• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTAHANAN DIRI TOKOH AMELIA DALAM NOVEL AMELIA KARYA TERE LIYE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTAHANAN DIRI TOKOH AMELIA DALAM NOVEL AMELIA KARYA TERE LIYE"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PERTAHANAN DIRI TOKOH AMELIA DALAM NOVEL

AMELIA

KARYA TERE LIYE

Uyunun Safira¹ Heri Suwignyo² Nita Widiati³

Universitas Negeri Malang

E-mail:safirauyunun@gmail.com

Abstract: The aim of this research is to describe the conflict on Amelia, the anxiety on Amelia, and the self defense of Amelia. This research used qualitative method. This result of research show that the conflict in figure Amelia happened internally and externally. The internal conflict involving the contradiction betweeen id, ego, dan superego. External conflict involving the contradiction between the characters in the novel, they are siblings, friends, and environment. The anxiety consists of the neurotic, reality, and moral anxiety. The self defense which is done by Amelia is not completely same with the psychoanalysis theory of Sigmund Freud. In this phenomenon, Amelia does not do the fixation self defense.

Key words: self defense, psychoanalysis, children literature

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemunculan konflik pada tokoh Amelia, kemunculan kecemasan pada tokoh Amelia, dan kemunculan pertahanan diri pada tokoh Amelia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemunculan konflik pada tokoh Amelia terjadi secara internal dan eksternal. Kemunculan konflik internal melibatkan pententangan antara id, ego, dan superego. Konflik eksternal melibatkan perselisihan dengan tokoh lain dalam novel, seperti keluarga, teman sepermainan, dan masyarakat. Kecemasan yang muncul, meliputi kecemasan neurotik, kecemasan realitas, dan kecemasan moral. Pertahanan diri yang dilakukan Amelia tidak sepenuhnya sesuai dengan teori psikoanalisis Sigmund Freund. Dalam hal ini Amelia tidak melalukan bentuk pertahanan diri fiksasi.

Kata kunci: pertahanan diri, psikoanalisis, sastra anak

Sastra anak merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mendalami dunia anak dengan memahami mereka dari beberapa karya sastra yang menceritakan kehidupanan anak beserta seluk-beluknya. Sastra anak tidak hanya sekadar sastra yang dibaca oleh anak-anak, tetapi mengandung unsur yang sifatnya mendidik.

Sastra anak semakin berkembang. Menurut Sarumpaet (2010:12) belakangan, dengan teknologi percetakan yang semakin maju, dirasakan bahwa penerbitan buku anak juga membaik, khususnya kisah-kisah untuk balita, yang lebih banyak berbentuk buku bacaan bergambar. Kini kebutuhan akan bacaan anak-anak kian beragam. Tidak hanya cerita bergambar dan fabel saja yang diburu, prosa fiksi berupa novel anak kian

(2)

2

populer. Salah satunya adalah novel anak karya Tere Liye yang berjudul Amelia. Novel ini meraih sukses sebagai karya best seller. Novel Amelia merupakan bagian dari tetralogi Serial Anak-Anak Mamak. Tiga novel sebelumnya berjudul Eliana,

Pukat, dan Burlian. Sebagai karya best seller, peneliti menggunakan novel Amelia

sebagai objek penelitian.

Novel Amelia menunjukkan adanya gejala psikis yang memperlihatkan kondisi jiwa tokoh Amelia ketika menghadapi konflik dan kecemasan melalui proses pemertahanan diri. Gejala psikis berupa perasaan cemas tersebut dikaji dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud untuk mendapatkan gambaran tentang upaya tokoh Amelia bertahan ketika menghadapi konflik dan kecemasan yang terjadi dalam hidupnya. Dengan menggunakan teori psikoanalisis, tahap perkembangan kepribadian pada tokoh Amelia akan terlihat spesifik, yakni peralihan sikap Amelia yang semula labil menjadi lebih dewasa.

Penelitian terdahulu terkait kajian psikologi sastra adalah skripsi Fathol Arifin (2013) yang berjudul Perkembangan Kejiwaan Tokoh Utama Dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan skripsi Luky Setia Widianti dengan judul

Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel Mudzakkirat Thabhibah Karya Nawal As-Sa’dawiy tahun 2013. Penelitian terkait sastra anak terdapat dalam beberapa jurnal nasional, seperti penelitian yang dilakukan oleh Sugiarti (2013) yang berjudul Kajian Sastra Anak Kecil-Kecil Punya Karya The Evergreen Karya Nisrina Hanifah Dalam Perspektif Pendidikan Karakter.

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan mendeskripsikan pertahanan diri tokoh Amelia dalam novel Amelia karya Tere Liye dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Pertahanan diri tokoh Amelia didasarkan pada tiga faktor, yaitu (1) kemunculan konflik pada tokoh Amelia, (2) kemunculan kecemasan pada tokoh Amelia, dan (3) kemunculan pertahanan diri pada tokoh Amelia.

