• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAJINAN ANYAMAN BERBAHAN RUMPUT VETIVER DI DUSUN CEGI DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM I W. LIAS, G. EKA HARSANA K.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAJINAN ANYAMAN BERBAHAN RUMPUT VETIVER DI DUSUN CEGI DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM I W. LIAS, G. EKA HARSANA K."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KERAJINAN ANYAMAN BERBAHAN RUMPUT VETIVER DI DUSUN CEGI DESA BAN KECAMATAN KUBU

KABUPATEN KARANGASEM I W. LIAS, G. EKA HARSANA K., MURSAL

Jurusan Pendidikan Seni Rupa

Universitas Pendidikan GaneshaSingaraja, Indonesia

e-mail: {wayanlias@yahoo.com1,Ekaharsana19@gmail.com1,mursalbuyung@gmail.com2} ABSTRAK

Pengolahan rumput vetiver menjadi berbagai jenis kerajinan anyaman merupakan fokus pembahasan penelitian ini. Tujuan yang ingin dicapai adalah (1) Untuk mendeskripsikan pengolahan rumput vetiver menjadi anyaman, (2) Untuk mengetahui bentuk anyaman rumput vetiver, (3) Untuk mengetahui motif anyaman yang dapat dibentuk menggunakan rumput vetiver, Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Beberapa teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu teknik observasi, teknik wawancara, teknik dokumentasi, dan teknik tinjauan pustaka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Proses pengolahan rumput vetiver menjadi anyaman dilakukan dengan berbagai tahapan yaitu (a) panen rumput, (b) membersihkan rumput dari gulma, (c) mengklasifikasikan rumput berdasarkan ukurannya, (d) merebus rumput dengan air yang telah dicampur dengan pewarna, dan (e) pengeringan rumput yang telah direbus, (2) Bentuk anyaman yang dapat dibuat dengan menggunakan rumput vetiver adalah anyaman berbentuk dua dimensi dan anyaman tiga dimensi, (3) Motif anyaman yang digunakan adalah motif kombinasi dasar, motif gerigi, motif variasi miring, motif sekruf, dan motif gergaji.

Kata Kunci: Kerajinan Anyaman dan Rumput Vetiver ABSTRACT

Manufacturing vetiver grass to becomes many kinds of weaving product is the main focused in this research. The aims are; (1) to describe manufacturing of vetiver grass to becomes a product, (2) to know the shape of vertiver grass weaving, (3) to know the design of a woven product by using vetiver grass. This research is a descrivtive research by using qualitative approach. There are some techniques used in collecting the data, they are; observation technique, interview, documentation, and a book view technique.

The result of this research showed that; (1) the process of manufacturing vetiver grass becomes a woven have been done through many steps; (a) harvesting the grass, (b) cleaning the grass from the weeds, (c) classified the grass based on its shapes, (d) boiled the grass in a water mixed by colour pigments, and (e) dried the boiling grass, (2) the shape of a woven which made from vetiver grass is a woven with two dimensions and a woven with three dimentions, (3) the design used is a basic design, toothed edge design, variated angle design, a screw design, and a saw design.

(2)

PENDAHULUAN

Seni memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena pada hakikatnya fungsi dari kesenian salah satunya adalah sebagai alat komunikasi. Dalam kaitannya dengan alat komunikasi atau bahasa visual, kesenian bisa dikreasikan berbagai bentuk kerajinan. Berbagai jenis kerajinan seni dihasilkan oleh seluruh wilayah di Indonesia. Setiap daerah memiliki potensi seni dan ciri khas tersendiri yang merupakan identitas wilayahnya masing-masing. Hal ini menjadi bagian yang terpenting dalam komunitas seni di Indonesia.

Masyarakat Bali dikenal memilik kreatifitas tinggi yang dapat menciptakan berbagai macam kerajinan tangan yang bermanfaat. Karya seni yang terdapat di Bali di antaranya, ukiran, tenunan, dan anyaman. Berbagai faktor pendukung yang dimiliki sangat memberikan peluang untuk mengembangkan berbagai seni yang sekaligus sebagai ikon Bali itu sendiri. Berbagai bentuk seni muncul sebagai hasil dari karya orang Bali yang memiliki karakter yang diwujudkan dalam berbagai bentuk dengan berbagai macam bahan yang mampu bersaing di pasaran dan diminati oleh banyak orang, baik lokal maupun manca negara. Bahan yang digunakan dalam membuat kerajinan atau seni tersebut tidak terbatas pada bahan lokal saja tetapi juga bahan yang didatangkan dari luar. Aneka bahan yang digunakan tersebut dapat berupa daun seperti daun lontar dan daun kelapa. Selain itu, juga digunakan bahan dari batang daun (lidi) yang dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai nilai seni yang indah. Bahan lainnya yang digunakan juga berupa bambu dan rumput-rumputan yang dibuat dengan berbagai bentuk dengan motif yang bervariasi. Secara umum potensi alam dan iklim wilayah Bali sangat cocok dalam mengembangkan berbagai tanaman yang digunakan untuk bahan baku kerajinan. Oleh karena itu, kondisi tersebut memberikan andil yang cukup signifikan terhadap perkembangan berbagai tanaman yang dapat dijadikan bahan membuat kerajinan.

