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan;

58. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;

59. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pengembangan Infrastruktur Instana Kepresidenan, Kebun Raya dan Benda Cagar Budaya Tertentu.

60. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah;

61. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah; 62. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota Beserta Rencana Rincinya;

63. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;

64. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

(7)

65. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2011 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Sumatera Barat 2010-2015;

66. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang;

67. Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Padang Pariaman dari Kota Pariaman ke Nagari Parit Malintang di Wilayah Kabupaten Padang Pariaman;

68. Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 02 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2005 – 2025;

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN PADANG PARIAMAN dan

BUPATI PADANG PARIAMAN MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN TAHUN 2010 – 2030

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Padang Pariaman. 2. Bupati adalah Bupati Padang Pariaman.

3. Pemerintah Daerah Bupati beserta Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah.

4. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang selanjutnya disingkat RTRW Kabupaten adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang mengatur rencana struktur dan pola tata ruang wilayah Kabupaten.

5. Tata Ruang adalah wujud struktural ruang dan pola ruang.

6. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

7. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

(8)

8. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten adalah tujuan yang ditetapkan pemerintah daerah kabupaten yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang kabupaten pada aspek keruangan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

9. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.

10. Strategi penataan ruang wilayah kabupaten adalah penjabaran kebijakan penataan ruang ke dalam langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata yang menjadi dasar dalam penyusunan rencana struktur dan pola ruang wilayah kabupaten.

11. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai, dan sistem jaringan prasarana lainnya.

12. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

13. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.

14. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. 15. Rencana sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten adalah rencana

jaringan prasarana wilayah yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten dan untuk melayani kegiatan yang memiliki cakupan wilayah layanan prasarana skala kabupaten.

16. Rencana sistem perkotaan di wilayah kabupaten adalah rencana susunan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang menunjukkan keterkaitan saat ini maupun rencana yang membentuk hirarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten.

17. Rencana pola ruang wilayah kabupaten adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budi daya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kabupaten yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang.

(9)

18. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten sesuai dengan RTRW kabupaten melalui penyusunan dan pelaksanaan program penataan/pengembangan kabupaten beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi program utama jangka menengah lima tahunan kabupaten yang berisi rencana program utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan. 19. Indikasi program utama jangka menengah lima tahunan adalah petunjuk

yang memuat usulan program utama, lokasi, waktu pelaksanaan, sumber dana, dan instansi pelaksana dalam rangka mewujudkan ruang kabupaten yang sesuai dengan rencana tata ruang.

20. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah ketentuan-ketentuan yang dibuat atau disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten agar sesuai dengan RTRW kabupaten yang berbentuk ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi untuk wilayah kabupaten.

21. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem kabupaten adalah ketentuan umum yang mengatur pemanfaatan ruang/penataan kabupaten dan unsur-unsur pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW kabupaten.

22. Ketentuan perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum pemanfaatan ruang, yang digunakan sebagai alat dalam melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan. 23. Ketentuan insentif dan disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk

memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

24. Arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku.

25. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.

26. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya. 27. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.

28. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

29. Kawasan Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.

(10)

30. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan.

31. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.

32. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang menudukung prikehidupan dan penghidupan.

33. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

34. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

35. Kawasan Pertahanan Negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan.

36. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

37. Kawasan Resapan Air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air.

38. Sempadan Pantai adalah kawasan perlindungan setempat sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian dan kesucian pantai, keselamatan bangunan, dan tersedianya ruang untuk lain lintas umum.

39. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

40. Kawasan sekitar Danau/Waduk adalah kawasan sekeliling danau atau waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk.

41. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarkis keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

42. Kawasan Minapolitan adalah kawasan pengembangan ekonomi berbasis usaha penangkapan ikan yang dikembangkan secara terintegrasi oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk menciptakan iklim usaha yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.

(11)

43. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia.

44. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. 45. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

46. Kawasan Pesisir adalah wilayah pesisir tertentu yang ditunjukan dan atau ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kriteria tertentu, seperti karakter fisik, biologi, sosial dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya.

47. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.

48. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi.

49. Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.

50. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.

51. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat. 52. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya

fisik, benih, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin peternakan, budi daya ternak, panen, pascapanen, pengolahan, pemasaran, dan pengusahaannya.

(12)

53. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral, batubara dan panas bumi yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

54. Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau didirikan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

55. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

56. Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. 57. Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup

untuk menyerap zat, energi, dan atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.

58. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh, menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam mem-bentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktifitas lingkungan hidup. 59. Konservasi adalah pengelolaan pemanfaatan oleh manusia terhadap

biosfer sehingga dapat menghasilkan manfaat berkelanjutan yang terbesar kepada generasi sekarang sementara mempertahankan potensinya untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi generasi akan datang (suatu variasi defenisi pembangunan berkelanjutan).

60. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui membangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

61. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

62. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.

63. Peran serta masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam proses perencanaa tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

64. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

65. Likuifaksi (liquefaction) adalah suatu proses atau kejadian berubahnya sifat tanah dari keadaan padat menjadi keadaan cair, yang disebabkan oleh beban siklik pada waktu terjadi gempa sehingga tekanan air pori meningkat mendekati atau melampaui tegangan vertikal.

66. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan.

(13)

67. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung Unang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Kabupaten Padang Pariaman dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah. 68. Orang adalah orang perseorangan dan/ atau korporasi.

BAB II

FUNGSI DAN KEDUDUKAN Pasal 2

(1) RTRW Kabupaten berfungsi sebagai arahan struktur dan pola ruang, pemanfaatan sumberdaya, dan pembangunan daerah serta penyelaras kebijakan penataan ruang Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.

(2) RTRW Kabupaten juga berfungsi sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten dan pedoman penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten.