(3)

3

METODE

Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud sebagai teori pendukung untuk menganalisis pertahanan diri tokoh Amelia dalam novel Amelia karya Tere Liye. Penelitian kualitatif merupakan penelitian khusus objek yang tidak dapat diteliti secara statistik atau cara kualifikasi (Almanshur dan Ghony, 2012:13). Penelitian kualitatif dalam penelitian ini akan menghasilkan paparan data deskriptif secara tertulis tentang pertahanan diri tokoh utama anak, Amelia dalam menghadapi konflik dan kecemasan yang muncul. Data dalam penelitian ini adalah paparan bahasa yang berupa monolog, dialog, dan monolog yang membentuk unit-unit tekstual novel Amelia. Paparan bahasa yang ditunjukkan oleh ketiga data tersebut berupa deskripsi atau gambaran yang dianalisis berdasarkan rumusan masalah yang telah dirancang, yaitu kemunculan konflik, kecemasan, dan pertahanan diri tokoh Amelia. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel anak berjudul Amelia. Novel ini merupakan bagian dari tetralogi Serial Anak-Anak Mamak karya Tere Liye. Novel Amelia yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini adalah novel Amelia cetakan ketiga yang diterbitkan oleh Republika pada tahun 2014.

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi dokumentasi. Data yang didapatkan melalui proses studi dokumentasi, meliputi kutipan dalam bentuk dialog, monolog, dan narasi yang menunjukkan kemunculan konflik, kecemasan, dan pertahanan diri pada tokoh Amelia. Secara spesifik, pengumpulan data terdiri dari tiga tahap. Pertama, membaca secara intensif novel

Amelia karya Tere Liye. Kedua, mengidentifikasi satuan-satuan teks novel Amelia

berupa monolog, dialog, dan narasi yang menggambarkan kemunculan konflik dalam novel Amelia, kemunculan kecemasan pada tokoh Amelia, dan kemunculan pertahanan diri pada tokoh Amelia. Ketiga, melakukan kodifikasi. Kodifikasi dilakukan dengan memberi kode berupa angka dan huruf untuk memudahkan pengklasifikasian data berdasarkan rumusan masalah. Keempat, melakukan klasifikasi. Klasifikasi data dilakukan dengan mengelompokkan temuan data berupa

(4)

4

paparan verbal dalam novel yang berbentuk kutipan-kutipan yang relevan untuk menjawab rumusan masalah.

Pada tahap analisis data, terdapat tiga proses yang dilakukan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Tahap pengecekan keabsahan dilakukan dengan meningkatkan ketekunan, membaca beberapa referensi dari berbagai buku, berdiskusi dengan para ahli sastra anak, dan berdiskusi tentang psikologi anak.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan analisis data dalam novel Amelia, perkembangan diri tokoh Amelia didasarkan oleh (1) kemunculan konflik pada tokoh Amelia, (2) kemunculan kecemasan pada tokoh Amelia, dan (3) kemunculan pertahanan diri pada tokoh Amelia.

Kemunculan Konflik pada Tokoh Amelia

Berdasarkan analisis data dalam novel Amelia, kemunculan konflik terjadi baik secara internal dan eksternal. Pertama, konflik internal terjadi dalam batin tokoh Amelia yang melibatkan pertentangan antara id, ego, dan superego. Pertentangan antara id, ego, dan superego pada akhirnya membentuk kedewasaan dalam diri Amelia. Tokoh Amelia mengalami perubahan kepribadian menjadi lebih baik. Hal ini tidak terlepas dari peran superego yang semakin menunjukkan peran dan kuasanya terhadap diri Amelia. Kedua, konflik eksternal terjadi akibat perselisihan antara Amelia dengan saudara kandung, teman sepermainan, dan masyarakat kampung. Konflik eksternal memiliki derajat yang berbeda sesuai dengan dampak psikis yang dirasakan tokoh Amelia. Hal ini dipengaruhi oleh intensitas komunikasi yang terjalin antara tokoh Amelia dengan tokoh lain dalam novel. Intensitas komunikasi yang erat akan mempengaruhi besarnya dampak kemunculan konflik tersebut terhadap kondisi psikis tokoh Amelia.

Kemunculan Kecemasan pada Tokoh Amelia

Berdasarkan analisis data dalam novel Amelia, kemunculan kecemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (1) kecemasan neurotik, (2) kecemasan realitas, dan (3) kecemasan moral. Kemunculan kecemasan juga memiliki derajat yang berbeda

(5)

5

bergantung pada intensitas hadirnya kecemasan dan dampak kecemasan tersebut terhadap perubahan sikap tokoh Amelia.

