• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU SALIARA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU 10 KOTA TANJUNGPINANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU SALIARA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU 10 KOTA TANJUNGPINANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU SALIARA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU 10 KOTA TANJUNGPINANG

Ratna Sari1, Imelda2, Yeti Trisnawati3 1Puskesmas Senayang, Lingga 2Puskesmas Mekarbaru, Tanjungpinang

3Akademi Kebidanan Anugerah Bintan, Tanjungpinang Email : ratna_sar1@yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar Belakang: Kasus seputar kesehatan reproduksi remaja semakin meningkat disebabkan ketidakpahaman remaja terhadap berbagai aspek reproduksi yang berhubungan dengan dirinya, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang kesehatan organ reproduksi wanita dan karakteristik yang mempengaruhinya di Kampung Sidomulyo Kota Tanjungpinang.

Metode: Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan cross sectional terhadap 55 remaja putri dengan teknik pengambilan sampel purposif sampling. Pengumpulan dilakukan melalui kuesioner yang sudah dilakukan uji validitas. Pengelolaan data dilakukan secara spss dan komputerisasi, dengan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi square.

HasiL: Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup terkait kesehatan organ reproduksi sebanyak 56,4%. Hasil analisis data menggunakan uji chi square didapatkan nilai p-value untuk umur p = 0,012 (p<0,05), pendidikan p = 0,005 (p<0,05) dan informasi mengenai perawatan kesehatan organ reproduksi wanita p = 0,002 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik umur, pendidikan dan informasi mengenai perawatan kesehatan organ reproduksi wanita berhubungan dengan pengetahuan mengenai kesehatan organ reproduksi wanita.

Kesimpulan: sebagian besar pengetahuan remaja putri tentang kesehatan organ reproduksi wanita memiliki pengetahuan dengan kategori cukup yaitu sebanyak 31 orang responden (56,4 %). Karakteristik umur, pendidikan dan informasi mengenai perawatan kesehatan organ reproduksi wanita berhubungan dengan pengetahuan kesehatan organ reproduksi wanita pada remaja putri di Kampung Sidomulyo Kota Tanjungpinang.

Kata Kunci : pengetahuan, kesehatan, organ reproduksi, remaja putri

PENDAHULUAN

Masa balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan perlu perhatian serius. Karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan pertumbuhan kemampuan berbahasa, kreativitas,

kesadaran sosial, emosional, inteligensia dan merupakan landasan perkembangan bagi tahap berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini, sehingga untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal, balita memerlukan gizi

(2)

yang cukup dan seimbang (Andrian. M dan Wirjatmadi. B, 2012).

Gizi merupakan salah satu faktor penting dalam penentu kualitas sumber daya manusia.Gizi didalamnya memiliki keterkaitan yang erat dengan kesehatan dan kecerdasan. Oleh sebab itu, status gizi yang baik pada balita perlu mendapatkan perhatian lebih karena ketika status gizi balita buruk dapat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berfikir dan tentu saja akan menurunkan produktivitas kerja. (Hasdianah dkk, 2014).

Sensus WHO menunjukkan bahwa 49 % dari 10,4 juta kematian balita di negara berkembang berkaitan dengan gizi buruk. Tercatat sekitar 50 % balita di Asia, 30% di Afrika dan 20 % di Amerika Latin menderita gizi buruk (Suarni & Kadir, A, 2015).

Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015, gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu lebih diperhatikan yaitu pada kelompok bayi dan balita. Kesehatan balita harus dipantau untuk memastikan kesehatan mereka selalu dalam kondisi optimal untuk pertumbuhan, perkembangan, dan produktivitas. Bila terjadi gangguankesehatan pada masa ini, maka akan terjadi

pada masa berikutnya dan akan berpengaruh negatif pada kualitas generasi penerus, sehingga akan terjadi kerusakkan yang bersifat permanen.Menurut data dari Pemantauan Status Gizi (PSG) yang diperoleh dari Kemenkes (2015), memperlihatkan prevalensi gizi di Indonesia sebesar : 79,7% gizi baik, 14,9% gizi kurang, dan 3,9% gizi buruk.

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015, ditemukan prevalensi gizi buruk balita

sebesar 1,51% dari 189.475 balita

seprovinsi Kepulauan Riau.