Salah satu kerajinan tersebut berasal dari bahan-bahan berupa rumput. Seni yang memakai jenis bahan rumput ini cukup berkembang di Kabupaten Karangasem. Rumput diolah dan dibentuk sedemikian rupa

sehingga memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Rumput menjadi pilihan para pengrajin karena cukup mudah untuk dikembangkan mengingat bahan rumput mudah di dappat karena kondisi wilayah yang cukup mendukung.

Sejalan dengan perkembangan seni kerajinan dan paradigma masyarakat tentang pentingnya seni, semakin meningkatkan kreatifitas dan inovasi para pegiat kerajinan. Tindakan kreatif ini diwujudkan dalam bentuk penggunaan rumput sebagai bahan utama kerajinan. Jenis rumput yang menjadi pilihan para pengrajin ini adalah rumput vetiver. Rumput vetiver dapat dibuat berbagai kerajinan dengan motif yang bervariasi. Salah satu kerajinan yang menggunakan rumput vetiver sebagai bahan utama adalah anyaman tas. Rumput vetiver selain memiliki nilai jual yang tinggi melalui pengolahan tertentu sehingga menjadi suatu karya yang memiliki nilai seni tinggi serta ramah lingkungan. Secara umum vetiver telah ditanam di Indonesia selama bertahun-tahun. Beberapa hasil studi menyatakan bahwa vetiver telah ada lebih dari 1.000 tahun (Greenfield, 2002). Ahli lainnya mengungkapkan setidaknya sudah dari 200 tahun yang lalu (Dafforn, 2002) telah dibudidayakan terutama digunakan untuk memproduksi minyak akar wangi untuk diekspor.

Sejalan dengan hal tersebut, maka pada tahun 2000 bersamaan dengan Yayasan Ekoturin’s East Bali Poverty Project (EBPP) yang berbasis di Bali mulai memperkenalkan rumput vetiver sebagai bahan utama untuk pembuatan anyaman tas yang komprehensif Dusun Cegi. Secara geografis lingkungan dusun Cegi cukup mendukung untuk pengembangan rumput vetiver. Lokasi dusun Cegi berada di daerah pegunungan yaitu di kaki Gunung Agung. Kondisi lingkungan dengan topografi seperti itu merupakan tempat yang sangat cocok untuk mengembangkan rumput vetiver. Rumput ini memberikan manfaat yang sangat besar. Rumput vetiver bisa digunakan untuk kerajinan atau anyaman tas sedangkan akarnya untuk menahan erosi. Berbagai motif dapat dibentuk dalam anyaman tesebut disesuaikan dengan kebutuhan seperti motif bunga. Berbagai bentuk yang diinginkan dapat dibuat dari anyaman rumput vetiver

(3)

baik berupa bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi.

Produk sebuah karya seni tidak terbatas pada aspek bentuk semata tetapi akan menjadi paket yang sempurna dengan motif yang variatif. Kemajuan teknologi memberikan kemudahan dan memberikan peluang lebih besar untuk berkreasi dalam pembentukan motif. Fenomena di lapangan menunjukkan bahwa belum sepenuhnya masyarakat memanfaatkan rumput vetiver dalam membuat anyaman tas. Di samping itu, pemanfaatan alat bantu dalam pembentukan motif yang diinginkan belum maksimal.

Bertolak dari fenomena yang terjadi, maka menjadi kewajiban sebagai generasi muda untuk bisa lebih memahami dan memanfaatkan potensi wilayah yang ada. Implementasi pemanfaatan tersebut adalah melalui kreasi dalam seni anyaman. Anyaman adalah salah satu bentuk kerajinan yang merupakan subsektor dasar garapan industri kreatif. Industri kreatif sebagai realisasi program Indonesia kreatif yang dicanangkan pada tahun 2009. Ini bertujuan untuk membangun masyarakat Indonesia dan

mengembangkan potensi diri serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat (Arifien, 2011:4). Sejalan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan rumput vetiver ini menjadi sebuah penelitian dengan judul Kerajinan Anyaman Berbahan Rumput Vetiver di Dusun Cegi Desa Ban Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: (1) Bagaimana proses pengolahan rumput vetiver menjadi anyaman?, (2) Bentuk anyaman apa saja yang dapat dibuat dengan menggunakan rumput vetiver?, (3) Apa saja motif anyaman yang dapat dibentuk dengan menggunakan rumput vetiver?