Kemunculan Pertahanan Diri pada Tokoh Amelia

Berdasarkan analisis data dalam novel Amelia, kemunculan pertahanan diri terdiri dari 8 jenis pertahanan diri, yaitu (1) represi, (2) projeksi, (3) pembentukan reaksi, (4) pemindahan objek, (5) regresi, (6) rasionalisasi, (7) sublimasi, dan (8) identifikasi. Dalam hal ini, bentuk pertahanan diri fiksasi tidak dilakukan oleh tokoh Amelia karena dalam novel, Tere Liye membangun karakter Amelia sebagai anak yang tidak mudah menyerah dalam mewujudkan impiannya membangun desa. Hal ini dibuktikan dengan kepulangan Amelia ke desa setelah dirinya menamatkan pendidikan di luar negeri.

PEMBAHASAN

Kemunculan Konflik pada Tokoh Amelia

Kemunculan konflik dan jiwa manusia saling mempengaruhi. Konflik mampu memberikan tekanan secara psikis dalam diri setiap individu. Dalam novel Amelia, konflik yang harus dihadapi Amelia adalah konflik internal dan konflik eksternal.

Pertama, kemunculan konflik internal.

Konflik internal terjadi dalam batin tokoh Amelia yang melibatkan pertentangan antara id, ego, dan superego. Id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle). Maksudnya, id bertujuan memuaskan hasratnya dengan itu mengurangi ketegangan dalam diri (Friedman dan Schustack, 2011:76). Impuls id

yang muncul dalam diri manusia selalu menuntut untuk dipuaskan. Dalam hal ini, ego

memiliki peran besar dalam memuaskan dorongan id tersebut. Ego merupakan sistem kepribadian yang rasional dan berorientasi pada prinsip realitas (reality priciples). Dengan menggunakan prinsip realitas, ego berusaha memuaskan dorongan id dengan memberikan pertimbangan yang rasional.

Upaya ego memuaskan dorongan id dilakukan melalui proses sekunder. Melalui proses sekunder, ego merencanakan cara untuk memuaskan dorongan dan menguji rencana tersebut (Hidayat, 2011:28). Proses sekunder dalam hal ini

(6)

6

dilakukan pula oleh Amelia sebagai representasi peran ego untuk memuaskan impuls

id. Ketika impuls id didukung sepenuhnya oleh ego tanpa mempertimbangkan aspek moral yang menunjukkan tindakan baik dan buruk maka peran superego muncul untuk menentang dorongan id yang bersifat instingtif dan primitif. Superego erat kaitannya dengan hati nurani. Hati nurani yang bersih mencerminkan posisi superego

yang kuat dalam struktur kepribadian manusia. Dalam novel Amelia, peran superego

tampak saat tokoh Amelia mengalami perasaan bersalah dan cemas akibat perbuatannya

Di awal cerita dalam novel Amelia, dominasi id sangat kuat sehingga peran

ego dalam diri Amelia cenderung berpihak pada pemuasan impuls id. Hal ini menjadi penyebab dari sikap Amelia yang terlihat selalu melakukan perlawanan kepada semua orang yang bertentangan dengan dirinya.

Pertentangan antara id, ego, dan superego pada akhirnya membentuk kedewasaan dalam diri Amelia. Tokoh Amelia mengalami perubahan kepribadian menjadi lebih baik. Hal ini tidak terlepas dari peran superego yang semakin menunjukkan peran dan kuasanya terhadap diri Amelia. Berikut skema yang menunjukkan perkembangan kepribadian Amelia berdasarkan konflik internal yang dihadapinya.

Skema tersebut memperlihatkan perkembangan kepribadian pada tokoh Amelia yang semula cenderung didominasi oleh impuls id kemudian mengalami perubahan hingga peran superego mampu mengontrol kemunculan impuls id dan dorongan ego dalam diri Amelia. Pembentukan superego dalam diri Amelia dipicu oleh beberapa, antara lain peran orang tua dan nasehat dari guru mengaji Amelia,

Id Superego Ego Id Superego Ego

(7)

7

yaitu Nek Kiba. Nilai-nilai kebaikan yang tokoh Amelia dapatkan dari kedua orang tua dan gurunya menjadi salah satu faktor terbentuknya superego yang kuat dalam diri Amelia. Dominasi peran superego yang baik dalam diri Amelia akan membentuk kepribadian tokoh Amelia menjadi lebih dewasa dan bijaksana ketika menghadapi masalah.

Kedua, kemunculan konflik eksternal.

Dalam novel Amelia terjadi konflik eksternal yang melibatkan perselisihan yang terjadi antara Amelia dengan saudara kandung, teman sepermainan, dan masyarakat kampung. Berikut skema yang menunjukkan derajat konflik ekternal dalam kehidupan Amelia berdasarkan pengaruh terkuat terhadap kondisi jiwa tokoh Amelia

Dalam novel Amelia, konflik eksternal tokoh Amelia dengan saudara kandung memiliki derajat konflik paling tinggi. Hal ini disebabkan oleh posisi Amelia sebagai anak bungsu kerap mendapat perlakuan berbeda dari ketiga saudaranya, yaitu Kak Eli, Kak Pukat, dan Kak Burlian. Jika berhadapan dengan Kak Eli, perselisihan yang terjadi dipicu oleh sikap Amelia yang cenderung lalai dalam mengerjakan pekerjaan rumah.

