• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjuangan Agraria di Kawasan Hutan Ngadisono, Wonosobo, Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perjuangan Agraria di Kawasan Hutan Ngadisono, Wonosobo, Jawa Tengah"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

TANAH UNTUK

TANAH UNTUK

PENGGARAP

PENGGARAP

Perjuangan Reforma Agraria di Kawasan

Perjuangan Reforma Agraria di Kawasan

Hutan

Hutan Resort Ngadisono,

Resort Ngadisono, Wonoso

Wonoso

bo, Jawa Tengah

bo, Jawa Tengah

FSPI FSPI

Federasi Serikat Petani Indonesia Federasi Serikat Petani Indonesia

PETANI PRESS PETANI PRESS

Ngabidin

Ngabidin

Susan Lusiana

Susan Lusiana

(2)

FSPI adalah organisasi massa tani yang beranggotakan

FSPI adalah organisasi massa tani yang beranggotakan

serikat-serikat tani di 12 propinsi di seluruh Indonesia.

serikat-serikat tani di 12 propinsi di seluruh Indonesia.

Sebagai organisasi perjuangan petani yang terdepan

Sebagai organisasi perjuangan petani yang terdepan

melawan kolonialisme dan imperialisme gaya baru, dalam

melawan kolonialisme dan imperialisme gaya baru, dalam

perjuangannya FSPI memilih isu-isu penting yang menjadi

perjuangannya FSPI memilih isu-isu penting yang menjadi

fokus utama dari aktivitasnya, yaitu: reforma agraria,

fokus utama dari aktivitasnya, yaitu: reforma agraria,

kedaulatan pangan, hak asasi petani, gender, dan pertanian

kedaulatan pangan, hak asasi petani, gender, dan pertanian

berkelanjutan yang berbasis keluarga. Perjuangan FSPI

berkelanjutan yang berbasis keluarga. Perjuangan FSPI

bertujuan untuk mewujudkan struktur agraria yang

bertujuan untuk mewujudkan struktur agraria yang

berkeadilan dengan melaksanakan reforma agraria sejati

berkeadilan dengan melaksanakan reforma agraria sejati

berdasarkan UU Pokok Agraria Tahun 1960. Karena itulah,

berdasarkan UU Pokok Agraria Tahun 1960. Karena itulah,

kaum tani yang menjadi anggota FSPI adalah petani kecil

kaum tani yang menjadi anggota FSPI adalah petani kecil

berbasis keluarga, buruh tani, masyarakat adat dan kaum

berbasis keluarga, buruh tani, masyarakat adat dan kaum

tak bertanah.

tak bertanah.

Tentang Penulis

Tentang Penulis

Ngabidin aktif sebagai anggota SP Jateng, anggota FSPI.

Ngabidin aktif sebagai anggota SP Jateng, anggota FSPI.

Perjalanan panjang mengorganisasikan kaum tani di

Perjalanan panjang mengorganisasikan kaum tani di

Wonosobo di dalam Sepkuba juga merupakan andil

Wonosobo di dalam Sepkuba juga merupakan andil

besarnya.

besarnya.

Susan Lusiana adalah peneliti pada Lembaga Pengkajian

Susan Lusiana adalah peneliti pada Lembaga Pengkajian

dan Penelitian FSPI. Penulis bisa dihubungi

dan Penelitian FSPI. Penulis bisa dihubungi

via 

via 

e-mail

e-mail

susan.lusiana@gmail.com

susan.lusiana@gmail.com

Editor

Editor

Mohammed Ikhwan

Mohammed Ikhwan

m.ikhwan@fspi.or.id

m.ikhwan@fspi.or.id

Design

Design

Mohammad Iqbal

Mohammad Iqbal

Foto dan Ilustrasi

Foto dan Ilustrasi

FSPI dan istimewa

FSPI dan istimewa

Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI)

Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI)

 Jl. Mampang Prapatan XIV No. 5

 Jl. Mampang Prapatan XIV No. 5

 Jakarta – Indonesia 12790

 Jakarta – Indonesia 12790

 Tel. +62 21 7991890 Fax. +62 21 7993426

 Tel. +62 21 7991890 Fax. +62 21 7993426

Email. fspi@fspi.or.id Website. www.fspi.or.id

Email. fspi@fspi.or.id Website. www.fspi.or.id

(3)

Uthem

Kitri

Madhem

Sudagri

Kunis

Wicakri 

Uthem

Kitri

Madhem

Sudagri

Kunis

Wicakri 

Orang hidup yang paling utama menanam, yang

Orang hidup yang paling utama menanam, yang

menengah berdagang, dan yang paling rendah

menengah berdagang, dan yang paling rendah men-

men- jadi buruh

 jadi buruh

Falsafah Jawa

Falsafah Jawa

(4)
(5)

Kata Pengantar

Kata Pengantar

Buku ini merupakan salah satu dari tiga dokumentasi

Buku ini merupakan salah satu dari tiga dokumentasi

dan analisis kritis

dan analisis kritis mengenai perjuangan mewujudkan

mengenai perjuangan mewujudkan

pembaruan

agraria.

Ketiga

buku

ini

sendiri

pembaruan

agraria.

Ketiga

buku

ini

sendiri

mencerminkan pengalaman kaum tani anggota FSPI

mencerminkan pengalaman kaum tani anggota FSPI

dari sudut pandang internal di tiga lokasi: Bukit

dari sudut pandang internal di tiga lokasi: Bukit

Kijang (Asahan, Sumatera Utara), Ngadisono-Lebak

Kijang (Asahan, Sumatera Utara), Ngadisono-Lebak

(Wonosobo, Jawa Tengah) dan Suka Maju (Tanjung

(Wonosobo, Jawa Tengah) dan Suka Maju (Tanjung

  Jabung Timur, Jambi). Sepak terjang perjuangan

  Jabung Timur, Jambi). Sepak terjang perjuangan

kaum tani yang selama ini tak tercatat akhirnya

kaum tani yang selama ini tak tercatat akhirnya

bisa terukir dengan tinta emas sejarah. Perjuangan

bisa terukir dengan tinta emas sejarah. Perjuangan

panjang kaum tani mewujudkan pembaruan agraria

panjang kaum tani mewujudkan pembaruan agraria

sesungguhnya tidak terbatas hanya di tiga buku ini

sesungguhnya tidak terbatas hanya di tiga buku ini

saja.

saja.

Beribu-ribu,

Beribu-ribu, bahkan

bahkan berjuta-juta

berjuta-juta cerita

cerita

lainnya

lainnya

masih terpendam dan belum

masih terpendam dan belum bisa dipublikasikan. Hal

bisa dipublikasikan. Hal

ini sesungguhnya menegaskan betapa signifkannya

ini sesungguhnya menegaskan betapa signifkannya

peran petani di

peran petani di

Indonesia, perjuangannya

Indonesia, perjuangannya, jumlahnya,

, jumlahnya,

dan kerja-kerja nyatanya membangun bangsa dan

dan kerja-kerja nyatanya membangun bangsa dan

negara.

negara.

Cita-cita kaum tani dan rakyat, yakni pembaruan

Cita-cita kaum tani dan rakyat, yakni pembaruan

agraria, bukanlah barang baru. Pembaruan agraria

agraria, bukanlah barang baru. Pembaruan agraria

telah tertuang sebagai cita-cita dari kemerdekaan

telah tertuang sebagai cita-cita dari kemerdekaan

nasional

serta

konstitusi

RI

dengan

tujuan

nasional

serta

konstitusi

RI

dengan

tujuan

kesejahteraa

kesejahteraan,

n,

keadilan, kebahagian dan

keadilan, kebahagian dan

kemakmura

kemakmuran

n

rakyat.

rakyat.

Sehingga

Sehingga

kemudian

kemudian

pada

pada

perkembangan

perkembangannya

nya

diwujudkanlah cita-cita ini dalam UUPA 1960,

diwujudkanlah cita-cita ini dalam UUPA 1960,

termasuk beberapa program nasionalisasi terhadap

termasuk beberapa program nasionalisasi terhadap

kekayaan alam dan sumber agraria lainnya yang

kekayaan alam dan sumber agraria lainnya yang

(6)

FSPI memandang bahwa sesuai dengan isi dan

FSPI memandang bahwa sesuai dengan isi dan

kandungan UUD 1945 dan UUPA 1960, hal-hal yang

kandungan UUD 1945 dan UUPA 1960, hal-hal yang

perlu diatur dalam agraria meliputi seluruh bumi,

perlu diatur dalam agraria meliputi seluruh bumi,

air, dan ruang angkasa serta seluruh kekayaan alam

air, dan ruang angkasa serta seluruh kekayaan alam

  yang

  yang

terkandun

terkandung

g

didalamnya.

didalamnya.