Berdasarkan rumusan dan latar belakang tersebut, maka tujuan penelitian ini antara lain: (1) Untuk mendeskripsikan pengolahan rumput vetiver menjadi anyaman, (2) Untuk mengetahui bentuk anyaman yang dapat dibuat dengan menggunakan rumput vetiver, (3) Untuk mengetahui motif anyaman yang dapat dibentuk dengan menggunakan rumput vetiver.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian diuraikan secara deskriptif dengan memaparkan data sesuai dengan keadaan di lapangan. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah pada masa sekarang.

Dalam penelitian ini, digunakan metode survai dengan empat teknik pengumpulan data yaitu, teknik observasi, teknik wawancara, teknik dokumentasi dan teknik tinjauan pustaka.

(1) Teknik Observasi

Secara etimologi observasi artinya pengamatan yang diteliti dan observasi juga diartikan untuk pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala–gejala yang diteliti (Usman dkk, 2004: 17). Margono (dalam Zuriah 2006: 173) menegaskan bahwa observasi memiliki pengertian suatu pengamatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.

Gulo mengungkapkan bahwa observasi(pengamatan) adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian, (Gulo, 2002).

Observasi adalah suatu proses yang kompleks, proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan pshikologis. Teknik ini diterapkan pada penelitian yang berhubungan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam serta responden yang diamti tidak terlalu besar, Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2013: 203).

Observasi digunakan untuk mendapatkan informasi dan mengadakan pengamatan serta pencatatan secara langsung ke lapangan, untuk menyusun data tentang desain motif kerajinan tas dengan menggunakan rumput vetiver. Observasi juga dilakukan berkaitan dengan bahan, alat, proses pembuatan, dan jenis-jenis model kerajinan tas yang menggunakan rumput vetiver yang dibuat sebagai bahan kerajinan untuk keperluan sehari-hari maupun sebagai hiasan. Beberapa hal yang diobservasi dalam penelitian ini berkaitan dengan proses pencampuran warna, pembuatan pola anyaman, proses menganyam, dan finishing. (2) Teknik Wawancara

Menurut Cholid (2001: 83) menyatakan bahwa wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang

(4)

berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan. Ahli lain menyatakan metode wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui kontak langsung dengan subjek / responden penelitian (Faisal, 2005: 133).

Wawancara yang peneliti lakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan terstruktur kepada penganyam tas yang bernama I Wayan Yasa. Hal-hal yang menjadi topik atau pembahasan dalam wawancara meliputi proses persiapan bahan anyaman, proses menganyam bahan, dan proses akhir (finishing) anyaman hingga siap untuk dijual. Di samping itu, proses wawancara juga difokuskan berkaitan dengan motif dan bentuk-bentuk anyaman yang dapat dibentuk atau dihasilkan.

(3) Teknik Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara pengambilan gambar atau foto-foto tas yang ada di rumah penganyam dan mencatat dokumen yang menyangkut tentang motif kerajinan tas, bahan dan alat, proses pembuatan, dan jenis-jenis model anyamannya yang dibuat sebagai bahan kerajinan untuk keperluan sehari-hari oleh masyarakat di Dusun Cegi, Desa Ban, Kecamatan, Kubu, Kabupaten Karangasem. Dalam usaha mendokumentasikan hasil-hasil tersebut peneliti menggunakan sebuah kamera jenis Nikon dengan nomor seri D3000.

(4) Teknik Tinjauan Pustaka

Teknik tinjauan pustaka ini digunakan sebagai acuan teori sesuai keperluan penelitian, kepustakaan ini berupa buku-buku yang menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan sejarah kerajinan tas yang menggunakan rumput vetiver, bahan dan alat, proses pembuatan, dan jenis-jenis model anyamannya yang dibuat sebagai bahan kerajinan untuk keperluan sehari-hari di Dusun Cegi, Desa Ban, Kecamatan, Kubu, Kabupaten Karangasem.

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut: (1) Pedoman Observasi. Observasi dikonsentrasikan terhadap tiga hal utama yaitu (a) tahap persiapan, (b) tahap proses anyaman, (c) tahap finishing, (2) Buku Catatan. Dalam proses observasi, tentu diperlukan alat bantu untuk mengingat segala sesuatu yang diamati. Dalam hal ini peneliti

menggunakan catatan-catatan kecil pada saat observasi, sehingga hal-hal penting yang diamati dapat dicatat sebagai data awal yang menentukan pembahasan pokok. Keseluruhan proses yang diobservasi dicatat dalam buku catatan yang selanjutnya akan menjadi bahan pembahaan dan pengembangan hasil penelitian. (3) Pedoman Wawancara. Untuk mengarahkan agar pertanyaan lebih sistematis dan tidak menyimpang, diperlukan pedoman wawancara, yakni beberapa pertanyaan pokok yang sangat fundamental sehingga nantinya dapat dikembangkan ke pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendetail. Beberapa orang yang dijadikan sebagai narasumber adalah I Wayan Yasa, I Nengah Ardika, dan I Wayan Merta. (4) Kamera. Dalam aktivitas pendokumentasian objek, peneliti menggunakan kamera berjenis DSLR, dengan spesifikasi Nikon D3000. Dokumentasi terhadap setiap bagian tahapan dilakukan dengan mengambil berbagai foto. Hal ini sebagai pendukung penjabaran konsep yang terformulasi dalam hasil penelitian.

