• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PELAKSANAAN CUCI TANGAN PENGUNJUNG DI BANGSAL AR ROYAN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PELAKSANAAN CUCI TANGAN PENGUNJUNG DI BANGSAL AR ROYAN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

GAMBARAN PELAKSANAAN CUCI TANGAN

PENGUNJUNG DI BANGSAL AR ROYAN RS PKU

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II

Naskah Publikasi

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat

Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh Anend Karala

20110320049

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

4

Gambaran Pelaksanaan Cuci Tangan Pengunjung di Bangsal Ar Royan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

Anend Karala1, Novita Kurniasari2

Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2015

INTISARI

Pengunjung rumah sakit beresiko terkena Health Care Associated

Infections (HAIs). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran

pelaksanaan cuci tangan pengunjung di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, mengidentifikasi 5 momen, 6 langkah dan durasi waktu dalam cuci tangan.

Desain penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan metode cross

sectional. Jumlah sampel yaitu 105 pengunjung dengan menggunakan teknik accidental sampling. Analisa data yang digunakan adalah data distribusi

frekuensi.

Hasil penelitian ini didapatkan pelaksanaan 5 momen cuci tangan sebagian besar tidak melakukan cuci tangan yaitu pada momen apabila tangan kotor sebanyak 100 pengunjung. Pelaksanaan 6 langkah cuci tangan menggunakan air dan sabun yang tidak benar ada 28 pengunjung. Pelaksanaan prosedur 6 langkah cuci tangan menggunakan handrub yang tidak benar ada 49 pengunjung. Pelaksanaan durasi waktu cuci tangan menggunakan air dan sabun yang tidak tepat ada 28 pengunjung. Pelaksanaan waktu (durasi) cuci tangan menggunakan

handrub yang tidak tepat ada 49 pengunjung.

Pelaksanaan cuci tangan pengunjung di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II masih tergolong belum sesuai dilihat dari 5 momen cuci tangan, 6 langkah cuci tangan dan durasi waktu cuci tangan. Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk TIM PKRS dan bagian manajemen pengelolaan RS, agar dapat meningkatkan pelaksaan cuci tangan pengunjung.

(5)

5

Implementation Overview of Visitors Hand Hygiene at RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

Anend Karala1, Novita Kurniasari2

Student Research Project, School of Nursing, Medical and Health Faculty, Muhammadiyah University of Yogyakarta, 2015

ABSTRACT

The hospital’s visitors have high risk of HAIs. This research was to know how the RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II visitors in perfoming hand hygiene in 5 moments, 6 steps an in appropriate time.

This study design was observational descriptive with cross sectional method. The total sample was 105 visitors using accidental sampling technique. Data analysis used was frequency distribution data.

Results of this study, the implementation of the five moments of hand washing largely do not wash their hands at the moment when the hands are dirty as many as 100 visitors . Implementation of the 6 steps of hand washing with soap and water are not true there are 28 visitors . 6 step implementation procedure of hand washing using improper handrub no 49 visitors . Implementation of the duration of hand washing with soap and water are not appropriate there are 28 visitors . Implementation of time ( duration) of washing hands handrub improper use existing 49 visitors .

Implementation of visitors hand hygiene at RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II was is still considered not appropriate if viewed from five moments of hand hygiene, 6 steps of hand hygiene and the duration of hand hygiene. This research can be an advice to TIM PKRS team to increase visitors hand hygiene.

(6)

6 PENDAHULUAN

Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan di rumah sakit, tenaga kesehatan dan pengunjung rumah sakit beresiko terkena Health

Care Associated Infections (HAIs).

HAIs adalah infeksi yang di dapat dari rumah sakit, baik dari perawatan atau datang untuk berkunjung ke rumah sakit.2 HAIs muncul setelah 72 jam seseorang setelah berada di rumah sakit dan muncul gejala saat orang itu masih berada di rumah sakit ataupun setelah keluar dari rumah sakit.14

Infeksi yang didapatkan dari pelayanan kesehatan menjadi penyebab utama kematian dan angka sakit. HAIs menyebabkan 1,4 juta kematian setiap saat di seluruh belahan dunia. Angka kejadian HAIs di negara maju cukup tinggi seperti di Amerika, case fatality rate HAIs

2-6% dan diantara 200 pasien ada 1 yang dirawat dan meninggal karena HAIs. 10 Di Indonesia sendiri terdapat data dari 110 RSU pendidikan ditemukan angka kejadian HAIs cukup tinggi, sekitar 6-16% dengan rata-rata 9,8%.2 Sedangkan angka normal HAIs tidak boleh lebih dari 1,5%.3

HAIs bukan hanya merugikan para pasien dan orang yang bekerja di rumah sakit tetapi juga merugikan pihak rumah sakit atau perusahaan dimana penderita infeksi ini bekerja atau singgah sementara.1 HAIs menyebabkan pasien akan lebih lama dirawat di rumah sakit, mortalitas dan biaya pelayanan semakin meningkat dan semakin mempersulit pengobatan.8

Rumah sakit menjadi tempat berinteraksinya antara pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan.