Eliana sebagai Kakak sulung yang memiliki kekuasan tinggi jika dibandingkan dengan adik-adiknya yang lain, terutama dengan si bungsu Amelia. Dalam keluarga, anak sulung adalah wakil orang tua. Mereka bertanggung jawab atas adik-adiknya. Menurut Steelman dan Koch dalam Lestari (2012) pada masa kanak-kanak pola hubungan dengan sibling diperngaruhi oleh empat karakteristik, yaitu: jumlah saudara, urutan kelahiran, jarak kelahiran, dan jenis kelamin.

(8)

Karakteristik-8

karakteristik tersebut adalah faktor pendorong terjadinya konflik antar saudara dalam keluarga.

Selain terlibat pertengkaran dengan Kak Eli, Amelia tidak jarang mendapat ejekan dari kedua Kakak laki-lakinya, yaitu Kak Pukat dan Kak Burlian. Tidak jarang keduanya menyudutkan Amelia sebagai anak yang manja, lemah, dan bergantung pada orang tua.

Konflik eksternal juga dihadapi tokoh Amelia dengan salah seorang teman sekelasnya, Chuck Norris. Chuck Norris dikenal sebagai anak yang berwatak keras kepala dan sering membuat keributan di sekolah.

Pada pertengahan kisah dalam novel Amelia, konflik eksternal terjadi antara Amelia dengan sebagian besar penduduk kampung yang menyangsikan usaha Amelia serta kawan-kawannya dalam proyek penyemaian biji kopi unggulan. Orang dewasa cenderung tidak terbuka dengan ide yang disampaikan oleh seorang anak. Hal ini sejalan dengan pendapat Hawadi (2001:31) sikap masyarakat yang kurang mendukung sikap kreatif anak dan kurang memberikan penghargaan pada usaha-usaha kreativitas juga merupakan hal yang menghambat munculnya kreativitas pada anak.

Derajat konflik eksternal yang terjadi antara tokoh Amelia dengan tokoh lain dalam novel memiliki perbedaan yang signifikan. Selain dipengaruhi oleh intensitas komunikasi, perbedaan peran tokoh dalam lingkungan keluarga, teman sepermainan, dan masyarakat juga memberikan pengaruh terhadap derajat konflik eksternal dalam novel Amelia. Pertama, konflik antara Amelia dan saudaranya disebabkan oleh peran kakak sulung, sebagai wakil orang tua di dalam rumah memicu perselisihan yang kerap terjadi antara Amelia dan Kak Eli akibat perbedaan kekuasaan antara anak sulung dan anak bungsu. Kedua, lingkungan pertemanan. Konflik antara Amelia dan Norris dipicu oleh peran Norris sebagai tokoh fiksi dalam novel yang memiliki perangai buruk atau antagonis berhadapan dengan Amelia yang digambarkan sebagai anak baik atau protagonis. Ketiga, konflik Amelia dengan masyarakat dipicu oleh beberapa penduduk kampung yang berperan sebagai penentang atas impian Amelia untuk memperbaiki sistem pertanian di desa yang dinilai kuno.

(9)

9

Kemunculan Kecemasan pada Tokoh Amelia

Kecemasan adalah reaksi psikis yang dirasakan manusia akibat konflik yang terjadi dalam kehidupannya. Dalam teori psikoanalisis Sigmund Freund, kecemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kecemasan neurotik, kecemasan realistis, dan kecemasan moral. Kecemasan yang muncul dalam novel Amelia, meliputi kecemasan neurotik, kecemasan realitas, dan kecemasan moral.

Pertama, kemunculan kecemasan neurotik.

Kecemasan neurotik adalah respon terhadap letusan yang mengancam dari dorongan id ke dalam kesadaran. Kecemasan ini berkembang berdasarkan pengalaman masa anak yang terkait dengan hukuman atau ancaman dari orang tua (Yusuf dan Nurihsan, 2008:52).

Kecemasan neurotik tidak hanya berupa ketakutan pada hukuman dari orang tua melainkan pula figur lain dalam keluarga yang memiliki kekuasaan lebih, seperti figur Kakak sulung sebagai wakil orang tua yang memiliki tanggung jawab dan kehendak untuk mengatur. Pada pertengahan cerita dalam novel Amelia, tokoh Amelia terlibat pertikaian hebat dengan Kakak sulungnya, Kak Eli. Perselisihan tersebut terjadi karena Amelia dengan sengaja menggosok sepatunya dengan menggunakan sikap gigi milik Kak Eli. Peristiwa tersebut pada akhirnya memicu kemarahana Kak Eli dan terjadilah pertengkaran antara mereka berdua.

