• Tidak ada hasil yang ditemukan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konservasi 2.2 Pariwisata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konservasi 2.2 Pariwisata"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konservasi

Konservasi alam adalah salah satu pengelolaan sumberdaya alam yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana, sehingga mutu dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup dapat dipertahankan untuk menjamin pembangunan yang berkesinambungan. Konservasi alam dapat merupakan konservasi in situ, suatu pengembangan perlindungan atas wilayah tertentu dalam bentuk suaka alam, hutan lindung dan kawasan tertentu konservasi (Ensiklopedi Nasional Indonesia 2004). Menurut Undang-Undang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup No. 23 tahun 1997, konservasi adalah pengelolaan sumber daya alam tak terbaharui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbaharui untuk menjamin kesinambungan ketersediaan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas serta keanekaragamannya. Kegiatan konservasi meliputi tiga hal yaitu :

1. Melindungi keanekaragaman hayati (biological diversity) 2. Mempelajari fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati

3. Memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk kesejahteraan umat manusia. 2.2 Pariwisata

Pariwisata diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut (Undang-Undang No.9 tahun 1990). Menurut Direktorat Jenderal Pariwisata (2005), wisata diartikan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, pariwisata didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan objek wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang wisata. Secara filosofis, lahirnya kegiatan pariwisata berawal dari faktor manusia dan perilaku itu sendiri. Secara periodik, manusia senantiasa membutuhkan aktifitas-aktifitas baru diluar aktifitas rutinnya yang dapat menumbuhkan kembali kesegaran dan gairah dalam hidupnya.

(2)

2.3 Konsep Ekowisata (Wisata Alam)

Pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau yang dikenal dengan ekowisata, dimana saat ini ada kecenderungan semakin banyak wisatawan yang mengunjungi objek berbasis alam dan budaya penduduk lokal, merupakan peluang besar bagi negara kita dengan potensi alam yang luar biasa ini. Wisatawan cenderung beralih kepada alam dibandingkan pola-pola wisata buatan yang mereka rasakan telah jenuh dan kurang menantang (Fandeli 2002).

Konsep ekowisata telah dikembangkan sejak era tahun 80-an, sebagai pencarian jawaban dari upaya meminimalkan dampak negatif bagi kelestarian keanekaragaman hayati, yang diakibatkan oleh kegiatan pariwisata. Konsep ekowisata sebenarnya bermaksud untuk menyatukan dan menyeimbangkan beberapa konflik secara objektif dengan menetapkan ketentuan dalam berwisata, melindungi sumber daya alam dan budaya serta menghasilkan keuntungan dalam bidang ekonomi untuk masyarakat lokal (Razak 2008).

Suhandi (2003) menyatakan bahwa ada enam keuntungan dalam implementasi kegiatan ekowisata yaitu :

1. Memberikan nilai ekonomi dalam kegiatan ekosistem di dalam lingkungan yang dijadikan sebagai obyek wisata.

2. Menghasilkan keuntungan secara langsung untuk pelestarian lingkungan. 3. Memberikan keuntungan secara langsung dan tidak langsung bagi para

stakeholders.

4. Membangun konstituensi untuk konservasi secara lokal, nasional dan internasional.

5. Mempromosikan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

6. Mengurangi ancaman terhadap keanekaragaman hayati yang ada di obyek wisata tersebut.

2.4 Pengertian Ekowisata (Wisata Alam)

Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik yang alami maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya.

(3)

Ekowisata menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu; keberlangsungan alam atau ekologi, memberikan manfaat ekonomi dan secara psikologi dapat diterima dalam kehidupan sosial masyarakat. Jadi, kegiatan ekowisata secara langsung memberi akses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui dan menikmati pengalaman alam, intelektual dan budaya masyarakat lokal (Razak 2008).

