perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI ANTARA SISWA KELAS III PROGRAM AKSELERASI DAN REGULER
DI SMPN 2 SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
RIFKI EFFENDI SUYONO G0008158
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta 2011
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Desember 2011
Rifki Effendi Suyono NIM G0008158
commit to user
iv
ABSTRAK
Rifki Effendi Suyono. G0008158, 2011. Perbedaan Tingkat Kecemasan dan Depresi antara Siswa Kelas III Program Akselerasi dan Reguler di SMPN 2 Surakarta.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat kecemasan dan depresi antara siswa kelas III program akselerasi dan reguler di SMPN 2 Surakarta.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Mei 2011 di SMPN 2 Surakarta. Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposive random sampling dengan kriteria inklusi adalah (1) siswa akselerasi yang mengikuti program akselerasi semenjak kelas satu, (2) siswa reguler yang mengikuti program reguler semenjak kelas satu. Sampel tidak dapat dipilih jika responden merupakan (1) siswa akselerasi pindahan dari program reguler sebelumnya selama SMP, (2) siswa reguler pindahan dari program akselerasi sebelumnya selama SMP, (3) siswa akselerasi maupun reguler yang pernah mendapatkan program akselerasi pada jenjang pendidikan sebelumnya. Sampel mengisi (1) lembar biodata dan
informed concent sebagai persetujuan, (2) kuesioner skala L-MMPI untuk menilai
dan mengetahui kejujuran dalam menjawab pertanyaan yang diberikan, (3) kuesioner TMAS untuk mengetahui tingkat kecemasan, (4) kuesioner BDI untuk mengetahui tingkat depresi. Diperoleh 60 data dan dianalisis menggunakan (1) Uji normalitas data Kolmogorov-Smirnov (2) Uji Mann-Whitney melalui program SPSS 17.0 for Windows.
Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan (1) rerata skor kecemasan pada siswa akselerasi sebesar 26,16 ± 3,913 dan untuk siswa reguler sebesar 22,13 ± 5,130 (2) rerata skor depresi pada siswa akselerasi sebesar 8,06 ± 6,570 dan untuk siswa reguler sebesar 5,26 ± 4,968 (3) hasil uji Mann-Whitney menunjukkan p = 0,288.
Simpulan Penelitian: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat kecemasan dan depresi antara siswa kelas III program akselerasi dan reguler di SMPN 2 Surakarta. Tingkat kecemasan dan depresi pada siswa akselerasi lebih tinggi dibandingkan siswa reguler.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Rifki Effendi Suyono. G0008158, 2011. The Differences of Anxiety Level and Depression Level between 3rd Grade Students of Acceleration and Regular in SMPN 2 Surakarta.
Objectives: This research aims to know the differences of anxiety level and depression level between 3rd grade students of acceleration and regular in SMPN 2 Surakarta.
Methods: This research was an analytical descriptive research using cross
sectional approach and had been done in May 2011 in SMPN 2 Surakarta. The
sample data collecting is done by using purposive random sampling method within inclusion and exclusion criteria. The inclusion criteria were (1) students of acceleration who joined the acceleration program since first grade, (2) the students of regular who joined the regular program since first grade. Sample could not be selected if(1) the students of acceleration program moved from regular program, (2) the students of regular moved from acceleration program, (3) the students from acceleration or regular program who had ever joined acceleration program the education study before. The sample which has been collected should fill (1) sheet of bio data and informed concent as the agreement, (2) L-MMPI questionnaire to evaluate and know the honesty while answering the given questions, (3) TMAS questionnaire to measure the anxiety level, (4) BDI questionnaire to measure the depression level. It got 60 data and they were analyzed by (1) Normality test Kolmogorov-Smirnov (2) Mann-Whitney test, by using SPSS 17.0 for Windows program.
Results: This research shows (1) the mean of anxiety’s score in acceleration students is 26,16 ± 3,913 and for regular students is 22,13 ± 5,130, (2) the mean of depression’s score in acceleration students is 8,06 ± 6,570 and for regular students is 5,26 ± 4,968, (3) result from Mann-Whitney test shows p = 0,288.
Conclusion: This study shows no meaningful difference of anxiety level and depression level between 3rd grade students of acceleration and regular in SMPN 2 Surakarta. The anxiety and depression level of acceleration students are higher than the regular ones.
commit to user
vi
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat yang telah Ia berikan kepada hamba-Nya. Sholawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, utusan Allah yang menjadi teladan seluruh ummat manusia.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD., K-R., FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku ketua tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Annang Giri Moelyo, dr., Sp.A., M.Kes., selaku Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr., Sp.KJ., selaku pembimbing utama yang secara intensif telah memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis.
5. Slamet Riyadi, dr., M.Kes, selaku pembimbing pendamping yang secara intensif telah memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis.
6. Yusvick M. Hadin, dr., Sp.KJ., selaku penguji utama yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
7. Wachid Putranto, dr., Sp.PD, selaku anggota penguji yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
8. Dosen dan Staf SMF Ilmu Kesehatan Jiwa RSUD Dr. Moewardi dan Tim Skripsi FK UNS Surakarta yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
9. Siswa-siswi di SMPN 2 Surakarta dan semua pihak sekolah yang telah berpartisipasi dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.
10. Ayah dan Ibu tercinta, serta Mbak Febri dan Mbak Fitri yang senantiasa berkorban dan berjuang tanpa pamrih serta memberikan dukungan dan semangat.
11. Mega Astriningrum untuk kesetiaan, kesabaran, dan dukungan dalam menyelesaikan ini semua.
12. Teman-teman Pendidikan Dokter Angkatan 2008 dan semua pihak yang dengan ikhlas telah membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk kesempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan masukan, kritik, dan saran dari pembaca.
Surakarta, Desember 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 5
1. Kecemasan ... 5
2. Depresi ... 11
3. Sistem Pendidikan ... 15
4. Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS) ... 17
5. Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI) ... 18
6. Beck Depression Inventory (BDI) ... 19
B. Kerangka Berpikir ... 20
commit to user
viii BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 21
B. Lokasi Penelitian ... 21
C. Subjek Penelitian ... 21
D. Teknik Sampling ... 22
E. Indentifikasi Variabel ... 22
F. Definisi Operasional Variabel ... 23
G. Rancangan Penelitian ... 25
H. Instrumen Penelitian ... 25
I. Cara Kerja ... 26
J. Teknik Analisis Data ... 26
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Sampel ... 27
B. Analisis Statistika ... 29
BAB V. PEMBAHASAN ... 34
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 37
B. Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 39 LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur.
Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin.
Tabel 3. Rerata Skor TMAS (Taylor Minnesota Anxiety Scale).
Tabel 4. Rerata Skor BDI (Beck Depression Inventory).
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data TMAS dengan Kolmogorov Smirnov.
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data BDI dengan Kolmogorov Smirnov.
Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Skor TMAS dengan Levene’s Test.
Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas Skor BDI dengan Levene’s Test.
Tabel 9. Hasil Uji Mann-Whitney skor TMAS.
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran.
Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian.
Gambar 3. Boxplots Skor Kecemasan (TMAS)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Sampel dari Pihak Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Pihak SMPN 2
Surakarta.
Lampiran 3. Identitas Sampel dan Informed Concent.
Lampiran 4. Kuesioner L-MMPI.
Lampiran 5. Kuesioner TMAS.
Lampiran 6. Kuesioner BDI.
Lampiran 7. Data Distribusi Skor TMAS.
Lampiran 8. Data Distribusi Skor BDI.
Lampiran 9. Data Siswa Kelas III Program Akselerasi.
commit to user
Skripsi dengan judul : Perbedaan Tingkat Kecemasan dan Depresi antara Siswa Kelas III Program Akselerasi dan Reguler di SMPN 2 Surakarta
Rifki Effendi Suyono, NIM : G.0008158, Tahun : 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari Kamis, Tanggal 29 Desember 2011
Pembimbing Utama
Nama : Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr., Sp.KJ
NIP : 19500131 197603 1 001 (...) Pembimbing Pendamping
Nama : Slamet Riyadi, dr., M.Kes
NIP : 19600418 199203 1 001 (...) Penguji Utama
Nama : Yusvick M. Hadin, dr., Sp.KJ
NIP : 19490422 197609 1 001 (...) Anggota Penguji
Nama : Wachid Putranto, dr., Sp.PD
NIP : 19720226 200501 1 001 (...)
Surakarta, ...
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu masalah yang penting dalam usaha pembentukan bangsa untuk memajukan dan meningkatkan harga diri bangsa. Salah satu upaya dalam peningkatan kualitas SDM melalui bidang pendidikan. Pendidikan pada umumnya bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuan secara optimal karena setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, termasuk juga bakat yang ada pada individu yang berbakat istimewa atau memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Kemampuan dan kecerdasan dalam diri individu dapat dikembangkan melalui pendidikan (Mulyasa, 2004).
Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena dapat menginvestasikan perwujudan manusia Indonesia yang berakhlak mulia, berkarakter produktif, dan berdaya saing sehingga dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Melalui pendidikan yang berkualitas diharapkan tujuan nasional “mencerdaskan kehidupan bangsa” dalam hakikatnya untuk mencapai suatu tatanan peradaban negara dan bangsa yang modern dapat terwujud (Soedjiarto, 2003). Oleh karena itu, pembangunan sektor pendidikan merupakan proyek yang tidak akan pernah usai, disebabkan
commit to user
oleh dinamika tuntutan peradaban umat manusia yang senantiasa berubah sepanjang zaman.
Pendidikan di Indonesia bersifat klasikal, artinya semua siswa diperlakukan sama. Padahal setiap siswa memiliki intelegensi, bakat, dan minat yang berbeda-beda. Agar siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat berprestasi sesuai dengan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu pemberian pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan dan kecerdasan siswa dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi, yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi alokasi waktunya sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa. Pelayanan pendidikan yang dimaksud dapat diimplementasikan melalui penyelenggaraan sistem percepatan kelas (akselerasi).
Program akselerasi adalah suatu program pengajaran yang dilakukan dengan cara memampatkan materi pelajaran sehingga dapat terselesaikan dengan waktu yang lebih singkat dari waktu yang seharusnya (Artanti, 2009). Program akselerasi merupakan sebuah upaya dalam memenuhi kebutuhan siswa berbakat intelektual. Alokasi waktu yang jauh lebih pendek ini mengharuskan siswa harus belajar keras. Jika dilihat dari segi intelektualitas, potensi mereka memang memungkinkan tetapi mereka bukanlah mesin yang bisa diset untuk hanya melakukan satu aktivitas. Sebagai dampaknya siswa akselerasi tidak memiliki kesempatan luas untuk belajar mengembangkan aspek afektif, seperti kurangnya kemampuan berinteraksi sosial dan kerjasama tim (Murjian, 2004). Hal ini menyebabkan siswa akselerasi memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
kecenderungan lebih cemas dan depresi dibandingkan siswa reguler, selain dari segi waktu mereka yang dipadatkan.
Kecemasan adalah hal yang umum ada pada kita semua yang hampir terjadi setiap harinya (Huberty, 2004). Kecemasan merupakan kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, dan kehawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya saraf pusat (Trismiati, 2004). Gangguan kecemasan yang sering terjadi pada anak-anak dapat menyebabkan merosotnya prestasi di sekolah, ketidakharmonisan dalam hubungan keluarga, dan dalam hubungan sosial. Beberapa gangguan kecemasan yang terjadi pada masa anak-anak juga diprediksi menjadi gangguan kecemasan saat remaja dan bisa menjadi gangguan depresi juga (Walkup et al., 2008). Menurut Hawari (2006) depresi merupakan gangguan suasana perasaan hati (mood) yang ditandai oleh kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sampai hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan menilai realitas (reality testing ability/RTA masih baik), kepribadian tetap utuh (tidak ada
splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas normal.
Depresi dan gangguan kecemasan yang terjadi selama masa remaja merupakan beberapa faktor yang menyebabkan gangguan mental dan fisik yang meluas (Andrade et al., 2000).
Bertolak dari beberapa teori yang dikemukakan sebelumnya, penulis bermaksud mengadakan penelitian yang dapat menjelaskan apakah ada
commit to user
perbedaan tingkat kecemasan dan depresi pada siswa kelas III program akselerasi dan reguler di SMPN 2 Surakarta.
B. Perumusan Masalah
Adakah perbedaan tingkat kecemasan dan depresi antara siswa kelas III program akselerasi dan reguler di SMPN 2 Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat kecemasan dan depresi antara siswa kelas III program akselerasi dan reguler di SMPN 2 Surakarta. D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wacana ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Kedokteran Jiwa dan untuk memberikan data ilmiah tentang perbedaan kecemasan dan depresi antara 2 kelompok siswa dengan program pendidikan yang berbeda.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah, pemerintah, siswa, dan berbagai pihak yang terkait guna membantu kelancaran proses belajar mengajar agar siswa lebih berprestasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kecemasan a. Definisi
Kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, dan kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya saraf pusat (Trismiati, 2004). Kaplan dan Saddock (2005) menjelaskan kecemasan sebagai suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman akan sesuatu yang baru dan belum pernah dicoba.
Duits et al. (1999) menyebutkan dalam studi penelitian terdapat hubungan struktural antara kecemasan, depresi, kepribadian, dan faktor-faktor lain, seperti: manusia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, riwayat medis, dan lain sebagainya.
