• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU EPIFIT DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU EPIFIT DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU EPIFIT DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI

JAWA TENGAH

Disusun sebagai salah satu syarat meyelesaikan Progam Studi Strata 1 pada Jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

NELLY MAHENDRATI A 420 130 019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)

i

PERSETUJUAN

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU EPIFIT

DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

NELLY MAHENDRATI A420130019

Telah di periksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

(Efri Roziaty, S.Si, M.Si) NIP:197904242005012004

(3)

ii

PENGESAHAN

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU EPIFIT DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA

TENGAH

Yang dipersiapkan dan disusun oleh : NELLY MAHENDRATI

A 420 130 019

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Senin, 10 Juli 2017 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji

1. Efri Roziaty, S.Si., M.Si. ( ) (Ketua Dewan Penguji)

2. Dra. Suparti, M.Si ( ) (Anggota I Dewan Penguji)

3. Dra. Aminah Asngad, M.Si ( ) (Anggota II Dewan Penguji)

Surakarta, 10 Juli 2017

Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dekan,

Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum NIP. 196504281993031001

(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskahdan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya diatas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya . Surakarta, 10 Juli 2017 Penulis NELLY MAHENDRATI A 420 130 019

(5)

1

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU EPIFIT DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI

JAWA TENGAH.

ABSTRAK

Hutan Pinus Kragilan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah merupakan kawasan hutan yang didominasi oleh Pinus (Pinus mercusii). Adapun jenis tumbuhan lain yang hadir di kawasan ini yaitu pohon Gaharu (Aquilaria malacensis) dan beberapa jenis tumbuhan lain termasuk tumbuhan paku. Keberadaan paku-pakuan ini masih kurang mendapat perhatian dibanding kelompok tumbuhan lainnya dan seringkali terabaikan, sehingga Hutan Pinus Kragilan belum mempunyai data tentang tumbuhan paku yang hadir di kawasan tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan paku epifit di kawasan Hutan Pinus Kragilan. Data dikumpulkan dari 03April 2017 sampai 30 April 2017 dengan menggunakan metode petak ukuran (10mx 10m), sebanyak 12 plot dengan jarak 30 meter. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 9 jenis tumbuhan paku, yang terdiri Diplazium procumbens, Belvisia spicata, Davallia pulmonalis, Davallia denticulate, Davallia solida, Dynaria quercifolia, Nephrolepis exaltata, Nephrolepis sp, dan selaginella ornata. Hasil Indeks keanekaragaman (H’) yaitu 0.755, hasil ini mengindikasikan bahwa keanekaragaman Tumbuhan paku epifit rendah di kawasan hutan pinus. Tumbuhan dengan Indeks Keanekaragaman paling rendah adalah Nepholepis exaltata dengan indeks keanekaragaman sebesar 0.013 < 1(rendah).

Kata Kunci: Keanekaragaman, Paku epifit, Hutan Pinus

ABSTRACT

Kragilan Pine Forest Magelang Regency Central Java is a forest area which is dominated by Pinus (Pinus mercusii). The other plant species exist in this area are Gaharu trees (Aquilaria malacensis) and several other plant species including fern plants. The existence of these ferns is still less attention than other plant groups and is often neglected, so the Pine Forest of Kragilan has no data on fern plants existance in the area. The aim of this research is to know the diversity of nail plant species in Kragilan Pine Forest area of Magelang Regency, Central Java. Data were collected from April 3, 2017 to April 30, 2017 using a plot method size (10m x 10m), as many as 12 plots with a distance of 30 meters. Based on the results of the study, there are 9 species of fern plants, consist of Diplazium procumbens, Belvisia spicata, Davallia pulmonalis, Davallia denticulata, Davallia solida, Dynaria quercifolia, Nephrolepis exaltata, Nephrolepis sp and selaginella ornata. The index of Deversity (H’) is 0,755 . This index indicating that low Epiphytic Fern in Kragilan Pine Forest. The lowest Diversity Index is Nepholepis exaltata with a diversity index of 0.013 <1 (low).