Data yang terkumpul dianalisis dengan cara: (1) Analisis Domain. Analisis domain yaitu pengolahan data ini untuk memperoleh gambaran dan pengertian sifat umum dan relatif menyeluruh tentang apa saja yang tercakup di satu fokus atau pokok permasalahan yang telah diteliti (Faisal, 1990:91).Dalam penerapan analisis domain, yang menjadi domain dari penelitian ini adalah mengenai kerajinan atau anyaman rumput vetiver di Dusun Cegi, bahan dan alat, serta proses pembuatan yang melatar belakanginya. Jadi yang menjadi fokus domain di penelitian ini adalah, motif hias dari berbagai bahan dan alat, dan proses pembaharuan pembuatan motif anyaman tas yang menggunakan rumput vetiver di Dusun Cegi, Desa Ban, Kecamatan, Kubu, Kabupaten Karangasem. (2) Analisis Taksonomi (Taxonomic Analysis). Pada tahap analisis taksonomi, peneliti berupaya memahami domain-domain tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran penelitian. Taksonomi dalam penelitian ini adalah penjabaran bentuk tas yang menggunakan rumput vetiver dan proses pembaharuan pembuatan motifnya di Dusun Cegi, Desa Ban, Kecamatan, Kubu, Kabupaten Karangasem. Dalam analisis ini kajian lebih

(5)

terfokus pada proses anyaman yang dilakukan PEMBAHASAN

Proses Pengolahan Rumput Vetiver Menjadi Anyaman

Proses pengolahan rumput vetiver menjadi anyaman dilakukan dengan berbagai tahapan yaitu (1) panen rumput, (2) membersihkan rumput dari gulma, (3) mengklasifikasikan rumput berdasarkan ukurannya, (4) merebus rumput dengan air yang telah dicampur dengan pewarna, dan (5) pengeringan rumput yang telah direbus.

Rumput vetiver dapat dipanen setelah berumur antara 5-6 bulan. Dalam setahun panen dapat dilakukan sebanyak 2 (dua) kali. Alat yang digunakan untuk memanen rumput vetiver adalah sabit. Rumput dipotong pada bagian pangkalnya. Rumput yang sudah dipotong dibersihkan dari gulma yang ikut terpotong dengan rumput. Selanjutnya rumput dipilah dan diklasifikasi sehingga memudahkan dalam merebus dan menganyam.

Gambar 2Proses Pemilihan Rumput Selain rumput vetiver sebagai bahan dasar anyaman, terdapat beberapa kelengkapan lainnya yang perlu dipersiapkan. Kelengkapan tersebut antara lain: Pewarna, Gabus, Kain parasut, Gunting, Pisau, Spilden, Retsleting, Plaster, Sabit, Semprotan air, Sepit/kayu batang, Rotan/bamboo, Air, Kayu bakar/LPG, Drum bekas/panic, Tungku, Penggaris, Pensil, Jarum, Benang jarit, dan Karton.

Rumput yang baru diambil dari pohonnya masih berwarna hijau dan belum dapat digunakan secara langsung. Oleh karena itu, rumput itu harus diproses terlebih dahulu. Alat yang digunakan untuk merebus dipilih alat yang memiliki ukuran yang lebih besar. Hal ini bertujuan agar rumput yang direbus benar-benar seluruhnya tertampung dalam alat rebus. Ukuran alat perebus perlu disesuaikan dengan tungku yang dibuat (Ardika, wawancara 5 Desember 2015).

Gambar 3Proses Mencampur Warna dengan Air

Efek warna yang diberikan terhadap rumput dapat bermacam-macam sesuai keinginan. Pewarna yang digunakan adalah pewarna yang biasa digunakan untuk warna anyaman dari bahan lainnya seperti daun lontar, lidi maupun bahan-bahan lainnya. Pewarnaan dilakukan dengan mencampur air dan pewarna tertentu dengan perbandingan yang sesuai. Takaran air dengan pewarna memakai perbandigan 1:1, dimana 1 liter air dicampur dengan 1 buah pewarna. Selanjutnya campuran air dengan pewarna tersebut dituangkan ke dalam drum bekas atau panci yang digunakan untuk merebus.

Gambar 4Merebus Rumput dalam Drum Perbandingan antara rumput, air, dan tempat untuk merebus harus memiliki proporsi yang sebanding. Hal ini bertujuan agar rumput yang direbus matang secara merata atau keseluruhan. Waktu yang dibutuhkan untuk merebus rumput dalam air panas tersebut selama 30 menit. Sepanjang proses merebus dilakukan, rumput dalam drum/panci dibolak balik agar keseluruhannya menjadi matang.

