• Tidak ada hasil yang ditemukan

Guru dan Siswa yang Terintimidasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Guru dan Siswa yang Terintimidasi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Guru dan Siswa yang Terintimidasi

Posted on 11 September 2009

Les Parsons dalam bukunya yang berjudul Bullied Teacher Bullied Student mengupas tentang perilaku intimidasi di sekolah, baik yang dilakukan oleh siswa, guru, maupun kepala sekolah. Dengan mengutip pemikiran Peter Randall, dikemukakannya bahwa yang dimaksud dengan perilaku intimidasi adalah perilaku agresif yang muncul dari suatu maksud yang

disengaja untuk mengakibatkan tekanan kepada orang lain secara fisik dan psikologis.

Perilaku yang agresif dan menyakitkan ini dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang. Disebutkan pula, bahwa kunci utama dari pengertian ini terletak pada penyalahgunaan secara sistematis dari ketidakseimbangan kekuatan.

Terdapat beberapa poin penting tentang permasalahan perilaku intimidasi di sekolah, diantaranya:

Di sekolah, intimidasi dapat terjadi dimana saja dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Pelaku intimidasi bisa siswa atau orang dewasa.

Pelaku intimidasi dapat beraksi sendirian atau bersama kaki tangan. Sasaran intimidasi dapat merupakan seseorang atau sekelompok orang.

Intimidasi adalah perbuatan berulang seseorang atau sekelompok orang yang takut kepada si pelaku intimidasi Di sini tampak terdapat ketidakseimbangan kekuatan.

Pelaku intimidasi secara sengaja bermaksud menyakiti seseorang secara fisik, emosi atau sosial. Pelaku intimidasi sering merasa perbuatannya itu dapat dibenarkan.

Pelaku intimidasi sering terorganisasi dan sistematis.

Pelaku intimidasi para saksi atau penonton yang tidak akan berbuat apa pun untuk menghentikan intimidasi itu atau malah mendukung perbuatan tersebut.

Intimidasi dapat berlangsung untuk waktu jangka pendek atau untuk waktu yang tidak terbatas.

Ilustrasi berikut ini mungkin dapat memberikan gambaran tentang perilaku intimidasi yang terjadi di sekolah, baik yang dilakukan siswa, guru, kepala sekolah maupun orang tua;:

Seorang siswa yang populer, menarik dan berprestasi, yang dipandang oleh orang dewasa sebagai sosok yang patut ditiru dan seorang pemimpin kelas, namun dibalik itu dia memiliki pengaruh sosial untuk mendominasi, mengendalikan dan secara selektif mengucilkan teman-temannya.

1.

Seorang guru pekerja keras yang dimata orang tua dianggap sebagai seorang yang profesional dan mampu mengendalikan kelas dengan sempurna, serta memiliki standar-standar tinggi, tetapi secara berkala membuat siswa menangis karena kata-kata kasarnya, tindakan-tindakan yang mempermalukan dan ejekan-ejekannya. 2.

Kepala sekolah yang dengan seksama dan sistematis melecehkan staf dan guru yang dianggap sebagai saingannya, sementara dihadapan atasannya ia terlihat berperilaku lembut dan penurut.

3.

Orang tua agresif; untuk menekan perilaku agesif anaknya di rumah, tetapi merespons luapan keagresifan terpendamnya di sekolah dengan menyalahkan pihak sekolah secara keji dan berang, secara terus menerus 4.

(2)

melecehkan sekolah atas setiap kecerobohan yang mereka lihat. A. Siswa yang Mengintimidasi

Siswa yang melakukan intimidasi pada siswa lain terdorong oleh beberapa alasan: 1. Gangguan pengendalian diri;

Siswa seperti ini merasa berselisih dengan dunia yang serba bermusuhan. Mereka mengalami kegelisahan emosional, salah menafsirkan dan salah memahami segala bentuk interaksi dengan orang lain, dan tidak mampu mengendalikan dorongan-dorongan agresif; yang muncul. Mereka sering melanggar peraturan, memulai tindakan agresif, ;merusak milik orang, menyalahkan orang lain, dan menunjukkan kurang pengertian atau simpati terhadap hak-hak dan perasaan orang lain.