Pada manusia, kecemasan bisa jadi berupa perasaan gelisah yang bersifat subjektif, sejumlah perilaku (tampak khawatir dan gelisah atau resah), maupun respon fisiologis tertentu. Kecemasan bersifat kompleks dan merupakan keadaan suasana hati yang berorientasi pada masa yang akan datang dengan ditandai adanya kekhawatiran karena tidak dapat
commit to user
memprediksi atau mengontrol kejadian yang akan datang (Barlow dan Durand, 2006).
b. Epidemiologi
Survei di Amerika pada tahun 1996 melaporkan bahwa 15-33% pasien yang datang berobat ke dokter non-psikiater merupakan pasien dengan gangguan mental, dari jumlah tersebut minimal sepertiganya menderita gangguan kecemasan (Mubarak, 2008). Asosiasi gangguan kecemasan di Amerika (ADAA, 2010) menyatakan bahwa gangguan kecemasan merupakan prevalensi terbesar pada gangguan mental, menyerang kira-kira 40 juta orang dewasa Amerika atau 18% dari populasi.
Berkaitan dengan kecemasan pada laki-laki dan perempuan, kelompok perempuan lebih cemas dengan ketidakmampuannya dibanding kelompok laki-laki (Ibrahim, 2002). Laki-laki lebih aktif eksploratif, sedangkan wanita lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding wanita. Wanita lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan daripada laki-laki. Wanita juga lebih cemas, kurang sabar, dan mudah mengeluarkan air mata. Lebih jauh lagi, dalam berbagai studi kecemasan secara umum, menyatakan bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki (Trismiati, 2004). c. Etiologi
Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stres atau konflik. Rangsangan berupa konflik, baik dari luar maupun dari dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
diri sendiri akan menimbulkan respon dari sistem saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat muncul perangsangan pada organ-organ, seperti lambung, jantung, pembuluh darah, maupun alat-alat gerak (Mulyadi, 2003). Ada beberapa teori mengenai penyebab kecemasan: 1) Teori Psikologis
Dalam teori psikologis terdapat 3 bidang utama: a) Teori Psikoanalitik
Sigmund Freud mendefinisikan ansietas sebagai sinyal adanya bahaya pada ketidaksadaran. Ansietas dipandang sebagai akibat konflik psikik antara keinginan tidak disadari yang bersifat seksual atau agresif dan ancaman terhadap hal tersebut dari superego atau realitas eksternal. Sebagai respons terhadap sinyal ini ego memobilisasi mekanisme pertahanan untuk mencegah pikiran dan perasaan yang tidak dapat diterima agar tidak muncul ke kesadaran.
b) Teori Perilaku-Kognitif
Menurut teori ini, ansietas adalah respons yang dipelajari terhadap stimulus lingkungan spesifik. Sebagai contoh, seseorang belajar memiliki respons internal ansietas dengan meniru respons ansietas orang tua mereka (teori pembelajaran sosial). Menurut teori konseptualisasi keadaan ansietas nonfobik, pola pikir yang salah, terdistorsi, atau kontraproduktif menyertai atau mendahului perilaku maladaptif dan gangguan emosi.
commit to user c) Teori Eksistensial
Teori eksistensial ansietas memberikan modal untuk gangguan ansietas menyeluruh, tanpa adanya stimulus spesifik yang dapat diidentifikasi untuk perasaan cemas kronisnya. Konsep pusat teori eksistensial adalah bahwa orang menyadari rasa kosong yang mendalam di dalam hidup mereka, perasaan yang mungkin bahkan lebih membuat tidak nyaman daripada penerimaan terhadap kematian yang tidak dapat dielakkan. Ansietas adalah respons mereka terhadap kehampaan yang luas mengenai keberadaan dan arti.
2) Teori Biologis
Peristiwa biologis dapat mendahului konflik psikologis namun dapat juga sebagai akibat dari suatu konflik psikologis.
a) Sistem saraf otonom
Stressor dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dari adrenal melalui mekanisme berikut ini:
Ancaman dipersepsi oleh panca indera, diteruskan ke korteks serebri, kemudian ke sistem limbik dan RAS (Reticular Activating
System), lalu ke hipotalamus dan hipofisis. Kemudian kelenjar
adrenal mensekresikan katekolamin dan terjadilah stimulasi saraf otonom (Mudjaddid, 2006).
Stimulasi sistem saraf otonom menimbulkan gejala tertentu, misalnya: kardiovaskuler (contohnya: takikardi), muskuler
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
(contohnya: sakit kepala), gastrointestinal (contohnya: diare), dan pernafasan (contohnya: nafas cepat).
b) Neurotransmiter
Tiga neurotransmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan adalah norepinefrin, serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA).
(1) Norepinefrin
Teori umum mengenai peran norepinefrin dalam gangguan ansietas adalah bahwa seseorang yang mengalami ansietas dapat memiliki sistem adrenergik yang diatur buruk dengan ledakan aktivitas yang kadang-kadang terjadi. Badan sel sistem noradrenergik terutama terletak pada locus ceruleus di pons pars rostralis dan badan sel ini menjulurkan aksonnya ke korteks serebri, sistem limbik, batang otak, serta medula spinalis. Eksperimen pada primata menunjukkan bahwa stimulasi locus ceruleus menghasilkan respons rasa takut pada hewan dan ablasi pada area yang sama menghambat atau benar-benar menghalangi kemampuan hewan membentuk respons rasa takut. Temuan yang kurang konsisten adalah bahwa pasien dengan gangguan ansietas, terutama gangguan panik, memiliki peningkatan kadar metabolit noradrenergik
commit to user (2) Serotonin
Badan sel sebagian besar neuron serotonergik terletak di raphe nuclei di batang otak pars rostralis dan menyalurkan impuls ke korteks serebri, sistem limbik (khususnya amigdala dan hipokampus), serta hipotalamus. Sejumlah laporan menunjukkan bahwa obat dengan berbagai efek serotonergik dan non-serotonergik menimbulkan peningkatan ansietas pada pasien dengan gangguan ansietas dan banyak laporan tidak resmi yang menunjukkan bahwa halusinogen serotonergik dan stimulan dikaitkan dengan timbulnya gangguan ansietas akut dan kronis pada orang yang menggunakan obat ini.
(3) Gamma-aminobutyric acid (GABA)
Peran GABA dalam gangguan ansietas paling kuat didukung oleh efektivitas benzodiazepin yang tidak meragukan, yang meningkatkan aktivitas GABA di reseptor GABAA, didalam terapi beberapa jenis gangguan ansietas. Hal ini mengarahkan peneliti berhipotesis bahwa sejumlah pasien dengan gangguan ansietas memiliki fungsi abnormal reseptor GABAA, walaupun hubungan ini belum terlihat langsung (Kaplan dan Saddock, 2005).
d. Patofisiologi
Kehidupan manusia selalu dipengaruhi oleh rangsangan dari luar dan dari dalam berupa pengalaman masa lalu dan faktor genetik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Rangsangan tersebut diterima oleh panca indera, diteruskan dan direspon oleh sistem saraf pusat. Bila rangsangannya berupa ancaman, maka responnya adalah suatu kecemasan. Di dalam sistem saraf pusat, proses tersebut melibatkan jalur Cortex cerebri – Limbic sistem RAS (Reticular
Activating System) – Hypothalamus yang memberikan impuls kepada
kelenjar hipofise untuk mensekresikan mediator hormonal terhadap target organ yaitu kelenjar adrenal, kemudian memacu sistem saraf otonom melalui mediator hormonal yang lain (catecholamine). Hiperaktifitas sistem saraf otonom menyebabkan timbulnya kecemasan (Mudjaddid, 2006).