Pada dasarnya rasa takut tersebut bersifat maya atau khayalan. Artinya kecemasan neurotik mendorong seseorang merasa khawatir pada hukuman yang belum tentu dia dapatkan. Hal ini berkaitan dengan pengalaman masa lalu dan doktrin yang melekat dalam ingatan bahwa kesalahan akan berujung pemerolehan hukuman. Hal ini sejalan dengan pendapat Alwisol (2014:23) yang menjelaskan bahwa hukuman dan figur pemberi hukuman dalam kecemasan neurotik bersifat khayalan. Kecemasan timbul karena orang itu pernah melakukan hal sama sewaktu masih anak-anak dan mendapat hukuman (realistik) yang dicemaskannya.

(10)

10 Kedua, kemunculan kecemasan realitas.

Kecemasan realitas adalah reaksi psikis berupa rasa takut yang terjadi akibat munculnya ancaman yang membahayakan. Kecemasan realitas tidak hanya memberikan perasaan takut dan khawatir yang menimbulkan perasaan tidak nyaman melainkan ada dampak positif dari munculnya kecemasan realitas yaitu memberikan kewaspadaan dalam diri individu terhadap ancaman dari luar.

Selain ketakutan yang muncul akibat ancaman dari objek yang mengundang bahaya, kecemasan realitas dapat dipicu pula oleh perasaan khawatir yang dirasakan individu terhadap hal-hal baru dalam hidupnya yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Sesuatu yang baru tidak selamanya memberikan pengalaman baik kadangkala justru memberikan tekanan. Hal demikian tersebut dialami Amelia saat dirinya harus berhadapan dengan tradisi kampung yang menjadikan anak bungsu sebagai ‘penjaga rumah’.

Kecemasan realitas terjadi pula saat Amelia untuk pertama kalinya berbicara dalam pertemuan besar di Balai Kampung. Kecemasan realitas berkaitan erat dengan konflik yang terjadi antara ego dan dunia luar (external world). Ketika ego Amelia menginginkan dirinya mengejar mimpi bersekolah tinggi dan membangun desa menjadi lebih maju, di saat itulah tradisi kampung dan pertentangan dari penduduk kampung menjadi penghalang.

Dalam novel Amelia, kecemasan realitas terjadi ketika tokoh Amelia terlibat konflik eksternal dengan keluarga dan masyarakat. Ketika Amelia merasa terganggu pada hal-hal eksternal di luar dirinya yang mampu mengancam aspek-aspek tertentu dalam hidupnya, maka hal tersebut mampu memicu kecemasan realitas dalam diri Amelia, seperti ketika mimpi dan impian Amelia bertentangan oleh tradisi kampung atau mendapat penolakan dari sebagian besar masyarakat.

Ketiga, kemunculan kecemasan moral.

Kecemasan moral terjadi saat individu memuaskan insting dengan caranya sendiri kemudian mendapat pertentangan dari superego. Kecemasan moral hadir saat individu merasa khawatir akibat kesalahan yang dibuatnya. Kecemasan moral yang dirasakan individu menjadi pertanda peran superego masih kuat dalam seseorang.

(11)

11

Dalam novel Amelia, kecemasan moral sering dirasakan Amelia ketika dirinya menghadapi konflik eksternal dengan saudara, teman sepermainan, dan masyarakat kampung.

Kecemasan moral erat kaitannya dengan peran superego dalam struktur kepribadian manusia. Superego yang memicu kemunculan kecemasan moral. Ketika seseorang melakukan kesalahan, superego bereaksi dengan memberikan rasa bersalah dalam diri orang tersebut.

Kemunculan kecemasan dalam tokoh Amelia sesungguhnya memiliki derajat yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas konflik yang terjadi baik secara internal maupun eksternal. Berikut derajat kecemasan yang paling sering dialami Amelia hingga kecemasan yang minim dirasakan Amelia.

Gambar 4.3 Derajat Kecemasan pada Tokoh Amelia

Skema di atas menggambarkan derajat kecemasan yang dialami tokoh Amelia ketika menghadapi konflik dalam kehidupannya. Pertama, kecemasan moral mendominasi kondisi psikis Amelia. Kecemasan moral mampu memicu timbulnya perasaan bersalah yang dirasakan tokoh Amelia ketika dia melakukan kesalahan. Hal ini disebabkan karena kecemasan moral merupakan representasi konflik antara id dan

superego.

Kecemasan moral ini terjadi hampir di setiap konflik eksternal antara Amelia dengan saudara, teman sepermainan, dan masyarakat. Dominasi kecemasan moral yang dirasakan Amelia menandakan bahwa peran superego sebagai rambu norma dalam diri Amelia berfungsi dengan baik. Nilai moral dan agama yang Amelia dapatkan dari orang tua dan guru mengajinya, Nek Kiba mampu menjadi pengingat

(12)

12

bagi dirinya untuk menyadari setiap kesalahan yang diperbuatnya. Umumnya, nasihat yang disampaikan oleh orang tua atau orang lain yang memiliki kedudukan untuk dihormati, seperti seorang nenek mampu memberikan dampak yang berarti pada seseorang. Nenek begitu dihormati karena dianggap sebagai sesepuh yang memiliki banyak wawasan dan pengalaman hidup.