Dalam

Dalam

pengertian

pengertian

bumi, selain permukaan bumi, termasuk pula tubuh

bumi, selain permukaan bumi, termasuk pula tubuh

bumi di bawah-nya serta yang berada di bawah air.

bumi di bawah-nya serta yang berada di bawah air.

Kesemuanya tersebut merupakan satu kesatuan

Kesemuanya tersebut merupakan satu kesatuan

  yang tak dapat dipisah-pisahkan. Hubungan antara

  yang tak dapat dipisah-pisahkan. Hubungan antara

bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa,

bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa,

termasuk kekayaan alam di dalamnya adalah

termasuk kekayaan alam di dalamnya adalah

hubungan yang bersifat abadi.

hubungan yang bersifat abadi.

Perkembangan ekonomi-politik negeri ini adalah

Perkembangan ekonomi-politik negeri ini adalah

sejarah panjang kolonialisme. Dan jelas pula bahwa

sejarah panjang kolonialisme. Dan jelas pula bahwa

sistem ekonomi-politik yang

sistem ekonomi-politik yang

sekarang, neoliberalisme,

sekarang, neoliberalisme,

adalah bentuk penjajahan baru. Hal ini tepat seperti

adalah bentuk penjajahan baru. Hal ini tepat seperti

  yang dikatakan Bapak Pendiri Bangsa kita sebagai

  yang dikatakan Bapak Pendiri Bangsa kita sebagai

masa neokolonialisme-imperia

masa neokolonialisme-imperialisme (nekolim).

lisme (nekolim). Sistem

Sistem

ekonomi dan politik negeri ini tetap meminggirkan

ekonomi dan politik negeri ini tetap meminggirkan

kedaulatan rakyat, sehingga nyata sekali bertentangan

kedaulatan rakyat, sehingga nyata sekali bertentangan

dengan cita-cita kaum tani dan rakyat seperti yang

dengan cita-cita kaum tani dan rakyat seperti yang

dinyatakan sebelumnya.

dinyatakan sebelumnya.

Sebut saja kebijakan dan praktek yang sangat

Sebut saja kebijakan dan praktek yang sangat

telanjang meminggirkan kedaulatan rakyat: pasar

telanjang meminggirkan kedaulatan rakyat: pasar

tanah, privatisasi air, pengebirian hak

tanah, privatisasi air, pengebirian hak asasi manusia,

asasi manusia,

kebijakan perkebunan, penggusuran, pendidikan

kebijakan perkebunan, penggusuran, pendidikan

mahal dan kesehatan susah. Berbagai UU, mulai

mahal dan kesehatan susah. Berbagai UU, mulai

(7)

dari UU Penanaman Modal Asing, Perkebunan,

dari UU Penanaman Modal Asing, Perkebunan,

Kehutanan, Migas, Sumber Daya Air, hingga yang

Kehutanan, Migas, Sumber Daya Air, hingga yang

terakhir

Penanaman

Modal,

memperlihatkan

terakhir

Penanaman

Modal,

memperlihatkan

bagaimana kekuasaan saat ini begitu berpihak kepada

bagaimana kekuasaan saat ini begitu berpihak kepada

segelintir pemodal dan

segelintir pemodal dan penguasa.

penguasa.

  Tapi tentu saja rakyat tak bisa diam begitu saja.

  Tapi tentu saja rakyat tak bisa diam begitu saja.

Mengutip kata Soekarno, “Kalau cacing saja pun diinjak

Mengutip kata Soekarno, “Kalau cacing saja pun diinjak

pasti menggeliat-geliat melawan, kesakitan.” Dan

pasti menggeliat-geliat melawan, kesakitan.” Dan

bahwa perjuangan rakyat sesungguhnya bergelora,

bahwa perjuangan rakyat sesungguhnya bergelora,

beribu-ribu bahkan berjuta-juta, di daerah-daerah,

beribu-ribu bahkan berjuta-juta, di daerah-daerah,

terorganisasi maupun tidak, terungkap maupun

terorganisasi maupun tidak, terungkap maupun

tidak, dan merupakan contoh nyata perlawanan

tidak, dan merupakan contoh nyata perlawanan

rakyat negeri ini terhadap kebijakan dan praktek

rakyat negeri ini terhadap kebijakan dan praktek

neoliberalisme.

neoliberalisme.

Dan

rakyat

terbukti

memiliki

kekuatan

tak

Dan

rakyat

terbukti

memiliki

kekuatan

tak

tertandingi, tercermin dari kelebihan-kelebihan yang

tertandingi, tercermin dari kelebihan-kelebihan yang

terdokumentasi dari tiga pengalaman pembaruan

terdokumentasi dari tiga pengalaman pembaruan

agraria di daerah. Di Bukit Kijang, terbukti

agraria di daerah. Di Bukit Kijang, terbukti

kekompakan adalah kata kunci dari perjuangan

kekompakan adalah kata kunci dari perjuangan

kaum tani. Berbagai rintangan, ancaman dan

kaum tani. Berbagai rintangan, ancaman dan

represi mereka lalui demi mempertahankan lahan

represi mereka lalui demi mempertahankan lahan

perjuangan mereka. Secara ekonomi, gerakan yang

perjuangan mereka. Secara ekonomi, gerakan yang

mereka galang adalah salah satu hal yang paling

mereka galang adalah salah satu hal yang paling

fenomenal dalam sejarah kaum tani di Indonesia. Di

fenomenal dalam sejarah kaum tani di Indonesia. Di

Ngadisono-Leb

Ngadisono-Leb

ak, terbukti betapa

ak, terbukti betapa

kaum tani berjuang

kaum tani berjuang

mendapatkan hak garap saja sudah mengubah

mendapatkan hak garap saja sudah mengubah

kesejahteraan mereka secara drastis. Hal ini tentu

kesejahteraan mereka secara drastis. Hal ini tentu

membakar semangat kaum tani untuk terus berjuang

membakar semangat kaum tani untuk terus berjuang

(8)

  walaupun di tanah transmigrasi yang baru tidak

  walaupun di tanah transmigrasi yang baru tidak

ideal seperti yang dijanjikan, namun kaum tani disini

ideal seperti yang dijanjikan, namun kaum tani disini

tetap ulet

tetap ulet bertahan. Walau ditelantarkan pemerintah,

bertahan. Walau ditelantarkan pemerintah,

kaum tani tetap bisa bersatu dan menemukan solusi

kaum tani tetap bisa bersatu dan menemukan solusi

untuk dapat mandiri. Dan untuk mempertahankan

untuk dapat mandiri. Dan untuk mempertahankan

hak-haknya terseb

hak-haknya tersebut, akhirnya kaum tani memahami

ut, akhirnya kaum tani memahami

esensi perjuangan hingga mampu merebut haknya

esensi perjuangan hingga mampu merebut haknya

dan memenangi pertempuran vis-a-vis perusahaan

dan memenangi pertempuran vis-a-vis perusahaan

perkebunan.

perkebunan.

Demikian

buku-buku

yang

disajikan

dalam

Demikian

buku-buku

yang

disajikan

dalam

dokumentasi perjuangan mewujudkan pembaruan

dokumentasi perjuangan mewujudkan pembaruan

agraria FSPI ini kami persembahkan kepada

agraria FSPI ini kami persembahkan kepada

kawan-kawan seperjuangan. Dan bahwa perjuangan ini

kawan seperjuangan. Dan bahwa perjuangan ini

adalah bagian dari perjuangan panjang kita. Kita telah

adalah bagian dari perjuangan panjang kita. Kita telah

menunjukkan keberhasilan-keberhasilan

menunjukkan keberhasilan-keberhasilan perjuangan

perjuangan

di tingkat lokal. Tentu saja, keberhasilan ini adalah

di tingkat lokal. Tentu saja, keberhasilan ini adalah

tonggak-tonggak perjuangan sebagai bagian dari

tonggak-tonggak perjuangan sebagai bagian dari

kekuatan besar yang akan kita bangun di masa

kekuatan besar yang akan kita bangun di masa

depan.

depan.

Buku ini juga menyatakan kembali pentingnya

Buku ini juga menyatakan kembali pentingnya

mencatat perjuangan-perjuangan kita sehingga kita

mencatat perjuangan-perjuangan kita sehingga kita

bisa memperbaiki kelemahan atau meneruskan

bisa memperbaiki kelemahan atau meneruskan

keberhasilan

yang

memang

telah

baik

kita

keberhasilan

yang

memang

telah

baik

kita

laksanakan. Tugas dokumentasi dan pencatatan

laksanakan. Tugas dokumentasi dan pencatatan

perjuangan-perjuangan adalah tugas para

perjuangan-perjuangan adalah tugas para

kader-kader perjuangan, jadi

kader perjuangan, jadi

jangan sekali-sekali dilupakan!

jangan sekali-sekali dilupakan!

