• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Monopoli Dalam Hadits Nabi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsep Monopoli Dalam Hadits Nabi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Konsep Monopoli Dalam Hadits Nabi

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Tafsir Ayat dan Hadits Ekonomi

Dosen Pengampu: Dede Rodin, M.Ag

Disusun oleh:

1. Isnaini Hanik Maisyaroh (1605036074)

2. Ilham Luthfi Habibi (1605036075)

3. Aula Akmalia (1605036076)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam agama Islam memang dihalalkan dan disuruh untuk mencari rezki melalui berbagai macam usaha seperti bertani, berburu atau melakukan perdagangan atau jual beli. Namun tentu saja sebagai orang yang beriman diwajibkan menjalankan usaha perdagangan secara Islam, dituntut menggunakan tata cara khusus menurut Alquran dan Sunnah, ada aturan mainnya yang mengatur bagaimana seharusnya seorang Muslim berusaha di bidang perdagangan agar mendapatkan berkah dan ridha Allah SWT di dunia dan akhirat. Aturan main perdagangan Islam, menjelaskan berbagai macam syarat dan rukun yang harus dipenuhi oleh para pedagang Muslim dalam melaksanakan jual beli. Dan diharapkan dengan menggunakan dan mematuhi apa yang telah di syariatkan tersebut.

(3)

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian monopoli ?

2. Konsep hadits monopoli dalam islam ?

3. Apa saja jenis monopoli ?

4. Hikmah larangan monopoli dalam islam ?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi monopoli

2. Mengetahui konsep hadits monopoli dalam islam

3. Mengetahui jenis monopoli

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Monopoli

Monopoli dalam prespektif ekonomi islam memiliki pengertian yaitu secara etimologi monopoli (ihtikar) berasal dari kata al hukr artinya al-zhulm wa al-isa’ah al-mu’asyarah yaitu berbuat aniaya dan sewenang-wenangnya. Secara istilah monopoli adalah menahan atau menimbun barang dengan sengaja, tereutama pada saat terjadinya kelangkaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dengan menaikkan harga dikemudian hari.1 Penimbunan barang adalah salah satu perkara dalam

perdagangan yang diharamkan oleh agama karena bisa menbawakan mudhorot.

Dalam kamus Lisan al-Arab ihtikar diartikan menimbun dan menahan makanan atau kebutuhan pokok karena menunggu harga jualnya itu lebih tinggi. Atau dalam fiqih as sunnah mendefinisikan ihtikar dengan “membeli suatu barang dan menyimpannya agar barang itu berkurang di masyarakat sehingga harganya meningkat sehingga masyarakat akan mendapatkan kesulitan akibat langkanya barang tersebut. Monopoli dalam bahasa Arab terdapat dua istilah yaitu ihtikar dan iktinaz. Secara sederhan ihtikar sering diartikan monopoli dan iktinaz diartikan penimbunan.2

Penimbunan baik dalam bentuk uang tunai maupun dalam bentuk penimbunan barang komoditas sangat bertentangan dengan ajaran islam. Dalam terminologi Islam, penimbunan harta seperti emas, perak, uang dan yang lainnya disebut dengan iktinaz. Penimbunan harta dapat menimbulkan bahaya besar pada perekonomian karena sekiranya uang, harta, atau barang tidak disimpan dan tidak ditahan. Penimbunan harta yang bersifat spekulatif merupakan penyebab timbulnya gejolak permintaan terhadap uang. Sehingga dapat menyebabkan siklus-siklus perdagangan terganggu. Harta yang ditumpuknya tentu akan tidak

1 Dede Abdul Fatah, “Monopoli Dalam Prespektif Ekonomi Islam”, Vol. IV, No.2, Juli 2012, hlm 160.

(5)

bermanfaat bagi kehidupannya baik didunia mauapun di akhirat kelak karena ia akan mendapatkan azab. Harta yang ditumpuk juga akan menyusahkan masyarakat yang lainnya.