Pengeringan menjadi bagian yang sangat penting karena akan menentukan warna rumput yang telah direbus. Perubahan warna akan terlihat ketika rumput telah kering dengan baik. Pengeringan membutuhan waktu paling sedikit selama 1 (satu) hari. Sesungguhnya cuaca tidak perlu

(6)

dikhawatirkan secara berlebihan karena proses pengeringan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara. Cara yang pertama dilakukan dengan menjemur di bawah terik sinar matahari. Cara ini sangat mudah dan proses pengeringan akan sangat cepat. Pengeringan dengan cara seperti ini akan lebih efektif. Sedangkan cara yang kedua dapat dilakukan dengan menggantung pada tempat yang teduh. Cara seperti ini lebih sering digunakan ketika musim hujan karena sinar matahari sangat sulit. Kecenderungan cara ini akan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.

Gambar 5Pengeringan Rumput yang sudah Direbus dengan Cara Digantung

Bentuk Anyaman yang Dapat Dibuat dengan Menggunakan Rumput Vetiver

Bentuk anyaman yang dapat dibuat dengan menggunakan rumput vetiver adalah anyaman berbentuk dua dimensi dan anyaman berbentuk tiga dimensi.

Produk anyaman rumput vetiver yang dihasilkan oleh masyarakat Dusun Cegi Desa Ban Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem adalah sebagai berikut :

1. Tikar

Gambar 6Tikar merupakan Bentuk Anyaman Dua Dimensi

Pola pengerjaan tikar dapat dilakukan melalui teknik anyam sasag memakai pola angkat satu-tumpang satu (1-1) maupun sedangkan pada jenis anyam kepang mempunyai pola jalinan angkat dua tumpang dua (2-2). Penggunaan teknik ini disesuaikan dengan selera yang diinginkan oleh pembuat tikar sendiri. Kedua teknik tersebut tidak bersifat kaku untuk dilakukan. Namun

demikian, pada umumnya bentuk tikar yang ada di masyarakat lebih dominan menggunakan teknik sasag dengan pola angkat satu-tumpang satu (1-1).

2. Tas

Proses pembuatan anyaman tas adalah sebagai berikut:

1) Alat dan Bahan: Rumput vetiver secukupnya, Kerangka cetak/pola, Rotan/bamboo, Spilden, Kain sutra, Alat pemotong (gunting), Jarum, Benang jarit, Lem, Semprotan air, dan Retsleting. 2) Proses Pengerjaan

Gambar 7 Teknik Sasag pada Salah Satu Anyaman Tas dengan Dasar Berbentuk

Silinder

Proses pengerjaan anyaman tas menggunakan rumput vetiver dalam berbagai bentuk pada umumnya dilakukan melalui beberapa langkah berikut :

(1) Menyiapkan Kerangka Cetak/Pola: (a) Kerangka cetak/pola dibuat dari gabus dengan ukuran yang telah ditentukan serta dilapisi dengan karton dan plaster, (b) Lapisan pertama menggunakan kertas karton agar gabus kuat dan tidak mudah tertembus pada saat menganyam, (c) Kertas karton dikasi lem agar mudah menempel pada gabus, (d) Selanjutnya karton kembali dilapisi dengan plaster agar licin sehingga ketika menganyam tidak lengket atau melekat pada rumput. Disamping itu, pemberian lapisan plaster ini juga bertujuan agar kerangka cetak/pola mudah dilepaskan pada saat anyaman sudah selesai dibuat.

(2) Proses Menganyam Tas: (a) Menganyam setiap rumput vetiver yang telah dikeringkan mengikuti bentuk kerangka cetak/pola yang sudah ditentukan sebelumnya, (b) Bagian yang pertama kali dianyam adalah bagian dasar pola melalui teknik anyam sasag, teknik anyam kepang atau kombinasi kedua jenis teknik tersebut, (c) Mengatur pola warna rumput dalam anyaman sesuai dengan motif yang diinginkan

(7)

sehingga tampilan warna terlihat jelas dan menarik, (d) Corak warna dalam anyaman diatur sedemikian rupa sehingga dapat mempercantik tampilan tas yang dibuat, (e) Agar rumput yang telah dianyam tidak lepas, maka setiap satu anyaman berjalan diberikan kancing dengan spilden, (f) Selama proses menganyam dilakukan, kondisi rumput terkadang tidak menentu (kering atau mudah patah). Oleh karena itu, pada kondisi tersebut rumput disemprot dengan air agar basah atau sedikit lembab sehingga mudah dianyam serta menghindari rumput menjadi patah, (g) Setelah anyaman tas selesai, selanjutnya dibuatkan tali pada kedua bagian sisinya. Tali tas dibuat dari rotan/bambu yang dipadu dengan anyaman rumput yang sama yaitu jenis sasag, jenis kepang atau kombinasi keduanya.