Kolaborasi pencatatan dan deskripsi-analitis yang

Kolaborasi pencatatan dan deskripsi-analitis yang

(9)

dicontohkan kader kita Saudara Ngabidin dan

dicontohkan kader kita Saudara Ngabidin dan

penulis

penulis

lainnya merupakan hal membangun dalam organisasi

lainnya merupakan hal membangun dalam organisasi

gerakan tani—yang hingga saat ini cenderung

gerakan tani—yang hingga saat ini cenderung

berkarakteristi

berkarakteristik

k tradisional. Sehingga menurut saya,

tradisional. Sehingga menurut saya,

budaya mencatat-menulis seperti yang dilakukan

budaya mencatat-menulis seperti yang dilakukan

oleh Saudara Ngabidin dari Wonosobo adalah hal

oleh Saudara Ngabidin dari Wonosobo adalah hal

  yang patut diteladani dan harus diteruskan dalam

  yang patut diteladani dan harus diteruskan dalam

kerja-kerja organisasi sehari-hari.

kerja-kerja organisasi sehari-hari.

Semoga buku ini bisa memberikan inspirasi

Semoga buku ini bisa memberikan inspirasi

perjuangan hingga rakyat berdaulat dalam politik,

perjuangan hingga rakyat berdaulat dalam politik,

berdikari dalam ekonomi serta berkepribadian

berdikari dalam ekonomi serta berkepribadian

dalam budaya. Pengalaman dalam buku ini juga

dalam budaya. Pengalaman dalam buku ini juga

diharapkan bisa menjadi panduan dan

diharapkan bisa menjadi panduan dan sandaran bagi

sandaran bagi

kita semua dalam gerakan mewujudkan keadilan

kita semua dalam gerakan mewujudkan keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Khusus untuk

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Khusus untuk

kaum tani, perjuangan menegakkan keadilan agraria

kaum tani, perjuangan menegakkan keadilan agraria

demi kedaulatan petani harus terus digelorakan.

demi kedaulatan petani harus terus digelorakan.

Semoga kemenangan selalu menyertai perjuangan

Semoga kemenangan selalu menyertai perjuangan

kita!

kita!

 Jakarta, Desember 2007

 Jakarta, Desember 2007

Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI)

Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI)

Badan Pelaksana Federasi (BPF)

Badan Pelaksana Federasi (BPF)

Henry Saragih

Henry Saragih

Sekretaris Jenderal

Sekretaris Jenderal

(10)
(11)

Daftar Isi

Daftar Isi

Kata Pengantar

Kata Pengantar

Pengantar: Perjuangan Petani Atas Sumber-Sumber

Pengantar: Perjuangan Petani Atas Sumber-Sumber

Agraria

Agraria

1

1

Potret Per

Potret Per

tanian

tanian Hutan

Hutan

W

W

onoso

onosobo

bo

5

5

Kondisi Geografis

Kondisi Geografis

5

5

Kondisi

Kondisi

Sosial

Sosial Ekonomi

Ekonomi

9

9

Pertanian,

Pertanian,

Nilai Lokal

Nilai Lokal dan P

dan P

ermasalahannya

ermasalahannya

11

11

Monokultur Hutan: Kemiskinan, Ketidak

Monokultur Hutan: Kemiskinan, Ketidak

adilan dan

adilan dan Ketertindasan

Ketertindasan

Kau

Kaum T

m T

ani

ani

14

14

Derap Langkah Kaum Tani Dalam Penegakan Hak Atas

Derap Langkah Kaum Tani Dalam Penegakan Hak Atas

Tanah

Tanah

19

19

Pengorganisasian Kaum Tani Ngadisono

Pengorganisasian Kaum Tani Ngadisono

20

20

 Jembata

 Jembatan

n Perjuanga

Perjuanga

n

n dengan Penguatan Jaringan

dengan Penguatan Jaringan

26

26

Negosiasi Politik: Hak Garap dan PSDHBM, PHBM, serta

Negosiasi Politik: Hak Garap dan PSDHBM, PHBM, serta

PSDHL

PSDHL

T

T yang membingungkan

yang membingungkan

29

29

Buah Perjuangan

Buah Perjuangan

42

42

Indikator kesejahteraan: Parameter aw

Indikator kesejahteraan: Parameter awal

al keberhasilan perjuangan

keberhasilan perjuangan

43

43

Persepsi Kesejahteraan Menur

Persepsi Kesejahteraan Menurut Kaum

ut Kaum

T

T

ani Desa

ani Desa

Ngadisono dan

Ngadisono dan

Lebak

Lebak

48

48

Prestasi dan

(12)

Keadilan Sosial

Keadilan Sosial

Rencana Kedepan

Rencana Kedepan

63

63

Epilog

Epilog

67

67

Referensi

Referensi

73

73

(13)

Akronim

Akronim

DPRD

DPRD

:

: Dewan

Dewan Perwakilan

Perwakilan Rakyat

Rakyat Daerah

Daerah

FSPI

FSPI

:

: Federasi

Federasi Serikat

Serikat Petani

Petani Indonesia

Indonesia

 

JKPM

 

JKPM

:

: Jaringan

Jaringan Kerja

Kerja Pendamping

Pendamping

Masyarakat

Masyarakat

FHW

FHW

:

: Forum

Forum Hutan

Hutan Wonosobo

Wonosobo

  JKPM

  JKPM

:

: Jaringan

Jaringan Kerja

Kerja Pesantren

Pesantren dan

dan

Masyarakat

Masyarakat

KPPN

KPPN

:

: Komisi

Komisi Pelestarian

Pelestarian Plasma

Plasma Nutfah

Nutfah

KPML

KPML

:

: Konsorsium

Konsorsium untuk

untuk Pembangunan

Pembangunan

Masyarakat dan Lingkungan

Masyarakat dan Lingkungan

KPH

KPH

:

: Kawasan

Kawasan Pengelolaan

Pengelolaan Hutan

Hutan

KTH

KTH

:

: Kelompok

Kelompok Tani

Tani Hutan

Hutan

NGO

NGO

:

: Non

Non Goverment

Goverment Organization

Organization

(Organisasi Non Pemerintah)

(Organisasi Non Pemerintah)

OTL

OTL

:

: Organisasi

Organisasi Tani

Tani Lokal

Lokal

PHBM

PHBM

:

: Pengelolaan

Pengelolaan Hutan

Hutan Bersama

Bersama

Masyarakat

Masyarakat

Perhutani

Perhutani

:

: Perusahaan

Perusahaan Hutan

Hutan Indonesia

Indonesia

PNS

PNS

:

: Pegawai

Pegawai Negeri

Negeri Sipil

Sipil

PSDHBM

PSDHBM

:

: Pengelolaan

Pengelolaan sumber

sumber daya

daya hutan

hutan

bersama dengan masyarakat

bersama dengan masyarakat

PSDHLT

PSDHLT

:

: Pengelolaan

Pengelolaan Sumber

Sumber Daya

Daya Hutan

Hutan

Lestari dan Terpadu

Lestari dan Terpadu

MDH

MDH

:

: Masyarakat

Masyarakat Desa

Desa Hutan

Hutan

SD

SD

:

: Sekolah

Sekolah Dasar

Dasar

SEPKUBA

SEPKUBA

:

: Serikat

Serikat Petani

Petani Kedu

Kedu Banyumas

Banyumas

SLTP

SLTP

:

: Sekolah

Sekolah Lanjutan

Lanjutan Tingkat

Tingkat Pertama

Pertama

SLTA

SLTA

:

: Sekolah

Sekolah Lanjutan

Lanjutan Tingkat

Tingkat Atas

Atas

SP

SP JATENG

JATENG

:

: Serikat

Serikat Petani

Petani Jawa

Jawa Tengah

Tengah

 

TKI

 

TKI

:

: Tenaga

Tenaga Kerja

Kerja Indonesia

Indonesia

 

TKW

(14)

Wonosobo, Jawa Tengah

Wonosobo, Jawa Tengah

Pengantar:

Pengantar:

Perjuangan Petani Atas

Perjuangan Petani Atas

Sumber-Sumber Agraria

Sumber-Sumber Agraria

P

P

erjuangan kaum tani untuk mewujudkan reforma

erjuangan kaum tani untuk mewujudkan reforma

agraria sejati pada hakikatnya tidak pernah

agraria sejati pada hakikatnya tidak pernah

berhenti dari mulainya petani menyadari segala

berhenti dari mulainya petani menyadari segala

ketertindasan yang menimpa kehidupan mereka.

ketertindasan yang menimpa kehidupan mereka.