Menurut The International Ecotourism Society dalam Subadra (2007) mendefinisikan ekowisata sebagai berikut: Ecotourism is “responsible travel to natural areas that conserves the environment and sustains the well-being of local people.” Dari definisi ini, disebutkan bahwa ekowisata merupakan perjalanan wisata yang berbasiskan alam yang mana dalam kegiatannya sangat tergantung kepada alam, sehingga lingkungan, ekosistem dan kearifan-kearifan lokal yang ada di dalamnya harus dilestarikan keberadaannya.

2.5 Sifat atau Karakter Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Alam Menurut Fandeli dalam Razak (2008), sifat dan karakter kepariwisataan alam terkait dengan ODTW Alam antara lain ;

1. In Situ ; ODTW alam hanya dapat dinikmati secara utuh dan sempurna di ekosistemnya. Pemindahan objek ke ex situ akan menyebabkan terjadinya

perubahan objek dan atraksinya. Pada umumnya wisatawan kurang puas apabila tidak mendapatkan sesuatu secara utuh dan apa adanya.

2. Perishable ; suatu gejala atau proses ekosistem hanya terjadi pada waktu tertentu. Gejala atau proses alam ini berulang dalam kurun waktu tertentu, kadang siklusnya beberapa tahun bahkan ada puluhan tahun atau ratusan tahun. Objek daya tarik wisata alam yang demikian membutuhkan pengkajian dan pencermatan secara mendalam untuk dipasarkan.

3. Non Recoverable ; suatu ekosistem alam mempunyai sifat dan perilaku pemulihan yang tidak sama. Pemulihan secara alami sangat tergantung dari faktor dalam (genotype) dan faktor luar (phenotype). Pemulihan secara alami terjadi dalam waktu panjang, bahkan ada sesuatu objek yang hampir tak terpulihkan bila ada perubahan. Untuk mempercepat pemulihan biasanya dibutuhkan tenaga dan dana yang sangat besar, apabila upaya ini berhasil tetapi tidak akan sama dengan kondisi semula.

(4)

4. Non Substitutable ; didalam suatu daerah atau mungkin kawasan terdapat banyak objek alam, jarang sekali yang memiliki kemiripan yang sama.

2.6 Potensi ODTW Alam

Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTW) yang dimiliki Indonesia, antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian budaya tradisional, keindahan bentang alam, gejala alam, peninggalan

sejarah/budaya yang secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat (Dephut 2008). Objek Daya Tarik Wisata alam yang menarik salah satunya adalah

keragaman tipe ekosistem hutan yang membentuk suatu tipe flora dan fauna serta bentangan alam (topografi) yang unik (Fandeli dalam Razak 2008). Banyak sekali ODTW yang dapat kita tawarkan kepada dunia, mulai dari ODTW budaya seperti Candi Borobudur, wisata agro di Batu Malang, wisata bahari di taman laut Bunaken, Wisata alam di kawasan konservasi, semuanya menunggu untuk dikelola bagi peningkatan devisa dan sekaligus merupakan media pendidikan dan pelestarian lingkungan.

2.7 Kebun Raya

Kebun Raya atau Botanic Gardenadalah suatu kawasan konservasi ex-situ yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan yang ditata dalam tatanan arsitektur lanskap. Jenis-jenis tumbuhan koleksinya diutamakan berasal dari Indonesia, yang dimanfaatkan sebagai tempat penelitian, pendidikan lingkungan dan rekreasi. Koleksi Kebun Raya dicatat di bagian registrasi agar menjadi jelas asal usul tumbuhan tersebut (Manual Pembangunan Kebun Raya 2006).

2.8 Kajian Penelitian Terdahulu

Berdasarkan kajian penelitian terdahulu, peneliti mengambil beberapa penelitian yang terkait dengan topik penelitian yaitu perilaku konsumen. Peneliti juga mengkaji penelitian terdahulu dengan melihat alat analisis yang digunakan, seperti Importance Performance Analysis (IPA), Customer Satisfaction Index (CSI), statistik deskriptif dan alat analisis lainnya yang berhubungan dengan perilaku konsumen. Hal tersebut bertujuan untuk melihat perbandingan antara

(5)

penelitian terdahulu dengan penelitian ini, sehingga dapat menunjukkan adanya persamaan, keunggulan dan kelemahan pada penelitian ini.