Gambar 8 Teknik Sasag pada Salah Satu Anyaman Tas dengan Dasar Berbentuk Kotak

(3) Finishing

Gambar 9 Menjarit Retsleting pada Kain Pelapis

Tahap akhir anyaman tas rumput vetiver adalah pemasangan lapisan kain. Kain yang digunakan sebagai lapisan adalah kain sutra yang memiliki karakter sangat halus dan licin. Lapisan kain ini ditempelkan pada bagian dalam tas dengan cara dijarit. Tujuan pemberian lapisan kain ini adalah agar bagian dalam tas lebih lembut sehingga benda-benda

yang dimasukkan tidak rusak karena bergesekan dengan permukaan tas.

Proses melapisi permukaan tas bagian dalam membutuhkan waktu yang tidak terlalu lama. Langkah awal yang dilakukan adalah mengukur panjang, tinggi, dan lebar tas yang sudah jadi dengan penggaris. Hasil pengukuran itu selanjutnya dipakai mengukur kain pelapis. Setelah ukuran sesuai dengan yang ditetapkan, maka kain sutra dipotong menggunakan gunting. Pada bagian atas penutup tas dipasang retsleting sebagai tempat untuk membuka dan menutup tas. Selanjutnya kain dijarit pada bagian pinggir tas secara merata. Proses ini merupakan bagian terakhir dalam langkah mengerjakan tas sehingga tas siap digunakan/dipasarkan (Yasa, wawancara 3 Maret 2016).

Gambar 10 Aneka Bentuk Tas (Bentuk Tiga Dimesi)

Kreasi anyaman tas oleh masyarakat Cegi Desa Ban diwujudkan dalam berbagai bentuk. Bentuk-bentuk tersebut berupa tas dengan dasar kotak maupun lingkaran dengan atasan (badan tas) beragam. Bentuk tas yang dibuat didesain sedemikian rupa serta dipadu dengan motif yang menarik sehingga memiliki nilai seni yang cukup baik. Anyaman dari rumput vetiver dalam bentuk tas dengan model yang beragam dikerjakan dengan beberapa tahapan. Model dapat dibuat bervariasi dengan motif yang beragam pula sehingga terlihat lebih menarik.

Gambar 11 Pengukuran dan Pemotongan Gabus untuk Kerangka

(8)

Bentuk-bentuk yang diinginkan dibuatkan kerangka cetak/pola terlebih dahulu. Kerangka ini dapat dibentuk dengan menyerupai kotak atau silinder yang menyesuaikan bentuk yang diinginkan. Menurut I Wayan Yasa kerangka cetak/pola dibentuk dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Menyiapkan gabus dan kertas karton, (2) Mengukur gabus dengan penggaris sesuai dengan besar kecilnya ukuran yang diinginkan, (3) Memotong gabus dengan pisau sesuai ukuran yang ditentukan, (4) Mengukur kertas karton dengan penggaris. Ukuran kertas karton sedikit lebih besar dibandingkan dengan ukuran gabus. Tujuannya adalah kertas karton dipakai untuk membungkus gabus yang sudah jadi, (5) Memotong kertas karton dengan gunting, (6) Kertas karton yang sudah jadi diolesi lem kertas kemudian ditempelkan pada gabus, (7) Seluruh permukaan gabus ditutup dengan karton hingga gabus tidak terlihat dari luar, Setelah gabus dibungkus dengan karton, maka langkah selanjutnya adalah melapisi kerangka cetak/pola secara keseluruhan dengan plaster.

Gambar 12 Melapisi Kerangka Cetak/Pola dengan Plaster

Pemberian lapisan ini bertujuan agar permukaan kerangka cetak/pola yang telah telah terbungkus dengan karton tidak kasar tetapi sebaliknya (licin). Permukaan yang licin akan memudahkan melepas kerangka ketika anyaman sudah selesai. Lapisan pada bagian dalam tas dapat digunakan kain yang bervariasi dan disesuaikan dengan desain kulit tas bagian luarnya. Perpaduan warna yang serasi ini akan mempercantik tampilan tas yang dihasilkan. (Yasa, wawancara 10 Pebruari 2016).

Gambar 13 Pembuatan Kerangka Tas dengan Bentuk Dasar Silinder

Bentuk kerangka lainnya yang dapat dibentuk adalah bentuk silinder. Bentuk ini memiliki kerumitan yang lebih tinggi dari bentuk kotak biasa. Meskipun demikian teknis pengerjaan tidak jauh berbeda dengan kerangka bentuk kotak baik dari pengukuran maupun cara melapisi dengan plaster. Kerangka yang dibentuk akan memberikan gambaran bentuk anyaman yang dihasilkan.Teknik pembuatan kerangka ini dilakukan dengan memotong gabus secara merata sesuai ukuran yang diinginkan. Potongan-potongan yang sudah terbentuk digabungkan sehingga menjadi sebuah model yang menyerupai silinder.