Sejarah mencatat bahwa seiring perubahan zaman,

Sejarah mencatat bahwa seiring perubahan zaman,

posisi petani hampir tidak pernah berubah. Satu

posisi petani hampir tidak pernah berubah. Satu

hal yang bisa ditarik benang merahnya, bahwa

hal yang bisa ditarik benang merahnya, bahwa

petani selalu menjadi pihak yang terpinggirkan dan

petani selalu menjadi pihak yang terpinggirkan dan

mengalami penindasan mulai dari zaman feodal,

mengalami penindasan mulai dari zaman feodal,

zaman penjajahan dan bahkan zaman kemerdekaan.

zaman penjajahan dan bahkan zaman kemerdekaan.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari ketertindasan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari ketertindasan

tersebut tak lain adalah masalah penguasaan atas

tersebut tak lain adalah masalah penguasaan atas

sumber-sumber agraria.

sumber-sumber agraria.

Sumber agraria bermakna sangat luas. Dalam

Sumber agraria bermakna sangat luas. Dalam

konstitusi, sumber agararia meliputi bumi, air, ruang

konstitusi, sumber agararia meliputi bumi, air, ruang

angkasa dan kekayaan yang terkandung didalamnya.

angkasa dan kekayaan yang terkandung didalamnya.

Dengan ini sumber agraria tidak hanya meliputi

Dengan ini sumber agraria tidak hanya meliputi

tanah

tanah

saja,

saja,

namun

namun

juga

juga

meliputi

meliputi

air

air

dan

dan

berbagai

berbagai

kekayaan yang terkandung dalam bumi Indonesia.

kekayaan yang terkandung dalam bumi Indonesia.

Oleh karenanya, air, pertambangan, hasil hutan,

Oleh karenanya, air, pertambangan, hasil hutan,

hasil perkebunan, kekayaan laut dan sungai serta

hasil perkebunan, kekayaan laut dan sungai serta

semua kekayaan alam yang ada di bumi pertiwi

semua kekayaan alam yang ada di bumi pertiwi

ini termasuk kedalam kategori sumber agraria.

ini termasuk kedalam kategori sumber agraria.

(15)

Konstitusi negara menjamin bumi, air, ruang angkasa

Konstitusi negara menjamin bumi, air, ruang angkasa

dan kekayaan alam yang terdapat didalam wilayah

dan kekayaan alam yang terdapat didalam wilayah

Indonesia dikuasai oleh negara sebagai pengemban

Indonesia dikuasai oleh negara sebagai pengemban

amanat rakyat—dan kesemuanya digunakan untuk

amanat rakyat—dan kesemuanya digunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Namun pada

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Namun pada

kenyataannya, dalam era kemerdekaan sekarang ini,

kenyataannya, dalam era kemerdekaan sekarang ini,

petani nyata-nyata masih terbelenggu oleh tekanan

petani nyata-nyata masih terbelenggu oleh tekanan

dan ancaman yang telah dan akan merampas hak-hak

dan ancaman yang telah dan akan merampas hak-hak

mereka sebagai warga negara. Ironisnya negara justru

mereka sebagai warga negara. Ironisnya negara justru

tidak melaksanakan tugasnya sebagai pengemban

tidak melaksanakan tugasnya sebagai pengemban

amanat rakyat. Negara—dalam beberapa kasus— 

amanat rakyat. Negara—dalam beberapa kasus— 

bahkan menjadi musuh nyata dari perjuangan kaum

bahkan menjadi musuh nyata dari perjuangan kaum

tani yang tengah memperjuangkan hak-hakny

tani yang tengah memperjuangkan hak-hakny

a dalam

a dalam

mendapatkan keadilan dalam mengakses

mendapatkan keadilan dalam mengakses

sumber-sumber agraria.

sumber agraria.

Akses terha

Akses terhadap tana

dap tanah merupak

h merupak

an

an

salah sa

salah sa

tu bentuk

tu bentuk

hak terhadap alas produksi

hak terhadap alas produksi

yang masih diperjuangkan

yang masih diperjuangkan

oleh

oleh

kaum

kaum

tani

tani

diseluruh

diseluruh

nusantara.

nusantara.

Selain

Selain

perjuangan untuk mendapatkan tanah, petani juga

perjuangan untuk mendapatkan tanah, petani juga

tengah berjuang mendapatkan dan

tengah berjuang mendapatkan dan mempertahank

mempertahank

an

an

haknya atas akses air, benih, teknologi, modal dan

haknya atas akses air, benih, teknologi, modal dan

pasar. Dalam realitasnya, tanah merupakan salah

pasar. Dalam realitasnya, tanah merupakan salah

satu sumber agraria utama yang menjadi kunci

satu sumber agraria utama yang menjadi kunci

kesejahte

kesejahteraan

raan

petani.

petani.

Tanah

Tanah

tidak

tidak

hanya

hanya

memiliki

memiliki

nilai ekonomis sebatas faktor produksi saja. Bagi

nilai ekonomis sebatas faktor produksi saja. Bagi

petani, tanah sekaligus memiliki nilai flosofs

petani, tanah sekaligus memiliki nilai flosofs sebagai

sebagai

bentuk harmonisasi hidup, warisan budaya, ikatan

bentuk harmonisasi hidup, warisan budaya, ikatan

sosial dan hubungan abadi

sosial dan hubungan abadi dengan alam.

dengan alam.

Namun

Namun

demikian, pada

demikian, pada faktanya saat

faktanya saat ini

ini

hak

hak

petani

petani

dalam mengakses tanah telah terancam oleh berbagai

dalam mengakses tanah telah terancam oleh berbagai

kebijakan yang justru hanya berpihak pada segelintir

kebijakan yang justru hanya berpihak pada segelintir

orang belaka: penguasa modal. Penguasa modal

orang belaka: penguasa modal. Penguasa modal

(16)

Wonosobo, Jawa Tengah

Wonosobo, Jawa Tengah

dengan lihainya memasuki berbagai sektor untuk

dengan lihainya memasuki berbagai sektor untuk

bisa meraup keuntungan yang besar diatas tanah

bisa meraup keuntungan yang besar diatas tanah

dan bumi Indonesia. Lihat saja

dan bumi Indonesia. Lihat saja sektor pertambangan,

sektor pertambangan,

kehutanan, perkebunan dan pertanian yang saat ini

kehutanan, perkebunan dan pertanian yang saat ini

digerakkan untuk menghasilkan keuntungan yang

digerakkan untuk menghasilkan keuntungan yang

besar bagi para pemilik

besar bagi para pemilik

modal. Seringkali kepentingan

modal. Seringkali kepentingan

petani dalam mempertahankan hidupnya di atas

petani dalam mempertahankan hidupnya di atas

sebidang tanah tergusur karena pengelolan tanah

sebidang tanah tergusur karena pengelolan tanah

untuk kepentingan penambangan, perkebunan atau

untuk kepentingan penambangan, perkebunan atau

kehutanan atas nama ekonomi-politik.

kehutanan atas nama ekonomi-politik.

Hingga saat ini perjuangan tanah untuk petani di

Hingga saat ini perjuangan tanah untuk petani di

Indonesia merupakan hal yang awam. Perjuangan ini

Indonesia merupakan hal yang awam. Perjuangan ini

mayoritas muncul secara sporadis—namun masif— 

mayoritas muncul secara sporadis—namun masif— 

seiring dengan perubahan iklim politik pada tahun

seiring dengan perubahan iklim politik pada tahun

998. Dalam perjuangannya petani bisa menghadapi

998. Dalam perjuangannya petani bisa menghadapi

lawan yang berbeda, namun satu hal yang sama

lawan yang berbeda, namun satu hal yang sama

  yakni lawan tersebut adalah struktur ketidakadilan

  yakni lawan tersebut adalah struktur ketidakadilan

 yang tersistematis dalam penguasaan, pemilikan dan

 yang tersistematis dalam penguasaan, pemilikan dan

penggunaan tanah. Adalah suatu kondisi yang sangat

penggunaan tanah. Adalah suatu kondisi yang sangat

timpang, ketika lebih dari 0 juta rumah tangga

timpang, ketika lebih dari 0 juta rumah tangga

petani hanya memiliki tanah masing-masing dengan

petani hanya memiliki tanah masing-masing dengan

luasan 0.5 hektar saja—sementara satu persekutuan

luasan 0.5 hektar saja—sementara satu persekutuan

perusahaan

perkebunan

sawit

diperbolehkan

perusahaan

perkebunan

sawit

diperbolehkan

menguasa

menguasa

i 00.000

i 00.000 hektar

hektar



.

.

Salah satu fakta dari pemaparan ini adalah

Salah satu fakta dari pemaparan ini adalah

kisah para petani yang berada di sekitar hutan

kisah para petani yang berada di sekitar hutan

resort Ngadisono, yang telah dan masih akan

resort Ngadisono, yang telah dan masih akan

memperjuangkan apa yang menjadi hak mereka.

memperjuangkan apa yang menjadi hak mereka.