2. Intimidasi yang dipelajari

Siswa dapat belajar mengintimidasi melalui berbagai cara, seperti: menyaksikan perbuatan-perbuatan kejam, mendapat imbalan atas tindakan ;agresif yang pernah dilakukannya, termasuk jika dia mendapatkan perlakuan agresif dari orang lain.

Penggunaan hukuman fisik, hukuman yang tidak konsisten dan pemanjaan berlebihan yang dilakukan oleh orang tua memiliki korelasi dengan perilaku agresif anaknya.

3. Mengintimidasi untuk memperoleh sesuatu

Ketika sebagian besar anak melakukan intimidasi, mereka mempunyai tujuan yang jelas dalam benak mereka. Mereka sengaja menggunakan kekerasan untuk memperoleh apa yang mereka inginkan dari orang lain—uang jajan, jawaban ketika mengahadapi ujian, atau hanya sekedar kesenangan untuk mendominasi, dan bahkan untuk memperkokoh status dan harga diri dalam hierarki sosial

Untuk menghadapi kasus-kasus di atas, para guru mestinya dapat melihatnya sebagai gejala dari suatu kelainan, bukanlah perbuatan atas kemauan sendiri. Dalam hal ini, bukan berarti guru membolehkan atau memaafkan perilaku agresif tersebut, tetapi guru harus mampu merencanakan pendekatan manajemen kelas yang tepat, bekerja sama dengan ahli atau nara sumber spesialis yang terlatih.

B. Guru yang Mengintimidasi

Guru pelaku intimidasi adalah guru yang menggunakan kekuasaannya untuk menghukum, memanipulasi, atau mengolok-olok siswa, melampaui tindakan disipliner yang masuk akal.

Guru pelaku intimidasi kadang tidak mampu melihat dirinya yang sesungguhnya. Mereka mengartikan perlakuan agresifnya sebagai suatu tindakan yang tegas, perkataan mereka yang kasar dianggapnya sebagai ungkapan jujur, ketidakkonsistenan sebagai flesksibilitas, serta kekakuan dan obsesi mereka terhadap hal-hal remeh dianggap sebagai ketelitiannya. Pelaku-pelaku intimidasi semacam ini jarang mengakui kesalahan mereka dan menganggap kekeliruan adalah kesalahan orang lain. Mereka merasa penting, berkuasa, elite dan berhak. Menganggap orang lain iri, memanipulasi dan mengeksploitasi orang lain demi kepentingan mereka sendiri, dan tidak memiliki

(3)

empati bagi target mereka. Mereka menjadi pribadi yang egois, tidak dapat diprediksi, kritis dan pemarah. Sebagai orang dewasa, guru pelaku intimidasi lihai dalam memilih sasaran, terutama ke samping, ke bawah, tetapi jarang mengintimidasi ke atas.

Perilaku guru mengintimidasi meliputi: (1) kekerasan verbal melalui penggunaan stereotip- stereotip dan penamaan yang bermuatan seksis, rasis, kultur, sosio-ekonomi, ketidaksempurnaan fisik dan homofobik; (2) kekerasan fisik; seperti mengguncang, mendorong, mencubit, menjambak, menjewer, memukul dengan penggaris atau melemparkan sesuatu; (3) kekerasan psikologis; berteriak, berbicara dengan sarkasme, menyobek hasil herja, mengadu domba siswa, membuat ancaman-ancaman.; (4) kekerasan yang berkaitan dengan profesionalisme; penilaian yang tidak adil, menerapkan hukuman dengan pilih-pilih, menggunakan cara-cara pendisiplinan yang tidak pantas, mengarahkan pada kegagalan dengan menetapkan standar yang tidak wajar, membohongi rekan kerja, orang tua siswa, atasan mengenai perilaku siswa, mengambil kesempatan dengan menggunakan materi-materi atau pengayaan, mengintimidasi orang tua karena hambatan bahasa, budaya, atau status sosial ekonomi.