3. Pernak-pernik Cendera Mata

Gambar 14Beberapa Hasil Anyaman Rumput Vetiver sebagai Cendera Mata

Bentuk-bentuk cendera mata yang dibuat berupa gantungan kunci, tempat tisu, bola hias, tempat dupa dan tempat buah. Gantungan kunci merupakan bentuk sederhana yang dapat dikerjakan dengan mudah dan serta dapat dibuat dengan model yang beragam. Cara pembuatan dilakukan dengan langkah-langkah: (1) Membentuk kerangka model dari gabus, (2) Menyiapkan rumput vetiver yang akan digunakan untuk anyaman, (3) Menganyam rumput vetiver dengan pola angkat satu tumpang satu (1-1) mengikuti kerangkan sesuai model.

Bentuk lainnya adalah tempat tisu, tempat buah, tempat dupa maupun bola-bola hias. Pembuatan tempat buah maupun tempat tisu dilakukan dengan membuat kerangka dari rotan yang agak panjang (ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan). Rotan tersebut diikat dengan pola anyam tertentu serta dibuat sesuai dengan model yang diinginkan. Sedangkan bentuk tempat dupa dibuat menyerupai dengan teknik pembuatan gantungan kunci.

(9)

Penggunan rumput vetiver tidak terbatas pada daun saja melainkan pemanfaatannya juga pada akar. Akar rumput vetiver dibentuk bola-bola hias dengan ukuran yang berbeda-beda. Proses pembuatannya dilakukan dengan merangkai dengan cara menyilang akar-akar rumput vetiver. Ini dilakukan secara berlapis-lapis dengan pola penyilangan yang beragam. Tumpukan silangan yang melingkar akan membentuk sebuah anyaman yang menyerupai bola hias yang menarik. Bentuk permukaan yang tidak rata akan menambah kindahan pola yang dibentuk.

Gambar 15 Akar Rumput Vetiver Digunakan untuk Bola Hias

Motif Anyaman Menggunakan Rumput Vetiver

Motif menjadi bagian yang sangat esensial dalam sebuah anyaman karena sebagai penentu daya tarik sesuai dengan yang diinginkan. Motif yang bervariasi dan terkonsep dengan baik akan menjadikan desain lebih menarik. Dengan demikian secara tidak langsung akan memberikan nilai seni tersendiri. Anyaman rumput vetiver menggunakan desain motif yang beragam. Motif tersebut adalah motif kombinasi dasar, motif gerigi, motif variasi miring, motif sekruf, motif nenas dan motif gergaji. Keindahan sebuah motif sangat bergantung pada warna bahan sebagai pembentuk motif tersebut. Warna adalah salah satu unsur rupa yang sangat penting. Warna tersebut merupakan ekspresi pembuat karya. Anyaman (kriya anyam) adalah seni rupa terapan. Dengan demikian pengerjaan anyaman memerlukan sentuhan warna yang baik sehingga dapat mempengaruhi keindahan motif maupun corak anyaman. Pada anyaman yang berbahan rumput vetiver lebih mengutamakan variasi warna. Keharmonisan warna menjadi pertimbangan yang utama dalam anyaman. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang dicapai lebih maksimal dengan visualisasi seni yang

menarik (Merta, wawancara 12 Pebruari 2016).

Gambar 16Motif Silang pada Anyaman Tas Motif silang dibentuk antara jalinan sasag dengan kepang. Proses pembuatannya mengacu pada patokan jalinan di atasnya. Motif ini juga dibuat dengan kombinasi warna yang menarik sehingga mnambah keindahan tas yang dihasilkan. Desain motif dalam anyaman tidak terlepas pada corak anyaman. Corak anyaman pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu (1) anyaman rapat, dan (2) anyaman renggang/berlobang. Anyaman rapat pada umumnya dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Hal ini berkaitan degan pemanfaatan bahan anyam yang lebih fleksibel. Sedangkan anyaman renggang biasanya digunakan untuk membuat benda-benda yang tidak bisa ditekuk/dilipat. Anyaman rumput vetiver kecenderungannya menggunakan corak anyaman rapat.

Gambar 17 Motif Kombinasi Dasar Penggabungan satu bidang anyaman dengan bidang yang lainnya akan menghasilkan motif lain yaitu motif kombinasi dasar. Dalam pembuatan anyam motif kombinasi dasar harus lebih fokus dalam hal penempatan motif dan penggunaan warna yang serasi. Anyaman di atas pada gambar 17 hanya menggunakan dua warna yaitu hitam dan putih. Meskipun demikian keserasian jalinan anyaman memberikan kesan yang menarik sehingga tidak

(10)

mengganggu penglihatan. Perpaduan kedua warna tersebut memberikan genre motif yang jelas antara sasag dan kepang.