(7)

7 Pengunjung dihadapkan dengan resiko HAIs karena berkunjung kerumah sakit. Pengunjung dapat menjadi sumber HAIs di rumah sakit. Pengunjung yang bebas keluar masuk dan tidak teratur dapat menimbulkan HAIs.8

Pengujung dan pasien yang mencuci tangan akan terlindungi dari bakteri yang ada pada tangan. Misalnya Staphylococcus Aureus, Pseudomonas Auregi dan organisme

lainnya yang potensial menyebabkan infeksi pada pasien. Mencuci tangan tidak hanya melindungi pasien dari infeksi bakteri patogen yang dibawa oleh pengunjung, namun juga melindungi pengunjung dari infeksi bakteri patogen yang berasal dari pasien.

Mencuci tangan saat ini bisa menjadi salah satu hal penting untuk dilakukan agar mengurangi penularan

mikroorganisme dan mencegah infeksi. Apabila menjaga kebersihan tangan dengan baik dan benar, maka dapat mencegah penularan mikroorganisme dan menurunkan angka kejadian HAIs. 4

Mencuci tangan tidak hanya melindungi pasien dari infeksi bakteri patogen yang dibawa oleh pengunjung, namun juga melindungi pengunjung dari infeksi bakteri patogen yang berasal dari pasien. Saat seluruh orang yang berada di rumah sakit mampu melaksanakan cuci tangan dengan baik dan benar maka akan terhindar dari HAIs. Diharapkan semua pelaku yang berada di rumah sakit dapat melaksanakan sesuai dengan yang disarankan untuk selalu mencuci tangan sesuai prosedur rumah sakit.9

Pelaksanaan cuci tangan harus sesuai prosedur yang sesuai dengan

(8)

8

standar untuk mencegah perkembangbiakan di sela-sela jari. sudah menetapkan cuci tangan yang benar dan tepat, yaitu 6 langkah cuci tangan, 5 moment cuci tangan dan ketepatan durasi waktu yang dibutuhkan apabila menggunakan

handrub dan handwash. 13

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 7 November 2014, pada pukul 08:00 sampai 10:30 di Bangsal Ar-Royan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, dari 10 pengunjung hanya 4 yang melakukan cuci tangan. Langkah cuci tangan pengunjung tidak sesuai dengan standar 6 langkah cuci tangan, 5 momen dan durasi waktu.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan cuci tangan pengunjung di RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Unit II sesuai dengan 5 momen cuci tangan, 6 langkah cuci tangan dan durasi waktu cuci tangan dari WHO.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan kuantitatif. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Jumlah responden terdiri

dari 105 pengunjung rumah sakit di bangsal Ar Royan. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu pelaksanaan cuci tangan

pengunjung di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi berupa checklist terdiri dari 5 momen cuci tangan, prosedur pelaksanaan 6 langkah cuci tangan menggunakan air dan sabun dengan

(9)

9 durasi waktu cuci tangan 40-60 detik dan prosedur pelaksanaan 6 langkah cuci tangan menggunakan handrub dengan durasi waktu cuci tangan 20-30 detik.

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah univariat dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Peneliti memperhatikan prinsip-prinsip etik dalam penelitian. Prinsip tersebut adalah prinsip responden memiliki hak untuk memutuskan bersedia menjadi subyek atau tidak, tidak menyebarluaskan hasil penelitian dan menjaga kerahasiaan identitas responden. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Prosedur 5 Momen Hand Hygiene

Diagram 1 Pelaksanaan 5 momen cuci tangan di Bangsal Ar Royan pada

Agustus 2015 (n=105)

Keterangan Momen: 1. Segera setelah tiba

dirumah sakit 2. Sebelum dan sesudah

kontak dengan rumah sakit

3. Sesudah dari kamar mandi

4. Setelah meninggalkan rumah sakit

5. Apabila tangan kotor 2. Pelaksanaan Prosedur 6

Langkah Cuci Tangan Diagram 2 Frekuensi Pelaksanaan 6 Langkah Cuci Tangan di Bangsal Ar

