Focus Group Discussion: Instrumen Berbasis
Pasar untuk Meningkatkan Upaya Mitigasi
Perubahan Iklim
Instrumen berbasis pasar (IBP) untuk meningkatkan upaya mitigasi perubahan iklim berfokus pada satu hal, yakni memberikan nilai ekonomi bagi setiap unit pengura- ngan emisi (penetapan harga karbon). Pendekatan ini telah dibuat dalam kesepaka- tan perubahan iklim sebelum Perjanjian Paris yaitu Protokol Kyoto. Dalam Protokol Kyoto, negara maju dapat mencapai target pengurangan emisi mereka dengan me- lakukan kegiatan pengurangan emisi di negara-negara berkembang melalui Meka- nisme Pembangunan Bersih atau Clean Development Mechanism (CDM).
DALAM EDISI INI :
Focus Group Discussion: Instrumen
Berbasis Pasar untuk Meningkatkan
Upaya Mitigasi Perubahan Iklim
Program Pelatihan Pengembangan
Kapasitas untuk Sistem MRV GRK bagi
Sektor Industri
Kunjungan Pokja PMR Indonesia
ke Industri Makanan, Bogasari Fluor
Mills-Surabaya
Bimbingan Teknis kepada Kelompok
Kerja Pembangkit dan Industri untuk
Peningkatan Kapasitas Perencanaan
Dasar dan Implementasi Instrumen
Berbasis Pasar (IBP)
Rapat Teknis Emisi Gas Rumah Kaca
pada Pembangkit Tenaga Listrik serta
Kunjungan ke Tanjung Kasam Power
Plant
Dalam periode 2008-2012, Indonesia telah memiliki 147 kegiatan pengurangan emisi yang tercantum dalam Mekanisme Pembangunan Bersih. Proyek-proyek ini telah mengakumulasikan penurunan emisi sebanyak lebih dari 21 juta-ton setara karbon dioksida dan diperkirakan membawa aliran dana insentif hasil penjualan kredit karbon ke luar negeri sebanyak USD 50 juta. Pengalaman ini membuktikan bahwa instrumen berbasis-pasar dapat berfungsi dengan baik untuk memberikan insentif bagi kegiatan penurunan emisi. Bagi Indonesia, era CDM juga membuka mata bahwa sejatinya upa- ya penurunan emisi dapat layak secara ekonomis, bahkan ketika insentif dari CDM sudah tidak ada lagi.
Namun Paris Agreement adalah kesepakatan dimana negara berkembang juga ditun- tut untuk berkontribusi pada penurunan emisi global sehingga instrumen berbasis- pasar akan lebih ditekankan untuk bisa memfasilitasi pencapaian target penurunan emisi di dalam negeri ketimbang menjual hasil penurunan emisinya ke luar negeri. Be- berapa negara berkembang seperti China, Cile, Meksiko, dan Thailand sedang me- ngembangkan instrumen domestik ini untuk mendukung kebijakan pengurangan emisi di negara masing-masing. Dibandingkan negara-negara di atas, pemahaman tentang IBP di Indonesia relatif lebih rendah dan terbatas pada IBP seperti CDM.
Hubungi kami :
Project Management Unit
(PMU) Office
PMR Indonesia
3rdA floor Wisma BSG
Jl. Abdul Muis No. 40 Jakarta
Pusat 10160
P. +62 21 38900994
F. +62 21 21201769
Oleh karena itu, untuk dapat mempertimbangkan secara tepat implementasi opsi kebijakan mitigasi perubahan iklim yang berbasis- pasar, pemahaman holistik pemangku kepentingan terhadap IBP harus ditingkatkan, untuk itu dise-lenggarkannya kegiatan Focus Group Discussion Kelompok Kerja (Pokja) IBP, yang dilaksanakan pada 28-30 Agustus 2017 di Bandung. Peserta FGD ini adalah anggota Pokja IBP, perwakilan dari kementerian / lembaga terkait, sektor swasta, LSM, sekretariat PMR dan pemangku kepentingan lainnya. Dari pertemuan ini diharapkan adanya pemahaman bersama akan peran instrumen berbasis pasar dalam mendorong mitigasi perubahan iklim, pemahaman bersama mengenai konsep-konsep penting dalam perencanaan dan penerapan instrumen berbasis pasar, mendapatkan gambaran umum tentang peluang dan kendala dalam menerapkan instrumen berbasis pasar di Indonesia, menyepakati rencana tindak lanjut oleh Pokja IBP PMR.