Selain itu, faktor agama sangat memengaruhi kekuatan superego dalam diri Amelia. Agama merupakan media untuk meningkatkan kontrol superego dalam diri individu. Seseorang yang memiliki pemahaman agama yang baik dapat dipastikan hati nuraninya akan bekerja ketika dia melakukan kesalahan. Hal ini terjadi pula dalam diri Amelia. Keusilan Amelia terhadap Kak Eli pada akhirnya memunculkan kecemasan dan rasa bersalah. Hal ini membuktikan bahwa faktor agama mampu menggugah hati nurani seseorang untuk mengenal dosa. Perasaan berdosa tersebut yang memunculkan kecemasan dan rasa bersalah Amelia kepada Kak Eli. Kecemasan moral menjadi salah satu faktor pendukung perkembangan moral dan etika tokoh Amelia terhadap lingkungan eksternal di luar dirinya, seperti keluarga, teman sepermainan, dan masyarakat.

Kedua, kecemasan realitas. Kecemasan realitas memiliki dampak yang lebih ringan jika dibandingkan dengan kecemasan moral yang dirasakan Amelia. Hal ini dipengaruhi kompleksitas konflik yang lebih ringan. Kecemasan realitas merupakan cermin konflik internal antara ego dan dunia luar (external world).

Representasi kecemasan realitas terlihat saat Amelia merasa takut dengan hal-hal baru dalam hidupnya, seperti ketakutannya pada binatang buas, ketegangan Amelia saat pertama kali berbicara pada pertemuan di Balai Kampung, dan kekhawatiran Amelia tentang tradisi kampung yang membatasinya meraih mimpi. Kecemasan realitas muncul saat Amelia menghadapi konflik ekternal dalam dua ranah, yaitu keluarga dan masyarakat. Oleh sebab itu, kompleksitas masalah yang ditimbulkan tidak serumit kecemasan moral yang terjadi hampir disetiap konflik eksternal yang Amelia hadapi, yang meliputi keluarga, teman sepermainan, dan masyarakat.

(13)

13

Dampak dari kecemasan realitas hanya terbatas pada tokoh Amelia saja. Kecemasan realitas tidak sepenuhnya berdampak pada perubahan sikap Amelia terhadap tokoh lain dalam novel. Sebaliknya, kecemasan realitas hanya mampu meningkatkan kewaspadaan diri Amelia terhadap situasi yang membahayakan serta memicu tumbuhnya rasa percaya diri ketika menghadapi hak-hal baru dalam kehidupannya.

Ketiga, kecemasan neurotik. Kecemasan neurotik merupakan kecemasan yang paling ringan dirasakan Amelia. Kecemasan neurotik merupakan cerminan konflik antara id dan ego. Umumnya kecemasan neurotik dialami Amelia ketika menghadapi persesihan dengan ketiga saudaranya. Walaupun konflik eksternal dalam keluarga memiliki derajat konflik yang tinggi namun kecemasan neurotik hanya terjadi dalam ranah keluarga saja. Kecemasan neurotik umumnya hanya memicu munculnya perasaan takut dalam diri Amelia terhadap hukuman dari orang tua apabila dia melakukan kesalahan.

Kemunculan kecemasan pada tokoh Amelia memicu terjadinya perkembangan kepribadian yang membuat Amelia semakin dewasa dalam menyikapi setiap kesalahan yang diperbuatnya. Pada dasarnya kecemasan muncul ketika individu merasa takut dan khawatir atas kesalahan yang diperbuatnya. Hal ini menandakan bahwa kecemasan merupakan representasi peran superego dalam diri seseorang. Pada tokoh Amelia kemunculan kecemasan neurotik, kecemasan realitas, dan kecemasan moral menjadi faktor pendorong pembentukan kepribadian Amelia yang semakin dewasa.

Kecemasan neurotik membuat tokoh Amelia semakin menahan diri untuk menghindari kesalahan yang dia lakukan di dalam rumah. Kecemasan neurotik membuat Amelia bijaksana untuk memikirkan dampak buruk atau hukuman yang akan didapatkannya jika dia tetap keras kepala memuaskan impuls id dan dorongan

egonya.

Kecemasan realitas membantu perkembangan pembentukan kepribadian tokoh Amelia yang semula penakut menjadi anak yang lebih berani. Hal ini ditandai dengan keberanian Amelia untuk berpetualang ke hutan bersama Paman Unus untuk

(14)

14

melihat beruang madu yang dikenal sebagai hewan buas, keberanian Amelia untuk berbicara di depan umum saat pertemuan besar di Balai Kampung, dan kekuatan hati Amelia untuk mengejar mimpinya bersekolah hingga ke luar negeri.