Meydi (2007) menganalisis tentang kepuasan pengunjung Agrowisata Little Farmers Cisarua, Kabupaten Bandung Utara. Penelitian yang dilakukan oleh Meydi bertujuan untuk mengidentifikasi proses pengambilan keputusan pembelian, menganalisis tingkat kepuasan pengunjung dan menganalisis atribut yang harus diperbaiki oleh Agrowisata Little Farmers. Variabel dan atribut yang digunakan adalah : harga (harga tiket masuk), berwujud (kerapian pemandu, fasilitas penunjang, areal parkir, koleksi tanaman, kebersihan lokasi), keandalan (manfaat kunjungan, kenyamanan lokasi), daya tanggap (pelayanan karyawan, pelayanan informasi), jaminan (kesopanan pemandu, keamanan lokasi, pengetahuan pemandu) dan kepeduliaan (kemudahan akses transportasi menuju lokasi).

Alat analisis yang digunakan adalah IPA (Importance Performance Analysis), CSI (Customer Satisfaction Index) dan analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik konsumen yang meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan daerah asal. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pada tahap pengenalan kebutuhan, tujuan konsumen melakukan kunjungan ke agrowisata karena ingin berekreasi. Dalam pengambilan keputusan konsumen memilih berwisata, karena merupakan salah satu wisata baru. Berdasarkan analisis dengan CSI, ternyata pengunjung puas terhadap kinerja pelayanan selama ini. Hal ini terlihat dari nilai CSI sebesar 79,12 persen. Atribut yang dianggap penting dan perlu ditingkatkan adalah atribut kebersihan lokasi dan pelayanan informasi.

Nugraha (2006) menganalisis tentang segmentasi dan preferensi konsumen terhadap Kebun Raya Bogor dan implikasi pemasaran. Alat analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif maupun analisis kualitatif yaitu tabulasi deskriptif, analisis variabel, analisis Cohran, analisis gap, analisis Cluster dan analisis Biplot. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah adanya indikasi permasalahan dalam manajemen untuk wisata KRB terlihat dari penurunan pengunjung dalam tiga tahun terakhir (2002-2004). Harga tiket masuk KRB yang dianggap terlalu mahal oleh sebagian konsumen (67%), dianggap menjadi

(6)

penyebab terjadinya penurunan pengunjung. Selain itu pengunjung KRB secara umum mengutamakan faktor produk, baru kemudian lokasi dan pelayanan. Tujuan konsumen mengunjungi KRB adalah untuk berwisata (75%).

Analisis Cluster menghasilkan tiga pengelompokan konsumen yaitu konsumen orang tua, muda dan dewasa muda. Faktor usia, status, pengeluaran perbulan, bersama siapa berkunjung dan jumlah rombongan memberikan perbedaan nyata untuk setiap kelompok konsumen. Analisis Conjoint diketahui bahwa preferensi konsumen KRB akan atribut wisata diwakili tiga faktor utama yaitu fasilitas wisata (produk) sebesar 59,21 persen, jarak lokasi wisata (lokasi) sebesar 21,32 persen dan pelayanan petugas sebesar 19,47 persen. Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa citra KRB adalah tempat wisata alam. Analisis biplot menghasilkan lima faktor pengelompokan atribut yaitu ciri utama, lokasi, produk, kekhasan dan nilai tambah.