Ihtikar menurut ad-Duraini, manfaat suatu komoditas dan bahkan jasa dari pembeli jasa dengan syarat embargo yang dilakukan para pedagang dan pemberi jasa ini bisa memuat harga pasar tidak stabil, padahal komoditas, manfaat, atau jasa tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat, negara, dan lain-lain. Sebagai contoh, pedagang gula pasir di awal Ramadhan tidak mau menjual barang dagangannya, karena mengetahui bahwa pada minggu terakhir bulan Ramadhan masyarakat sangat membutuhkan gula unttk menghadapi lebaran. Dengan menipisnya stok gula di pasar, harga gula pasti akan naik. Ketika itulah para pedagang gula menjual gulanya, sehingga pedagang tersebut mendapatkan keuntungan atau profit yang pberlipat ganda.3

Dapat disimpulkan monopoli atau ihtikar yaitu menimbun barang agar yang beredar dimasyarakat berkurang, lalu harganya naik, yang menimbun mendapatkan keuntungan besar, sedangkan masyarakat dirugikan.

Oleh karena itu sangatlah dilarang untuk bermonopoli seperti larangan monopoli di pertegas oleh sabda Nabi Saw yaitu:

:

ىىلعى اهىبب يلبغغيي نغاى دييغربيي ةيرىكغحي رىكىتىحغاب نغمى ملسو هيلع هللا ىلص هيللا ليوغسيرى لىاقى لىاقى ةىرىيغرىهي يبباى نغعى

ئيطىخى وىهيفى نىيغمبلبسغميلغا

“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda: Barang siapa yang melakukan monopoli dengan tujuan agar harga naik atas kaum muslim, maka dia telah melakukan dosa.” (HR.Ahmad)4

Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa monopoli itu sudah jelas dilarang dan hukumnya juga haram, karena perbuatan yang demikianan didorong oleh nafsu serakah, dan tamak, serta mementingkan

3 Abdul Aziz Dahlan, “Ensiklopedi Hukum Islam”, Jakarta: PT. Ikhtikar Baru, 1996, hlm 655.

(6)

diri sendiri dengan merugikan orang banyak. Selain itu juga menunjukkan bahwa pelakunya mempunyi moral dan mental yang sangat rendah.

B. Konsep Monopoli Dalam Hadits Nabi menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ishaq dari Muhammad bin Ibrahim dari Sa'id bin Al Musayyab dari Ma'mar bin Abdullah bin Nafi' bin Nadhlah Al 'Adawi, ia berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak menimbun kecuali ia akan berdosa." Beliau mengucapkan hingga dua kali. (HR. Tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud dan Muslim).

(7)

“Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Yusuf dari Israil dari Ali bin Salim dari Ali bin Zaid bin Jud'an dari Sa'id bin Al Musayyab dari Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Semoga seorang Importir akan mendapatkan rizqi dan orang yang menimbun semoga dilaknat” (HR. Ibnu Majjah). 6

Hadist Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لى

هبيغلىعى هيللا قيىشى قيىاشى نغمىوى ،هيللا هيريىاضى ريىاضى نغمى ،ررارىضب لىوى رىرىضى

”Tidak boleh memberikan madharat kepada diri sendiri dan kepada orang lain, barang siapa yang memberikan madharat kepada orang lain, maka Allah akan memberikan madharat kepadanya, dan barangsiapa yang bersabdah : barang siapa yang yang melakukan monopoli makanan atas kaum muslim allah akan menimpakan kepadanya penyakit dan kebangkrutan” (HR. Ibnu Majjah) sesungguhnya dia telah berlepas diri dari Allah dan Allah telah berlepas diri darinya.” (HR.Ahmad)8

6 Ibid

7 http;//ahmadzain.com/read/ilmu/463/hukum-monopoli-dalam-islam/

(8)

عى

“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabdah: “jangan lah mencegat pedagang untuk memborong barang-barangnya(sebelum sampai pasar), jangan membeli barang yang sedang dibeli orang lain, jangan menipu yaitu orang kota hendaknya tidak memborong dagangan orang desa(dalam maksud monopoli dan menaikan harga), jangan menahan susu unta atau kambing yang akan dijual supaya kelihatan susunya banyak. Jika ia membeli dan memerahnya setelah memberi, maka dia boleh memilih dari dua keadaan, jika ia suka, maka dia boleh mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Seorang hamba yang diserahi Allah untuk memimpin rakyat lalu ia mati pada hari kematiannya ketika ia menipu rakyatnya Allah pasti akan mengharamkannya masuk surga.” (HR. Muslim) 9

C. Jenis-Jenis Monopoli

Kriteria Monopoli Yang Dilarang Menimbun barang yang diharamkan menurut mayoritas ulama bila memenuhi beberapa kriteria di bawah ini :