(3) Kedudukan RTRW Kabupaten adalah :

a. sebagai dasar pertimbangan dalam menyusun tata ruang nasional; penyelaras bagi kebijakan penataan ruang provinsi; dan pedoman bagi pelaksanaan perencanaan, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kabupaten dan,

b. sebagai dasar pertimbangan dalam penyelarasan penataan ruang antar wilayah lain yang berbatasan dan kebijakan pemanfaatan ruang kabupaten, lintas kecamatan, dan lintas ekosistem.

BAB III

LINGKUP WILAYAH PERENCANAAN, SUBSTANSI, DAN JANGKA WAKTU RTRW KABUPATEN

Pasal 3

(1) Lingkup wilayah perencanaan merupakan daerah dengan batas yang ditentukan berdasarkan aspek administratif mencakup wilayah daratan, wilayah pesisir dan laut, perairan lainnya, serta wilayah udara.

(2) Batas-batas wilayah meliputi:

a. sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar;

b. sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Solok; c. sebelah selatan dengan Kota Padang; dan

d. sebelah barat dengan Samudera Hindia.

(3) Lingkup wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Kecamatan Batang Anai;

b. Kecamatan Lubuk Alung; c. Kecamatan Enam Lingkung; d. Kecamatan 2x11 Enam Lingkung; e. Kecamatan 2x11 Kayu Tanam; f. Kecamatan Sintuk Toboh Gadang;

(14)

g. Kecamatan Ulakan Tapakis; h. Kecamatan Nan Sabaris;

i. Kecamatan VII Koto Sungai Sarik; j. Kecamatan Patamuan;

k. Kecamatan Padang Sago;

l. Kecamatan V Koto Kampung Dalam; m. Kecamatan V Koto Timur;

n. Kecamatan Sungai Limau; o. Kecamatan Batang Gasan;

p. Kecamatan Sungai Geringging; Dan q. Kecamatan IV Koto Aur Malintang.

Pasal 4

RTRW Kabupaten yang diatur dalam Peraturan Daerah ini substansinya memuat tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, penetapan kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang, dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 5

(1) Jangka waktu RTRW Kabupaten berlaku untuk 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2030.

(2) RTRW Kabupaten sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

(3) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan batas wilayah yang ditetapkan dengan Undang-Undang.

BAB IV

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN

Bagian Kesatu Tujuan Pasal 6

Tujuan penataan ruang wilayah adalah terwujudnya penataan ruang Kabupaten Padang Pariaman yang berimbang dan ramah bencana didukung kegiatan agribisnis, kelautan dan ekowisata.

Bagian Kedua Kebijakan

Pasal 7 Kebijakan penataan ruang Kabupaten meliputi:

a. pengembangan agribisnis dan potensi kelautan berbasis komoditas unggulan yang berkelanjutan.

(15)

b. pengembangan kawasan dan objek wisata yang ramah lingkungan dan bersesuaian dengan budaya lokal.

c. penguatan konservasi dan mitigasi bencana untuk seluruh wilayah. d. penciptaan keseimbangan pembangunan wilayah utara dan selatan.

Bagian Ketiga Strategi

Pasal 8

(1) Strategi pengembangan agribisnis dan potensi kelautan berbasis komoditas unggulan yang berkelanjutan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a dilakukan dengan:

a. menetapkan komoditas unggulan perwilayah sesuai dengan daya dukung lingkungan dan kondisi sosial budaya masyarakat pada masing-masing wilayah;

b. menyusun skenario pengembangan (road map) agribisnis dengan pendekatan klaster industri yang bersifat hulu-hilir;

c. meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan melalui pendekatan agropolitan;

d. mengembangkan ekonomi kelautan dan perikanan dengan pendekatan minapolitan;

e. melakukan revitalisasi dan pembangunan prasarana pertanian dan perkebunan secara memadai;

f. mengembangkan teknik budidaya pertanian dan perkebunan yang ramah lingkungan dan terpadu (integrated green farming);

g. meningkatkan nilai tambah komoditas unggulan pasca panen berupa kegiatan pengolahan dan pemasaran; dan

h. meningkatkan peran Kabupaten sebagai salah satu lumbung padi Sumatera Barat dan sekaligus bagian dari program ketahanan pangan daerah.

(2) Strategi pengembangan kawasan dan objek wisata yang ramah lingkungan dan bersesuaian dengan budaya lokal, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b dilakukan dengan:

a. menetapkan kawasan atau objek daerah tujuan wisata (ODTW) di seluruh wilayah Kabupaten mengembangkan berbagai jenis wisata budaya, wisata kreatif, wisata alam dan buatan melalui pemanfaatan sumber daya alam secara arif dan tidak merusak lingkungan serta sesuai dengan budaya lokal;

b. menyusun skenario pengembangan wisata terpadu yang ramah lingkungan yang didukung prasarana dan sarana yang memadai;

c. melakukan revitalisasi dan pengembangan kawasan dan atau objek wisata dengan pendekatan wisata berbasis masyarakat lokal;

d. mengembangkan kapasitas pelaku pariwisata dan masyarakat dalam mendukung pariwisata daerah; dan

e. menggalang kerjasama dengan berbagai pihak dan melakukan promosi yang efektif untuk meningkatkan jumlah wisatawan dalam dan luar negeri.