Saharah (2009) menganalisis tentang perilaku konsumen dalam keputusan pembeliaan kue mochi di perusahaan dagang Lampion Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen, mengidentifikasikan dan menganalisis proses keputusan pembelian dan menganalisis tingkat kepuasan konsumen. Alat analisis yang digunakan adalah IPA (Importance Performance Analysis), CSI (Customer Satisfaction Index) dan analisis deskriptif, digunakan untuk menggambarkan sebaran data responden terhadap suatu variabel tertentu. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik konsumen dan proses pengambilan keputusan konsumen dalam membeli produk kue mochi.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pada proses keputusan pembelian, sebagian besar konsumen melakukan pembelian kue mochi Lampion tergantung pada situasi (berniat membeli ketika membutuhkan kue mochi). Pembelian biasanya dilakukan pada hari libur dan pihak keluarga merupakan pihak yang paling berpengaruh terhadap keputusan pembelian kue mochi Lampion. Selain itu, sebagian besar konsumen menginginkan adanya peningkatan porsi atau isi kue dalam satu kemasan sebagai bentuk promosi PD Lampion.

Berdasarkan nilai rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja, setiap atribut kue mochi Lampion dibagi ke dalam empat kuadran. Atribut yang berada

(7)

pada kuadran A adalah keramahan pramusaji. Atribut yang berada pada kuadran B adalah rasa, izin Depkes, ketersediaan produk, kebersihan makanan, kebersihan tempat, kecepatan pelayanan dan tanggapan terhadap keluhan. Atribut yang berada pada kuadran C adalah isi kue mochi dalam satu kemasan, iklan dan promosi, harga, desain kemasan dan lokasi penjualan kue mochi Lampion. Atribut yang berada pada kuadran D adalah varian aroma dan merek. Nilai Customer Satisfaction Index dari kue mochi Lampion adalah sebesar 76 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum Indeks Kepuasan Pelanggan kue mochi Lampion terhadap atribut-atribut yang dianalisis adalah puas (berada pada range 0,66 - 0,80).

Dwi (2007) menganalisis tentang sikap dan faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih restoran fast food(kasus pada Restoran KFC Padjajaran dan A&W Botani Square Bogor). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji preferensi konsumen terhadap atribut produk, mengkaji preferensi konsumen terhadap atribut restoran dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen. Pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif menggunakan alat analisis diskriminan dan model Fishbein, sedangkan secara kualitatif analisis data dilakukan secara deskriptif tabulasi silang.

Berdasarkan hasil model Fishbein, maka dapat diketahui sikap responden. Restoran KCF secara keseluruhan terhadap atribut produk KFC adalah baik dengan total skor 104,78. Pada restoran A&W penilaian responden justru biasa dengan skor 92,16. Hal ini terjadi karena porsi, paket promosi dan harga yang ditetapkan A&W kurang sesuai. Setelah dilakukan uji diskriminan, terdapat tiga variabel yang berpengaruh dalam memilih restoran fast food yaitu harga makanan, areal parkir dan rasa makanan yang dihidangkan.

Tika Satwika (2007) menganalisi tentang perilaku konsumen dalam keputusan pembelian saus sambal Indofood (kasus di wilayah Kota Bogor). Penelitiaan yang dilakukan oleh Tika Satwika bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian saus sambal Indofood. Faktor-faktor yang di identifikasi adalah keputusan pembeliaan produk saus sambal Indofood, mengkaji atribut-atribut produk saus

(8)

sambal Indofood yang dianggap ideal dan penting oleh konsumen dan merumuskan implikasi manajerial bauran pemasaran saus sambal merek Indofood. Metode pengolahan datanya menggunakan tiga alat analisis yaitu metode logit, analisis deskriptif dan model angka ideal. Variabel bebas yang digunakan dalam keputusan pembelian adalah jenis kelamin, umur, pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, pernah mengkonsumsi sebelumnya dan pekerjaan. Pengkodean lini polar digunakan untuk mengukur respon terhadap skala model angka ideal, dengan skala satu sampai lima.