Yates (2008) menyebutkan bahwa di dalam sistem saraf pusat yang merupakan mediator-mediator utama dari gejala-gejala kecemasan ialah norepinefrin dan serotonin. Neurotransmiter dan peptida lain,
corticotropin-releasing factor, juga ikut terlibat. Sistem saraf otonom
yang berada di perifer, terutama sistem saraf simpatis, juga memperantarai banyak gejala kecemasan (Yates, 2008).
2. Depresi
a. Definisi
Depresi adalah gangguan perasaan atau mood yang disertai komponen psikologi berupa sedih, susah, tidak ada harapan dan putus asa disertai komponen biologik atau somatik misalnya anoreksia, konstipasi dan berkeringat dingin. Depresi dikatakan normal apabila terjadi dalam situasi tertentu, bersifat ringan dan dalam waktu yang singkat. Bila
commit to user
depresi tersebut terjadi di luar kewajaran dan dalam berlanjut maka depresi tersebut dianggap abnormal (Atkinson et al., 2008).
Menurut Hawari (2006) depresi merupakan gangguan suasana perasaan hati (mood) yang ditandai oleh kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sampai hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan menilai realitas (reality testing ability/RTA masih baik), kepribadian tetap utuh (tidak ada splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas normal.
b. Epidemiologi
Menurut Jain, 2004 dan Manning, 2003 (dalam Himawati, 2006) depresi adalah penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2020, depresi akan naik dari nomor empat menjadi nomor dua dibawah penyakit jantung iskemik sebagai penyebab disabilitas.
Rata-rata usia awitan adalah akhir dekade kedua walau dapat ditemui pada semua kelompok usia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa depresi mayor (berat) lebih sering pada wanita dibanding pria dengan rasio 2:1. Gangguan depresi berat terjadi pada orang tanpa hubungan interpersonal dekat atau pada mereka yang tidak menikah atau yang cerai (Kaplan dan Saddock, 2005). Walaupun depresi lebih sering pada wanita, bunuh diri lebih sering pada laki-laki terutama usia muda dan tua (Ardjana, 2007). Institut Nasional Kesehatan Jiwa (NIMH, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
di Amerika menyatakan bahwa gangguan depresi ini menyerang kira-kira 20,9 juta orang dewasa Amerika atau sekitar 9,5% dari populasi.
c. Etiologi
Faktor penyebab depresi dapat dibagi menjadi faktor biologis, faktor keturunan dan faktor psikososial (Ardjana, 2007; Syamsir, 2007; Fitri, 2009).
1) Faktor Biologis
a) Faktor Neurotransmiter
Dari biogenik amin, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood.
(1) Norepinefrin
Hubungan yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar antara turunnya regulasi reseptor β-adrenergik dan respon antidepresan secara klinis memungkinkan indikasi peran sistem noradrenergik dalam depresi.
(2) Serotonin
Dengan diketahuinya efek Spesific Serotonin Reuptake
Inhibitor (SSRI), contoh: fluoxetin dalam pengobatan depresi,
menjadikan serotonin neurotransmiter biogenik amin yang paling sering dihubungkan dengan depresi.
commit to user (3) Dopamin
Walaupun norepinefrin dan serotonin adalah biogenik amin, Dopamin juga sering berhubungan dengan patofisiologi depresi.
(4) Faktor neurokimia lainnya
GABA dan neuroaktif peptida (terutama vasopresin dan opiat endogen) telah dilibatkan dalam patofisiologi gangguan
mood.
b) Faktor Neuroendokrin
Hipothalamus adalah pusat regulasi neuroendokrin dan menerima rangsangan neuronal yang menggunakan neurotransmiter biogenik amin. Bermacam-macam disregulasi endokrin dijumpai pada pasien gangguan mood.
2) Faktor Keturunan
Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam perkembangan gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat, pada anak kembar monozigot adalah 53%-69%, sedangkan dizigot 19% (Ardjana, 2007). 3) Faktor Psikososial
a) Teori kognitif
Teori kognitif menyebutkan suatu tritunggal kognitif tentang distorsi persepsi (Amir, 2005), yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(2) Pandangan negatif terhadap diri sendiri
(3) Pandangan negatif terhadap pengalaman hidup b) Faktor kepribadian premorbid
c) Ketidakberdayaan yang dipelajari
d) Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan 3. Sistem Pendidikan
Realita pendidikan di Indonesia saat ini menunjukkan adanya proses pembaharuan sistem secara berkelanjutan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem pendidikan sekarang tidak hanya bersifat klasikal, artinya semua siswa diperlakukan sama. Beberapa sistem pendidikan yang baru telah mulai masuk ke Indonesia, seperti Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), imersi, akselerasi, dan lain-lain. Pada penelitian ini khusus membicarakan tentang program akselerasi dan program reguler.
Secara konseptual, pengertian acceleration diberikan oleh Perssey (Hawadi, 2004) sebagai suatu kemajuan yang diperoleh dalam program pengajaran pada waktu yang lebih cepat atau usia yang lebih muda daripada konvensional. Colangelo (dalam Hawadi, 2004) menyebutkan bahwa istilah akselerasi menunjukkan pada pelayanan yang diberikan (service delivery), dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery). Sebagai model pelayanan, pengertian akselerasi termasuk juga taman kanak-kanak atau perguruan tinggi pada usia muda, meloncat kelas, dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas diatasnya. Sementara itu sebagai model kurikulum,
commit to user
akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu.
Kebijakan pemerintah dalam pembinaan sekolah penyelenggara program percepatan belajar tertera dalam PP Nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan dasar dan Kep. Mendikbud nomor 0487/U/1992 untuk Sekolah Dasar, SMP, dan SMA. Dalam Kepmendikbud tersebut pasal 15 ayat (2) menyatakan bahwa: Pelayanan pendidikan bagi siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat melalui jalur pendidikan sekolah dengan menyelenggarakan program percepatan, dengan ketentuan telah mengikuti pendidikan SD sekurang-kurangnya lima tahun.
Siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat menyelesaikan program belajar lebih awal dari waktu yang telah ditentukan, dengan ketentuan telah mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya dua tahun.
Siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat menyelesaikan program belajar lebih awal dari waktu yang telah ditentukan, dan telah mengikuti pendidikan SMA sekurang-kurangnya dua tahun (Hawadi, 2004).