(3) Strategi penguatan konservasi dan mitigasi bencana untuk seluruh wilayah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c dilakukan dengan: a. melakukan rehabilitasi dan revitalisasi kawasan konservasi dan atau

kawasan lindung berbasis masyarakat;

(16)

b. memantapkan batas kawasan lindung untuk seluruh wilayah Kabupaten;

c. mengidentifikasi dan memetakan seluruh jenis potensi bencana, berikut dengan teknik mitigasi bencana yang hasilnya disosialisasikan secara efektif pada masyarakat;

d. menetapkan klasifikasi kawasan rawan bencana beresiko tinggi, sedang dan rendah dengan ketentuan umum peraturan zonasi untuk setiap kawasan;

e. menyusun rencana penataan dan pembangunan serta menetapkan peraturan daerah tentang tata bangunan yang ramah bencana;

f. melakukan pembangunan bangunan dan infrastruktur yang secara teknis mengacu pada klasifikasi kawasan rawan bencana;

g. meningkatkan upaya mitigasi bencana melalui pengadaan peralatan pengingat dini (early warning system) dan pembangunan bangunan penyelamat (road and building escape);

h. mengembangkan pemanfaatan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air; dan

i. mengidentifikasi dan mengembangkan berbagai jenis sumber energi terbarukan (renewable energy), sesuai kewenangan yang dimiliki daerah. (4) Strategi penciptaan keseimbangan pembangunan wilayah utara dan

selatan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d dilakukan dengan: a. melakukan pemetaan ketimpangan pembangunan kawasan utara dan

selatan;

b. mengembangkan pusat kegiatan dan pelayanan secara berimbang antara wilayah bagian utara dan selatan;

c. mengidentifikasi dan mengembangkan sumber daya alam potensial di wilayah bagian utara dengan pendekatan pengelolaan yang berkelanjutan;

d. merumuskan program pembangunan ekonomi wilayah secara tepat pada sektor-sektor strategis yang mampu mendorong pertumbuhan kawasan utara; dan

e. membangun infrastuktur yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan ekonomi wilayah dan berbasis masyarakat lokal.

BAB V

RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN Bagian Kesatu

Umum Pasal 9 (1) Rencana struktur ruang wilayah meliputi:

a. sistem perkotaan;

b. sistem jaringan transportasi; c. sistem jaringan energi;

d. sistem jaringan telekomunikasi; e. sistem jaringan sumber daya air; dan f. sistem prasarana lingkungan.

(17)

(2) Rencana struktur ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 100.000 sebagaimana tercantum pada Lampiran I dan merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Rencana Sistem Perkotaan Paragraf 1

Rencana Sistem Perkotaan Pasal 10

(1) Rencana sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a dikembangkan secara hierarkis dan dalam bentuk pusat-pusat kegiatan, sesuai kebijakan nasional dan provinsi, potensi, dan rencana pengembangan wilayah kabupaten.

(2) Pengembangan pusat-pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. pusat kegiatan lokal (PKL);

b. pusat kegiatan lokal promosi (PKLp); c. pusat pelayanan kawasan (PPK); dan d. pusat pelayanan lingkungan (PPL).

(3) Pusat kegiatan yang ditetapkan sebagai PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berada di Kecamatan Lubuk Alung (ibukota Kecamatan Lubuk Alung).

(4) Pusat kegiatan yang ditetapkan sebagai PKLp sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b berada di Kecamatan Sungai Geringging (ibukota Kecamatan Sungai Geringging)

(5) Pusat kegiatan yang ditetapkan sebagai PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c berada di :

a. Sungai Limau (ibukota Kecamatan Sungai Limau);

b. Sungai Sariak (ibukota Kecamatan VII Koto Sungai Sarik); c. Parit Malintang (ibukota Kabupaten); dan

d. Pasar Usang (ibukota Kecamatan Batang Anai).

(6) Pusat kegiatan yang ditetapkan sebagai PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d adalah pusat-pusat kegiatan yang tidak termasuk sebagai PKW, PKL dan PPK, meliputi:

a. Sintuk ( ibukota Kecamatan Sintuk Toboh Gadang); b. Ulakan (ibukota Kecamatan Ulakan Tapakis);

c. Pauh Kambar (ibukota Kecamatan Nan Sabaris); d. Sicincin (ibukota Kecamatan 2x11 Enam Lingkung); e. Kayu Tanam (ibukota Kecamatan 2x11 Kayu Tanam); f. Tandikek (ibukota Kecamatan Patamuan);

g. Padang Sago (ibukota Kecamatan Padang Sago);

h. Kampung Dalam (ibukota Kecamatan V Kota Kampung Dalam); i. Kudu Ganting (ibukota Kecamatan V Koto Timur);

j. Gadang Gasan (ibukota Kecamatan Batang Gasan); dan k. Batu Basa (ibukota Kecamatan IV Koto Aur Malintang).

(18)

Bagian Ketiga

Rencana Sistem Jaringan Transportasi Paragraf 1

Rencana Sistem Jaringan Transportasi Pasal 11

(1) Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi meliputi sistem transportasi darat, laut, udara dan perkeretaapian.

(2) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas jaringanlalu lintas angkutan jalan dan jaringan penyeberangan. (3) Sistem jaringan transportasi laut terdiri atas pelabuhan dan alur pelayaran. (4) Sistem jaringan transportasi udara terdiri atas bandar udara dan ruang

udara.

(5) Sistem jaringan teransportasi perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi peningkatan kapasitas dan revitalisasi jalur kereta api yang sudah ada serta pengembangan jalur kereta api baru.

Pasal 12

(1) Pengembangan jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (2) meliputi pengembangan jaringan jalan dan jembatan.

(2) Rencana peningkatan fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi jalan bebas hambatan, arteri primer, kolektor primer, jalan lokal primer dan jalan lingkungan primer.