1. Monopoli yang dilarang adalah jika penimbun membelinya dari pasar umum. Adapun jika menimbun dari sawahnya sendiri atau dari hasil

(9)

kerjanya sendiri maka hal itu dibolehkan. Berkata Ibnu Qudamah di dalam al-Mughni ( 4/ 154 ) : “Jika dia mengambil barang dari tempat lain atau dari sawahnya sendiri dan menyimpannya, maka tidak termasuk menimbun yang dilarang”. Di dalam Mushannaf Abdu Rozaq ( 14885 ) dengan sanad shahih bahwa Thowus menyimpan bahan makanan hasil panen sawahnya selama dua sampai tiga tahun, untuk dijualnya ketika harga barang naik.

2. Monopoli yang dilarang adalah jika dia membeli barang tersebut ketika harganya mahal, untuk kemudian dijual lagi dengan harga yang lebih tinggi. Seperti orang membeli bensin banyak-banyak menjelang harga naik, untuk disimpannya dan menjualnya dengan harga tinggi. Kalau membeli ketika harga murah dan barangnya berlimpah di masyarakat dan menyimpannya untuk dijual dengan harga lebih mahal karena kebutuhan hidupnya, maka ini tidak termasuk monopoli yang dilarang. Berkata Imam Nawawi di dalam Syarh Shahih Muslim (11/ 41): “ Monopoli yang diharamkan adalah jika seseorang membeli makanan ketika harganya mahal dengan tujuan untuk dijual lagi, dia tidak menjualnya langsung, tetapi disimpannya terlebih dahulu agar harganya lebih mahal. Adapun jika dia membeli makanan tersebut pada waktu harga murah, kemudian menyimpannya dan menjualnya ketika harga tinggi, karena dia membutuhkan (uang ) untuk makan, ataupun jika seseorang membeli makanan tersebut kemudian dijualnya lagi, maka perbuatan-perbuatan tersebut tidak termasuk dalam monopoli, dan tidak diharamkan.

(10)

هبربمغتى نغمب يىقببى امى ليعىجغيى ميىثي ، ةرنىسى هبلبهغأى ةىقىفىنى سيببحغيى مىليىسىوى هبيغلىعى هيليىلا ىليىصى هبليىلا ليوسيرى نىا هبليىلا لبامى لىعىجغمى

“Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyimpan makanan untuk keluarganya selama setahun, adapun sisa dari kurmanya dijadikan sebagai harta Allah ( untuk dinfakkan).” ( HR. Abdur Rozaq di dalam al Mushannaf (14451). Hadist yang serupa juga diriwayatkan Bukhari (2904 )dan Muslim (1757 ))

(11)

sehingga tidak ada persediaan dan masyarakat tidak memilikinya lagi, hal itu akan merugikan kaum muslimin.

5. Monopoli yang dilarang adalah menimbun barang-barang yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat seperti pangan, sandang, minyak dan lain-lain. Adapun menimbun barang-barang yang bukan kebutuhan pokok masyarakat dan barang tersebut banyak di tangan para pedagang, serta tidak merugikan masyarakat, maka hal ini dibolehkan. Dalam Undang-Undang Dasar 45, pasal 33 ayat 2 : "Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara." Pada ayat 4 disebutkan : “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.” 10

D. Hikmah di Balik Larangan Monopoli

Imam Nawawi menjelaskan hikmah dari larangan ihtikar adalah mencegah hal-hal yang menyulitkan manusia secara umum, oleh karenanya para ulama sepakat apabila ada orang memiliki makanan lebih, sedangkan manusia sedang kelaparan dan tidak ada makanan kecuali yang ada pada orang tadi, maka wajib bagi orang tersebut menjual atau memberikan dengan cuma-cuma makanannya kepada manusia supaya manusia tidak kesulitan. Demikian juga apabila ada yang menimbun selain bahan makanan (seperti pakaian musim dingin dan sebagainya) sehingga manusia kesulitan mendapatkannya, dan membahayakan mereka, maka hal ini dilarang dalam Islam. Islam mengharamkan orang menimbun dan mencegah harta dari peredaran. Islam mengancam mereka yang menimbunnya dengan siksa yang pedih di hari kiamat.