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Tumbuhan paku sebagai bagian dari keanekaragaman hayati yang secara ekologis memiliki peranan penting bagi keseimbangan ekosistem hutan yaitu sebagai pencegah erosi, membantu proses pelapukan serasah hutan, dan produsen dalam rantai makanan (Suraida, 2013). Pertumbuhan paku dipengaruhi oleh kelembaban, suhu, intensitas cahaya dan lain-lain. Tumbuhan paku memiliki daerah penyebaran yang luas sehingga dapat dijumpai di berbagai belahan dunia mulai dari daerah, dataran rendah, rawa, sawah, kebun, kawasan pegunungan, tebing yang curam, tepi sungai dan hutan.

Pada umumnya penyebaran tumbuhan paku ini cukup luas karena dilakukan melalui spora. Organ spora sangat efisien untuk kepentingan penyebaran karena dapat mencapai tempat-tempat jauh dengan bantuan angin serta dapat direproduksi dalam jumlah yang banyak. Dengan cara demikian sebagian dari spora tersebut menemukan tempat yang cocok untuk pertumbuhannya (Bambang, 2002). Menurut (Tjitrosoepomo, 2014) divisi Pteridophyta dapat dikelompokkan ke dalam empat kelas yaitu Psilophytinae, Lycopodiinae, Equisetinae, Filiciane dan berdasarkan tempat tumbuhnya, terdapat dua jenis cara tumbuh tumbuhan paku salah satunya adalah tumbuhan paku yang hidup menempel di pohon-pohon (epifit).

Keanekaragaman paku epifit banyak ditemukan di salah satu kawasan taman nasional gunung merbabu. Status kawasan TN Gunung Merbabu ditetapkan dengan keputusan Menteri Kehutanan Replublik Indonesia Nomor: SK.3623/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 6 Mei 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Merbabu 5.820, hektar di Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.

Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki daya tarik wisata alam salah satu wisata yang terletak di Taman Nasional Gunung Merbabu yaitu Blok Hutan Pinus Kragilan Desa Pogalan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah dengan ketinggian kurang lebih 1330 diatas permukaan laut yang memiliki kelembaban tinggi. Kelembaban yang tinggi merupakan

(7)

3

salah satu faktor tumbuhan paku tumbuh. Tumbuhan paku di daerah ini juga belum di eksplorasi keanekaragaman jenis. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dengan judul “KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU EPIFIT DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH”. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan paku epifit di Kawasan Hutan Pinus Kragilan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah.

2. METODE

Pengambilan sampel tumbuhan paku dilakukan di kawasan Hutan Pinus Kragilan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 April 2017 - 30 April 2017. Populasi pada penelitian ini adalah flora di Hutan Pinus Kragilan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Sampel adalah Tumbuhan paku epifit yang berada di Kawasan Hutan Pinus Kragilan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif eksplorasi. Tahap dalam pengambilan sampling dilakukan dengan 2 tingkatan, tingkatan ke 1 : Tahap penentuan sampling dilakukan dengan proposive sampling (Pengambilan sampel secara disengaja dan sesuai tujuan penelitian), tingkatan ke 2: Tahap pengambilan tumbuhan paku epifit menggunakan metode petak, metode petak digunakan untuk membatasi vegetasi. Pengambilan sampel paku epifit dengan membuat plot berukuran (10m X 10m) sebanyak 12 plot dengan jarak 30-50 meter.Teknik pengumpulan data menggunakan berberapa cara yaitu observasi, metode wawancara, metode kepustakaan, metode dokumentasi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Keanekaragaman Tumbuhan Paku di kawasan Hutan Pinus Kragilan

Hutan Pinus Kragilan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah merupakan kawasan hutan yang didominasi oleh Pinus (Pinus mercusii).Adapun

(8)

4

jenis tumbuhan lain yang hadir di kawasan ini yaitu pohon Gaharu (Aquilaria malacensis) dan beberapa jenis tumbuhan lain termasuk tumbuhan paku. Berdasarkan hasil penelitian tumbuhan paku epifit yang sudah dilakukan, memperoleh hasil di lapangan mengenai jumlah individu dari jenis tumbuhan paku epifit di Hutan Pinus Kragilan Magelang Jawa Tengah.