Dalam GBHN tahun 1998 menyatakan bahwa “peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan luar biasa mendapat perhatian dan pelajaran lebih khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya tanpa mengabaikan potensi peserta didik lainnya” (Hawadi, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Sedangkan pengertian program reguler dalam kamus Bahasa Indonesia adalah teratur, tetap atau biasanya (Daryanto, 1997). Menurut Widyastono (dalam Putri et al., 2005) kelas reguler diselenggarakan berdasarkan kurikulum nasional yang berlaku. Di dalam kelas reguler semua peserta didik atau siswa diberikan perlakuan yang sama tanpa melihat perbedaan kemampuan mereka.
Pembelajaran program akselerasi ini pun tidak terlepas dari kurikulum akselerasi yang telah mengalami modifikasi dari program reguler. Kurikulum akselerasi adalah kurikulum nasional dan lokal yang dimodifikasi dengan penekanan pada materi esensial serta berdiferensiasi dengan memperhatikan empat dimensi yaitu dimensi umum, dimensi diferensiasi, dimensi non-akademis, dan dimensi suasana belajar. Selain itu struktur program akselerasi sama dengan kelas reguler, yang membedakan adalah waktu penyelesaian yang lebih cepat daripada reguler yaitu tiga tahun menjadi dua tahun.
4. Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS)
Kuesioner TMAS adalah instrumen pengukur kecemasan. TMAS berisi 50 butir pertanyaan, dimana responden menjawab keadaan “ya” atau “tidak” sesuai dengan keadaan dirinya dengan memberi tanda (√) pada kolom jawaban “ya” atau “tidak”, setiap jawaban “ya” diberi nilai 1. Sebagai cut off point adalah sebagai berikut:
a. Nilai < 21 berarti tidak cemas. b. Nilai ≥ 21 berarti cemas.
commit to user
TMAS mempunyai derajat validitas yang cukup tinggi, akan tetapi dipengaruhi juga oleh kejujuran dan ketelitian responden dalam mengisinya (Azwar, 2007). Untuk menghindari terjadinya perhitungan hasil yang mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran responden, perlu menggunakan tes khusus yaitu tes L-MMPI.
5. Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI)
Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI)
merupakan tes kepribadian yang terbanyak penggunaannya di dunia sejak tahun 1942. Dikembangkan oleh Hathaway (psikolog) dan Mc Kinley (psikiater) dari Universitas Minnesota Minneapolis, USA sejak tahun 1930-an (Butcher, 2005).
Dalam penelitian ini hanya dipergunakan skala L dalam keseluruhan tes MMPI. Skala L dipergunakan untuk mendeteksi ketidakjujuran subjek termasuk kesengajaan subjek dalam menjawab pertanyaan supaya dirinya terlihat baik (Graham, 2005).
Tes ini berfungsi sebagai skala validitas untuk mengidentifikasi hasil yang mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran subjek penelitian. Tes terdiri dari 15 soal dengan jawaban “ya” atau “tidak”. Bila responden menjawab “tidak” maka diberi nilai 1. Nilai batas skala adalah 10, artinya apabila responden mempunyai nilai > 10, maka data hasil penelitian responden tersebut dinyatakan invalid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
6. Beck Depression Inventory (BDI)
Beck Depression Inventory merupakan instrumen untuk mengukur
derajat depresi dari Dr. Aaron T. Beck yang secara luas digunakan untuk tujuan penelitian maupun tujuan klinis, yang diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dan telah dibakukan di beberapa negara (Nunes, 2009). Instrumen ini mengandung skala depresi yang terdiri dari 21 item yang menggambarkan 21 kategori.
Instrumen ini telah dibakukan dan mempunyai cut off point yang secara kuat bisa memprediksi gangguan klinis depresi. Setiap pernyataan BDI mempunyai skor 0-3, dimana 0 diartikan gejala ringan dan 3 sebagai gejala berat. Menurut Gulec et al. (2003) dan Bostanci et al. (2005), seseorang dikatakan depresi bila skor BDI ≥ 17.
commit to user B. Kerangka Berpikir
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Derajat kecemasan dan depresi siswa kelas III program akselerasi lebih tinggi dibandingkan siwa kelas III program reguler di SMPN 2 Surakarta.
Siswa kelas III SMPN 2 Surakarta
Kelas Akselerasi Kelas Reguler
Waktu pembelajaran konvensional Materi sesuai kurikulum Bebas berinteraksi dengan siswa lain Waktu pembelajaran yang dipadatkan Materi yang lebih banyak dan lebih luas Kurang berinteraksi dengan siswa lain Kurang cemas dan Kurang depresif Lebih cemas dan Lebih depresif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan menggunakan metode cross sectional. Rancangan cross
sectional adalah suatu rancangan penelitian di bidang kedokteran dan
kesehatan yang paling sering digunakan karena secara metodelogik paling mudah dilakukan dan hanya diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurrahman, 2004).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Surakarta pada bulan Mei tahun 2011.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SMPN 2 Surakarta program reguler dan akselerasi masing-masing 30 orang yang diambil secara acak dengan kriteria:
1. Kriteria inklusi
a. Siswa akselerasi yang mengikuti program akselerasi semenjak kelas satu.
commit to user 2. Kriteria eksklusi
a. Siswa akselerasi pindahan dari program reguler sebelumnya selama SMP.
b. Siswa reguler pindahan dari program akselerasi sebelumnya selama SMP.
c. Siswa akselerasi maupun reguler yang pernah mendapatkan program akselerasi pada jenjang pendidikan sebelumnya.
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan secara puposive random sampling yang diambil secara acak sederhana dengan undian. Purposive karena sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005). Dalam penelitian ini yang dipilih sebagai subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas III.
Setelah dilakukan pencuplikan secara purposive sampling dilanjutkan pencuplikan dengan metode random sampling. Besarnya sampel yang diambil ditetapkan menggunakan rumus ( ) dan didapatkan jumlah sampel sebesar 60.
E. Identifikasi Variabel
1. Variabel Bebas (Independent Variable) Tingkat kecemasan dan tingkat depresi. 2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
F. Definisi Operasional Variabel
1. Kelompok Akselerasi
Kelompok ini terdiri dari siswa kelas III SMPN 2 Surakarta yang mengikuti program akselerasi sejak kelas I. Jumlah siswa program akselerasi adalah 41 siswa. Besar sampel yang akan diambil dari program akselerasi ini sebesar 30 siswa.
2. Kelompok Reguler
Kelompok ini terdiri dari siswa kelas III SMPN 2 Surakarta yang mengikuti program reguler sejak kelas I. Jumlah siswa program reguler adalah 279 siswa. Besar sampel yang akan diambil dari program reguler sebesar 30 siswa.