Kecemasan moral juga memberikan kontribusi dalam membentuk kepribadian Amelia menjadi anak yang baik. Kemunculan kecemasan moral mendorong tokoh Amelia untuk menyadari setiap kesalahan yang dia lakukan, seperti kesalahannya pada Kak Eli, Chuck Norris, dan beberapa masyarakat kampung. Hal ini membuktikan bahwa kecemasan moral mampu membentuk kepribadian Amelia menjadi anak yang dapat dengan bijak menyadari setiap kesalahan yang diperbuatnya.

Berdasarkan paparan di atas, kemunculan kecemasan pada tokoh Amelia mampu memengaruhi dinamika perkembangan kepribadian Amelia menjadi anak yang baik. Hal ini disebabkan karena kecemasan muncul akibat kekuatan superego

yang berperan baik dalam diri Amelia. Kecemasan tersebut mampu membimbing tokoh Amelia untuk menyadari setiap kesalahan dan kelemahannya untuk kemudian secara bertahap Amelia mampu bijaksana menyikapi setiap peristiwa dalam kehidupnya.

Kemunculan Pertahanan Diri pada Tokoh Amelia

Pada dasarnya pertahanan diri erat kaintannya dengan derajat konflik dan kemunculan kecemasan yang berdampak pada kondisi psikis Amelia. Derajat konflik dan kecemasan yang semakin tinggi akan memicu ragam pertahanan diri yang dilakukan. Berikut skema yang menunjukkan ragam pertahanan diri terhadap konflik dan kecemasan yang dialami tokoh Amelia dalam novel Amelia karya Tere Liye.

(15)

15

4.4 Pertahanan Diri Tokoh Amelia terhadap Konflik dan Kecemasan

Skema di atas menunjukkan bahwa pertahanan diri berhubungan erat dengan kompleksitas konflik dan kecemasan yang muncul dalam kehidupan Amelia. Konflik yang terjadi antara tokoh Amelia dengan tokoh lain dalam novel dipengaruhi pula oleh peran masing-masing tokoh fiksi yang berbeda.

Perselisihan dalam keluarga Amelia yang melibatkan pertengkaran Amelia dengan ketiga saudaranya. Perbedaan peran antara anak sulung dan anak bungsu yang berkaitan dengan tingkat kekuasaan dalam rumah mempengaruhi perselisihan yang terjadi antara Amelia dan Kak Eli. Konflik Amelia dengan Kak Pukat dan Kak Burlian dipengaruhi oleh peran kedua kakak laki-laki Amelia sebagai tokoh fiksi yang memiliki perangai buruk atau antagonis. Konflik Amelia dengan ketiga saudaranya memiliki derajat konflik yang tinggi sehingga memicu timbulnya kecemasan neurotik, kecemasan realitas, dan kecemasan moral. Faktor inilah yang menyebabkan Amelia melakukan 8 jenis pertahanan diri yang meliputi: projeksi, pembentukan reaksi, pemindahan objek, regresi, rasionalisasi, sublimasi, dan identifikasi.

(16)

16

Konflik Amelia dengan teman sepermainannya, Chuck Norris termasuk dalam derajat konflik sedang sehingga kecemasan yang muncul hanyalah kecemasan moral yang memicu rasa bersalah dalam diri Amelia sesaat setelah pertengkaran keduanya terjadi. Dalam novel Amelia, Norris adalah berperan sebagai tokoh antagonis yang selalu terlibat pertentangan dengan Amelia sebagai tokoh protagonis. Dalam menghadapi konfliknya dengan Norris, Amelia menggunakan 3 jenis pertahanan diri, yaitu represi, pembentukan reaksi, dan sublimasi.

Konflik eksternal Amelia dengan masyarakat tergolong jenis konflik rendah. Hal ini disebabkan intensitas komunikasi antara Amelia dan masyarakat tidak seintim komunikasi dalam keluarga dan teman sebaya. Konflik antara Amelia dan masyarakat disebabkan oleh sikap beberapa penduduk yang berperan sebagai penentang atas impian Amelia untuk membangun desa. Oleh sebab itu kecemasan yang muncul hanyalah kecemasan moral. Dalam menghadapi konfliknya dengan masyarakat, Amelia melakukan 2 jenis pertahanan diri, yaitu rasionalisasi dan pembentukan reaksi.

Derajat konflik mampu mempengaruhi bentuk pertahanan diri dalam diri Amelia. Derajat konflik dan kemunculan kecemasan yang semakin tinggi mengakibatkan banyaknya jumlah pertahanan diri yang dilakukan tokoh Amelia untuk mereduksi ketegangan dan masalah yang tengah dihadapinya. Selain itu, perbedaan peran masing-masing tokoh dalam lingkungan keluarga, teman sepermaian, dan masyarakat memberikan pengaruh terhadap ragam pertahanan diri yang dilakukan Amelia. Perbedaan peran pada tokoh fiksi yang memiliki sifat antagonis dan protagonis turut memicu terjadinya konflik, kecemasan, dan pertahanan diri yang dilakukan tokoh Amelia.