Bapak Montty Girianna, Deputi Bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Energi dari Kementerian Koordinator Perekonomian, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pertemuan ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan rujukan kepada tim kerja dalam pengembangan opsi instrumen berbasis pasar untuk kekuatan dan sektor industri. Pengembangan IBP membutuhkan pemikiran yang serius dalam menentukan sektor, mekanisme, dan baseline yang ditargetkan, untuk memastikan kemampuan dan keberlanjutannya. Beliau juga mengharapkan agar diskusi tersebut dapat menghasilkan rekomendasi konkret mengenai strategi keterlibatan sektor swasta untuk berkontribusi dalam pencapaian target pengurangan emisi nasional.
Sementara Bapak Dida Gardera, Asisten Deputi Pelestarian Lingkungan Hidup pada Kementerian Koordinator Perekonomian,
menyatakan bahwa target ambisius yang ditetapkan di Indonesia, Nationally Determined Contribution (NDC) tidak dapat sepenuhnya dipusatkan pada pemerintah. Pendanaan pemerintah tidak mencukupi untuk menutupi seluruh target NDC Indonesia. Karena NDC adalah target negara, maka dibutuhkan kontribusi dan kolaborasi semua pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta. Namun, pendekatan kepada sektor swasta secara sukarela jarang berhasil, keterlibatan sektor swasta perlu mendapat insentif. Ada beberapa pilihan instrumen berbasis pasar yang bisa dieksplorasi untuk tujuan ini.
Program Pelatihan
Pengembangan Kapasitas untuk
Sistem MRV GRK bagi Sektor
Industri
Dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang isu perubahan iklim dan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), PMR Indonesia menyelenggarakan program peningkatan kapasitas untuk industri berupa pelatihan (Bimbingan Teknis) untuk Industri (makanan dan minuman) – untuk memberikan informasi tentang identifikasi sumber emisi, sistem inventarisasi emisi, serta tatacara perhitungan emisi terutama yang terkait dengan penggunaan energi dan pengelolaan limbah pada sektor Industri. Pelaksanaan Bimbingan Teknis dengan tema Inventarisasi Emisi GRK ini dilaksanakan oleh PMR Indonesia dibawah koordinasi Kementerian Perindustrian, dilaksanakan pada 14-15 Agustus 2017 di Surabaya.
Pada pembukaan kegiatan ini, Bapak Lintong Sopandi Hutahaean (Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup sebagai perwakilan dari Kementerian Perindustrian) beliau menyampaikan apresiasinya terhadap keinginan para pelaku usaha untuk terus mengembangkan kegiatan
2
Bapak Lintong menyampaikan bahwa merupakan tugas bersama untuk memaksimalkan upaya untuk pengembangan industri karena manfaatnya akan dirasakan bersama. Tujuan pertemuan juga disampaikan, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan terkait
perubahan iklim dan sumber emisi GRK dari sektor industri, serta meningkatkan kapasitas terkait perhitungan emisi GRK untuk sektor industri, khususnya terkait energi dan limbah. Salah satu Narasumber sekaligus trainer dalam workshop tersebut Dr. Retno Gumilang Dewi, Institut Teknologi Bandung (ITB). Beliau menyampaikan mengenai Pedoman IPCC 2006, dan memberikan pelatihan kepada peserta tentang penggunaan software IPCC.
Sesi sharing dan lesson-learned juga disampaikan pada lokakarya ini, dari beberapa perusahaan yang telah menerapkan Best Practices pada proses produksi industri-nya yang memberikan manfaat langsung dalam pengurangan emisi-nya. Dua perusahaan yang hadir dan memberikan presentasinya, PT. Indocement Tunggal Prakarsa (ITP) dan PT. Generasi Sari Husada Mahardhika (dari Danone Group).
Ervant Ardianto (Perwakilan Sistem Mutu Senior PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk), berbagi pengalaman PT Indocement mengenai pelaksanaan proyek Clean Development Mechanism (CDM) dalam kegiatan produksinya, dalam bentuk penggunaan energi secara efisien dalam produksi semennya. Sementara Arif Sosiawan dari PT Sari Husada, menyampaikan komitmen Danone Group untuk mengurangi emisi GRK hingga 50% pada tahun 2020. Untuk memantau sendiri komitmennya, Danone telah
menciptakan sebuah dashboard khusus untuk memantau pencapaian mereka. Partisipasi pada aksi mitigasi dilakukan melalui perbaikan terus menerus dalam proses produksinya (seperti program efisiensi energi) dan melalui berbagai praktik, seperti pendidikan dan kampanye untuk kesadaran masyarakat dan perubahan perilaku.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang sumber emisi gas
rumah kaca, mulai dari penggunaan energi,
proses industri dan penggunaan produk
(IPPU), dan limbah, Kelompok Kerja
Industri bersama-sama dengan
Kementerian Perindustrian melakukan
kunjungan kerja ke salah satu perusahaan
di sektor makanan dan minuman. PT ISM
Bogasari Fluor Mills (kelompok Indofood)
dipilih untuk mewakili sektor makanan dan
minuman.