  Telah lama mereka bersama-sama mewujudkan

  Telah lama mereka bersama-sama mewujudkan

reforma agraria sejati dengan cara mereka sendiri

reforma agraria sejati dengan cara mereka sendiri

untuk melawan ketidakadilan atas penguasaan,

untuk melawan ketidakadilan atas penguasaan,

pemilikan dan penggunaan sumber-sumber agraria.

pemilikan dan penggunaan sumber-sumber agraria.

(17)

Perasaan senasib dan kesadaran akan keterdesakan

Perasaan senasib dan kesadaran akan keterdesakan

untuk bertahan hidup menjadi awal bersatunya

untuk bertahan hidup menjadi awal bersatunya

kaum tani yang sebagian besar betempat tinggal di

kaum tani yang sebagian besar betempat tinggal di

dua desa yang berbatasan langsung dengan Hutan

dua desa yang berbatasan langsung dengan Hutan

Resort Ngadisono.

Resort Ngadisono.

Ngadisono dan Lebak merupakan dua desa yang

Ngadisono dan Lebak merupakan dua desa yang

terletak dideretan pegunungan yang mengelilingi

terletak dideretan pegunungan yang mengelilingi

kecamatan Kaliwiro, Kabupaten Wonosobo dan

kecamatan Kaliwiro, Kabupaten Wonosobo dan

tepatnya berbatasan langsung dengan hutan resort

tepatnya berbatasan langsung dengan hutan resort

Ngadisono, Wonosobo. Orang Jawa menyebut

Ngadisono, Wonosobo. Orang Jawa menyebut

Wonosobo berasal dari kata Wana dan Saba, yang

Wonosobo berasal dari kata Wana dan Saba, yang

berarti hutan dan berkumpul atau bermain. Itulah

berarti hutan dan berkumpul atau bermain. Itulah

sebabnya, mengapa sebagian besar wilayah Wonosobo

sebabnya, mengapa sebagian besar wilayah Wonosobo

terdiri dari gunung dan

terdiri dari gunung dan hutan. Hampir seperlima luas

hutan. Hampir seperlima luas

Wonosobo adalah hutan, dan sebagian besar

Wonosobo adalah hutan, dan sebagian besar

dikelola

dikelola

oleh Perhutani melalui KPH di daerah Kedu Selatan

oleh Perhutani melalui KPH di daerah Kedu Selatan

dan Kedu Utara. Kedua KPH ini

dan Kedu Utara. Kedua KPH ini

jelas menjadi kekuatan

jelas menjadi kekuatan

menguasai kawasan hutan dan menjadikannya basis

menguasai kawasan hutan dan menjadikannya basis

produksi untuk tanaman damar dan pinus.

(18)

5

5

Wonosobo, Jawa Tengah

Wonosobo, Jawa Tengah

Potret Pertanian Hutan Wonosobo

Potret Pertanian Hutan Wonosobo

Kondisi geografs 

Kondisi geografs 

Desa Ngadisono dan Lebak adalah dua desa

Desa Ngadisono dan Lebak adalah dua desa

  yang berbatasan langsung dengan Hutan Resort

  yang berbatasan langsung dengan Hutan Resort

Ngadisono. Hutan Resort Ngadisono berada di

Ngadisono. Hutan Resort Ngadisono berada di

 wilayah kecamatan Kaliwiro, sebuah kecamatan yang

 wilayah kecamatan Kaliwiro, sebuah kecamatan yang

berada di bagian selatan Kota Wonosobo. Kecamatan

berada di bagian selatan Kota Wonosobo. Kecamatan

Kaliwiro berbatasan dengan Kecamatan Leksono,

Kaliwiro berbatasan dengan Kecamatan Leksono,

Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Wadaslintang,

Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Wadaslintang,

dan Kecamatan Sigaluh. Hutan Resort Ngadisono

dan Kecamatan Sigaluh. Hutan Resort Ngadisono

adalah hutan negara yang dikuasai oleh perum

adalah hutan negara yang dikuasai oleh perum

Perhutani KPH Kedu Selatan. Luas Hutan Resort

Perhutani KPH Kedu Selatan. Luas Hutan Resort

Ngadisono yang dikelola oleh Perhutani mencapai

Ngadisono yang dikelola oleh Perhutani mencapai

6.9,95 hektar atau mencapai .5 persen

6.9,95 hektar atau mencapai .5 persen

dari total

dari total

keseluruhan KPH Kedu Selatan

keseluruhan KPH Kedu Selatan



.

.

Peta Wonosobo/Hutan Resort Ngadisono Peta Wonosobo/Hutan Resort Ngadisono

(19)

6

6

Hutan Resort Ngadisono berbatasan dengan Desa

Hutan Resort Ngadisono berbatasan dengan Desa

Ngadisono dan Lebak di sisi sebelah selatan. Luas

Ngadisono dan Lebak di sisi sebelah selatan. Luas

Desa Ngadisono mencapai 5 hektar, hanya 8 hektar

Desa Ngadisono mencapai 5 hektar, hanya 8 hektar

diantaranya yang menjadi lahan persawahan yang

diantaranya yang menjadi lahan persawahan yang

masih menggunakan irigasi sederhana

masih menggunakan irigasi sederhana



. Sementara

. Sementara

itu sisanya didominasi oleh lahan tegalan dan kebun

itu sisanya didominasi oleh lahan tegalan dan kebun

 yang hampir seluruhnya ditanami oleh tanaman

 yang hampir seluruhnya ditanami oleh tanaman

kayu-kayuan. Desa Ngadisono sendiri

kayuan. Desa Ngadisono sendiri berbatasan langsung

berbatasan langsung

dengan kawasan resort hutan pinus Ngadisono yang

dengan kawasan resort hutan pinus Ngadisono yang

dikelola oleh Perhutani di sebelah bagian barat laut,

dikelola oleh Perhutani di sebelah bagian barat laut,

berbatasan dengan Desa Grugu di utara, Desa Ngalian

berbatasan dengan Desa Grugu di utara, Desa Ngalian

di bagian selatan, Desa Lebak di bagian Barat, dan

di bagian selatan, Desa Lebak di bagian Barat, dan

Desa Gumelar serta Tracap di sebelah Timur.

Desa Gumelar serta Tracap di sebelah Timur.

Sementara itu, Desa Lebak memiliki total luasan

Sementara itu, Desa Lebak memiliki total luasan

lahan seluas 55 hektar

lahan seluas 55 hektar



. Berbeda dengan Desa

. Berbeda dengan Desa

Ngadisono, Desa Lebak yang terkenal dengan sebutan

Ngadisono, Desa Lebak yang terkenal dengan sebutan

daerah lumbung padi untuk kawasan Ngadisono dan

daerah lumbung padi untuk kawasan Ngadisono dan

sekitarnya memiliki luas lahan sawah yang lebih besar,

sekitarnya memiliki luas lahan sawah yang lebih besar,

  yaitu

  yaitu

9 hekta

9 hektar .

r .

Sebagian

Sebagian

besar,

besar,

yaitu

yaitu

9 hekta

9 hektar

r

55

.

.

Sebagian besar lahan persawahannya merupakan

Sebagian besar lahan persawahannya merupakan

sawah tadah hujan dan sisanya menggunakan

sawah tadah hujan dan sisanya menggunakan

irigasi sederhana. Namun demikian, sama halnya

irigasi sederhana. Namun demikian, sama halnya

dengan Desa Ngadisono, sebagian besar lahannya

dengan Desa Ngadisono, sebagian besar lahannya

masih berupa kebun dan tegalan yang ditanami oleh

masih berupa kebun dan tegalan yang ditanami oleh

tanaman hutan dan kayu-kayuan. Desa Lebak persis

tanaman hutan dan kayu-kayuan. Desa Lebak persis

berbatasan dengan Desa Ngadisono dan Hutan

berbatasan dengan Desa Ngadisono dan Hutan Resort

Resort

Ngadisono di bagian selatan dan timur lautnya.

Ngadisono di bagian selatan dan timur lautnya.