Royan menggunakan Air dan Sabun pada Agustus 2015 (n=30) 26,7% 41,0% 11,4% 72,4% 4,8% 73,3% 59,0% 88,6% 27,6% 95,2% 0,0% 20,0% 40,0% 60,0% 80,0% 100,0% Moment 1 Moment 2 Moment 3 Moment 4 Moment 5 6,7% 93,3% benar kurang benar

(10)

10 Diagram 3 Frekuensi Pelaksanaan 6 Langkah Cuci Tangan di Bangsal Ar

Royan menggunakan handrub pada Agustus 2015 (n=75)

3. Pelaksanaan Prosedur Waktu Cuci Tangan Diagram 4 Frekuensi Pelaksanaan Rentang waktu untuk prosedur Cuci

Tangan di Bangsal Ar Royan menggunakan air dan sabun pada

Agustus 2015 (n=3

Diagram 5 Frekuensi Pelaksanaan Rentang Waktu untuk Prosedur Cuci

Tangan di Bangsal Ar Royan Menggunakan handrub pada Agustus

2015 (n=75)

Berdasarkan diagram 1 sebagian besar pengunjung tidak melakukan cuci tangan pada momen pengunjung berada. Momen yang sebagian besar dilakukan pada momen 4 yaitu pengunjung yang cuci tangan setelah meninggalkan rumah sakit terdapat 76 (72,4) dan 29 (27,6) tidak dilakukan. Dan sebagian besar tidak dilakukan pada momen 5 yaitu pengunjung yang cuci tangan apabila tangan kotor terdapat 5 (4,8%) dan tidak dilakukan 100 (95,2).

Diagram 2 diatas diketahui bahwa hasil dari 30 (100%) pelaksanaan cuci tangan 6 langkah menggunakan air dan sabun, 2 (6,7%) pelaksanaan cuci tangan dengan benar dan 28 (93,3%) pelaksanaan cuci tangan dilakukan dengan kurang benar.

Diagram 3 diatas menunjukkan hasil dari 75 (100%)

34,7% 65,3% benar kurang benar 6,7% 93,3% benar kurang benar 34,7% 65,3% tepat kurang tepat

(11)

11 pelaksanaan cuci tangan menggunakan handrub, pelaksanaan cuci tangan benar 26 (34,7%) dan 49 (65,3%) dilakukan dengan kurang benar.

Diagram 4 diatas diketahui bahwa dari 30 pelaksanaan rentang waktu cuci tangan menggunakan air dan sabun, 2 (6,7%) tepat dilakukan dengan rentang waktu yang digunakan yaitu <40 detik dan >60 detik dan 28 (93,3%) pelaksanaan yang kurang tepat dilakukan yaitu 40-60 detik.

Pada diagram 5 menunjukkan bahwa dari 75 pelaksanaan rentang waktu cuci tangan menggunakan

handrub, 49 (65,3) kurang tepat

dilakukan dengan rentang waktu yang digunakan yaitu <20 detik dan >30 detik dan 26 (34,7) pelaksanaan yang tepat dilakukan yaitu 20-30 detik.

Pembahasan

Momen yang sebagian besar dilakukan pengunjung pada momen ke 4 yaitu setelah meninggalkan rumah sakit dan sebagian besar yang pengunjung tidak lakukan pada momen 5 yaitu saat tangan kotor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa momen yang paling banyak tidak dilakukan cuci tangan yaitu pada

momen apabila tangan kotor.

Berdasarkan analisis peneliti pada saat dilakukan observasi, sebagian

besar pengunjung menganggap

tangannya tidak kotor, sedangkan saat

observasi dapat dilihat bahwa

pengunjung berjabat tangan,

memegang bed pasien, makan juga minum didalam ruang pasien tanpa cuci tangan sebelumnya ataupun setelahnya. Pengunjung sendiri tidak sadar bahwa tangannya telah kotor terkontaminasi sesuatu dari luar

(12)

12

ataupun karena aktivitas yang terjadi didalam ruangan pasien. Indikasi

dilakukannya cuci tangan pada

momen ini agar mikroorganisme tidak bertambah ataupun berpindah dari tangan maupun ke tempat lainnya

melalui perantara.11

Momen sebelum melakukan prosedur bersih/ steril didapatkan hasil bahwa perawat sebagian besar tidak melakukan HH saat berada pada momen ini. Berdasarkan analisis peneliti, perawat tidak melakukan HH pada momen ini mungkin perawat malas untuk bolak-balik melakukan HH karena jarak wastafel dan

handrub yang jauh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa momen setelah meninggalkan rumah sakit menunjukkan paling banyak dilakukan pengunjung karena saat berada pada momen tersebut pengunjung merasa kotor setelah