Puskesmas Batu 10 memiliki balita dengan prevalensi gizi buruk sebesar 0, 89% (tertinggi dari seluruh Puskesmas yang ada di Kota Tanjungpinang). Menurut data dari Puskesmas Batu 10, wilayah yang memiliki balita paling banyak yaitu Posyandu Saliara dengan jumlah balita 83 orang, dengan prevalensi gizi buruk 2,4% dan gizi kurang 6,0%.

Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita diantaranya pendapatan keluarga, pengetahuan, pekerjaan, konsumsi makanan dan pendidikan ibu. Pendidikan ibu balita yang rendah menyebabkan ibu tidak mengetahui cara pemberian makanan yang bergizi kepada anak, sehingga pemenuhan gizi anak menjadi tidak optimal (Solechah, N.L, 2015).

(3)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional karena bertujuan untuk mengetahui faktor risiko dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat.

Sampel dalam penelitian ini adalah 83 balita berusia 0-60 bulan bersama ibunya yang tercatat di Posyandu Saliara dengan kriteria ibu balita tersebut memiliki KMS. Teknik sampling yang digunakan dalam peneliti ini adalah total sampling

.

Pengumpulkan data dengan

melakukan wawancara

menggunakan bantuan instrumen kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi square.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Karakteristik ibu

Karakteritik f % Pendidikan Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Penguruan Tinggi 6 19 47 11 7,1 % 22,8% 56,7% 13,2% Total 83 100 Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja 69 14 83,1% 16,9% Total 83 100 Usia Responden 20-35 >35 72 11 86,7% 13,3% Total 83 100

Karakteritik responden menurut usia ibu yang memiliki balita menunjukkan bahwa yang terbanyak adalah usia 20-35 tahun sebesr 86,7%. Karakteritik pekerjaan ibu balita menunjukkan bahwa yang terbanyak adalah tidak bekerja yaitu sebesar 83,1%, sedangkan untuk pendidikan yang terbanyak adalah pendidikan SMA yaitu 56,7%.

Tabel 2. Pendidikan Ibu

Pendidikan f % Pendidikan dasar < 9 tahun Pendidikan dasar 9 tahun 6 77 7,2% 92,8% Total 100

Pendidikan ibu yang memiliki balita di Posyandu Saliara Wilayah Kerja Batu 10 dalam penelitian ini menunjukkan bahwa yang terbanyak adalah tingkat pendidikan dasar 9 tahun yaitu sebesar 77 responden (92,8%).

Menurut Adriani M & Wirjatmadi B (2014) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah pula menerima informasi pengetahuan mengenai penyediaan makanan yang baik. Pendidikan yang baik akan menyebabkan orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya, dan sebagainya.

(4)

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan atau kognitif merupakan faktor penting untuk menentukan tindakan seseorang

(over behavior). Dalam hal

dipengaruhi dengan pengetahuan yang baik akan mendorong ibu untuk melakukan tindakan yang berguna untuk tumbuh kembang balitanya antara lain penimbangan berat badan, mendapatkan imunisasi, mendapatkan pemberian makanan tambahan (PMT), dan penyuluhan mengenai kesehatan di Posyandu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Irma Oktaviana (2015) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan, semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan lebih mudah menerima informasi-informasi gizi.

Peneliti berasumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka semakin mudah pula menerima informasi pengetahuan mengenai penyediaan makanan yang baik.

Tabel 3. Status Gizi Balita

Status Gizi Balita f % Malnutrisi

Gizi Normal 18 65 21,7% 78,3%

Total 83 100

Status gizi balita di Posyandu Saliara Wilayah Kerja Batu 10 dalam penelitian ini menunjukan bahwa yang paling banyak adalah gizi normal yaitu sebesar 65 responden (78,3%).

Banyak faktor yang menyebabkan keadaan kurang gizi. Masalah gizi kurang pada umumnya di sebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kebersihan lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu simbang, dan kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi (yodium).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Irama Oktaviana (2015) bahwa faktor rendahnya pengetahuan tentang gizi dapat dikaitkan dengan pengetahuan seorang ibu tentang kecukupangizi keluarganya. Pengetahuan ini dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu tersebut.

Selain itu hal yang berpengaruh terhadap status gizi balita adalah kondisi berat badan ketika lahir. Berat badan lahir rendah merupakan resiko gizi kurang pada balita. Dari hasil penelitian oleh Trisnawati Y dan Utami T (2017) dari 56 bayi baru lahir di RSUD Kota Tanjungpinang diperoleh data bahwa 64,3% mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

(5)

Peneliti berasumsi bahwa sebagian besar responden memiliki balita dengan status gizi balita baik. Hal ini disebabkan karena responden melakukan penimbangan setiap bulan ke Posyandu maka status gizi dan pertumbuhan balita dapat selalu terpantau setiap bulannya.