3. Kecemasan
Status kecemasan dapat diukur dengan berbagai cara. Pada penelitian ini digunakan instrumen Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS). Responden menjawab sesuai dengan keadaan dirinya dengan memberi tanda (√) pada kolom jawaban “ya” atau “tidak”. Jawaban “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0. Sebagai cut off point pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Cemas: bila skor TMAS ≥ skor rata-rata dari jawaban responden. b. Tidak cemas: bila skor TMAS < skor rata-rata dari jawaban responden.
commit to user 4. Depresi
Penilaian status depresi pada penelitian ini menggunakan instrumen
Beck Depression Inventory (BDI) dimana terdiri dari 21 item yang
menggunakan 21 kategori. Sebagai cut off point pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Depresif: bila skor BDI ≥ skor rata-rata dari jawaban responden. b. Tidak depresif: bila skor BDI < skor rata-rata dari jawaban responden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
G. Rancangan Penelitian
Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian
H. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa beberapa jenis kuesioner, diantaranya kuesioner L-MMPI, kuesioner TMAS, dan kuesioner BDI. Kuesioner L-MMPI digunakan untuk mengetahui data
Siswa kelas III SMPN 2 Surakarta
Kelas Akselerasi Kelas Reguler
Siswa SMPN 2 Surakarta
invalid
Kuesioner L-MMPI Kuesioner L-MMPI
valid valid invalid
Kuesioner TMAS Kuesioner BDI Kuesioner TMAS Kuesioner BDI Skor TMAS Skor BDI Skor TMAS Skor BDI Uji t
commit to user
yang diisi oleh responden valid atau invalid. Kuesioner TMAS digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan. Sedangkan kuesioner BDI digunakan untuk mengukur tingkat depresi.
I. Cara Kerja
1. Penulis membuat surat izin dan mengirimnya ke SMPN 2 Surakarta. 2. Setelah mendapatkan izin, selanjutnya penulis melakukan informed concent
(Principle of Autonomy and Respect) pada siswa.
3. Penulis juga menjelaskan bahwa pada penelitian ini tidak dilakukan intervensi yang menyakiti sampel (Principle of Non Maleficence).
4. Penulis juga menjelaskan bahwa identitas dan hasil setiap sampel akan dijaga kerahasiannya (Principle of Confidentiality).
5. Penulis membagikan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. 6. Siswa diberikan waktu 10-15 menit untuk mengisi kuesioner yang telah
diberikan.
7. Setelah para siswa selesai mengisi kuesioner, penulis mengumpulkan kuesioner tersebut.
8. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan teknik analisis data yang telah dipilih.
J. Teknik Analisis Data
Untuk membuktikan perbedaan tingkat kecemasan dan depresi pada siswa kelas III program akselerasi dan reguler tersebut, data yang diperoleh diuji dengan uji t – SPSS 17 for Windows.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 27 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Sampel
Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SMPN 2 Surakarta baik yang mengikuti program akselerasi maupun reguler. Pada penelitian ini didapat total sampel 320 siswa, terdiri dari 41 siswa program akselerasi dan 279 siswa program reguler. Data diambil dari pengukuran langsung terhadap responden dengan menggunakan bantuan kuesioner. Dari 320 siswa, yang termasuk kriteria inklusi sebanyak 71 siswa atau 22,18% dari seluruh sampel dan yang gugur sebanyak 249 siswa (77,82%). Dari sampel yang berjumlah 71 siswa tadi diambil secara random 60 siswa, yang terdiri dari 30 siswa akselerasi dan 30 siswa reguler.
Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur
No Kelompok Rerata Usia STD Minimal Maksimal
1 2 Akselerasi Reguler 14,17 th 14,83 th 0,647 0,461 13 14 15 16 Sumber: Data primer, 2011
Tabel 1 di atas menjelaskan bahwa rerata usia sampel yang mengikuti program akselerasi adalah 14,17 tahun, dengan kisaran antara 13 hingga 15 tahun. Sedangkan rerata usia sampel yang mengikuti program reguler adalah 14,83 tahun, dengan kisaran 14 hingga 16 tahun.
commit to user
Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
No Kelompok Jenis Kelamin Total Presentase (%) Total (%)
L P L P 1 2 Akselerasi Reguler 11 7 19 23 30 30 36,67 23,33 63,33 76,67 100 100 Sumber: Data primer, 2011
Tabel di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan pada kedua kelompok memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Kelompok akselerasi memiliki jumlah sampel perempuan sebanyak 19 siswa (63,33%) dari 30 siswa. Pada kelompok reguler, sampel perempuan berjumlah 23 siswa (76,67%).
Tabel 3. Rerata Skor TMAS (Taylor Minnesota Anxiety Scale)
No Kelompok Rerata Skor
TMAS STD Minimal Maksimal
1 2 Akselerasi Reguler 26,16 22,13 3,913 5,130 18 12 34 34 Sumber: Data primer, 2011
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa rerata skor TMAS pada kelompok akselerasi lebih tinggi dibanding dengan rerata skor TMAS pada kelompok reguler. Dimana rerata skor TMAS pada kelompok akselerasi sebesar 26,16 dan berkisar antara 18 sampai 34. Sedangkan rerata untuk kelompok reguler sebesar 22,13 dan berkisar antara 12 hingga 34.
Tabel 4. Rerata Skor BDI (Beck Depression Inventory)
No Kelompok Rerata Skor
BDI STD Minimal Maksimal
1 2 Akselerasi Reguler 8,06 5,26 6,570 4,968 1 0 30 22 Sumber: Data primer, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa rerata skor BDI pada kelompok akselerasi lebih tinggi dibanding dengan rerata skor BDI pada kelompok reguler. Dimana rerata skor BDI pada kelompok akselerasi sebesar 8,06 dan berkisar antara 1 sampai 30. Sedangkan rerata untuk kelompok reguler sebesar 5,26 dan berkisar antara 0 hingga 22.
B. Analisis Statistika
Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan uji
t-independent. Uji t-independent merupakan uji parametrik yang berguna
untuk membandingkan nilai rerata antara satu kelompok d engan kelompok yang lain untuk menentukan perbedaan probabilitas kedua kelompok tersebut. Uji ini digunakan bila skor kedua kelompok tidak berhubungan satu sama lain. Adapun syarat agar suatu data layak untuk dianalisis dengan uji t-independent adalah skor yang diperoleh berbentuk kontinum, tersebar secara normal, dan variansi kedua kelompok sama (Myrnawati, 2004). Untuk mengetahui bahwa data terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas. Suatu data dikatakan mempunyai sebaran normal jika didapatkan nilai p > 0,05. Pada masing-masing sebaran data dapat dilakukan dengan cara deskriptif ataupun analitik. Cara analitik memiliki tingkat objektivitas dan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan deskriptif sehingga dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov (Dahlan, 2005).
commit to user
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data TMAS dengan Kolmogorov-Smirnov
Data Nilai p Keterangan
Akselerasi Reguler
0,00 0,00
Tidak terdistribusi normal Tidak terdistribusi normal Sumber: Data primer, 2011
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebaran data masing-masing kelompok tidak terdistribusi normal, karena nilai p untuk skor TMAS masing-masing kelompok adalah p < 0,05.