Kunjungan Pokja PMR Indonesia
ke Industri Makanan, Bogasari
Fluor Mills-Surabaya
Sebagai penggilingan terigu terintegrasi terbesar di Indonesia, Bogasari mengoperasikan dua pabrik di Jakarta dan Surabaya dengan kapasitas gabungan sekitar 3,3 juta ton. PT. ISM Bogasari Fluor Mills telah menjadi pelaku industri utama di industri makanan dan minuman selama lebih dari empat dekade. Berbagai produk tepung terigu dijual baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Pabrik Bogasari Jakarta dibangun di atas lahan seluas 30 Ha dan memiliki 140 unit gudang penyimpanan gandum dan 15 unit pabrik tepung terigu dengan kapasitas penggilingan 10.450 MT per hari. Sedangkan untuk pabrik di Surabaya, dibangun di atas lahan seluas 13 Ha, dengan 84 unit gudang penyimpanan gandum dan 8 pabrik tepung terigu, berkapasitas 6.000 MT setiap harinya
Operasional Bogasari didukung oleh kapal, yang digunakan untuk mengangkut bahan baku gandum dari Australia, Kanada dan Amerika Serikat. Mereka juga mengoperasikan unit kemasan in-house yang memproduksi kemasan polypropylene terdegradasi untuk mendukung kebutuhan kemasannya.
Kunjungan pabrik ini difasilitasi oleh Pak Adi Wijono (manajer pabrik) dan stafnya. Dalam diskusi tersebut, Pak Wijono secara singkat mempresentasikan kebijakan perusahaan mengenai pengelolaan energi, pengelolaan limbah, dan keamanan dan keamanan produk. Dia menjelaskan bahwa semua kebijakan perusahaan Bogasari terkait dengan penghematan energi, limbah dan produk dilakukan sesuai dengan peraturan pemerintah.
Dalam penutupannya pada pertemuan ini, Ibu Emmy Suryandari dan Ibu Sri Hadisetyana dari Kementerian Perindustrian, menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Bogasari Surabaya atas sambutan dan fasilitasi yang dilakukan. Beliau menyampaikan bahwa hasil kunjungan tersebut sangat berharga dan berguna dalam memberikan pemahaman langsung atas proses produksi di salah satu perusahaan makanan/minuman – yang nantinya berguna dalam memperkaya diskusi teknis di dalam Pokja Industri.
Bimbingan Teknis kepada Kelompok Kerja Pembangkit
dan Industri untuk Peningkatan Kapasitas Perencanaan
Dasar dan Implementasi Instrumen Berbasis Pasar (IBP)
PMR bersama dengan Pokja
Pembangkit dan Pokja Industri
menyelenggarakan workshop
Peningkatan kapasitas IBP – PMR
Indonesia ini akan dilaksanakan
pada 10-11 Agustus 2017 di Bogor.
Workshop tersebut mengundang
seluruh anggota Pokja Pembangkit,
Pokja Industri, perwakilan
kementerian/lembaga terkait,
perwakilan dunia usaha.
5
Dalam workshop selama dua hari tersebut, peserta diharapkan mendapatkan
pemahaman bersama akan peran instrumen berbasis pasar dalam mendorong
mitigasi perubahan iklim, serta memberikan pemahaman bersama mengenai konsep-
konsep penting dalam perencanaan dan penerapan instrumen berbasis pasar.
Pemahaman holistik pemangku kepentingan
mengenai IBP harus diciptakan, sehingga untuk
mempertimbangkan secara baik penerapan opsi
kebijakan mitigasi perubahan iklim yang berbasis
pasar, dengan mengadopsi pengalaman dari
negara maju yang mencapai pengurangan emisi
secara signifikan dengan menerapkan Mekanisme
Pembangunan Bersih atau Clean Development
Mechanism (CDM).
Menghadirkan dua Narasumber, Bapak Dicky
Edwin Hindarto dan Bapak Paul Butarbutar.
Bapak Hindarto adalah seorang profesional yang
memiliki latar belakang yang kuat dalam bidang
fisika dan teknik energi serta pengalaman
nasional dan internasional yang luar biasa dalam
bidang energi dan perubahan iklim. Beliau
sekarang bekerja sebagai Head of Indonesia
Joint Crediting Mechanism (JCM) Secretariat.