Di sebelah utara, Desa Lebak berbatasan dengan

Di sebelah utara, Desa Lebak berbatasan dengan

Desa Purwosari. Sementara di timur, Desa Lebak

Desa Purwosari. Sementara di timur, Desa Lebak

berbatasan

berbatasan

dengan

dengan

Desa Gru

Desa Gru

gu, dan di s

gu, dan di sebelah barat

ebelah barat

berbatasan dengan Desa Ngasinan. Kedua wilayah

berbatasan dengan Desa Ngasinan. Kedua wilayah

ini bisa diakses dengan menggunakan kendaraan

ini bisa diakses dengan menggunakan kendaraan

bermotor sekitar 5 menit dari

(20)

Wonosobo, Jawa Tengah

Wonosobo, Jawa Tengah

Peta Desa Ngadisono Peta Desa Ngadisono

Peta Desa Ngadisono Peta Desa Ngadisono

(21)

8

8

Kondisi

Kondisi

Sosial

Sosial Ekonomi 

Ekonomi 

Hingga tahun 005, jumlah penduduk Desa Ngadisono

Hingga tahun 005, jumlah penduduk Desa Ngadisono

mencapai 5.058 jiwa yang terdiri dari .6 kepala

mencapai 5.058 jiwa yang terdiri dari .6 kepala

keluarga. Sementara itu, Desa Lebak

keluarga. Sementara itu, Desa Lebak memiliki jumlah

memiliki jumlah

penduduk yan

penduduk yan

g

g jauh lebih

jauh lebih

sedikit yaitu

sedikit yaitu

.9

.9 jiwa ya

jiwa yang

ng

tergabung kedalam 6 kepala keluarga

tergabung kedalam 6 kepala keluarga

66

. Mengingat

. Mengingat

lahan yang lebih sempit sementara penduduknya

lahan yang lebih sempit sementara penduduknya

lebih banyak, maka kepadatan Desa

lebih banyak, maka kepadatan Desa

Ngadisono lebih

Ngadisono lebih

tinggi apabila dibandingkan dengan Desa Lebak.

tinggi apabila dibandingkan dengan Desa Lebak.

Demikian juga dengan tingkat mutasi penduduknya,

Demikian juga dengan tingkat mutasi penduduknya,

Desa Ngadisono memiliki tingkat mutasi penduduk

Desa Ngadisono memiliki tingkat mutasi penduduk

  yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan Desa

  yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan Desa

Lebak. Hal ini disebabkan oleh tingginya jumlah

Lebak. Hal ini disebabkan oleh tingginya jumlah

masyarakat yang pergi dan keluar masuk desa guna

masyarakat yang pergi dan keluar masuk desa guna

mencari pekerjaan disektor lain, terutama untuk

mencari pekerjaan disektor lain, terutama untuk

golongan penduduk berumur 5-9 tahunan

golongan penduduk berumur 5-9 tahunan



. Oleh

. Oleh

karenanya, kepemilikan lahan di Desa Ngadisono

karenanya, kepemilikan lahan di Desa Ngadisono

lebih sedikit dibandingkan dengan penduduk Desa

lebih sedikit dibandingkan dengan penduduk Desa

Lebak—teruta

Lebak—teruta

ma un

ma untuk sawa

tuk sawah.

h.

Dari s

Dari s

isi pendidika

isi pendidika

n,

n,

sebagian besar penduduk di kedua desa telah

sebagian besar penduduk di kedua desa telah

menyelesaika

menyelesaikan pendidikan di

n pendidikan di tingkat sekolah dasar.

tingkat sekolah dasar.

Pertanian masih menjadi sektor utama mata

Pertanian masih menjadi sektor utama mata

pencaharian masyarakat di kedua desa. Bedanya

pencaharian masyarakat di kedua desa. Bedanya

di Desa Ngadisono buruh taninya lebih banyak

di Desa Ngadisono buruh taninya lebih banyak

dibandingkan dengan Desa Lebak. Hal ini diakibatkan

dibandingkan dengan Desa Lebak. Hal ini diakibatkan

oleh perbedaan budaya dan karakter dari kedua desa

oleh perbedaan budaya dan karakter dari kedua desa

terhadap siste

terhadap sistem pertanian.

m pertanian.

Ngadisono dinil

Ngadisono dinilai memiliki

ai memiliki

karakter pertanian hutan yang lebih tinggi akibat

karakter pertanian hutan yang lebih tinggi akibat

dari karakter lahan dan tumbuhannya. Hal tersebut

dari karakter lahan dan tumbuhannya. Hal tersebut

menyebabkan penduduk Ngadisono tertarik

menyebabkan penduduk Ngadisono tertarik

kedalam

kedalam

banyak sektor daripada berkonsentrasi di dunia

banyak sektor daripada berkonsentrasi di dunia

pertanian. Komposisi mata pencaharian cukup

(22)

9

9

Wonosobo, Jawa Tengah

Wonosobo, Jawa Tengah

bervariasi mulai dari buruh tani, kuli bangunan,

bervariasi mulai dari buruh tani, kuli bangunan,

petani, pekerja sektor

petani, pekerja sektor angkutan, pedagang, peternak,

angkutan, pedagang, peternak,

pengrajin,

pengrajin,

penggali

penggali batu dan

batu dan PNS.

PNS.

Selain itu

Selain itu, jumlah

, jumlah

 TKI yang bekerja diluar negeri lebih banyak berasal dari

 TKI yang bekerja diluar negeri lebih banyak berasal dari

Desa Ngadisono jika dibandingkan dengan TKI dari

Desa Ngadisono jika dibandingkan dengan TKI dari

Desa Lebak. Hal ini pula yang menyebabkan karakter

Desa Lebak. Hal ini pula yang menyebabkan karakter

masyarakat Desa Ngadisono tampak lebih mudah

masyarakat Desa Ngadisono tampak lebih mudah

dipenetrasi oleh kebudayaan luar. Penyebabnya tak

dipenetrasi oleh kebudayaan luar. Penyebabnya tak

lain dan tak bukan karena tingginya mobilitas dan

lain dan tak bukan karena tingginya mobilitas dan

interaksi dengan dunia luar

interaksi dengan dunia luar

jika dibandingkan dengan

jika dibandingkan dengan

penduduk Desa Lebak.

penduduk Desa Lebak.

Sementara itu, masyarakat Desa Lebak dari dulu

Sementara itu, masyarakat Desa Lebak dari dulu

sudah dikenal sebagai masyarakat pertanian,

sudah dikenal sebagai masyarakat pertanian,

terutama sawah. Ketika sumber mata air berkurang

terutama sawah. Ketika sumber mata air berkurang

akibat penanaman pinus oleh Perhutani pada tahun

akibat penanaman pinus oleh Perhutani pada tahun

96, maka pada periode tahun 986 hingga tahun

96, maka pada periode tahun 986 hingga tahun

90-an b90-anyak 90-anggota masyarakat Lebak y90-ang berhijrah

an banyak anggota masyarakat Lebak yang berhijrah

untuk menjadi buruh perkebunan ke Sumatera dan

untuk menjadi buruh perkebunan ke Sumatera dan

lahannya dijual kepada penduduk Desa Ngadisono.

lahannya dijual kepada penduduk Desa Ngadisono.

Pada sekitar tahun 990-an, banyak penduduk Desa

Pada sekitar tahun 990-an, banyak penduduk Desa

Lebak yang berhijrah kembali ke desanya. Pada saat

Lebak yang berhijrah kembali ke desanya. Pada saat

itu, lahan di desanya sudah banyak dikuasai oleh

itu, lahan di desanya sudah banyak dikuasai oleh

penduduk Desa Ngadisono, namun karena karakter

penduduk Desa Ngadisono, namun karena karakter

penduduk Desa Ngadisono yang tidak tertarik

penduduk Desa Ngadisono yang tidak tertarik

terhadap pertanian sawah—selain itu karena alasan

terhadap pertanian sawah—selain itu karena alasan

  jarak yang cukup jauh, maka penduduk Ngadisono

  jarak yang cukup jauh, maka penduduk Ngadisono

menjual kembali lahan sawah tersebut kepada

menjual kembali lahan sawah tersebut kepada

penduduk Desa Lebak. Hal inilah yang menyebabkan

penduduk Desa Lebak. Hal inilah yang menyebabkan

struktur

struktur

mata

mata

pencaharian

pencaharian

masyarakat

masyarakat

di

di

kedua

kedua

desa menjadi berbeda.

(23)

0

0

Pertanian,

Pertanian,

Nilai

Nilai Lokal

Lokal dan

dan Permasalahannya 

Permasalahannya 

Kabupaten Wonosobo adalah kabupaten yang

Kabupaten Wonosobo adalah kabupaten yang

memiliki wilayah yang didominasi oleh pegunungan

memiliki wilayah yang didominasi oleh pegunungan

dan kawasan hutan. 5 desa (0 persen) di

dan kawasan hutan. 5 desa (0 persen) di

Wonosobo berada pada perbatasan langsung dengan

Wonosobo berada pada perbatasan langsung dengan

kawasan hutan negara. Padahal jumlah penduduk

kawasan hutan negara. Padahal jumlah penduduk

Kabupaten Wonosobo 80 persen adalah petani, hal ini

Kabupaten Wonosobo 80 persen adalah petani, hal ini

menunjukkan betapa dekatnya para petani dengan

menunjukkan betapa dekatnya para petani dengan

kehidupan hutan

kehidupan hutan

88

.

.

Petani memang merupakan profesi yang paling dekat

Petani memang merupakan profesi yang paling dekat

dengan

dengan

kehidupan

kehidupan

hutan.

hutan.