(17)

17

PENUTUP Kesimpulan

Bertolak dari temuan penelitian dan pembahasan, hasil dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Kemunculan konflik pada tokoh Amelia terjadi secara internal dan eksternal. Kemunculan konflik internal pada tokoh Amelia dipicu oleh pententangan antara id, ego, dan superego. Konflik internal yang terjadi dalam diri Amelia memicu proses pendewasaan diri tokoh Amelia. Konflik eksternal dalam novel Amelia melibatkan perselisihan yang terjadi antara tokoh Amelia dengan keluarga, teman sepermainan, dan masyarakat, b) Kecemasan yang muncul dala novel

Amelia, meliputi kecemasan neurotik, kecemasan realitas, dan kecemasan moral. Kemunculan kecemasan juga memiliki derajat yang berbeda bergantung pada intensitas hadirnya kecemasan dan dampak kecemasan tersebut terhadap perubahan sikap tokoh Amelia, dan c) Dalam novel Amelia, tokoh Amelia melakukan 8 jenis bentuk pertahanan diri yang meliputi represi, projeksi, pembentukan reaksi, pemindahan objek, regresi, rasionalisasi, sublimasi, dan identifikasi. Dalam hal ini, tokoh Amelia tidak menunjukkan bentuk pertahanan diri fiksasi. Pertahanan diri terjadi didasarkan pada derajat konflik dan kecemasan. Pengaruh derajat konflik dan kecemasan yang tinggi akan memicu ragam pertahanan diri yang dilakukan tokoh Amelia.

Berdasarkan teori psikoanalisis, kemunculan konflik, kecemasan, dan pertahanan diri pada tokoh Amelia memiliki derajat dan wujud yang berbeda dengan orang dewasa. Tokoh Amelia sebagai seorang anak mengalami proses pendewasaan diri melalui berbagai konflik dan kecemasan yang sesuai dengan kemampuan usianya. Hal ini berpengaruh pula pada wujud atau bentuk pertahanan diri sebagai upaya Amelia untuk bertahan dan menghindar dari situasi yang tidak menyenangkan.

(18)

18

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka saran saran diajukan kepada enam pihak, yaitu: a) disarankan kepada peneliti sastra anak untuk menguji dan menambahkan temuan lain yang didapatkannya sebagai proses perbaikan hasil dalam penelitian ini, b) disarankan kepada pemerhati anak untuk mendampingi anak ketika mengajarkan nilai moral dan etika supaya perkembangan superego dalam diri anak menjadi semakin baik c) disarankan kepada penulis sastra anak untuk membuat karya sastra anak yang sesuai dengan perkembangan psikologi anak, d) disarankan kepada guru Sekolah Dasar untuk tidak hanya berfokus pada proses belajar dan mengajar yang baik, melainkan guru perlu memberi contoh nilai budi pekerti kepada siswa, e) disarankan kepada guru Bimbingan Konseling untuk memberikan ruang kepada anak berkonsultasi terkait masalah anak sehingga guru dapat memberikan saran kepada siswa yang bermasalah, dan f) disarankan kepada orang tua untuk membangun hubungan harmonis dalam keluarga sehingga anak merasa nyaman di dalam rumah.

DAFTAR RUJUKAN

Almanshur, Fauzan & Ghony, Djunaidi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz media.

Alwisol. 2014. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Friedman, Howard S dan Schustack, Miriam W. 2006. Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh: Fransiska Dian Ikarini, dkk. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hawadi, Reni Akbar. 2001. Psikologi Perkembangan Anak Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta: PT. Grasindo.

Hidayat, Dede Rahmat. 2011. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam keluarga Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Sarumpaet, Riris KT. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan

(19)

19

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: PT. Remaja Karya.

Gambar

Gambar 4.3 Derajat Kecemasan pada Tokoh Amelia

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Analisa

Sumber bahan organik yang berbeda yaitu kotoran babi, sapi dan jerami padi dengan per- bedaan waktu aplikasi diharapkan terjadi peningkat- an pertumbuhan dan hasil sawi..

Meskipun kiai, bagi orang Madura adalah tokoh sentral dalam segala aspek kehidupan, namun masyarakat mulai apatis dengan permainan politik kiai yang tidak ada bedanya

Keempat, kekuatan atau keampuhan yang disebabkan oleh penggunaan suatu teknologi selalu dapat digunakan untuk sesuatu yang merugikan masyarakat. 28 Dari pernyataan-pernyataan di

- Pengumuman putusan hakim Dalam pokok bahasan makalah ini akan membahas mengenai peraturan pidana terhadap tindak pidana ringan yang diatur dalam Kitab

Kondisi terbaik proses penguapan limbah radioaktif uranium cair fase air menggunakan rotavapor dicapai pada kondisi tekanan vakum -200 ir.Bar, kecepatan putaran labu evaporator 14

gerbong untuk rombongan presiden maka akan ada dua gerbong yang

Maka dalam penulisan skripsi ini penulis menawarkan pendekatan yang lebih difokuskan kepada orang tua sebagai pendidik pertama dan utama dalam pendidikan agama Katolik