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data BDI dengan Kolmogorov-Smirnov
Data Nilai p Keterangan
Akselerasi Reguler
0,00 0,00
Tidak terdistribusi normal Tidak terdistribusi normal Sumber: Data primer, 2011
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebaran data masing-masing kelompok tidak terdistribusi normal, karena nilai p untuk skor BDI masing-masing kelompok adalah p < 0,05. Oleh karena itu, data harus dinormalkan terlebih dahulu melalui proses transformasi. Setelah ditransformasi sebaran data tetap tidak normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini tidak dapat menggunakan uji parametrik
t-independent melainkan menggunakan uji alternatifnya yaitu uji
non-parametrik Mann-Whitney.
Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Skor TMAS dengan Levene’s Test
Data Uji Homogenitas Levene’s Test Keterangan
F P
Skor TMAS 0,256 0,615 Data homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas Skor BDI dengan Levene’s Test
Data Uji Homogenitas Levene’s Test Keterangan
F P
Skor BDI 3,863 0,054 Data homogen
Sumber: Data primer, 2011
Hasil uji homogenitas dengan Levene’s Test mempunyai ketentuan bila signifikan hitung > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut diasumsikan homogen, demikian sebaliknya bila signifikan hitung < 0,05 data diasumsikan tidak homogen atau mempunyai perbedaan varians.
Berdasarkan uji homogenitas dengan Levene’s Test di atas, dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan varians baik skor TMAS maupun skor BDI antara kelompok akselerasi dan reguler (p > 0,05). Tabel 9. Hasil Uji Mann-Whitney skor TMAS
Kelompok Mean skor
TMAS STD
Analisis Uji Mann-Whitney Akselerasi Reguler 26,16 22,13 3,913 5,130 p = 0,2
commit to user
Gambar 3. Boxplots Skor Kecemasan (TMAS)
Tabel 9 menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara rerata skor TMAS pada kelompok akselerasi dan kelompok reguler. Dimana hasil uji Mann-Whitney p = 0,2 (p > 0,05).
Tabel 10. Hasil Uji Mann-Whitney skor BDI
Kelompok Mean skor
BDI STD
Analisis Uji Mann-Whitney Akselerasi Reguler 8,06 5,26 6,570 4,968 p = 0,288 Sumber: Data primer, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 4. Boxplots Skor Depresi (BDI)
Tabel 10 menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara rerata skor BDI pada kelompok akselerasi dan kelompok reguler. Dimana hasil Uji Mann-Whitney p = 0,288 (p > 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna baik tingkat kecemasan maupun depresi pada kelompok akselerasi dan reguler.
commit to user
BAB V
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan tingkat kecemasan dan depresi pada kelompok akselerasi dan kelompok reguler tidak signifikan. Beberapa alasan yang menyebabkan hasil penelitian ini tidak signifikan antara lain sebagai berikut. Pertama, dari segi waktu pengambilan sampel dimana sampel ini diambil setelah ujian akhir nasional berakhir karena kebijakan pihak sekolah yang kurang berkenan jika sampel diambil sebelum ujian akhir nasional. Jika sampel bisa diambil sebelum ujian nasional kemungkinan didapatkan perbedaan yang bermakna baik itu kecemasan maupun depresi antara siswa akselerasi dan reguler.
Kedua, sampel yang diambil tidak dibedakan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Sesuai dengan teori sebelumnya yang berkaitan dengan kecemasan pada laki-laki dan perempuan, kelompok perempuan lebih cemas dengan ketidakmampuannya dibanding kelompok laki-laki (Ibrahim, 2002). Begitu pula frekuensi depresi yang dijelaskan dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa depresi mayor (berat) lebih sering pada wanita dibanding pria dengan rasio 2:1 (Kaplan dan Saddock, 2005). Kemudian yang ketiga, pada penelitian ini, penulis tidak meneliti lingkungan sosial dari tiap-tiap siswa yang menjadi subjek penelitian. Lingkungan sosial dapat berupa lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, pergaulan, status sosial ekonomi, dan lain sebagainya. Padahal faktor lingkungan sosial seseorang mempunyai pengaruh dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
menimbulkan kelainan kecemasan dan depresi pada suatu individu (Kaplan dan Saddock, 2005). Keempat, jumlah sampel yang didapatkan pada penelitian ini dirasa masih belum cukup untuk menggambarkan kondisi kecemasan dan depresi pada populasi sehingga dibutuhkan jumlah sampel yang lebih banyak lagi.
Hasil penelitian yang telah dilakukan ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Wulan Wahyuningsih (2010) dimana hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat stres akademik antara siswa kelas akselerasi dan siswa kelas reguler di SMPN 5 Bandung menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Menurut Dadang Hawari (2006) istilah stres dipisahkan dari stres akademik dan depresi, karena satu sama lainnya saling terkait. Selain itu, hasil penelitian ini didukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Neihart (1999), dimana ia melakukan pengukuran objektif pada tingkat depresi masing-masing kelompok dengan membandingkan siswa berbakat SMP dengan siswa rata-rata. Kelompok pertama adalah siswa dengan kemampuan tinggi yang ditempatkan di kelas khusus anak berbakat, lalu kelompok siswa dengan kemampuan tinggi yang belum ditempatkan di kelas khusus, dan kelompok anak dengan kemampuan rata-rata. Hasilnya adalah tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antar kelompok.
Namun, hasil ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Muhammad Dipa (2009) yaitu membandingkan tingkat kecemasan antara siswa kelas X program akselerasi dengan non akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta. Hasil ini bisa berbeda dapat dikarenakan beberapa faktor. Pertama, perbedaan subjek penelitian, pada penelitian Muhammad Dipa subjek yang diambil adalah
commit to user
siswa SMA sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa SMP. Kedua adalah waktu pengambilan data sampel yang juga berbeda dimana penelitian Muhammad Dipa dilakukan sebelum menghadapi ujian akhir sedangkan penelitian ini dilakukan setelah menghadapi ujian akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa derajat kecemasan dan depresi pada siswa kelas III program akselerasi lebih tinggi dibandingkan siswa kelas III progam reguler di SMPN 2 Surakarta, tetapi hasil yang diperoleh tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Sehingga, terbukti bahwa perbedaan program kelas bukan hanya satu-satunya faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat gejala stres antara siswa program akselerasi dengan siswa kelas reguler. Akan tetapi, adanya stres pada setiap siswa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti personal siswa, kesiapan mental, kepercayaan diri, tingkat intelegensi, komitmen, dan nilai-nilai yang mereka pegang (Cohen et al., 1986; Cohen dan Herbert, 1996).