Pasal 13

(1) Pengembangan jaringan bebas hambatan meliputi ruas jalan: a. PPL Batang Anai-PPK Parit Malintang

b. PPK Parit Malintang-PPL Sicincin; dan c. PPL Sicincin-PPL Tandikek.

d. PPL Tandikek-Batas Kabupaten Agam

(2) Pengembangan jaringan jalan arteri primer meliputi ruas jalan yang menghubungkan simpul-simpul sebagai berikut:

a. Batas kota Padang-PPK Batang Anai-PKL Lubuk Alung b. PPK Batang Anai-PKL Lubuk Alung

c. PKL Lubuk Alung -PPL Sicincin d. PPL Sicincin-PPL Kayutanam

e. PPL Kayutanam-perbatasan Tanah Datar f. PKL Lubuk Alung-PPL Sintuk

g. PPL Ulakan-PPL Pauh Kembar

h. PPL Pauh Kembar-Batas Kota Pariaman i. Batas Kota Pariaman-PPK Sungai Limau j. PPK Sungai Limau -PPL Gasan Gadang k. PPL Gasan Gadang-Batas Kabupaten Agam

l. Simpang Duku (Batang Anai) – Bandar Udara Internasional Minangkabau (BIM)

(19)

(3) Pengembangan jaringan jalan kolektor primer meliputi ruas jalan yang menghubungkan simpul-simpul sebagai berikut:

a. Batas Kota Padang-PPL Ulakan b. PPL Ulakan-Batas Kota Pariaman

(4) Pengembangan jaringan jalan Lokal Primer meliputi ruas jalan berikut: a. PPK Sungai Limau- PKLp S.Geringging

b. PKLp S.Geringging-PPL Batu Basa c. PPL Batu Basa -Batas Kabupaten Agam

(5) Pengembangan jaringan jalan Lingkungan Primer meliputi ruas jalan berikut :

a. PKLp S.Geringging-PPL Kudu Ganting b. PPL Kudu Ganting-PPL Tandikek c. PPL Tandikek-PPL Sicincin

d. PPL Sintuk-PPL Ulakan

Pasal 14

(1) Pengembangan dan pembangunan sistem terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) meliputi terminal tipe C.

(2) Pengembangan terminal tipe C sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi peningkatan fungsi terminal Lubuk Alung dan Sungai Geringging.

Pasal 15

(1) Pengembangan jaringan kereta api Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) merupakan bagian dari rencana pengembangan jaringan Kereta Api Trans Sumatera.

(2) Jaringan kereta api yang dimaksud pada ayat (1) akan menghubungkan: a. Batas Kota Padang-PPK Batang Anai

b. PPK Batang Anai-PPL Sintuk c. PPL Sintuk– PPL Pauh Kemba

d. PPL Pauh Kembar - Batas kota Pariaman e. Batas kota Pariaman - PPK Sungai Limau f. PPK Sungai Limau - PPL Gasan Gadang g. PPL Gasan Gadang-Batas Kabupaten Agam h. Simpang Duku – Bandara Internasional Minang

Pasal 16

Pengembangan sistem transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) dilakukan melalui pengembangan dan/atau peningkatan fungsi dan pembangunan pelabuhan pendaratan ikan di Batang Anai dan Sungai Limau.

Pasal 17

(1) Pengembangan sistem transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) diarahkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan Bandar Internasional Minangkabau.

(2) Bandar Udara Internasional Minangkabau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bandar udara pusat pengumpul skala sekunder

(3) Dalam pengembangan bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengacu pada Rencana Induk Bandar Udara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan penerbangan.

(20)

Bagian Keempat

Rencana Sistem Jaringan Energi Paragraf 1

Rencana Sistem Jaringan Energi Pasal 18

(1) Pengembangan sistem jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c ditujukan bagi pengembangan jaringan prasarana energi listrik yang meliputi prasarana pembangkit dan jaringan listrik.

(2) Pengembangan prasarana pembangkit energi listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Kecamatan Lubuk Alung.

(3) Pembangkit energi listrik terbarukan dapat dikembangkan sesuai kewenangan pemerintah daerah.

(4) Prasarana jaringan listrik berupa gardu induk dikembangkan di Kecamatan Lubuk Alung berdaya 10 MVA, Batang Anai (kawasan industri) berdaya 20 MVA dan Sungai Geringging dengan daya 20 MVA.

(5) Pengembangan jaringan energi listrik dilakukan melalui pembangunan jaringan interkoneksi Sumatera Barat.

Bagian Kelima

Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi Paragraf 1

Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi Pasal 19

(1) Pengembangan prasarana telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf d, meliputi sistem terestrial yang terdiri atas sistem kabel, sistem seluler; dan sistem satelit sebagai penghubung antara pusat kegiatan dan atau dengan pusat pelayanan.

(2) Pengembangan prasarana telekomunikasi dilakukan hingga ke kawasan perdesaan yang belum terjangkau sarana prasarana telekomunikasi.

(3) Pengembangan teknologi informasi untuk menunjang kegiatan pelayanan sosial dan ekonomi wilayah seperti kegiatan pemerintahan, pariwisata, industri, agropolitan, minapolitan, kawasan pesisir dan kawasan wisata. (4) Pengembangan pelayanan telekomunikasi dan teknologi informasi untuk

kawasan industri di Batang Anai serta kawasan agroindustri di Sungai Sariak, Sungai Geringging dan V Koto Kampung Dalam.

Bagian Keenam

Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Paragraf 1

Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air

(21)

Pasal 20

(1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf e meliputi:

a. sistem jaringan sungai; b. sistem jaringan irigasi; c. sistem jaringan air baku; d. sistem pengendalian banjir; e. sistem pengamanan pantai; dan f. sistem pengembangan rawa.

(2) Sistem jaringan prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud ayat (1) direncanakan melalui pendekatan DAS dan cekungan air tanah serta keterpaduannya dengan pola ruang dengan memperhatikan keseimbangan pemanfaatan sumber daya air permukaan dan air tanah.

(3) Dalam rangka pengembangan penatagunaan air pada DAS diselenggarakan kegiatan penyusunan dan penetapan neraca penatagunaan sumberdaya air dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan.