Hal ini didukung dengan penelitian oleh Mulyandari A dan Sharchel CN (2018) yang menunjukkan bahwa perilaku ibu terkait status gizi di Puskesmas Batu 10 sebagian besar memiliki perilaku

yang baik yaitu 87%

Tabel 4. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Status Gizi Balita

Tingkat pendidikan

Status gizi balita

Jumlah Malnutrisi Gizi normal

n % n % N %

Pendidikan dasar < 9 tahun Pendidikan dasar 9 tahun

2 16 33,3 20,8 4 61 66,7 79,2 6 77 100 100 Jumlah 18 21,7 65 78,3 83 100 p-value= 0,517

Ibu yang memiliki tingkat pendidikan dasar 9 tahun dan memiliki balita dengan status gizi normal lebih banyak (79,2%) dibandingkan ibu dengan tingkat pendidikan dasar 9 tahun yang memiliki balita dengan status gizi malnutrisi (20,8%). Sedangkan ibu dengan tingkat pendidikan dasar < 9 tahun dan memiliki balita dengan status gizi normal lebih banyak (66,7%) dibandingkan ibu yang memiliki tingkat pendidikan dasar < 9 tahun dan memilki balita dengan status gizi malnutrisi (33,3%).

Hal ini memberikan gambaran bahwa ibu dengan tingkat

pendidikan dasar 9 tahun memiliki balita dengan status gizi normal lebih banyak (79,2%), dibandingkan ibu tingkat pendidikan dasar < 9 tahun dan memilki balita dengan status gizi normal (66,7%).

Hasil uji statistik Chi Square dengan signifikansi 0,05 diperoleh nilai p-value sebesar 0,517. Berdasarkan nilai ini maka hipotesis null (Ho) diterima atau p> 0,05 dan hipotesis alternative (Ha) ditolak yang artinya tidak ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita di Posyandu Saliara Wilayah

(6)

Kerja Puskesmas Batu 10 Kota Tanjungpinang.

Bila dibandingkan dengan penelitian terdahulu oleh Irma Oktaviani (2015) dengan judul Tingkat Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Balita diPosyandu Desa Sebani Kecamata Pandaan Kabupaten Pasuruan ternyata hasil penelitian juga menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi.

Tidak adanya hubungan ini disebabkan salah satu faktor pengetahuan terutama informasi. Informasi yang diperoleh dari

berbagai sumber akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung memiliki pengetahun yang luas salah satunya yaitu keaktifan ibu membawa balita ke Posyandu akan mendapatkan banyak pengetahuan diantarnya informasi / penyuluhan sehingga menambahkan wawasan dan bisa menerapkan di rumah mengenai status gizi balita.

Hal ini didukung oleh pekerjaan ibu yang hanya Ibu Rumah Tangga/tidak bekerja (83,1%). Ibu Rumah Tangga/tidak bekerja memiliki waktu luang untuk membawa balitanya ke Posyandu Saliara. Selain

itu, didukung juga usia ibu (86,7%) yang memiliki usia 20-35 tahun. Karena pada usia 20-35 tahun adalah masa produktif sehingga banyak ibu yang memiliki balita 0-5 tahun yang sering berkunjung ke Posyandu dan mendapatkan informasi kesehatan dari penyuluhan di Posyandu salah satunya makanan sehat (gizi pada balita).

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat pendidikan yaitu pelayanan kesehatan. Posyandu Saliara berada di wilayah perkotaan dengan wilayah kerja yang berada dekat dengan fasilitas kesehatan (Puskesmas dan Puskesmas Pembantu/ Pustu), sehingga mudah mendapat Pelayanan Kesehatan. Hal ini mempengaruhi status gizi balita, dimana bila terdapat masalah dalam pemberian makanan maupun tumbuh kembang yang kurang, dapat langsung mendapat pelayanan kesehatan yang cepat dan mudah, sehingga balita di Posyandu Saliara mempunyai status gizi normal yaitu sebesar (78,3%), tidak dipengaruhi dengan tingkat pendidikan ibu yang memiliki pendidikan dasar < 9 tahun.