Tabel 1 Hasil inventarisasi tumbuhan paku yang terdapat di kawasan Hutan Pinus Kragilan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah

No Familia Genus Species Jumlah

Individu Indeks Nilai Penting (%) H’

1 Selaginellaceae Selaginella Selaginella ornate 511 45.26 0.154 2 Polypodiaceae Diplazium Diplazium procumbens 241 27.03 0.115

3 Belvisia Belvisia spicata 47 18.42 0.040

4 Davallia Davallia pulmonalis 140 12.87 0.084

5 Davallia denticulate 65 5.21 0.051

6 Davallia solida 598 49.97* 0.15*

7 Dynaria Dynaria quercifolia 198 26.6 0.103

8 Nephrolepis Nephrolepis exaltata 11 3.97** 0.0138**

9 Nephrolepis sp. 35 10.57 0.032

Keterangan

* :INP tertinggi ; keanekaragaman (H’) tumbuhan paku tertinggi **:INP terendah ; keanekaragaman(H’) tumbuhan paku terendah

Tumbuhan paku pada ketinggian 1300 - 1400 mdpl jumlah seluruh species 1846 dari 9 jenis tumbuhan paku. Tumbuhan paku yang di temukan adalah species selaginella ornata dengan jumlah individu sebanyak 511 individu, Diplazium procumbens sebanyak 241 individu, Belvisia spicata sebanyak 47 individu, Davallia pulmonalis sebanyak 140 individu, Davallia denticulata sebanyak 65 individu, Davallia solida sebanyak 598 individu, Dynaria quercifolia sebanyak 198 individu, Nephrolepis exaltata sebanyak 11 individu, dan Nephrolepis sp sebanyak 35 individu. Jenis tumbuhan paku yang paling banyak ditemukan adalah Davallia solida dengan jumlah individu 598 individu.

(9)

5

Gambar 1 Jumlah individu yang di temukan di Hutan Pinus Kragilan

Dari 9 jenis paku epifit yang di temukan terdapat 2 familia Selaginella dan Polypodiaceae, Familia selaginellaceae memiliki 1 genus yaitu Selaginella dengan 1 species yaitu selaginella ornata dan Familia Polypodiaceae memiliki 5 genus yaitu Diplazium, Belvisia, Davallia, Dynaria dan Nephrolepis speciesnya adalah Diplazium procumbens, Belvisia spicata, Davallia pulmonalis, Davallia denticulata, Davallia solida, Dynaria quercifolia, Nephrolepis exaltata, Nephrolepis sp. Familia tumbuhan paku yang memiliki jumlah jenis tertinggi adalah dari familia polypodiaceae yaitu ada 8 jenis. Banyaknya jenis familia polypodiaceae yang terdapat pada lokasi penelitian disebabkan faktor abiotik bagi kehidupan dan perkembangan jenis tersebut. Penelitian ini sejalan dengan (Lubis : 2009) menyatakan bahwa Familia tumbuhan paku yang terbesar di daerah Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara adalah Poypodiaceae. Menurut Lawrence (1958) familia polypodiaceae merupakan famili dari tumbuhan paku yang paling banyak jumlahnya, yaitu sekitar 170 genus dan 7000 jenis yang tersebar di seluruh dunia.

511 241 47 140 65 598 198 11 35 0 100 200 300 400 500 600 700

Selaginella ornate Diplazium procumbens Belvisia spicata Davallia pulmonalis Davallia denticulate Davallia solida Dynaria quercifolia Nephrolepis exaltata Nephrolepis sp.

(10)

6

Untuk mengetahui jenis paku yang dominan di dapat dari nilai indeks nilai penting. Indeks nilai penting (INP) menyatakan kepentingan suatu jenis tumbuhan serta memperlihatkan peranannya dalam komunitas, dimana Indeks Nilai Penting (INP) diperoleh dari nilai penjumlahan kerapatan relatif dan frekuensi relatif. Indeks Nilai Penting jenis paku epifit dari ketinggian 1300-1400 memiliki INP yang tertinggi adalah Davallia solida sebesar 49.97 % dan diikuti berturut-turut Selaginella ornata, Diplazium procumbens, Dynaria quercifolia, Belvisia spicata, Davallia pulmonalis, Nepholepis auriculata, Davallia denticulate dan yang memiliki nilai INP terendah yaitu jenis Nepholepis exaltata sebesar 3.97 %.