(4) Pengembangan penatagunaan air pada sub DAS untuk Kabupaten meliputi: a. sub DAS Air Dingin;

b. sub DAS Kamumuan; c. sub DAS Paingan;

d. sub DAS Gasan Gadang; e. sub DAS Sungai Sirah; f. sub DAS Naras;

g. sub DAS Pariaman; h. sub DAS Mangau; i. sub DAS Ulakan; j. sub DAS Anai; dan k. sub DAS Tapakis. l. sub DAS Manggung m. sub DAS Limau n. sub DAS Tiku o. sub DAS Antokan

(5) Pengembangan wilayah sungai di Kabupaten sebagai wilayah sungai strategis nasional adalah Wilayah Sungai Akuaman (Anai-Kuranji-Arau-Mangau-Antokan)

Pasal 21

(1) Rencana pengembangan prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf e meliputi konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. (2) Pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau serta sumber

air lainnya, antara lain embung/bendungan, waduk, dan bangunan penampung air lainnya untuk penyediaan air baku di seluruh kecamatan terutama untuk Kecamatan Batang Anai, Lubuk Alung, Enam Lingkung, 2x11 Enam Lingkung, 2x11 Kayu Tanam, Ulakan Tapakis, Nan Sabaris dan Sintuk Toboh Gadang yang merupakan kawasan pertanian lahan basah.

(3) Peningkatan dan pemeliharaan sumberdaya air yang berskala regional guna menjaga kelestarian lingkungan dilakukan pada seluruh sungai yang

berhulu di kawasan suaka alam dan hutan lindung di bagian utara dan timur Kabupaten.

(22)

(4) Peningkatan daerah irigasi yang merupakan kewenangan Pemerintah Pusat yaitu daerah irigasi Antokan seluas kurang lebih 4.200 Ha dan daerah irigasi Batang Anai kurang lebih 13.604 Ha.

(5) Peningkatan daerah irigasi yang merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi yaitu daerah irigasi Ladang Lawas seluas kurang lebih 1.140 Ha dan daerah irigasi Sicaung kurang lebih seluas 1.285 Ha.

(6) Pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi yang berada dalam kewenangan Pemerintah Kabupaten seluas kurang lebih 21.353 Ha serta kecuali jaringan irigasi desa seluas kurang lebih 6.685 Ha.

(7) Pengembangan jaringan irigasi tersier untuk mengaliri sawah seluas kurang lebih 6.840 Ha

(8) Pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten .

(9) Pembangunan prasarana pengendalian banjir di Batang Anai, Sintuk Toboh dan Nan Sabaris.

(10) Pengamanan abrasi pantai meliputi pesisir pantai Kecamatan Batang Anai, Ulakan Tapakis, Nan Sabaris, V Koto Kampung Dalam, Sungai Limau dan Batang Gasan.

(11) Pemanfaatan sumber daya air baku untuk keperluan air minum meliputi, Pasar Usang, Lubuk Alung, Parit Malintang, Sicincin, Kayu Tanam, VII Koto Sungai Sarik, Sungai Limau dan Sungai Garingging.

Pasal 22

Rencana pengembangan sumber daya air dilakukan secara terpadu dalam penataan ruang, upaya konservasi, pemanfaatan dan pengendalian sumber daya air.

Bagian Ketujuh

Rencana Sistem Prasarana Lingkungan Paragraf 1

Rencana Sistem Prasarana Lingkungan Pasal 23

(1) Sistem prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf f meliputi:

a. tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST); b. sistem pengembangan air minum (SPAM); c. sistem drainase kawasan perkotaan;

d. sistem sanitasi lingkungan

e. sarana dan prasarana lingkungan permukiman lainnya

(2) Tempat pengelolaan sampah terpadu dikembangkan dengan pola sanitary landfill di kecamatan:

a. Lubuk Alung;

b. Sungai Garingging; dan c. V Koto Sungai Sarik.

(3) Sistem pengelolaan air minum dikembangkan pada pusat-pusat permukiman dengan memanfaatkan air permukaan terutama pada kawasan pusat kegiatan wilayah, kegiatan lokal dan pusat pelayanan kawasan, yaitu:

a. PKL Lubuk Alung dan Sungai Garingging; dan

b. PPK Sungai Limau, Sungai Sarik, Pasar Usang dan Parit c. Malintang PPL Sicincin

(23)

(4) Sistem drainase dikembangkan pada pusat-pusat permukiman dengan memanfaatkan air permukaan terutama pada kawasan pusat kegiatan wilayah, kegiatan lokal dan pusat pelayanan kawasan, yaitu:

a. PKL Lubuk Alung dan Sungai Garingging; dan

b. PPK Sungai Limau, Sungai Sarik, Pasar Usang dan Parit Malintang c. PPL Sicincin

(5) Sistem sanitasi lingkungan dikembangkan pada pusat-pusat permukiman dengan memanfaatkan air permukaan terutama pada kawasan pusat kegiatan wilayah, kegiatan lokal dan pusat pelayanan kawasan, yaitu: a. PKL Lubuk Alung dan Sungai Garingging; dan

b. PPK Sungai Limau, Sungai Sarik, Pasar Usang dan Parit Malintang c. PPL Sicincin

(6) Sistem pengelolaan limbah mencakup pengelolaan air limbah dan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Pengelolaan B3 diutamakan pada kawasan industri Sungai geringging, Sungai Sarik dan Batang Anai.

BAB VI

RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN Bagian Kesatu

Umum Pasal 24 (1) Rencana pola ruang meliputi:

a. pola ruang kawasan lindung; dan b. pola ruang kawasan budidaya.

(2) Penetapan kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan mengacu pada kawasan lindung yang telah ditetapkan secara nasional dan memperhatikan kawasan lindung yang ditetapkan oleh provinsi dan kabupaten.

(3) Penetapan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan mengacu pada kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional, serta memperhatikan kawasan budidaya provinsi dan kabupaten.