Dalam kapasitasnya, beliau bertanggung jawab
untuk mengkoordinasikan seluruh administrasi
dan elemen teknis pihak Indonesia untuk kerja
sama bilateral antara Indonesia dan Jepang
untuk Green Investment dan Low Carbon
Development.
Sementara Bapak Butarbutar adalah ahli dalam
semua hal yang berkaitan dengan pasar karbon,
termasuk pembiayaan proyek dan mediasi
dengan Designated Operational Entity.
Bapak Butarbutar telah memimpin South Pole
Team di Indonesia sejak Juni 2008. Beliau memiliki
pengalaman lebih dari dua belas tahun di bidang
lingkungan, bekerja di posisi manajemen dan
pelaksanaan proyek Mekanisme Pembangunan
Bersih dari identifikasi sampai validasi.
Di South Pole, beliau mengawasi semua kegiatan
CDM di Indonesia dan merupakan spesialis untuk
peluang pembiayaan. Kedua pembicara tersebut,
mempresentasikan materi tentang konsep
instrumen berbasis pasar, dan perannya dalam
sosialisasi mitigasi perubahan iklim, dan juga
berbagi pemahaman tentang key concepts dalam
perencanaan dan penerapan instrumen berbasis
pasar.
Kunjungan tersebut dilakukan bersama anggota Pokja, yang terdiri dari perwakilan Kementerian ESDM, Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, PT PLN, Asosiasi Perusahaan Listrik Swasta (APLS), bersama UNDP dan stakeholders terkait lainnya – dalam rangka melihat langsung kegiatan operasi PLTU dan implementasi sistem MRV yang ada. Kunjungan tersebut dilakukan di sela-sela pertemuan teknis untuk membahas upaya pengurangan GRK di sektor pembangkit. Pertemuan kerja ini dilaksanakan pada 3-5 Agustus 2017, dan merupakan bagian dari rangkaian pertemuan yang telah dilaksanakan sebelumnya oleh Pokja Pembangkit. Rapat teknis tersebut dipimpin oleh Bapak Munir Ahmad (Direktur Teknik Elektro dan Lingkungan Hidup - MEMR), Bapak Dida Gardera (Asisten Deputi Pelestarian Lingkungan Hidup – Kemenko Perekonomian). Dalam kesempatan pembukaannya, Bapak Munir Ahmad menyampaikan bahwa pertemuan tersebut dimaksudkan untuk memperkaya pengetahuan anggota kelompok kerja terkait dengan profil sektor emisi GRK di bidang pembangkit tenaga listrik, dan metodologi dalam sistem MRV serta GRK inventory untuk pembangkit tenaga listrik. Turut menghadirkan sebagai Narasumber pada diskusi ; Bapak Faby Tumiwa (Institute for Essential Services Reform - IESR), Bapak Titovianto Widiantoro (Asosiasi Ahli Konservasi Energi - HAKE), Bapak Rohmadi Ridlo (Badan Penerapan Teknologi - BPPT), Mr. Ery Indrawan (Asosiasi Semen Indonesia - ASI), dan Bapak Bambang Urip SA (PT Dalle Energy, Batam).
Rapat Teknis Emisi Gas
Rumah Kaca pada
Pembangkit Tenaga Listrik
serta Kunjungan ke Tanjung
Kasam Power Plant
Target pengurangan emisi pada sektor pembangkit
tenaga listrik serta peluang dan tantangannya.
Profil emisi gas rumah kaca dari pembangkit tenaga
listrik, termasuk sumber potensi emisi dan pengurangan,
dan kurva biaya marjinal (Marginal Abatement Cost
Curve)
Sistem MRV di instalasi, organisasi, dan pembangkit
listrik nasional dan contoh sistem MRV di pembangkit
tenaga listrik di negara lain.
Prinsip konservasi energi dasar pada pembangkit
tenaga listrik.
Pertemuan teknis tersebut diakhiri dengan sharing session dan lesson learned dari PT Dalle Energy dan Indonesian Cement Association, mengenai pengalaman mereka dalam mengimplementasikan proyek CDM dan pengembangan sistem MRV di industri semen.
TOPIK
UTAMA
DISKUSI
6
Kelompok Kerja (Pokja) Pembangkit di bawah koordinator Direktur Teknik dan Lingkungan
Ketenagalistrikan (Kementerian ESDM) melaksanakan kunjungan lapangan ke PLTU Tanjung Kasam di Batam, Kepulauan Riau.