Namun

Namun

ironisnya

ironisnya

banyak

banyak

di antara mereka sama sekali tidak bisa menikmati

di antara mereka sama sekali tidak bisa menikmati

hasil dari kekayaan hutan, petani justru mengalami

hasil dari kekayaan hutan, petani justru mengalami

ketakutan akan kekuatan birokrasi yang selama ini

ketakutan akan kekuatan birokrasi yang selama ini

telah dilegalkan untuk

telah dilegalkan untuk

mengurusi hutan disekitarnya.

mengurusi hutan disekitarnya.

Begitu pula dengan yang terjadi dengan masyarakat

Begitu pula dengan yang terjadi dengan masyarakat

 yang berada disekitar Hutan Resort Ngadisono, KPH

 yang berada disekitar Hutan Resort Ngadisono, KPH

Kedu Selatan.

Kedu Selatan.

Pertanian

Pertanian

di

di

kedua

kedua

desa

desa

pada

pada

dasarnya

dasarnya

merupakan

merupakan

tipe pertanian hutan. Hal ini tak lepas dari tipologi

tipe pertanian hutan. Hal ini tak lepas dari tipologi

tanah dan ketersediaan sumber daya yang ada. Jika

tanah dan ketersediaan sumber daya yang ada. Jika

dilihat dari struktur penduduk dan penggunaan

dilihat dari struktur penduduk dan penggunaan

lahannya, sebagian besar dari penduduk di kedua

lahannya, sebagian besar dari penduduk di kedua

desa ini jelas memiliki ketergantungan yang tinggi

desa ini jelas memiliki ketergantungan yang tinggi

terhadap sektor pertanian. Dalam konteks ini,

terhadap sektor pertanian. Dalam konteks ini,

lokasi yang cukup jauh dari sumber peradaban juga

lokasi yang cukup jauh dari sumber peradaban juga

berpengaruh karena mensyaratkan kemampuan

berpengaruh karena mensyaratkan kemampuan

bertahan hidup yang tinggi.

bertahan hidup yang tinggi.

Produk pertanian dari kedua desa tidak terlalu

Produk pertanian dari kedua desa tidak terlalu

  jauh berbeda. Untuk tanaman pangan kedua desa

(24)





Wonosobo, Jawa Tengah

Wonosobo, Jawa Tengah

menghasilkan padi—baik itu padi sawah ataupun

menghasilkan padi—baik itu padi sawah ataupun

padi gogo—dan juga jagung. Selain tanaman pangan

padi gogo—dan juga jagung. Selain tanaman pangan

pokok, produk lainnya yaitu berupa cabe, pisang,

pokok, produk lainnya yaitu berupa cabe, pisang,

salak, cengkeh, kelapa, kopi, klembak, dan

salak, cengkeh, kelapa, kopi, klembak, dan kapulaga.

kapulaga.

Untuk produk hasil

Untuk produk hasil

peternakan rata-rata setiap petani

peternakan rata-rata setiap petani

memiliki ternak berupa kerbau,

memiliki ternak berupa kerbau, sapi, kambing, ayam,

sapi, kambing, ayam,

itik, entok, kelinci, dan angsa. Hasil pertanian dan

itik, entok, kelinci, dan angsa. Hasil pertanian dan

peternakan ini menjadi sumber utama penghidupan

peternakan ini menjadi sumber utama penghidupan

bagi sebagian besar petani yang hidup di kedua

bagi sebagian besar petani yang hidup di kedua

desa.

desa.

Dalam melakukan pertanian, baik masyarakat Desa

Dalam melakukan pertanian, baik masyarakat Desa

Ngadisono dan Desa Lebak masih melakukan pertanian

Ngadisono dan Desa Lebak masih melakukan pertanian

subsisten yang sesekali disisipi oleh pertanian

subsisten yang sesekali disisipi oleh pertanian

komersial. Artinya, sebagian besar hasil

komersial. Artinya, sebagian besar hasil pertaniannya

pertaniannya

dikonsumsi sendiri, dan apabila berlebih maka hasil

dikonsumsi sendiri, dan apabila berlebih maka hasil

pertaniannya akan dijual. Sistem pertanian biasanya

pertaniannya akan dijual. Sistem pertanian biasanya

dilakukan

dengan

sistem

multicropping—yang

dilakukan

dengan

sistem

multicropping—yang

artinya dalam satu luasan lahan terdapat berbagai

artinya dalam satu luasan lahan terdapat berbagai

  jenis tanaman. Sebagian besar masyarakat masih

  jenis tanaman. Sebagian besar masyarakat masih

menggunakan pupuk kandang sebagai asupan pokok

menggunakan pupuk kandang sebagai asupan pokok

dari tanamannya.

dari tanamannya.

Di antara kedua desa terdapat perbedaan dalam pola

Di antara kedua desa terdapat perbedaan dalam pola

dan cara memandang pertanian. Di Desa Ngadisono,

dan cara memandang pertanian. Di Desa Ngadisono,

masyarakatnya lebih memilih untuk menjadi buruh

masyarakatnya lebih memilih untuk menjadi buruh

tani daripada menjadi petani penggarap, meskipun

tani daripada menjadi petani penggarap, meskipun

mereka diberikan kesempatan untuk mengakses

mereka diberikan kesempatan untuk mengakses

tanah. Orientasi pada uang

tanah. Orientasi pada uang

cash 

cash 

(tunai) sangat

(tunai) sangat

nampak apabila dibandingkan dengan masyarakat di

nampak apabila dibandingkan dengan masyarakat di

Desa Lebak.

Desa Lebak.

  Terdapat falsafah Jawa yang mempengaruhi sistem

  Terdapat falsafah Jawa yang mempengaruhi sistem

pertanian di kedua desa ini. Falsafah tersebut

pertanian di kedua desa ini. Falsafah tersebut

(25)





menyebutkan bahwa orang hidup yang paling utama

menyebutkan bahwa orang hidup yang paling utama

adalah

adalah

menanam,

menanam,

yang

yang

menengah

menengah

berdagang,

berdagang,

dan yang paling rendah menjadi buruh. Ini jelas

dan yang paling rendah menjadi buruh. Ini jelas

berarti kemuliaan hidup berada di tangan petani.

berarti kemuliaan hidup berada di tangan petani.

Namun demikian, semakin hari falsafah ini semakin

Namun demikian, semakin hari falsafah ini semakin

memudar—terutama di kalangan pemuda—karena

memudar—terutama di kalangan pemuda—karena

semakin tidak menjanjikannya sektor pertanian

semakin tidak menjanjikannya sektor pertanian

  yang mereka pertahankan. Satu hal lagi, fenomena

  yang mereka pertahankan. Satu hal lagi, fenomena

ini juga diakibatkan tidak berpihaknya berbagai

ini juga diakibatkan tidak berpihaknya berbagai

kebijakan negara terhadap sektor yang menjadi mata

kebijakan negara terhadap sektor yang menjadi mata

pencaharian utama mereka. Hanya beberapa petani

pencaharian utama mereka. Hanya beberapa petani

  yang konsisten saja yang masih mempertahankan

  yang konsisten saja yang masih mempertahankan

hidupnya melalui sektor pertanian—dan akhirnya

hidupnya melalui sektor pertanian—dan akhirnya

berjuang untuk melawan segala ketidakadilan yang

berjuang untuk melawan segala ketidakadilan yang

ada.

ada.

Banyak kendala yang menjadikan sektor pertanian

Banyak kendala yang menjadikan sektor pertanian

tidak menjanjikan lagi. Beberapa kendala utama yang

tidak menjanjikan lagi. Beberapa kendala utama yang

ada di antaranya: () Ketidakmampuan masyarakat

ada di antaranya: () Ketidakmampuan masyarakat

tani dalam mengakses lahan, air, modal dan

tani dalam mengakses lahan, air, modal dan sumber-

sumber-sumber agraria lainnya seperti benih dan pupuk; ()

sumber agraria lainnya seperti benih dan pupuk; ()

Kurangnya pemahaman dan pengetahuan teknis; ()

Kurangnya pemahaman dan pengetahuan teknis; ()

Adanya masalah lingkungan yang disebabkan oleh

Adanya masalah lingkungan yang disebabkan oleh

pengelolaan hutan oleh Perhutani; dan () Harga

pengelolaan hutan oleh Perhutani; dan () Harga

produk pertanian yang rendah.

produk pertanian yang rendah.

