• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beroda tiga yang dilengkapi dengan kabin penumpang. Becak kemudian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beroda tiga yang dilengkapi dengan kabin penumpang. Becak kemudian"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Penarik Becak BSA

II.1.1 Defenisi Becak BSA

Becak merupakan alat untuk mengangkut orang dan/ atau barang dalam jumlah kecil, menggunakan dasar sepeda yang dimodifikasi menjadi kendaraan beroda tiga yang dilengkapi dengan kabin penumpang. Becak kemudian dipermodernisasi yang diperlengkapi dengan motor penggerak, menjadi becak bermotor (http://www.wikibooks.com). Sedangkan BSA (Birmingham Small Arms) adalah perusahaan pembuat alat-alat perang di kota Birmingham, Inggris yang dibangun pada tahun 1863 dan pada tahun 1973 pabrik tersebut terbakar dan ditutup, alat-alat yang di produksi oleh BSA antara lain senjata, peluru, sepeda angin, sepeda motor, dan peralatan militer lainnya (http://www.wikipedia.com). Motor BSA masuk ke indonesia pada sekitaran tahun 1939-1956, tepatnya pada momen perang dunia ke II (BOM’S, 2006). Jadi becak BSA merupakan suatu alat untuk mengangkut orang dan/ atau barang dalam jumlah kecil, menggunakan dasar sepeda motor merk BSA keluaran 1939-1956 yang dimodifikasi menjadi kendaraan beroda tiga yang dilengkapi dengan kabin penumpang.

(2)

II.1.2 Defenisi Penarik Becak BSA

Penarik becak ialah orang yang berprofesi sebagai pengemudi becak (Suharso,2005). Jadi bedasarkan defenisi becak BSA diatas, maka penarik becak BSA ialah orang yang bertugas mengemudikan suatu alat untuk mengangkut orang dan/ atau barang dalam jumlah kecil, menggunakan dasar sepeda motor merk BSA keluaran 1939-1956 yang dimodofikasi menjadi kendaraan beroda tiga yang dilengkapi dengan kabin penumpang.

II.I.3 Fungsi Becak BSA

Berdasarkan fungsinya becak BSA yang ada di Pematang Siantar dapat di kategorikan oleh pemiliknya sebagai berikut :

1. Transportasi, hampir sebagian besar motor-motor ini dijadikan alat transportasi umum oleh pemiliknya. Untuk tarif bervariasi dimulai dari limaribu rupiah, tergantung jarak yang ditempuh konsumen, semakin jauh jarak yang ditempuh maka semakin besar biaya yang dikeluarkan.

2. Koleksi, yang selanjutnya adalah dijadikan koleksi, kolektor ada yang cuma mengkoleksi tanpa memperdulikan suku cadang yang digunakan bukan asli dari pabriknya, lalu ada kolektor yang mengandalkan fitur asli dari pabrik, dengan kata lain semua perangkat dan suku cadang yang dipakai motor tersebut masih asli dari pabriknya.

(3)

Selain fungsi diatas bila ada keperluan khusus seperti event dan acara-acara tertentu biasanya motor-motor tersebut disewa, dari mulai promosi produk baru bahkan digunakan untuk keperluan kampanye, dsb (Firmansyah,2007).

II.2 Teori Sosial Ekonomi

II.2.1 Defenisi Sosial Ekonomi

Sejarah sosial ekonomi berhubungan dengan keadaan-keadaan dimana manusia-manusia itu hidup, kemungkinan-kemungkinan perkembangan materi dan batas-batasnya yang tidak bisa diikuti manusia. Penduduk dan kepadatan penduduk, konsumsi dan produksi pangan, perumahan, sandang, kesehatan dan penyakit, sumber-sumber kekuatan dan pada tingkat dasarnya faktor-faktor ini berkembang tidak menentu dan sangat drastis mempengaruhi kondisi-kondisi dimana manusia itu harus hidup (Ahmad, 1992).

Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera adalah sebuah teori sosial ekonomi yang baik. Sepanjang sejarah, manusia terus mencari jawaban bagaimana sumber daya bumi ini dapat dipergunakan dan dibagikan dengan baik.

Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan, teman. Dalam hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja, teman sekampung dan sebagainya. Dalam hal ini kawan adalah mereka (orang-orang)

(4)

yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi satu sama lain (Mahadi, 1993).

Kata sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat(Suharso,2005). Sedangkan dalam konsep sosiologis, manusia sering disebut makhluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya.

Istilah Ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu “Oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Jadi secara harafiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana. Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.(http://www.wikipedia.com)

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status (Koentjaraningrat, 1990).

