PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Oleh
Lilis Nurhayati
KELAS XI
Menu Utama
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Soal SelesaiSTANDAR KOMPETENSI
• Memahami hukum Islam tentang
muamalah
KOMPETENSI DASAR
1. Menjelaskan asas-asas transaksi ekonomi
dalam Islam.
2. Memberikan contoh transaksi ekonomi dalam
Islam.
3. Menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
INDIKATOR
1.
Menjelaskan pengertian muamalah.
2.
Menjelaskan asas-asas transaksi ekonomi dalam
Islam.
3.
Menjelaskan contoh-contoh transaksi ekonomi dalam
Islam dan mempraktikannya.
4.
Menerapkan transaksi ekonomi dalam jual beli.
5.
Menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam simpan
pinjam.
6.
Menerapkan transaksi ekonomi dalam sewa menyewa.
Pengertian Muamalah
Contoh Muamalah:
* Perseroan
* Firma
* Yayasan
* negara
* jual beli
* sewa menyewa
* usaha perbankan dan asuransi yang Islami
* perserikatan di bidang pertanian dan perdagangan
Dari contoh-contoh tersebut simpulkan apa yang dimaksud dengan
muamalah
Asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam
Perhatikan ayat Al Qur’an dan hadis berikut !
QS. An Nisa : 29
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
QS. Al Maidah : 29
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu[388]. Dihalalkan
bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.”
“ Nabi Muhammad SAW melarang jual beli yang mengandung unsur
penipuan. (HR. Muslim)
Dari dalil-dalil tersebut simpulkan asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam !
Penerapan Transaksi Ekonomi dalam Islam
1. JUAL BELI
Syarat barang yang diperjual belikan :
* Barang yang diperjual belikan sesuatu yang halal * Barang itu ada manfaatnya.
* Barang itu merupakan milik si penjual atau di bawah kekuasaannya
* Barang itu hendaklah diketahui oleh pihak penjual dan pembeli dengan jelas, baik zatnya, bentuknya kadarnya dan sifat-sifatnya.
“ Nabi Muhammad SAW melarang menjual buah-buahan sehingga nyata
• Khiyar
Khiyar ialah hak memilih bagi si penjual dan si pembeli untuk
meneruskan jual belinya atau membatalkan karena adanya sesuatu
hal, misalnya ada cacat pada barang .
Hukum Islam membolehkan hak khiyar agar tidak terjadi penyesalan
bagi penjual maupun pembeli, antara lain disebabkan merasa
tertipu.
“ Barangsiapa yang rela mencabut jual beli terhadap saudaranya,
maka Allah pun akan mencabut kerugiannya di hari kiamat.”
(HR. Tabrani)
jual beli yang terlarang dan tidak sah :
1. Jual beli sesuatu yang termasuk najis, seperti bangkai dan daging
babi.
2. Jual beli air mani hewan ternak, seperti kambing. Sahabat Ibnu
Umar menjelaskan :
“
Rasulullah SAW telah melarang menjual manihewan” (H.R. Bukhari).
“Barangsiapa mengawinkan hewan jantan dengan betina, lalu mendapatkan
anak, baginya ganjaran sebanyak tujuh puluh hewan” (H.R. Ibnu Hibban)
3.Jual beli anak hewan yang masih berada dalam perut induknya
(belum lahir). Ibnu Umar menyebutkan :
“Bahwa Rasulullah SAW telah melarang menjual anak (hewan) yang masih
berada dalam perut induknya”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
4.Jual beli yang mengandung unsur kecurangan dan penipuan,
misalnya mengurangi timbangan (takaran) dan memalsukan
kwalitas barang yang dijual.
Jual beli yang sah tapi terlarang
Ada beberapa contoh jual beli yang hukumnya sah, tidak
membatalkan akad jual beli, tetapi dilarang oleh Islam
karena sebab-sebab lain misalnya:
(a). Merugikan si penjual, si pembeli, dan orang lain.
(b). Mempersulit peredaran barang.
Contoh jual beli yang sah tetapi terlarang
1. Mencegat para pedagang yang akan menjual barang-barangnya ke kota, dan membeli barang-barang mereka dengan harga yang sangat murah, dan menjualnya dengan harga yang sangat tinggi.