Bagian Kedua

Rencana Pengembangan Kawasan Lindung Pasal 25

Rencana pengembangan kawasan lindung meliputi: a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya; c. kawasan perlindungan setempat;

d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; e. kawasan rawan bencana alam;

f. kawasan lindung geologi; dan g. kawasan lindung lainnya.

(24)

Pasal 26

(1) Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a, menyebar di seluruh kecamatan yaitu di Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Sungai Geringging, V Koto Kampung Dalam, V Koto Timur, Patamuan, 2x11 Kayu Tanam, Lubuk Alung dan Batang Anai dengan luas kurang lebih 15.520 Ha.

(2) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b, berupa kawasan dengan lereng lebih dari 40%, menyebar di seluruh kecamatan yaitu di Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Sungai Geringging, V Koto Kampung Dalam, V Koto Timur, Patamuan, 2x11 Kayu Tanam, Lubuk Alung dan Batang Anai dengan luas kurang lebih 2.031 Ha

Pasal 27

Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf c, meliputi:

a. sempadan pantai di Kecamatan Batang Anai, Ulakan Tapakis, Nan Sabaris, V Koto Timur, Sungai Limau dan Batang Gasan dengan luas kurang lebih 605 Ha;

b. sempadan sungai dikembangkan pada seluruh aliran sungai yang ada di kabupaten, baik yang mengalir di kawasan permukiman maupun di luar kawasan permukiman dengan luas kurang lebih 4.721 Ha;

c. kawasan sempadan mata air yang terdapat pada hulu sungai-sungai yang berasal dari kawasan lindung di Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Sungai Geringging, V Koto Kampung Dalam, V Koto Timur, Patamuan, 2x11 Kayu Tanam, Lubuk Alung dan Batang Anai. Kawsan ini berada dalam kawasan hutan lindung dan hutan suaka alam & wisata.

d. Kawasan sempadan sesar yang melintasi wilayah kabupaten arah barat laut-tenggara dengan lebar sempadan 100 meter dengan luas keseluruhan kurang lebih 4.772 Ha.

e. Kawasan pertemuan antara dua atau lebih sesar yang belum rekah, terdapat di Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Sungai Geringging, Sungai Limau, Sungai Sarik, Lubuk Alung dan Batang Anai dengan seluas kurang lebih 3.141 Ha.

Pasal 28

Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf d, berupa Kawasan Suaka Alam yang tersebar di kecamatan Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Sungai Geringging, V Koto Kampung Dalam, V Koto Timur, Patamuan, 2x11 Kayu Tanam, Lubuk Alung dan Batang Anai dengan luas seluruhnya kurang lebih 15.463 Hektar.

Pasal 29

Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf e, meliputi:

a. kawasan rawan tanah longsor, tersebar di seluruh wilayah kabupaten terutama di Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Sungai Geringging, V Koto Kampung Dalam, V Koto Timur, Patamuan, 2x11 Kayu Tanam, Lubuk Alung dan Batang Anai;

(25)

b. kawasan rawan gelombang pasang tersebar pada kawasan pesisir yang meliputi Batang Anai, Ulakan Tapakis, Nan Sabaris, V Koto Kampung Dalam, Sungai Limau dan Batang Gasan; dan

c. kawasan rawan banjir, tersebar di kecamatan Batang Anai, Ulakan Tapakis, dan Nan Sabaris.

Pasal 30

Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf f, meliputi:

a. kawasan Rawan Bencana Alam Geologi terdiri atas:

1) kawasan rawan gempa bumi meliputi seluruh wilayah kabupaten;

2) jalur patahan diberi sempadan setidak-tidaknya 250 meter dari tepi patahan;

3) kawasan rawan gerakan tanah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi adalah Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Batang Gasan, Sungai Geringging, Sungai Limau, V Koto Kampung Dalam, V Koto Timur, Patamuan, Enam Lingkung, Lubuk Alung dan bagian timur Batang Anai;

4) kawasan rawan bencana tsunami, meliputi seluruh kawasan pesisir yaitu Kecamatan Batang Anai, Ulakan Tapakis, Nan Sabaris, V Koto Kampung Dalam, Sungai Limau dan Batang Gasan;

5) kawasan rawan gempa dan likuifaksi meliputi kecamatan Batang Anai, Lubuk Alung, Enam Lingkung, Ulakan Tapakis, dan Kecamatan Nan Sebaris, Sungai Limau dan Batang Gasan; dan

6) kawasan rawan vulkanisme yang berasal dari Gunung Singgalang dan Gunung Tandikat meliputi Kecamatan V Koto Timur, Kecamatan Patamuan dan Kecamatan 2x11 Kayu Tanam.

b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah, meliputi kawasan imbuhan air tanah dan sempadan mata air yang terdapat di Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Sungai Geringging, V Koto Kampung Dalam, V Koto Timur, Patamuan, 2x11 Kayu Tanam, Lubuk Alung dan Batang Anai.

Pasal 31

Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf g, meliputi Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) yang dikembangkan pada kawasan pesisir Kecamatan Batang Gasan meliputi terumbu karang, penangkaran penyu dan hutan bakau.

Bagian Ketiga

Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya Pasal 32

Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya terdiri atas: a. kawasan hutan rakyat

b. kawasan pertanian; c. kawasan perikanan; d. kawasan pertambangan;

(26)

e. kawasan industri; f. kawasan pariwisata;

g. kawasan permukiman; dan h. kawasan peruntukan lainnya

Pasal 33

Rencana pengembangan kawasan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf a, dilakukan di Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Sungai Geringging, Batang Gasan, V Koto Kampung Dalam, V Koto Timur, Patamuan, 2x11 Kayu Tanam, Lubuk Alung dan Batang Anai

Pasal 34

(1) Rencana pengembangan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b terdiri atas:

a. pertanian pangan lahan basah b. pertanian pangan lahan kering c. pertanian hortikultura

d. perkebunan, dan e. peternakan.