C. Kepala Sekolah yang Mengintimidasi

Kepala sekolah memulai kariernya sebagai guru dan kemudian dipromosikan melalui jenjang karier. Perkembangan itu adalah sumber dari kekuatan terbesar mereka dan juga kelemahan terbesar mereka. Kapasitasnya sebagai manajer, kerapkali menjadikan guru, karyawan dan siswa sebagai sasaran kekerasan. Kepala sekolah yang suka mengintimidasi akan menghasilkan perilaku intimidasi pula pada guru, karyawan dan bahkan siswa. Kepala sekolah yang mengintimidasi sering mencoba meremehkan dan merusak hasil kerja guru yang paling berbakat dan kreatif, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap sekolah. secara keseluruhan Perilaku kepala sekolah yang mengintimidasi seringkali menjadi kontradiktif dan membingungkan. Mereka memandang bahwa diri mereka disalahmengertikan dan diganggu. Padahal, faktanya mereka adalah perusak dan disfungsional.

Setiap sekolah haruslah menjadi tempat dimana siswa dan seluruh komunitas merasa aman dan tentram secara fisik maupun emosional. Intimidasi dalam bentuk apa pun, baik yang dilakukan oleh siswa, guru atau kepala sekolah dapat menjadi ancaman dan menghalangi proses pembelajaran. Satu-satunya cara untuk secara tegas menghalau dan menjauhkan intimidasi adalah dengan memaksakan keadilan bagi semua. Hanya dengan itulah sekolah-sekolah akan menjadi lingkungan belajar yang positif, di mana proses pembelajaran dapat dimaksimalkan dan setiap siswa merasa dihargai

Sumber:

Les Parsons. 2009. Bullied Teacher Bullied Student (Guru dan Siswa yang Terintimidasi;

Mengenali Budaya Kekerasan di sekolah Anda dan Mengatasinya) Terj.Grace Worang, dkk. Jakarta:

Grasindo. Catatan:

Buku Bullied Teacher Bullied Student ini berisikan: Mengenali budaya intimidasi yang sistemik

(4)

>>> berbagi di : 1

Tentang AKHMAD SUDRAJAT

=Ω= seorang praktisi pendidikan di Kabupaten Kuningan yang sedang belajar menjadi diri sendiri =Ω=

Lihat semua tulisan oleh AKHMAD SUDRAJAT →

Menetralkan ketidakseimbangan kekuatan yang memampukan pelaku intimidasi. Menciptakan sebuah lingkungan yang bebas dari stereoip seksual, rasial, dan kultural.

Menggunakan pembelajaran kooperatif untuk menumbuhkan rasa menghargai terhadap perbedaan. Memberdayakan siswa melalui imbalan yang postif

Memerangi mentalitas “salahkan si korban”

Tulisan yang saya sampaikan di atas hanya sebagian kecil dari isi buku tersebut, terutama menyoroti tentang perilaku dari pelaku intimidasi, yang menurut hemat saya penting untuk diketahui.

Jika Anda ingin memahami lebih lanjut tentang buku ini, mungkin ada baiknya jika Anda membeli buku tersebut di toko buku terdekat atau silahkan diskusikan saja dalam ruang komentar yang tersedia, agar dapat diperoleh pencerahan yang lebih mendalam.

This entry was posted in KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN, PSIKOLOGI PENDIDIKAN and tagged Artikel, Berita, Info, Kompetensi Guru, Makalah, News, Opini, Pembelajaran, Pendidikan Indonesia, Pengetahuan, Refleksi, Umum. Bookmark the permalink.