Menimbun harta maksudnya membekukannya, menahannya dan menjauhkannya dari peredaran. Padahal, jika harta itu disertakan dalam usaha-usaha produktif seperti dalam perencanaan produksi, maka akan

(12)

tercipta banyak kesempatan kerja yang baru dan mengurangi pengangguran. Kesempatan-kesempatan baru bagi pekerjaan ini bisa menambah pendapatan dan daya beli masyarakat sehingga bisa mendorong meningkatnya produksi, baik itu dengan membuat rencana-rencana baru maupun dengan memperluas rencana yang telah ada. Dengan demikian, akan tercipta situasi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dalam masyarakat. Penimbunan barang merupakan halangan terbesar dalam pengaturan persaingan dalam pasar Islam.

Dalam tingkat internasional, menimbun barang menjadi penyebab terbesar dari krisis yang dialami oleh manusia sekarang, yang mana beberapa negara kaya dan maju secara ekonomi memonopoli produksi, perdagangan, bahan baku kebutuhan pokok. Bahkan, negara-negara tersebut memonopoli pembelian bahan-bahan baku dari negara yang kurang maju perekonomiannya dan memonopoli penjulan komoditas industri yang dibutuhkan oleh negara-negara tadi. Hal itu menimbulkan bahaya besar terhadap keadilan distribusi kekayaan dan pendapatan dalam tingkat dunia.11

(13)

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Monopoli adalah menahan atau menimbun barang dengan sengaja, terutama pada saat terjadinya kelangkaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dengan menaikkan harga dikemudian hari. Monopoli itu sudah jelas dilarang dan hukumnya juga haram, karena perbuatan yang demikianan didorong oleh nafsu serakah, dan tamak, serta mementingkan diri sendiri dengan merugikan orang banyak. Selain itu juga menunjukkan bahwa pelakunya mempunyi moral dan mental yang sangat rendah.

Monopoli yang dilarang adalah jika penimbun membelinya dari pasar umum. Monopoli yang dilarang adalah jika dia membeli barang tersebut ketika harganya mahal, untuk kemudian dijual lagi dengan harga yang lebih tinggi. Monopoli yang dilarang adalah jika dia menimbun untuk dijual kembali. Monopoli yang dilarang adalah menimbun barang pada waktu masyarakat membutuhkan barang tersebut. Monopoli yang dilarang adalah menimbun barang-barang yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat seperti pangan, sandang, minyak dan lain-lain.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Dede Abdul Fatah, “Monopoli Dalam Prespektif Ekonomi Islam”, Vol. IV, No.2, Juli 2012.

Dede Rodin, 2015, “Tafsir Ayat Ekonomi”, Semarang: Karya Abadi Jaya.

Abdul Aziz Dahlan, 1996, “Ensiklopedi Hukum Islam”, Jakarta: PT. Ikhtikar Baru.

http://nazrianianaz.blogspot.co.id/2015/06/hadis-larangan-menimbun-dan-monopoli.html?m=1

http;//ahmadzain.com/read/ilmu/463/hukum-monopoli-dalam-islam/

Referensi

Dokumen terkait

Larangan-Larangan Dalam Jual Beli (Muamalah) 8 Perbuatan-perbuatan ini diharamkan jika memang kita ketahui benar, bahwa apa yang kita jual itu untuk dijadikan arak. Jika

Salah satu aturan dalam agama Islam adalah aturan yang berhubungan dengan apa saja yang boleh digunakan oleh manusia dan apa saja yang dilarang digunakan oleh manusia.. Dari sekian

Dengan menggunakan metode ini kita dapat mengetahui masalah riba yang seperti apa saja yang terjadi dalam jual beli, serta adanya pendapat dari berbagai ulama dan para ahli

a) Mengetahui barang apa saja yang akan dibeli luar sekolah sesuai dengan yang anak inginkan. b) Menyiapkan uang sebagai alat jual beli yang sah c) Melakukan

Dari kesimpulan penelitian tersebut menyatakan baahwa sistem jual beli pada pasar cakar borong Makassar mengandung unsur yang dilarang dalam Islam yaitu unsur

Jual beli adalah suatu akad yang diperbolehkan dalam Islam asalkan memenuhi syarat dan tidak mengandung unsur yang dilarang di dalamnya. Salah satunya adalah transaksi jual

Praktik jual beli di kantin kejujuran kampus III Universiatas Islam Negeri Walisongo Semarang tersebut secara hukum Islam dianggap sah, karena sudah sesuai dengan

Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat, yaitu jual beli yang dilarang oleh agama Islam, karena barangnya tidak tentu atau masih gelap, sehingga dikhawatirkan