Hal ini termasuk salah satu faktor yang menyebabkan tidak adanya hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita di Posyandu Saliara Wilayah

(7)

Kerja Puskesmas Batu 10 Kota Tanjungpinang seperti yang tampak pada hasil penelitian.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pendidikan ibu balita di Posyandu Saliara sebagian besar memiliki pendidikan dasar 9 tahun yaitu 77 responden (92,8%), status gizi balita di Posyandu Saliara sebagian besar berstatus gizi normal sebanyak 65 responden (78,3%) dan menunjukkan tidak adanya hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita di Posyandu Saliara Wilayah Kerja Puskesmas Batu 10 Kota Tanjungpinang.

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai variabel lain yang berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi status gizi balita.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M & Wirjatmadi, B, (2012). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

______,(2014). Gizi dan Kesehatan

Balita. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Dinas Kesehatan Provins iKepulauan Riau, (2015). Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 2015.

Hidayat, A.A, (2014). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta :Selemba Medika.

________,(2011). Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta :Selemba Medika.

Hasdianah, dkk, (2014). Gizi Pemanfaatan Gizi, Diet, dan Obesitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Jannah, M, &Maesaro, S, (2014).

Hubungan Tingkat

PendidikanIbudengan Status

Gizi Balita di Posyandu Bangun sari Semin Gunung Kidul.

Kementrian Kesehatan RI, (2015). Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. _______,(2016). Buku Saku

Pemantauan Status Gizi Dan Indikator Kerja Gizi. Jakarta Direktorat Gizi Masyarakat. Mubarak WahitIqbal, (2011). Promosi

Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Selemba Medika. _____, (2012).Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Mulyandari A & Sharcnel CN (2018). Hubungan Perilaku Ibu Tentang

Status Gizi dengan

Pertumbuhan Balita di

Posyandu Saliara Wilayah Kerja Puskesmas Batu 10. Jurnal Cakrawala Kesehatan, Vol. IX, No.01, Agustus 2018. http://e-jurnal.anugerahbintan.ac.id/ind ex.php/jcn/article/view/214 Oktaviana, I, (2015). Tingkat

pendidikan ibu dengan status gizi balita di Posyandu Desa Sebani Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan.

(8)

Soetjiningsih, (2012). Tumbuh

Kembang Anak. Jakarta: EGC

Solechah, N.L, (2015). Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Status Gizi Anak Balita di Posyandu Desa Mrican Wilayah Kerja Puskesmas Setono

Kecamatan Jenangan

Kabupaten Ponorogo.

Suarni&Kadir, A, (2015). Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga dengan Status GiziAnakBalita di PuskesmasBatua Makassar. Sugiyono, (2011). Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Tantejo, B, dkk, (2013). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas XIII Koto Kampar.

Trisnawati, Y. (2017). Hubungan Kenaikan Berat Badan Ibu Selama Hamil dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) di RSUD Kota

Tanjungpinang Tahun 2017.

http://e-jurnal.anugerahbintan.ac.id/ind ex.php/jcn/article/view/202

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kajian ini terdapat lima faktor utama yang dikenal pasti sebagai penyebab berlakunya perlanggaran tatasusila agama dalam kalangan umat Islam di negara ini iaitu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara Persepsi Citra Merek dengan Keputusan Pembeliandeterjen Daia pada Warga RW 004, Jakarta

Pembelajaran STM jauh lebih efektif karena dapat meningkatkan keaktifan siswa di kelas sehingga hasil belajar siswa meningkat, yang meliputi kemampuan kognitif,

Hasil penelitian ini menunjukkan responden cenderung lebih ba nyak menggunakan mekanisme koping emotional focused coping baik pada stres ringan maupun stres

Pendidikan tinggi masih berorientasi menghasilkan lulusan berkompentensi yang siap memasuki dunia kerja, sedangkan pemerintah belum mempunyai model yang sesuai untuk

Teknik penyajian data yang digunakan adalah metode penyajian informal.Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh hasil yaitu: (1) Struktur novel Tunggak-tunggak Jati

In this report, we classified the cases into five categories, namely, civil and political cases, economic-social-cultu- ral cases, criminal, civil, and women and children cases.

Sehubungan dengan dokumen penawaran yang Saudara/i telah disampaikan untuk Pekerjaan Pengadaan Alat Kedokteran Gigi pada Kegiatan Pengadaan Alat-Alat Kesehatan Rumah Sakit