masuk dari ruangan pasien ataupun bangsal. Hal ini menggambarkan tingkat kesadaran pengunjung yang cukup tinggi pada momen ini karena pengunjung sendiri merasa bahwa pada momen ini memiliki resiko tinggi untuk terjadinya HAIs. Indikasi dilakukan cuci tangan pada momen ini adalah karena setelah kontak didalam ruangan pasien, pengunjung juga akan melakukan aktivitas selanjutnya diluar rumah sakit, maka cuci tangan harus dilakukan untuk memutus rantai mikroorganisme yang dapat dibawa dari dalam ruangan pasien ataupun rumah sakit, juga untuk melindungi pengunjung sendiri dari perpindahan mikroorganisme dari pasien yang telah dikunjungi. 13

Cuci tangan harus memperhatikan area permukaan tangan yang akan di bersihkan. Cuci tangan biasanya dilakukan tidak

(13)

13 sesuai prosedur 6 langkah dapat menyebabkan beberapa bagian permukaan area yang belum bersih sehingga bakteri masih menempel pada area tertentu dan menyebabkan bertambahnya kuman ataupun bakteri diarea tersebut. Langkah yang paling jarang dilakukan pengunjung pada langkah ke 5 dan 6 nilainya baik pada ai dan sabun maupun dengan menggunakan handrub sama tingginya pada bagian yang tidak dilakukan.

Langkah 5 yaitu jempol tangan digosok memutar dengan telapak tangan sebaliknya. Pada penelitian ini didapatkan hasil sebagian besar pengunjung yang tidak melakukan langkah ini dengan benar.

Handrub lebih banyak digunakan

pada cuci tangan ini. Jika langkah ini tidak dilakukan maka dapat menimbulkan resiko HAIs yang

tinggi karena di jempol tangan banyak terdapat bakteri ataupun kuman (Lihat gambar 4.1). Ibu jari memang dilakukan terpisah agar dapat menurunkan resiko terjadinya HAIs.

Langkah ke 6 yaitu jari menguncup gosok memutar pada telapak tangan satunyya dan sebaliknya. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa pengunjung banyak yang tidak melakukan langkah ini, baik dengan air sabun ataupun handrub. Berdasarkan analisis peneliti pengunjung tidak mengetahui langkah yang benar berkaitan dengan kurang pengetahuan dari pengunjung sendiri juga kurangnya fasilitas dari rumah sakit berupa poster dan himbauan yang seharusnya ditempel disetiap bagian ruangan. Pada langkah ini apabila terlewatkan, kuman akan tertinggal

(14)

14 didaerah kuku dan menjadi sarang mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi apabila tidak dibersihkan. Langkah ini harus dilakukan karena untuk mencegah berkumpulnya mikroba pada area kuku. 12 Seperti terlihat pada gambar 1

Gambar 4.1

Pada penelitian ini didapatkan hasil pelaksanaan cuci tangan dengan durasi menggunakan air dan sabun dilakukan sangat kurang tepat. Berdasarkan hasil observasi peneliti, sebagian besar pelaksanaan durasi waktu dilakukan 10-30 detik menggunakan air dan sabun dan 10-15 detik dengan menggunakan

handrub. Waktu yang

direkomendasikan WHO untuk air dan sabun 40-60 detik dan handrub 20-30 detik.

Berdasakan analisis peneliti kurang tepatnya durasi waktu cuci tangan dikarenakan langkah cuci tangan yang tidak tepat membuat pengaruh terhadap durasi waktu cuci tangan. Durasi waktu cuci tangan dibagi menjadi dua ya itu mengguunakan air dan sabun dengan durasi yang benarr 40-60 detik lalu untuk handrub 20-30 detik. 13

Durasi waktu cuci tangan yang belum sesuai dikarenakan faktor kurangnya pengetahuan dalam melakukan cuci tangan.5

KESIMPULAN

Pelaksanaan Cuci Tangan

pengunjung di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta Unit II masih tergolong belum sesuai, dapat

(15)

15 dilihat dari 5 momen cuci tangan, 6 langkah cuci tangan dan durasi waktu cuci tangan.

SARAN

Bagi instansi Rumah Sakit Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk TIM PKRS dan bagian manajemen pengelolaan RS, agar dapat meningkatkan pelaksanaan cuci tangan pengunjung, baik melalui pemenuhan fasilitas cuci tangan, dan yang paling penting adalah media berupa poster yang seharusnya ditempelkan dibagian dinding disamping wastafel maupun handrub juga menggencarkan kegiatan promotif dengan leaflet agar pengunjung dapat cuci tangan dengan benar.