Menurut Melly G. Tan bahwa bahwa kedudukan sosial ekonomi meliputi tiga faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pendapat diatas didukung oleh Mahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari Overseas Development Council mengatakan bahwa kedudukan sosial ekonomi dititikberatkan pada pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan

(5)

air yang sehat yang didukung oleh pekerjaan yang layak (http://www.detikfinance.com)

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan menjalankan usaha dan berhasil mencukupi kebutuhan hidupnya.

Melly G. Tan mengatakan untuk melihat kondisi sosial ekonomi keluarga atau masyarakat itu dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Berdasarkan hal ini maka keluarga atau kelompok masyarakat itu dapat digolongkan memiliki sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi (Tan dalam Koentjaraningrat, 1981).

1. Golongan berpenghasilan rendah

Yaitu keluarga yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal, mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain karena tuntutan kehidupan yang keras, perkembangan anak dari keluarga itupun menjadi agresif. Sementara itu orangtua yang sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi tidak sempat memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap perilaku anaknya.

(6)

2. Golongan berpenghasilan sedang

Yaitu pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok.

3. Golongan berpenghasilan tinggi

Yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok, sebagian dari pendapatan yang diterima dapat ditabung dan digunakan untuk kebutuhan lain ataupun kebutuhan di masa mendatang.

II.3 Teori Kesejahteraan Sosial II.3.1 Defenisi Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang baik (Adi, 1994).

Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial termuat dalam UU No.11 Tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut:

“Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”.

Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai upaya, program dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat. UU. No. 11 Tahun 2009

(7)

Bagian II pasal 25 juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial yang meliputi:

1. Merumuskan kebijakan dan program penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

2. Menyediakan akses penyelengaraan kesejahteraan sosial;

3. Melaksanakan rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

4. Memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial;

5. Mendorong dan memfasilitasi masyarakat serta dunia usaha dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya;

6. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia di bidang kesejahteraan sosial;

7. Menetapkan standar pelayanan, registrasi, akreditasi, dan sertifikasi pelayanan kesejahteraan sosial;

8. Melaksanakan analisis dan audit dampak sosial terhadap kebijakan dan aktivitas pembangunan

9. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesejahteraan sosial; 10. Melakukan pembinaan dan pengawasan serta pemantauan dan evaluasi

(8)

11. Mengembangkan jaringan kerja dan koordinasi lintas pelaku penyelenggaraan kesejahteraan sosial tingkat nasional dan internasional;

12. Memelihara taman makam pahlawan dan makam pahlawan nasional; 13. Melestarikan nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan

sosial; dan

14. Mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Walter A. Friedlander, mengutarakan bahwa konsep dan istilah kesejahteraan sosial dalam pengertian program yang ilmiah baru saja dikembangkan sehubungan dengan masalah sosial dari pada masyarakat kita yang industrial. Kemiskinan, kesehatan yang buruk, penderitaan dan disorganisasi sosial telah ada dalam sejarah kehidupan umat manusia, namun masyarakat yang industrial dari abad ke 19 dan 20 ini menghadapi begitu banyak masalah sosial sehingga lembaga-lembaga insani yang sama seperti keluarga, ketetanggaan, gereja, dan masyarakat setempat tidak mampu lagi mengatasinya secara memadai.

Berikut ini beberapa defenisi yang menjelaskan arti kesejahteraan sosial, W.A Friedlander mendefenisikan:

“Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan-kemampuannya secara penuh untuk mempertinggi

(9)

kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat”(Muhaidin, 1984).

Defenisi di atas menjelaskan:

1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem atau “organized system” yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.

2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya. 3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara, meningkatkan

“kemampuan individu” baik dalam memecahkan masalahnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya.

Dalam Kamus Ilmu Kesejahteraan Sosial disebutkan pula :

“Kesejahteraan Sosial merupakan keadaan sejahtera yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah dan sosial tertentu saja. Bonnum Commune atau Kesejahteraan sosial adalah kesejahteraan yang menyangkut keseluruhan syarat, sosial yang memungkinkan dan mempermudah manusia dalam memperkembangkan kepribadiannya secara sempurna” (Suparlan, 1989).

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan tentang latar belakang informasi mengenai konsep dan istilah yang digunakan dalam statistik Kesejahteraan Sosial diantaranya adalah kondisi rumah tangga, luas lantai, daerah perkotaan atau pedesaan, probabilitas bayi mati sebelum mencapai usia satu tahun, keluhan masyarakat terhadap kesehatan, imunisasi, pasien rawat inap, status gizi, narapidana, aksi dan korban kejahatan, luas lantai, mendengarkan radio, membaca

(10)

koran atau surat kabar, serta menonton televisi. Dari kelompok tersebut BPS melakukan pengelompokan menjadi empat indikator dalam pengukuran kesejahteraan sosial, yaitu :

1. Pendapatan. 4. Gizi 2. Kesehatan.

3. Perumahan.

Dalam Undang-Undang RI No. 11 tahun 2009, tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial disebutkan bahwa usaha kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Semua upaya, program dan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan, dan mengembangkan kesejahteraan sosial. Dalam pernyataan tersebut terkandung pengertian bahwa usaha-usaha kesejahteraan sosial merupakan upaya ditujukan kepada manusia baik individu, kelompok maupun masyarakat.