(2) Pertanian pangan lahan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dikembangkan di Kecamatan Batang Anai, Lubuk Alung, Ulakan Tapakis, Nan Sabaris, Sintuk Toboh Gadang, Enam Lingkung, VII Koto, 2x11 Enam Lingkung, 2x11 Kayu Tanam dan Patamuan.

(3) Pertanian pangan lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dikembangkan di Kecamatan Koto Aur Malintang, Sungai Geringging, Batang Gasan, Sungai Limau, Nan Sabaris, Ulakan Tapakis, Sintuk Toboh Gadang, Enam Lingkung, 2x11 Kayu Tanam, Lubuk Alung dan Batang Anai,

(4) Pertanian hortikultura, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dikembangkan di Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Sungai Geringging, V Koto Kampung Dalam, V Koto Timur, Patamuan, 2x11 Kayu Tanam, Lubuk Alung dan Batang Anai

(5) Perkebunan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dikembangkan diseluruh wilayah kabupaten dengan komoditas unggulan dapat berupa kelapa dan kakao.

(6) Peternakan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, dikembangkan di seluruh wilayah kabupaten yang memiliki potensi dan sesuai untuk pengembangan peternakan, meliputi:

a. pengembangan sentra peternakan ternak besar berupa sapi dan kerbau di Kecamatan VII Koto, Padang Sago, Patamuan, Enam Lingkung, Sungai Geringging dan IV Koto Aur Malintang;

b. pengembangan sentra peternakan ternak kecil berupa kambing & domba di Kecamatan Ulakan Tapakis, Nan Sabaris dan Enam Lingkung;

c. pengembangan sentra peternakan unggas di Kecamatan Nan Sabaris, Ulakan Tapakis, Enam Lingkung, Kayu Tanam, Lubuk Alung, Sintuk Toboh Gadang, Batang Anai, 2x1 Enam Lingkung, dan V Koto Kampung Dalam; dan

d. pengembangan kawasan integrasi kambing dan kakao, sapi dan kakao di kecamatan V Koto Kampung Dalam, Enam Lingkung, VII Koto Sungai Sariak, Patamuan, Padang Sago, Sungai Geringging dan Kayu Tanam.

(27)

Pasal 35

Pengembangan kawasan pertanian dapat dilakukan dengan pola agropolitan. a. Agropolitan dengan komoditas unggulan Kelapa dan Kakao dikembangkan

di Kecamatan Aur Malintang, Sungai Geringging, V Koto Kampung Dalam, V Koto Timur

b. Agropolitan dengan komoditas unggulan ternak besar dikembangkan di Kecamatan VII koto Sungai Sarik, Padang Sago, Patamuan, 2x11 Enam Lingkung, Enam Lingkung, Nan Sabaris dan Kecamatan Sintuk Toboh Gadang.

Pasal 36

Rencana pengembangan kawasan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf c, dilakukan di seluruh wilayah kabupaten yang memiliki potensi dan sesuai untuk pengembangan perikanan, meliputi:

a. perikanan tangkap dikembangkan di wilayah pesisir dan laut meliputi Kecamatan Batang Anai, Ulakan Tapakis, Nan Sebaris, Sungai Limau dan Batang Gasan;

b. perikanan budidaya dikembangkan di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung, Kayu Tanam, Enam Lingkung, VII Koto Sungai Sarik, Patamuan, Padang Sago, Batang Anai, V Koto Timur, V Koto Kampung Dalam, Lubuk Alung, Sintuk Toboh Gadang dan Sungai Geringging;

c. pengolahan ikan merupakan kegiatan industri pengolahan ikan tangkap yang dapat dikembangkan disepanjang kawasan pesisir terutama di kecamatan Ulakan Tapakis, Sungai Limau dan Batang Gasan; dan

d. pengelolaan kawasan perikanan dapat dikembangkan dengan pola minapolitan.

Pasal 37

(1) Rencana pengembangan kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf d, terdiri atas Wilayah Usaha Pertambangan dan Wilayah Pertambangan Rakyat dilakukan di Wilayah Pertambangan (WP) yang menyebar di seluruh kecamatan yang memiliki potensi bahan tambang.

(2) Potensi pertambangan yang dapat dikembangkan di wilayah Kabupaten berupa pertambangan mineral meliputi:

a. tanah uruk berbatu yang terdapat di Kecamatan Batang Anai, Lubuk Alung, Sintuk Toboh Gadang, Enam Lingkung, 2 x 11 Kayu Tanam, VII Koto Sungai Sarik, Patamuan, V Koto Kampung Dalam, V Koto Timur, Sungai Limau, Sungai Geringging, dan IV Koto Aur Malintang;

b. obsidian atau batu gelas yang terdapat di Kecamatan IV Koto Aur Malintang;

c. batu apung atau perlit juga terdapat di Kecamatan IV Koto Aur Malintang;

d. trass pasiran yang terdapat di Kecamatan Sungai Geringging;

e. trass yang terdapat di Kec. Lubuk Alung, Sintuk Toboh Gadang, 2 x 11 Enam Lingkung, Enam Lingkung, VII Koto Sungai Sarik, Patamuan, V Koto Kampung Dalam, V Koto Timur, Sungai Limau, Batang Gasan, Sungai Geringging dan VI Koto Aur Malintang;

(28)

f. trass berbatu apung yang terdapat di Kecamatan VII Koto Sungai Sarik, V Koto Kampung Dalam, Sungai Limau dan sungai geringging;

g. sirtukil yang terdapat di Kecamatan Batang Anai, Lubuk Alung, Sintuk Toboh Gadang, Nan Sabaris, 2 x 11 Enam Lingkung, 2 x 11 Kayu Tanam, VII Koto Sungai Sarik, Patamuan, Padang Sago, V Koto Kampung Dalam, V Koto Timur, dan Sungai Limau;

h. andesit yang terdapat di Kecamatan Lubuk Alung, 2 x 11 Enam Lingkung, 2 x 11 Kayu Tanam dan Patamuan; dan

i. tanah liat terdapat di Kecamatan Lubuk Alung, Sintuk Toboh Gadang, Enam Lingkung, VII Koto Sungai Sarik, Patamuan, V Koto Kampung Dalam, V Koto Timur dan Sungai Limau.