“Janganlah kamu mencegat orang-orang yang berkendaraan (membawa dagangannya) sebelum mereka tiba di pasar dan mengetahui harga pasar”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
2. Jual beli dengan maksud untuk ditimbun terutama terhadap barang vital.
“Tidak akan menimbun barang kecuali orang yang salah atau durhaka”.
(H.R. Muslim)
3. Menjual barang yang akan digunakan oleh pembelinya untuk berbuat maksiat. Allah SWT berfirman yang artinya :”…. Dan tolong menolong
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa pelanggaran …. “. (Q.S. Al Ma’idah: 5:2)
4. Menawar sesuatu barang dengan maksud hanya untuk memengaruhi orang lain agar mau membeli barang yang ditawarnya, sedangkan orang yang menawar barang tersebut adalah teman si penjual. Jual beli seperti ini disebut najsyi. Hadis dari Ibnu Umar “Rasulullah SAW melarang jual
dengan cara najsyi.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
5. Monopoli yaitu menimbun barang agar orang lain tidak membeli, walaupun dengan melampaui harga pasaran. Rasulullah SAW melarang jual beli seperti ini, karena akan merugikan kepentingan umum.
Simpan Pinjam
Ketentuan Islam dalam simpan pinjam:
1. Yang berpiutang dan yang berutang syaratnya sudah balig dan berakal sehat. Yang meminjami tidak boleh meminta pembayaran melebihi pokok piutang. Sedangkan peminjam tidak boleh melebihi atau menunda-nunda pembayaran utangnya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap piutang yang sengaja untuk mencari manfaat (pembayaran lebih)
adalah riba.” (HR. Haris bin Abi Muslim)
“Orang yang mampu yang melalaikan kewajiban membayar utangnya
adalah zalim.” (HR. Bukhari Muslim)
2. Barang (uang) yang diutangkan adalah milik sah dari yang meminjamkan. Pengembalian utang tidak boleh kurang nilainya, bahkan sunah bagi yang berutang (peminjam) mengembalikan lebih dari pokok utangnya. Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang paling baik diantara kamu ialah orang yang membayar
Ijarah (sewa menyewa)
Macam-macam ijarah
Dilihat dari segi objeknya, ulama fikih membagi akad (transaksi) ijarah menjadi dua macam, yaitu:
1. Ijarah yang bersifat manfaat, seperti, sewa-menyewa: rumah, toko, kendaraan, tanah, dan aneka busana. Apabila manfaat itu termasuk manfaat yang dibolehkan syrat untuk dipergunakan, maka ulama fikih sepakat menyatakan boleh dijadikan objek sewa-menyewaijarah) .
2. Ijarah yang bersifat pekerjaan ialah cara dengan cara mempekerjakan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Ulama fikih membolehkan ijarah yang berupa pekerjaan apabila jenis pekerjaannya jelas. Misalnya, pembantu rumah tangga, buruh bangunan, tukang jahit, dan tukang sepatu.
Syarat-syarat akad (transaksi) ijarah adalah sebagai berikut:
(1) Kedua orang yang bertransaksi (akad) sudah balig dan berakal sehat. Transaksi anak kecil dan orang gila tidak sah.
(2) Kedua belah pihak tersebut bertransaksi dengan kerelaan, artinya tidak terpaksa atau dipaksa. Dalilnya lihat Al qur’an Surah An Nisa’, 4: 29
(3) Barang yang akan disewakan (objek ijarah) diketahui kondisi dan manfaatnya oleh penyewa. Demikian juga jika objek ijarah adalah pekerjaan. Pekerjaan itu harus jelas ketentuannya. Hal ini untuk menghindari perselisihan di kemudian hari.
(4) Objek ijarah bisa diserahkan dan dipergunakan secara langsung dan tidak bercacat, ulama fikih sepakat, tidak boleh menyewakan sesuatu yang tidak dapat diserahkan dan dimanfaatkan langsung oleh penyewa. Misalnya, menyewakan rumah yang masih dihuni penyewa lain.
(5) Objek ijarah merupakan sesuatu yang dihalalkan syara’. Sewa-menyewa dalam masalah maksiat hukumnya haram, misalnya, menyewa