(11)

II.4 Kerangka Pemikiran

Pada sekitar tahun 1980-1990 terdapat 2.000-an lebih unit becak bermesin BSA di kota Pematangsiantar, saat itu profesi menarik becak BSA adalah salah satu profesi yang banyak diminati oleh masyarakat Pematangsiantar. Hal tersebut dapat terjadi karena pada masa itu, para penarik becak BSA dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, menyisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabung dan menyekolahkan anak-anak mereka hingga perguruan tinggi, bahkan sebagian dari mereka dapat memiliki beberapa petak sawah atau tanah.

Bisa dikatakan menjadi penarik becak BSA merupakan pekerjaan yang menjanjikan., namun kini hal tersebut hanya menjadi kenangan manis bagi para penarik becak BSA. Banyaknya jumlah angkutan umum seperti mobil angkutan kota (Angkot) membuat pemasukan bagi penarik becak BSA turun drastis, ditambah lagi dengan munculnya becak-becak ilegal berplat hitam bermesin Jepang. Hal tersebut membuat para penarik becak BSA kini merasa kehidupan sosial ekonominya berada dalam keadaan yang memprihatinkan. Kebutuhan makan sehari-hari, penghasilan rumah tangga, biaya sekolah anak, situasi perumahan, dan biaya perobatan bila sakit menjadi sesuatu yang mereka anggap susah untuk dipenuhi pada masa sekarang ini.

Melalui penelitian ini nantinya akan diketahui lebih detailnya mengenai kondisi sosial ekonomi penarik becak BSA di Pematangsiantar, apakah golongan berpenghasilan rendah, golongan berpenghasilan sedang atau golongan berpenghasilan tinggi.

(12)

Bagan I

Bagan Kerangka Pemikiran

Penarik becak BSA

Kondisi Sosial Ekonomi:

‐Pekerjaan ‐Perumahan ‐Pendidikan ‐Konsumsi ‐Penghasilan ‐Kesehatan Golongan berpenghasilan rendah Golongan berpenghasilan sedang Golongan berpenghasilan tinggi

(13)

II.5 Defenisi Konsep

II.5.I Defenisi Konsep

Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Defensi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009).

Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Sosial ekonomi adalah kombinasi dari pekerjan, pendapatan, pendidikan,kesehatan, perumahan, dan konsumsi . Pekerjaan merupakan sumber untuk memperoleh pengakuan status sosial, harga diri ataupun pengakuan dari masyarakat sebagai imbalan atas peranan dan prestasinya. Pendapatan adalah penerimaan atas sejumlah uang yang di dapat dari hasil usaha yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran seseorang dalam mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Perumahan adalah bagaimana kondisi rumah tempat suatu rumah tangga tinggal, apakah layak atau tidak layak huni. Konsumsi

(14)

adalah pemenuhan kebutuhan makan sehari-hari, telah mencapai porsi ideal, misalnya makan tiga kali dalam satu hari, dan kesehatan adalah upaya untuk penyembuhan apabila suatu individu terkena suatu penyakit.

2. Penarik becak BSA ialah orang yang berprofesi mengendarai becak motor merk BSA keluaran tahun1939-1956 sebagai alat transportasi umum di kota Pematangsiantar.

Referensi

Dokumen terkait

Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik

Metode konvensional yang umumnya untuk menyelesaiakan operasi ekonomis adalah menggunakan metode Lagrange.Dalam sistem tenaga listrik, penyelesaian operasi ekonomis

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pelaksanaan Otonomi Daerah, tetapi hal yang paling penting yang harus dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan Otonomi Daerah

IIIB di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatussalikin Air Itam Pangkalpinang tergolong baik yang aktivitas siswanya terdiri dari tiga indikator yaitu siswa memperhatikan penjelasan

Untuk dapat mengakses data di dalam suatu memory card, biasanya terdapat beberapa slot dengan ukuran berbeda pada card reader yang memungkinkan kartu memori

Stasiun III memiliki pH air terendah karena lokasinya berada dekat dengan vegetasi daratan (area pertanian sawah) yang memiliki kandunganasam lebih tinggi dan jauh dari

Adapun tujuan dari pembuatan tugas akhir yang berjudul “KAJIAN SISTEM KONVERSI HAK ATAS TANAH ADAT DI JAWA BARAT MENGACU PADA KETENTUAN KONVERSI UUPA DAN PP

Economic Value Added (EVA), sebagai alternatif dari ROI adalah sebuah pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang dapat dengan mudah diintegrasikan dalam aktivitas