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Novita Kurniasari, S.Kep., Ns., M. Kep selaku pembimbing yang telah banyak membimbing serta

memberikan masukan kepada penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Ambar Relawati, S, Kep., Ns., M.Kep selaku penguji yang memberikan masukan demi kelancaran dalam proses penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial; Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta: Salemba Medika.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI). (2007).

Pedoman Manajerial

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.

Jakarta: Depkes RI.

3. Depkes RI & Perdalin. (2008). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya: Kesiapan Menghadapi Emerging Infectious Disease. Ed. 2. Jakarta. Depertemen Kesehatan Republik Indonesia

4. Ernawati, E., Tri, A. R., Wiyanto, S. (2014). Penerapan Hand Hygiene Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya. Diakses

10 Februari 2015. Diakses pada 5 november 2014. http://

(16)

16 jkb.ub.ac.id /index.php /jkb/ article/ view File /523/ 409. 5. Eviyanti. (2014). Hubungan

Tingkat Pengetahuan Hand Hygiene Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Hand Hygiene Pada Peserta Program Pendidikan Profesi Perawat. Karya Tulis

Ilmiah.

6. Geffers, C& Gastmeier, P. (2011). Nosokomial Infections and Multidrug-resistant Organisms in Germany. Deutsches Arzteblatt International; 108(6): 87-93. Medicine Articles.. http:// www. Ncbi. nlm. nih. gov /pmc / arti cles / PMC3047718/.

7. Lanikawati, P. (2014). Kepatuhan Petugas Kesehatan Mencuci Tangan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Penambehan Senopati Bantul. Karya Tulis

Ilmiah.

8. Notoatmodjo, S. (2005).

Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

9. Saragih R., & Rumpea, N. (2011). Hubungan Antara Pengetahuan Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan. Jurnal kesehatan.

Diakses 11 November 2014. http://uda.ac.id/jurnal/files/7.pdf. 10. Soedarmo, dkk. (2008). Buku

Ajar, Infeksi dan Pediatri Tropis.

Ed. 2. Jakarta: IDAI.

11. Houghty, G S. (2012). Rancangan Penerapan WHO Hand Hygiene Strategy. Nursing

Current. Diakses pada 14 Juli

2015. http:// dspace. library. uph.

edu :8080/ bitstream/

123456789/2323 /2/ ncj- 01- 02-

2013-rancangan_penerapan_who_hand .pdf.

12. World Health Organization. (2009). Hand Hygiene:Why, How & When?. Hopitaux Universitaires de Geneve (HUG). Diakses 21 November 2014. http://www.who.int/gpsc/5may/H and_Hygiene_Why_How_and_ When_Brochure.pdf.

13. ______. (2009). A Guide to the Implementation of the WHO Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategy. Diakses 3 Februari 2015. http: // whqli

bdoc. who. int /hq /2009

/WHO_IER_PSP_2009. 02_eng. pdf.

14. ______.(2011).HAIs Surveilance. http://www.who.int/bulletin/volu mes/89/10/11-088179/en/

Gambar

Diagram 1 Pelaksanaan 5  momen cuci tangan di  Bangsal Ar Royan pada

Referensi

Dokumen terkait

Tenaga Kependidikan (LPTK) dimana mengelola program pendidikan calon guru, hasil penelitian ini sebagai salah satu solusi teori yang diterapkan dalam proses

Bagian risiko TI pada direktorat teknologi dan jasa keuangan akan melakukan analisis risiko TI secara umum dijelaskan secara lisan dimulai dengan klasifikasi data

Surat keterangan masih dalam perawatan adalah surat yang dikeluarkan oleh PIHAK KEDUA yang ditujukan kepada PIHAK PERTAMA, yang berisi keterangan bahwa pasien

Menurut Taylor (2009), laki-laki mendominasi peran kekerasan dalam berpacaran yang berujung pada konflik, dimana perempuan sering menjadi korban dalam kekera-

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) tingkat kemampuan guru dalam meningkatkan kemampuan guru mengelola proses pembelajaran guru mata pelajaran IPS kelas

43 Perkataan menyuruh mengobati, tidak sama artinya dengan menyuruh lakukan (doonplegen) dalam Pasal 55 ayat (1) butir 1, karena menyuruh lakukan pada Pasal 55

Upaya yang dilakukan sekolah untuk memperoleh dukungan dana, tenaga, ide, maupun fasilitas dari komite di SMA N 1 yaitu dengan cara komite sekolah diundang dalam rapat-rapat

Kesimpulan pada penelitian ini adalah pemberian ubi jalar ungu berpengaruh terhadap kadar CEC (Circulating Endothelial Cell) tikus model diabetes sebesar 42,5%, namun