23 Responses to Guru dan Siswa yang Terintimidasi

umisyam says:

21 Maret 2012 pukul 00:36

intimidasi,sampai kapanpun tidak dibenarkan dan dengan alasan apapun. Intimidasi adalah sikap negatif. Dari sikap negatif apakah akan lahir sesuatu yg baik pula??? Intimidasi hanya menguntungkan segelintir orang yg tidak mau harga dirinya terinjak-injak dan kekuasaanya terganggu. Menurut saya sikap intimidasi adalah sikap pengecut sesorang yg tidak rela harga dirinya terusik. Org yg tidak bisa intropeksi diri dan selalu melihat dirinyalah yg benar dan patut diberikan pembenaran. Padahal dgn sikapnya itu banyak org tersakiti dan menyingkir perlahan-lahan untuk menjauh drnya. Andai dia sadar (Kasihan). Hidup dr rasa sakit org lain demi kepuasan pribadi. Oh ya, Intimidasi berbeda dgn negosiasi apalagi dalam pendidikan. Bila dalam pendidikan saja intimidasi dinyatakan lumrah, bagaimana nasib generasi kita selanjutnya??? Great resume. Beli bukunya ah.

Balas

ELLYS says:

25 September 2011 pukul 11:22

SETELAH KESULITAN PASTI ADA KEMUDAHAN

Balas

Rawuh Rudiatmoko says: 20 Maret 2011 pukul 18:21

(5)

Sekolah adalah tempat dimana semua civitas berlajar dalam segala hal, siswa, guru, kepala sekolah akan belajar menjadi dirinya yang terbaik. Siswa adalah salah satu unsur sekolah yang sedang belajar dan terus berkembang, ganti berganti dari siswa generasi yang satu ke generasi berikutnya. Sementara guru dan kepala sekolah adalah profesi yang selalu belajar dari pengalaman yang terjadi untuk menjadi lebih baik kedepannya.

Perilaku interaksi antar 3 unsur tersebut sangatlah penting, dalam rangka menjadi lebih baik. Kondisi intimidasi yang terjadi tentunya tak dapat dipungkiri dengan berbagai tujuan, namun demikian perlulah untuk diminimalkan dengan adanya sharring pengalaman dan komunikasi yang baik. Saling mengingatkan dan memberikan informasi dengan bahasa komunikasi yang baik (asertif) tentunya akan memberikan dampak minimal intimidasi di sekolah.

Terima kasih pak Akmad Sudarajat, resume buku anda sangat berkesan dan saya sharing ke temen2 di sekolah dan kolega kami.

Semoga pendidikan Indonesia maju bersama kita semua. Wasalam

Rawuh Rudiatmoko

Balas

Mudasir_Shiba says: 20 Maret 2011 pukul 16:16

Intimidasi terhadap siswa? Kadang perlu. Asal tujuannya baik. Semisal agar siswa menjadi disiplin dalam belajar, mematuhi tata tertib sekolah dan yang baik-baik lainnya.

Tapi menurut saya … antara guru dan siswa harus ada komitmen bersama, semacam perjanjian bilateral yang harus dipatuhi dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab oleh kedua belah pihak.

Satu contoh perjanjian : untuk siswa yang terlambat masuk kelas maka harus menyapu halaman kelas, atau menyiram taman, atau lari lapangan basket.

Juga perjanjian2 lainnya …

Semoga pendidikan di Indonesia semakin maju dan dibarengi dengan ahlak mulia.

Balas

widika says:

24 November 2010 pukul 07:40

Mohon ijin untuk dishare/ di copy.

Balas

Zakir Hubulo says: 1 November 2010 pukul 06:46

Intimidasi tidak perlu terjadi di negara Indoensia yang dikenal dengan berbudaya luhur serta mengedepnkan nilai-nilai Pancasila. Kalau toh itu terjadi tentunya hanya bersifat memperbaiki karakter dari siswa itu sendiri agar ke depan bisa berhasil sesuai dengan yang menjadi harapan guru dan orang tua.