Gambar 2 Persentase INP Paku Epifit

Indeks Nilai Penting (INP) memiliki nilai tinggi hal ini menunjukan bahwa Davallia solida dominan pada lokasi tersebut karena jenis tersebut dapat beradaptasi dengan keadaan sekitar.melihat cara tumbuhnya paku dialam cukup beragam ada yang menempel di batang pohon, batu, atau tumbuh di tanah. Pada lingkungan yang sejuk terlindung atau panas kena sinar matahari langsung, masing-masing jenis atau kelompok memiliki lingkungan sendiri (Sastrapraja, 1985) 46,26 27,03 18,42 12,87 5,21 49,97 26,6 3,97 10,57 0 10 20 30 40 50 60 p e rsen tase species paku

Indeks Nilai Penting

Selaginella ornate Diplazium procumbens Belvisia spicata Davallia pulmonalis Davallia denticulate Davallia solida Dynaria quercifolia Nephrolepis exaltata Nephrolepis sp.

(11)

7

Menurut Indrawan (1978) menyatakan bahwa tumbuh tumbuhan yang mempunyai adaptasi tinggilah yang dapat hidup sukses di suatu daerah. Jika nilai H’ lebih kecil dari 1 berarti keanekaragaman jenis rendah, jika 1-3 berarti keanekaragaman jenis sedang, jika lebih besar dari 3 berarti keanekaragaman jenis tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Indeks Shannon-Wiener (H’) diperoleh Indeks Keanekaragaman jenis Indeks keanekaragaman (H’) terbilang rendah yaitu 0.755 hal tersebut dipengaruhi oleh penyebaran individu yang tidak merata maka keanekaragaman jenis rendah. Keanekaragaman Tumbuhan paku epifit tertinggi adalah Davallia solida adalah 0.158 dan keanekaragaman jenis terendah pada Nepholepis exaltata yaitu 0.013. Keanekaragaman suatu jenis dipengaruhi oleh penyebaran individu tumbuhan dalam tiap jenis, karena bila penyebarannya tidak merata dalam vegetasi maka keanekaragamannya rendah. Tinggi rendahnya keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas tidak lepas dari faktor abiotik lingkungan, faktor abiotik merupakan faktor penentu tingkat kesuburan tumbuhan seperti suhu, lingkungan, dan intesitas cahaya. Faktor penting lainnya adalah kelembaban. Kelembaban diatas pegunungan akan naik sejalan bertambahnya ketinggian gunung (Euwis, 1990).

3.2 Parameter Penelitian

Faktor dari tumbuhan paku dapat tersebar di kawasan Hutan Pinus Kragilan karena faktor abiotik. Hasil faktor abiotik tumbuhan paku di Hutan Pinus Kragilan, Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah disajikan pada tabel 2 berikut :

Tabel 2 Parameter faktor abiotik di hutan pinus Kragilan

No Parameter Kisaran

1 Suhu Lingkungan 21,3 oC - 26,4 oC

2 Kelembaban Udara 70% - 93%

3 Ketinggian Tempat 1300 mdpl – 1400 mdpl

4 PH tanah 6.5 – 7

Menurut LIPI (1980) Paku di hutan umumnya merupakan paku yang menyukai nauangan. Paku di hutan terlindung dari panas dan angin kencang. Di

(12)

8

hutan tertutup di tanndai dengan intesitas cahaya yang kurang dan kelembaban yang tinggi. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada kondisi lingkungan abiotik diperoleh hasil pengukuran menunjukan pada ketinggian 1300 mdpl – 1400 mdpl memiliki kondisi lingkungan suhu berkisar 21,3oC - 26,4oC hal ini diungkapkan Rindel (2001) bahwa suhu merupakan faktor yang penting karena suhu menentukan kecepatan reaksi-reaksi dan kegiatan kimia dalam proses kehidupan.

kelembaban udara di wilayah Hutan pinus Kragilan sebesar 70% - 93 % dimana menurut Sastrapradja (1979) umumnya di daerah pegunungan jumlah jenis paku lebih banyak daripada dataran rendah disebabkan oleh kelembaban yang tinggi dan banyaknya aliran air dan adanya kabut. Kelembaban udara mengalami kenaikan dan penurunan seiring dengan bertambahnya ketinggian lokasi penelitian, pH tanah pada seluruh area yang diamati cenderung asam mendekati netral dengan kisaran 6,7 – 7. Angka kemasaman tanah dipengaruhi oleh kelembaban tanah, tanah yang basah cenderung menunjukan pH yang rendah sedangkan tanah yang kering menunjukan pH yang agak tinggi. Selain itu kemasaman tanah juga dipengaruhi oleh kadar organik, mineral dan kapur yang terkandung di dalamnya LIPI (1980).