Masalah lain yang muncul adalah adanya ketidakadilan

Masalah lain yang muncul adalah adanya ketidakadilan

dalam hal akses terhadap sumber agraria. Ketidak

dalam hal akses terhadap sumber agraria. Ketidak

adilan

adilan

yang

yang

sampai

sampai

saat

saat

ini

ini

terjadi di

terjadi di

depan mata

depan mata

para petani adalah dalam hal penguasaan, pemilikan

para petani adalah dalam hal penguasaan, pemilikan

dan penggunaan tanah. Petani hanya memiliki

dan penggunaan tanah. Petani hanya memiliki

rata-rata luasan lahan kurang dari 0.5 hektar,

rata luasan lahan kurang dari 0.5 hektar, sementara

sementara

Perhutani mendominasi pengelolaan ribuan hektar

Perhutani mendominasi pengelolaan ribuan hektar

kawasan hutan yang dulunya menjadi sumber

kawasan hutan yang dulunya menjadi sumber

(26)





Wonosobo, Jawa Tengah

Wonosobo, Jawa Tengah

penghidupan mereka. Ditahun 006,  persen

penghidupan mereka. Ditahun 006,  persen

penduduk Ngadisono bahkan tidak memiliki lahan

penduduk Ngadisono bahkan tidak memiliki lahan

sama sekali, dan sekitar 8 persen penduduknya

sama sekali, dan sekitar 8 persen penduduknya

hanya menguasai lahan kurang dari 0.5 hektar

hanya menguasai lahan kurang dari 0.5 hektar

99

.

.

Setelah kedatangan Perhutani, petani hanya mampu

Setelah kedatangan Perhutani, petani hanya mampu

menjadi buruh penyadap getah pinus. Sementara itu,

menjadi buruh penyadap getah pinus. Sementara itu,

kondisi hutan yang semakin rusak akibat ditanami

kondisi hutan yang semakin rusak akibat ditanami

pinus tidak mampu

pinus tidak mampu

memberikan sumber penghidupan

memberikan sumber penghidupan

seperti masa-masa sebelumnya.

seperti masa-masa sebelumnya.

Ketidakadilan semakin menjadi ketika terjadi

Ketidakadilan semakin menjadi ketika terjadi

penjarahan hutan oleh oknum Perhutani dan diikuti

penjarahan hutan oleh oknum Perhutani dan diikuti

  juga oleh sekelompok petani yang ikut-ikutan

  juga oleh sekelompok petani yang ikut-ikutan

menjarah. Kehidupan petani—yang tidak memiliki

menjarah. Kehidupan petani—yang tidak memiliki

tanah sama sekali dan sangat tergantung menjadi

tanah sama sekali dan sangat tergantung menjadi

buruh penyadap—mau tak mau jadi terancam. Represi

buruh penyadap—mau tak mau jadi terancam. Represi

dan cap petani sebagai penjarah hutan ini tentunya

dan cap petani sebagai penjarah hutan ini tentunya

memperparah kondisi petani yang sebenarnya sudah

memperparah kondisi petani yang sebenarnya sudah

cukup menderita. Hal inilah yang mendorong mereka

cukup menderita. Hal inilah yang mendorong mereka

untuk sepakat berkumpul, berjuang bersama,

untuk sepakat berkumpul, berjuang bersama,

menyatukan kekuatan untuk menghapus segala

menyatukan kekuatan untuk menghapus segala

ketidakadilan yang ada di depan mata mereka.

ketidakadilan yang ada di depan mata mereka.

Monokultur Hutan: Kemiskinan, Ketidakadilan dan 

Monokultur Hutan: Kemiskinan, Ketidakadilan dan 

Ketertindasan Kaum Tani 

Ketertindasan Kaum Tani 

Resort Ngadisono resmi dikelola oleh

Resort Ngadisono resmi dikelola oleh pihak Perhutani

pihak Perhutani

sejak tahun 96-an. Berdasarkan data dari

sejak tahun 96-an. Berdasarkan data dari

Perhutani, ,Hutan Resort Ngadisono merupakan hutan

Perhutani, ,Hutan Resort Ngadisono merupakan hutan

  yang dikelompokan kedalam kelompok perusahaan

  yang dikelompokan kedalam kelompok perusahaan

pinus. Areal total yang ditanami pinus adalah seluas

pinus. Areal total yang ditanami pinus adalah seluas

6.9.95 hektar atau sebesar .5 persen dari total

6.9.95 hektar atau sebesar .5 persen dari total

keseluruhan Hutan Resort Ngadisono merupakan

keseluruhan Hutan Resort Ngadisono merupakan

(27)





hutan yang dikelompokkan ke dalam kelompok

hutan yang dikelompokkan ke dalam kelompok

perusahaan pinus. Areal total yang ditanami pinus

perusahaan pinus. Areal total yang ditanami pinus

adalah seluas 6.9.95 hektar atau sebesar .5

adalah seluas 6.9.95 hektar atau sebesar .5

persen dari total keseluruhan KPH Kedu Selatan

persen dari total keseluruhan KPH Kedu Selatan

00

.

.

Pada tahun 985 kawasan tersebut ditanami pinus

Pada tahun 985 kawasan tersebut ditanami pinus

  yang memiliki umur tebang 0 tahun. Penanaman

  yang memiliki umur tebang 0 tahun. Penanaman

hutan pinus secara massal oleh pihak Perhutani

hutan pinus secara massal oleh pihak Perhutani

dirasakan membawa banyak dampak negatif bagi

dirasakan membawa banyak dampak negatif bagi

lingkungan dan masyarakat desa. Meskipun secara

lingkungan dan masyarakat desa. Meskipun secara

pendapatan kasar, sebagian masyarakat desa ada

pendapatan kasar, sebagian masyarakat desa ada

  yang bisa bekerja sebagai buruh sadap Perhutani.

  yang bisa bekerja sebagai buruh sadap Perhutani.

Sekitar 5 persen penduduk desa di sekitar hutan

Sekitar 5 persen penduduk desa di sekitar hutan

terlibat dalam proses penyadapan getah pinus

terlibat dalam proses penyadapan getah pinus

tersebut.

tersebut.

Pada awalnya, kedua desa yang berbatasan dengan

Pada awalnya, kedua desa yang berbatasan dengan

Hutan Resort Ngadisono memiliki dukungan dan

Hutan Resort Ngadisono memiliki dukungan dan

keselarasan dengan alam yang cukup baik. Kondisi

keselarasan dengan alam yang cukup baik. Kondisi

hutan yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi

hutan yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi

menyebabkan aliran air desa terjamin. Bahkan pada

menyebabkan aliran air desa terjamin. Bahkan pada

awal tahun 980-an, Desa Lebak sempat menjadi

awal tahun 980-an, Desa Lebak sempat menjadi

daerah penghasil pangan yang mampu menyuplai

daerah penghasil pangan yang mampu menyuplai

kebutuhan desa-desa disekitarnya. Namun sayang

kebutuhan desa-desa disekitarnya. Namun sayang

pada sekitar ahun 990-an, debit air berkurang

pada sekitar ahun 990-an, debit air berkurang

drastis. Hal ini langsung berakibat pada tingginya

drastis. Hal ini langsung berakibat pada tingginya

konversi lahan sawah menjadi lahan

konversi lahan sawah menjadi lahan

tegalan. Kondisi

tegalan. Kondisi

ini membuat para petani segera hijrah

ini membuat para petani segera hijrah

untuk mencari

untuk mencari

sumber penghidupan yang lebih layak. Ada kaum

sumber penghidupan yang lebih layak. Ada kaum

tani yang pergi ke kota, ke daerah perkebunan sawit

tani yang pergi ke kota, ke daerah perkebunan sawit

dan ada juga yang menjadi TKI.

dan ada juga yang menjadi TKI.

Pada tahun 990-an sebenarnya sudah terbukti

Pada tahun 990-an sebenarnya sudah terbukti

bahwa

bahwa

pinus memiliki

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian para pembuat arang mulai mencari kegiatan lain sebagai usaha untuk dapat bertahan hidup, sebagiam orang memilih berkebun cabai menjadi salah satu pilihan untuk

Dala!ll  kaslls  pcngC\ol<k!ll  hutan  negara  di  Wonosobo  hendak  ditunjukkan  scbcrapa  jauh  kcmampuan  tata­kelola  (governance) pemerintah  (pusat  dan 

Substrat yang digunakan jamur untuk tumbuh di kawasan Hutan Sekipan Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah yang paling dominan adalah pada

Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya karena paku memiliki potensi pemanfaatan yang cukup baik untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan obat, bahan makanan dan tanaman

Untuk mewujudkan besarnya potensi areal hutan Perum Perhutani tersebut sebagai areal produsen kedelai, telah dilaksanakan sosialisasi gelar teknologi budi daya kedelai di

Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya karena paku memiliki potensi pemanfaatan yang cukup baik untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan obat, bahan makanan dan tanaman

memiliki perasaan sayang kepada ibunya yang dijadikan sebagai objek untuk bertahan hidup; (2) Renjani dominan terhadap id dan insting hidup, ia memperlakukan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 26 Tahun