Balas

tabib-ampuh.blogspot.com says: 31 Oktober 2010 pukul 17:53

Intimidasi tidak terjadi hanya disekolah tapi disegala lapisan masyarakat, misalnya antara profesi yang satu dengan profesi yang lain contoh antara profesi seorang pengobatan alternatif dengan seorang dokter kadang saling melecehkan dan saling merendahkan metodenya masing2 karena masing2 merasa diri yang paling baik dan paling sempurna, atau antara antara hakim , jaksa, KPK dan aparat polisi lainnya yang sering kita lihat ditelevisi, antara pengawas dan yang diawasi, antara dosen

(6)

AKHMAD SUDRAJAT: TENTANG PENDIDIKAN

dengan senat dan mahasiswa, antara orang yang kaya dengan orang miskin, antara buruh dengan majikan dan lain2nya. Salah satu Niat dan motivasinya adalah untuk mempertahankan harga dirinya, mempertahankan kekuasaanya, dan mempertahankan seluruh kepentingannya . Namun yang perlu kita sadari adalah bahwa segala bentuk intimidasi adalah sama dengan menyakiti orang lain dan hal itu merupakan suatu perbuatan dosa yang dilarang oleh Alloh SWT. Mudah2an Alloh mau mengampuni kita semuanya, Bangsa ini Bangsa Indonesia. Kita harus ingat bahwa Hidup ini tidak akan lama dan tugas hidup kita sebagai manusia didunia adalah untuk beribadah dan mencari ridho Alloh SWT. Hanya satu pertanyaan untuk semuanya, Sudahkah kita bersiap diri jika besok kita dijemput maut ? ….

Balas

deep yudha says: 26 Mei 2010 pukul 02:10

Dalam mendidik kadang perlu ada “pemaksaan” juga tetapi tentu saja pemaksaan yang ber “seni” sehingga yang dipaksa tidak merasakan proses pemaksaan itu sendiri. Seperti pemberian PR, tugas kelompok maupun tugas individu kepada siswa sebetulnya yang demikian itu kan “pemaksaan” juga, yaitu pemaksaan untuk belajar bertanggung jawab, belajar punya skala prioritas, belajar punya target, dll. Tapi kalau “pemaksaan” nya dikemas dengan baik, seperti iming2 pemberian nilai, pemberian pujian jika mereka mampu menyelesaikan tugas2 dengan baik dan tepat waktu, maka dijamin yang mengalami proses “pemaksaan” tidak merasakan sebagai intimidasi. Bagaimana pak ? setuju ? punten nitip link ya pak

http://deepyudha.blogspot.com/, hatur nuhun…..

Balas

Referensi

Dokumen terkait

PERENCANAAN ATRAKSI WISATA ED UKASI D I TAMAN SATWA CIKEMBULAN KABUPATEN GARUT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu. paling

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh perbandingan isolat jamur pelarut fosfat yang tepat untuk digunakan sebagai formula kultur campur agar dapat melarutkan fosfat

dihasilkan oleh sistem untuk memuaskan kebutuhan yang diidentifikasi. Output yang tak dikehendaki a) Merupakan hasil sampingan yang tidak dapat dihindari dari sistem yang

Pajak yang terutang merupakan Pajak Restoran yang harus dibayar oleh wajib pajak, dalam masa pajak atau dalam tahun pajak sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah tentang

Remaja yang merasa bahagia akan bergaul dengan baik juga, adanya wujud perhatian dan kasih sayang sangatlah penting karena kurangnya perhatian dan kasih sayang

Analisa Prosedur Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bagi Masyarakat Pada Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Kepanjen.. Feby Dwi Utami D-III Keuangan dan Perbankan

Toolbar Table berisi sebagian besar tool yang diperlukan untuk memanipulasi tabel, seperti dijelaskan di bawah ini. 1) Table : berfungsi untuk membuat tabel baru pada slide