(3) Pengelolaan pertambangan dilakukan dengan memperhatikan dampak lingkungan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 38

(1) Rencana pengembangan kawasan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf e, berupa industri besar, sedang, dan industri kecil.

(2) Rencana pengembangan kawasan industri dikembangkan dalam bentuk kawasan industri, lingkungan industri kecil, maupun industri rumah tangga.

(3) Pengembangan kawasan industri besar atau manufaktur untuk pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan laut dan hasil laut direncanakan kawasan industri di Kecamatan Batang Anai.

(4) Pengembangan industri sedang berupa agroindustri yang dikembangkan di kecamatan Sungai Geringging dan VII Koto Sungai Sarik dan V Koto Kampung Dalam.

(5) Kawasan industri sedang berupa industri pengolahan hasil laut dikembangkan di Kecamatan Batang Gasan, Sungai Lima dan Ulakan Tapakis.

(6) Pengembangan industri rumah tangga diarahkan sebagai industri penunjang industri besar, industri sedang dan kegiatan pariwisata.

Pasal 39

Rencana pengembangan kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf f, memperhatikan kawasan dan jenis wisata yang dikembangkan di Kabupaten terdiri atas :

a. Kawasan Wisata Budaya dan Sejarah terutama wisata religi di Kecamatan Lubuk Alung, Sintago, Ulakan Tapakis, Nan Sabaris, 2x11 Enam Lingkung, Enam Lingkung, VII Koto Sungai Sarik, Padang Sago, V Koto Timur, Sungai Limau, Sungai Geringging, dan IV koto Aur Malintang serta pengembangan wisata budaya lainnya di seluruh wilayah Kabupaten Padang Pariaman. b. Kawasan Wisata Alam berupa wisata bahari, tirta, trekking, camping

ground tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten.

c. Kawasan Wisata Buatan meliputi pemandian Tirta Alami, Malibou Anai, gelanggang pacu kuda di Kecamatan Lubuk Alung, 2x11 Kayu Tanam dan VII Koto Sungai Sarik.

(29)

Pasal 40

(1) Rencana pengembangan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf g, meliputi :

a. Kawasan permukiman perkotaan; dan b. Kawasan permukiman perdesaan

(2) Kawasan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikembangkan pada kawasan perkotaan Pasar Usang, Lubuk Alung, Parit Malintang, Sicincin, Sungai Sarik dan Sungai Geringging. (3) Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b dikembangkan mengikuti pola pengembangan kawasan agropolitan dan atau minapolitan.

(4) Pengembangan kawasan permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan harus memperhatikan kawasan rawan bencana, kawasan kumuh, kawasan tertinggal dan kawasan transmigrasi.

Pasal 41

Rencana pengembangan kawasan budidaya peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf h dilakukan di;

a. kawasan pusat pemerintahan kabupaten di Parit Malintang; dan b. kawasan pertahanan dan keamanan.

Pasal 42

Pengembangan lebih lanjut kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 diatur melalui surat keputusan oleh pejabat berwenang sesuai kewenangannya.

Pasal 43

Rencana pengembangan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis berupa Kawasan andalan yang ditetapkan secara nasional meliputi seluruh wilayah Kabupaten dengan sektor unggulan, perikanan laut, perikanan, pertanian, industri dan pariwisata.

BAB VII

RENCANA KAWASAN STRATEGIS WILAYAH KABUPATEN Penetapan dan Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten

Pasal 44

(1) Rencana pengembangan kawasan strategis meliputi: a. kawasan strategis bidang ekonomi; dan

b. kawasan strategis lainnya.

(2) Pengembangan kawasan strategis bidang ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yang merupakan kawasan strategis provinsi meliputi: a. Kawasan Jalur Jalan Arteri Primer yang menghubungkan Batang

Anai-Kayu Tanam atau Koridor Jalur Nasional; dan b. Kawasan Industri Batang Anai.

Referensi

Dokumen terkait

Keprakan pada gending ayak-ayak Untuk memulai gending Ayak-ayak dapat dimulai dengan aba-aba berupa ater-ater neteg beberapa kali diikuti mlatuk satu kali, setelah itu mlatuk

Berdasarkan hasil Moderated Regression Analysis ( MRA ) yang telah dilakukan dan telah dibahas sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa hasil analisis secara

Tulangan geser dapat berupa tulangan yang diangkerkan, atau terdiri dari kepala geser berupa profil baja I atau kanal yang dilas menjadi 4 (atau 3 untuk kolom

Pada penelitian ini, rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu mengenai nyala api difusi tipe swirl disertai penambahan co-flow berupa gas inert (nitrogen), dan

Pada penelitian ini menemukan paling sedikit empat proses dasar yang telah menjawab masalah penelitian yang dikemukakan, dimana ketrampilan menjual yang dibentuk dari

Dari hasil survei awal dan wawancara dengan bagian HRD diketahui bahwa selama periode penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di

Hasil wawancara diungkapakan oleh perwakilan organisasi Serikat Pekerja SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) : “Dalam melakukan kegiatan kami memiliki dana

Pada saat konduktor dengan arah arus menjahui pembaca ditempatkan didalam medan searagam maka medan gabungannya akan seperti yang ditunjukan pada gambar 2.5 (c)