Menurut Shelford (1989) menyatakan bahwa menyatakan bahwa Organisme yang mempunyai toleransi yang kecil terhadap semua faktor lingkungan memiliki daerah penyebaran yang sempit. Berdasarkan hal tersebut maka jenis-jenis tumbuhan paku yang hanya ditemukan dalam jumlah yang relatif sedikit pada area yang terbatas diduga memiliki daya toleransi yang rendah terhadap kondisi lingkungan di kawasan Hutan Pinus Kragilan.

4. PENUTUP

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan ditemukan 9 jenis tumbuhan paku, yang paling banyak ditemukan atau yang mendominasi adalah Davallia solida karena mampu beradaptasi baik dengan lingkungan. Hasil Indeks keanekaragaman (H’) yaitu 0.755, hasil ini mengindikasikan bahwa keanekaragaman Tumbuhan paku epifit rendah di kawasan hutan pinus Kragilan.

(13)

9

Indeks Keanekaragaman Tumbuhan Paling tinggi adalah jenis tumbuhan paku Davallia solida 0.158 < 1(rendah) dan tumbuhan dengan Indeks Keanekaragaman paling rendah adalah Nepholepis exaltata dengan indeks keanekaragaman sebesar 0.013 < 1 (rendah). Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya karena paku memiliki potensi pemanfaatan yang cukup baik untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan obat, bahan makanan dan tanaman hias sehingga perlu dilakukan kegiatan eksplorasi pada bagian lain di kawasan hutan pinus Kragilan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah untuk melengkapi data keanekaragaman jenis tumbuhan khususnya tumbuhan paku.

PERSANTUNAN

Terima kasih saya sampaikan kepada ibu Efri Roziaty, S.Si., M.Si yang telah membimbing saya dalam pembuatan karya ini. Beliaulah dosen pembimbing saya yang telah meluangkan waktu, tenaga, buah pikiran untuk memdidik, memberikan nasehat dan arahan dari proses pembuatan proposal, penelitian, hingga penyusunan dan penulisan skripsi.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang. (2002). Keanekaragaman Tumbuhan Paku di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Kendari. Bogor: IPB.

Lawrence, G. (1958). Taxonomy of Vacuar Plants. New York : The Macmillan Company

LIPI. (1980). Jenis – Jenis Paku di Indonesia. Bogor : Lembaga Biologi Nasional. Lubis, Siti Rahmah. (2009). Keanekaragaman dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara. Tesis . Medan: Universitas Sumatera Utara.

Suraida, T. S. (2013). Keanekaragaman Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Taman. Semirata FMIPA Universitas Lampung . Jambi : IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi .

Gambar

Gambar 1 Jumlah individu yang di temukan di Hutan Pinus Kragilan
Gambar 2 Persentase INP Paku Epifit

Referensi

Dokumen terkait

Surat permohonan pindah harus diterima Rektor Universitas Mulawarman paling lambat 2 (dua) bulan sebelum kuliah semester baru. Keputusan penerimaan mahasiswa

3.1 Mitra Kerja , Panitia seminar dan Rakernas PB HKK Nasional 3.2 Kementerian LHK, 3.3 Kementerian Pertanian, 3.4 Kementerian Pariwisata, 3.5 Bupati Kerinci, 3.6

Sampel tiap variasi dalam penelitian ini adalah 8 benda uji silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm untuk pengujian tekan dan 2 benda uji balok ukuran 15x15x60 cm untuk

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan di kota Riga dengan jumlah sampel yang lebih besar, juga didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda, dari 149 remaja usia 12

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: Penetapan Biaya Produksi Pada Home Industri Pembuatan Gelang dan Tasbih (Studi Kasus Pada UD. Gaharu Murni) adalah

Universitas Mercu Buana Jakarta sekaligus dosen pembimbing yang memberikan kesempatan dalam penyusunan proposal tugas akhir ini. Para dosen dan karyawan Univiersitas Mercu

negara sekaligus kepala pemerintahan. Kabinet dibentuk oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden. Namun, sistem pemerintahan yang ditetapkan oleh UUD 1945 belum dapat

Pemberian harga sewa tanah yang mahal membuat masyarakat di desa perkebunan yang memiliki akses kepada penguasaan dan pemilikan tanah di desa perkebunan adalah