Hasil dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli saus Indofood adalah jenis kelamin terutama wanita, umur antara 26-35 tahun dan tingkat pendapatan menengah kebawah yaitu kurang dari Rp 1.000.000 dan Rp 1.000.001 sampai Rp 2.500.000. Proses keputusan didasarkan pada lima tahap yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembeliaan dan perilaku pasca pembeliaan. Pada tahap pengenalan kebutuhan konsumen termotivasi pertama membeli karena rasanya. Pada tahap keputusan pembelian, konsumen memutuskan membeli yaitu tergantung situasi (membeli jika saus telah habis dan sekalian jika membeli barang di swalayan) dan frekuensi pembelian adalah satu kali dalam sebulan. Atribut yang ideal menurut responden hingga yang tidak ideal adalah rasa, ketersediaan, kekentalan, harga, promosi, merek, halal, kemasan, ukuran dan gizi. Rumusan implikasi manajerial bauran pemasaran saus sambal Indofood dapat dilakukan dengan inovasi cita rasa saus, peningkatan kandungan gizi, variasi ukuran dan volume kemasan, peningkatan promosi dan kontinuitas persediaan saus sambal Indofood di tempat membelinya.

Kajian penelitian-penelitian terdahulu berguna sebagai acuan bagi peneliti terutama dalam pemetaan permasalahan yang menjadi latar belakang permasalahan dalam topik penelitian keputusan konsumen. Persamaan antara penelitian ini dengan yang terdahulu adalah penilaian konsumen dalam atribut menjadi dasar penting untuk melakukan analisis terhadap keputusan konsumen. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan yang digunakan oleh Sahara dan Meydi, yaitu analisis deskriptif, IPA (Importance Performance Analysis) untuk melihat variabel-variabel yang menjadi prioritas utama yang

(9)

penting menurut konsumen dan alat analisis CSI (Customer Satisfaction Index) untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh terhadap produk. Penelitian ini menggunakan skala dengan lima kategori, sama dengan penelitian Tika Satwika, Saharah, Meydi dan Dwi yang menggunakan lima kategori pada skalanya.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Meydi adalah perbedaan beberapa atribut produk dan variabel yang digunakan oleh KRB yang ditentukan berdasarkan pengamatan, studi literatur dan wawancara dengan pihak manajer perusahaan. Penelitian ini menggunakan variabel dan atribut seperti berikut: variabel harga (harga tiket masuk), variabel berwujud (Kolam Gunting, Museum Zoology, Kolam Victoria, Bunga Bangkai dan Rumah Anggrek), variabel keandalan (koleksi tumbuhan tropik yang langka, koleksi biji, koleksi herbarium), variabel daya tangkap (kecepatan melayani konsumen, ketanggapan melayani keluhan konsumen), variabel jaminan (keamanan lokasi, kesopanan pemandu), variabel empati (kemudahan menghubungi KRB).

Referensi

Dokumen terkait

Atas dasar penelitian dan pemeriksaan lanjutan secara seksama terhadap berkas yang diterima Mahkamah Pelayaran dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP)

Ade yang sarat akan makna untuk diolah menjadi kumpulan kutipan lirik yang divisualisasikan secara eksplorasi/ eksperimen dalam pendekatan tipografi disamping untuk

(1) Pedoman Pengembangan Karakter Bela Negara Dalam Kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Bela Negara Bagi Mahasiswa Baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1

Dimana apabila menunjukan status tersedia dari sebuah sarana pada suatu tanggal tertentu itu artinya sarana tersebut masih bisa untuk dilakukan pemesanan karena

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui jenis dan komposisi substrat di ekosistem mangrove kampung nipah, rata-rata persentase jenis

Gender dan Kesehatan Lansia: gangguan kesehatan pada usia lanjut, situasi kesehatan lansia di Indonesia, peran gender dalam kesehatan lansia. Prinsip-prinsip pengembangan program

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Ayu Sari dan Rina Harimurti dengan judul Sistem Pakar untuk Menganalisis Tingkat Stres Belajar pada Siswa

Melihat potensi kitosan dan silika, keduanya merupakan bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan membran sel bahan bakar karena silika dapat meningkatkan