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran penulis adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pengambilan sampel yang dilaksanakan sebelum ujian, sehingga dapat mengetahui tingkat kecemasan dan depresi masing-masing kelompok yang lebih bermakna. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan tingkat
kecemasan dan depresi antara siswa kelas III program akselerasi dan reguler di SMPN 2 Surakarta dengan mengendalikan faktor-faktor luar yang turut
commit to user
mempengaruhi, seperti genetik, kepribadian, hormon, dan sosial ekonomi yang belum dapat dikendalikan dalam penelitian ini.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
DAFTAR PUSTAKA
Amir N. 2005. Diagnosis dan Penatalaksanaan Depresi Pascastroke. Cermin Dunia Kedokteran, no. 149, pp: 8-13
Andrade L, Caraveo-Anduaga J, Berglund P. 2000. Cross-national comparisson of the prevalences and correlates of mental disorder. WHO International
Consortium in Psychiatric Epidemiology. Bull World Health Organization.
78: 413-426
Anwar, R. 2005. Teori Sederhana Prosedur Pemilihan Hipotesis.
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/05/prosedur_pemilihan_ uji_hipotesis.pdf (20 Oktober 2011)
Anxiety Disorders Association of America (ADAA). 2010. Statistics and facts
about anxiety disorders.
http://www.adaa.org/about-adaa/press-room/facts-statistics (30 Maret 2011).
Ardjana I. G. A. 2007. Depresi pada remaja In: Tumbuh Kembang Remaja dan
Permasalahannya. Jakarta: CV. Sagung Seto, pp: 219-232
Artanti. 2009. Upaya Mengefektifkan Program Akselerasi dalam Rangka
Pengembangan Potensi Siswa Berbakat Intelektual. Malang: Universitas
Islam Negeri Press.
Atkinson R. L. 2008. Pengantar Psikologi. Jakarta: Arilangga, pp: 45-52
Azwar. 2007. Konsep Pengukuran Validitas. Jakarta: Gunadharma Press, p: 60.
Barlow D. H., Durand V. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Cetakan I. Jakarta : Pustaka Pelajar, p : 124.
Bostanci M., Ozdel O., Oguzhanoglu N.K., Ozdel L., Ergin A., Ergin N., Atesci F., Karadag F. 2005. Depressive Symptomatology among University Students in Denzili, Turkey: Prevalence and Sociodemographic Correlates.
commit to user
Butcher J. N. 2005. A Beginner’s Guide To The MMPI-2. 2nd ed. Washington D. C.: American Psychological Association, pp: 3-5.
Cohen, S. 1986. Contrasting the hassle scale and the perceived stress scale.
American Psychologist. 41: 716-719
Dahlan M. S. 2005. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT Arkast.
Daryanto, S. S. 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Apollo.
Duits A. A., Duivenvoorden H.J., Boeke S. 1999. A Structural Modelling Analysis of Anxiety and Depressions Patients Undergoing Coronary Artery by Pass Graft Surgery : A Model Generating Approach. Journal of
Psychosomatic Research. 46(2) : 187-200.
Fitri. 2009. Apa Saja Penyebab Depresi. www.duniapsikologi.dagdigdug.com (10 Februari 2011).
Graham J. R. 1990. MMPI-2 Assessing Personality and Psychopatology. New York: Oxford University Press, pp: 23-25.
Gulec M., Bakr B.,Ozer M., Ucar M., Klc S., Hasde M. 2005. Association between Cigarette Smoking and Depressive Symptoms among Military Medical Students in Turkey. Psych Res. 134: 281-286.
Hawadi, Reni Akbar. 2004. Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan
Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Hawari D. 2006. Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru.
Herbert T. B. dan Cohen S. 1996. Measurement issues in research on psychological stress. In H. B. Kaplan (Ed.), Psychosocial stress:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Himawati A. 2006. Keefektifan Terapi Realitas Terhadap Penurunan Depresi dan
Peningkatan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialise di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta:
Fakultas Kedokteran UNS Press.
Huberty T. J. 2004. Anxiety and Anxiety Disoders in Children: Information for Parents. National Association of School Phsycology, pp: S5-1 – S5-4.
Ibrahim A. S. 2002. Menyiasati Gangguan Cemas. http://pdpersi.co.id. (3 Februari 2011).
Kaplan H. I. dan Saddock B. J. 2005. Sinopsis Psikiatri. 8th ed. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Mubarak. 2008. Gangguan Cemas. www.cetrione.blogspot.com (3 Februari 2011).
Mudjaddid E. 2006. Pemahaman dan Penanganan Psikosomatik Gangguan
Ansietas dan Depresi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Ed 2. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, p: 913.
Mulyadi. 2003. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Mulyasa E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Murjian P. 2004. Persoalan Kelas Akselerasi.
http://pengembangankurikulum.blogspot.com/2009/08/inovasi-pendidikan.html (15 Februari 2011).
National Institute of Mental Health (NIMH). 2010. Mental Health Medications.
commit to user
Neihart, M. 1999. The Impact of Giftenesson Psychological Well-Being. Roeper Review. 22(01).
Nunes M. A. F. dan Santos M. A. D. 2010. Depression and Quality of Life in Mothers of Children with Pervasive Developmental Disorders. Revista
Latino-Americana de Enfermagem. 18(1): 33-40.
Putri, D. S., et al. 2005. Perbedaan Sosialisasi Antara Siswa Kelas Akselerasi dan Kelas Reguler Dalam Lingkungan Pergaulan Di Sekolah. Humanitas
Indonesia Psychological Journal. Vol. 2 No. 1 Januari 2005: 28-40.
Soedjiarto. 2003. Pendidikan Nasional sebagai Proses Transformasi Budaya. Jakarta: Bali Pustaka.
Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta, pp: 56-69.
Syamsir B. S. 2007. Pengenalan Gangguan Depresif pada Orang Usia Lanjut. Medan: Universitas Sumatra Utara, pp: 2-4.
Taufiqurrahman, M. A. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Klaten: CSGF.
Trismiati. 2004. Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita Akseptor
Kontrasepsi Mantap di RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta.
http://www.psikologi.binadarma.ac.id/jurnal/jurnal_trismiati.pdf (31 Januari 2011).
Wahyuningsih, Wulan. 2010. Perbedaan Tingkat Stres Akademik dan Strategi
Pengelolaannya antara siswa SMP Program Akselerasi dengan Kelas Reguler (Studi Komparatif terhadap Siswa Kelas IX Akselerasi dan Kelas IX Reguler di SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011).
http://repository.upi.edu/operator/uploads/s_a0251_0607216_chapter4.pdf (30 November 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Walkup J. T., et al. 2008. Cognitive Behavioral therapy, Sertraline, or a Combination in Childhood Anxiety. N Engl J Med. 359(26): 2753-2766.
Yates, William R. 2008. Anxiety Disorders