Gambar 18Contoh Anyaman dengan Motif Variasi Miring

Selain beberapa motif di atas, dalam pembuatan tas atau sejenisnya seperti keranjang lebih dominan memerlukan variasi motif. Variasi tersebut merupakan kombinasi dari beberapa motif yang ada. Seperti misalnya motif variasi miring merupakan

gabungan dari beberapa motif seperti mata walik, bintulu lugu, kepang maupun motif lainnya. Perpaduan beberapa motif akan mampu menghasilkan motif baru yang lebih menarik dan indah.Kombinasi motif memberikan kesan yang unik terhadap anyaman yang dihasilkan. Selain tas, dalam pembuatan tikar juga menggabungkan beberapa motif.

Gambar 19Kombinasi antara Motif Nenas dengan Motif Silang pada Tikar

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dalam Bab IV, maka dapat : disimpulkan sebagai berikut : (1) Proses pengolahan rumput vetiver menjadi anyaman dilakukan dengan berbagai tahapan yaitu (a) panen rumput, (b) membersihkan rumput dari gulma, (c) mengklasifikasikan rumput berdasarkan ukurannya, (e) merebus rumput dengan air yang telah dicampur dengan pewarna, dan (f) pengeringan rumput yang telah direbus, (2) Bentuk anyaman yang dapat dibuat dengan menggunakan rumput vetiver adalah anyaman berbentuk dua dimensi dan anyaman tiga dimensi, (3) Motif anyaman yang digunakan adalah motif kombinasi dasar, motif gerigi, motif variasi miring, motif sekruf, motif nenas dan motif gergaji.

Saran

Mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disarankan : (1)

Anyaman dengan bahan dasar rumput vetiver bersifat ramah lingkungan sehingga sangat baik digunakan untuk produk yang menjadi kebutuhan rumah tangga dan ekspor, (2) Kreatifitas dan inovasi perlu ditingkatkan dalam menganyam rumput vetiver sehingga mampu menghasilkan produk yang beragam dan bernilai seni yang tinggi, (3) Pemilihan motif serta perpaduan warna dan corak dalam menganyam perlu ditingkatkan sehingga mampu memperoleh hasil yang lebih baik dan bervariasi, (4) Kepada masyarakat Dusun Cegi, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem agar tetap berkarya khusunya menggunakan rumput vetiver dalam berbagai model serta meningkatkan kreasi sehingga mampu mengikuti perkembangan dan tuntutan pasar. Dengan demikian akan membuka peluang yang lebih besar terhadap perputaran arus ekonomi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Arifien, Koko K. 2011. Peluang Bisnis Anyaman. Bandung: Yrama Widya. Faisal, S.S. 2005. Format-format Penelitian

Sosial Dasar-dasar dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian.

Jakarta: PT. Gramedia Indonesia. http://www.blogster.com/artbloggue/pengertia n-dan-latar-belakang-seni-ornamen

(11)

Narbuko, Cholid dan H. Abu Achmadi. 2007.

Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Timbul, Haryono. 2002.Peranan Seni Kerajinan Tradisional dan Barat(Dalam

Pembangunan) Seri XII Oktober. Yogyakarta: Striasri.

Tim Penyusun, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Usman, dkk. 2004. Metode Penelitan Sosial.

Gambar

Gambar 8 Teknik Sasag pada Salah Satu  Anyaman Tas dengan Dasar Berbentuk Kotak
Gambar 18Contoh Anyaman dengan Motif  Variasi Miring

Referensi

Dokumen terkait

(1) Berdasarkan Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) ditetapkan retribusi terutang dengan menerbitkan Surat

Lokasi yang berdekatan dengan muara sungai, tidak dianjurkan untuk pembesaran Ikan Kerapu Macan karena lokasi tersebut salinitasnya sangat berfluktuasi karena

Untuk mengetahui tentang alat kerja dan cara kerja/proses yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan petugas unit rekam medik.. Untuk mengetahui ketersediaan obat P3K ditempat

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka simpulan dari penelitian adalah (1) kemampuan berfikir keatif mahasiswa dalam mengembangkan media pembelajaran termasuk

kamar mandi” karya Gusmel Riyald, ald, dapat diketahui bahwa d dapat diketahui bahwa drama ini menggunakan rama ini menggunakan alur maju yaitu dari pertama terjadi suatu

1) Persepsi kegunaan, persepsi kemudahan penggunaan, persepsi manfaat, dan persepsi biaya secara simultan berpengaruh terhadap niat menggunakan PC Tablet

Adapun beberapa hal pada rancangan yang perlu untuk diperbaiki dan menjadi masukkan untuk perancangan Perancangan Kampung Kebun Bersusun di Jogoyudan, dengan Pendekatan Open

Dalam paper ini akan mengacu kepada syarat fisis tingkat mutu bata beton berlubang, apakah hasil eksperimen kuat tekan dan daya serap air lockbrick dengan