• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN UNIT PENGOLAHAN LEATHER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN UNIT PENGOLAHAN LEATHER"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN UNIT PENGOLAHAN LEATHER NANAS SKALA INDUSTRI KECIL DALAM ASPEK TEKNIS DAN FINANSIAL DI KABUPATEN KEDIRI

MANUFACTURE PLANT FOR PINEAPPLE LEATHER AS A SMALL SCALE INDUSTRY IN TECHNICAL AND FINANCIAL ASPECT IN KEDIRI DISTRIC

Wulan Dani Sartika Sari1) ; Wignyanto2) ; Arie Febrianto Mulyadi2) 1)

Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP-Unibraw

2)

Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP-Unibraw ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mendapatkan rancangan unit pengolahan leather buah nanas yang layak didirikan dalam skala industri kecil ditinjau dari aspek teknis dan aspek finansial”. Metode yang digunakan untuk menganalisa aspek teknis diantaranya adalah : metode perbandingan eksponensial, metode pendekatan dari ketersediaan bahan baku dan metode rasio rantai (permintaan/konsumsi per kapita). Sedangkan untuk aspek finansial metode yang dikaji mencakup perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP), Break Event Point (BEP), R/C Ratio dan Payback Periode (PP). Hasil analisis aspek teknis menunjukkan bahwa pendirian unit pengolahan leather nanas skala industri kecil ini akan didirikan didesa Sugihwaras Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri. Direncanakan dalam satu hari dapat mengolah nanas sebesar 104 kg dan diperkirakan menghasilkan leather nanas 32,8 kg/hari atau 1.640 bungkus (@ bungkus 20 gr). Berdasarkan potensi pasar leather nanas yang ada di Kabupaten Kediri diketahu proyeksi permintaannya pada tahun 2011 sebesar 10.979 kg. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi sebanyak enam orang. Hasil perhitungan produksi leather nanas ditinjau dari aspek finansial didapatkan HPP sebesar Rp. 807,00/bungkus, @ 20 gram dengan harga jual sebesar Rp. 1.200,00. Diperoleh BEP (unit) 277 bungkus/hari dan BEP (rupiah) sebesar Rp. 332.835,99/hari. R/C ratio didapatkan nilai 1,5. Nilai R/C ratio yang lebih besar dari 1 memberi arti bahwa usaha menguntungkan dan layak untuk dijalankan. Payback periode selama 1 tahun 10 bulan. Waktu pengembalian modal lebih singkat dari umur ekonomis proyek sehingga usaha dapat dikatakan layak.

Kata Kunci : Unit Pengolahan, Leather Nanas, Industri Kecil ABSTRACT

The purpose of this research is to got manufacture plan for pineapple leather as a small scale industry in technical and financial aspect in Kediri distric. The method that was made to analize technical aspect is by using exponential experiment to decide the location manufacture unit, available raw material is used to decide capacity pineapple leather and chain ratio (demand/cosumption per capita) . And method was made to analize finansial aspect such as Production Cost Price (HPP), Break Event Point (BEP), R/C Ratio dan Payback Periode (PP). The result of technical analysis aspect show that the plan of manufacture unit for pineapple leather in small industry will be built in Sugihwaras Village- Ngancar- Kediri. It is predicted can product at 104 kg which get pineapple leather at 32,8 kg a day or 1.640 packed. Based on market potential, pineapple leather in Kediri regency can be found the demand in 2011 at 10.979 kg. The workers needed in proccessing is 6 people. Result of product from financial aspect HPP at Rp 807,00/ package (@ 20 gram) with price Rp 1.200,00 so it can be got BEP 277 package/day and BEP at Rp 332.835,99/ a day. Ratio 1,5 ratio is larger than one shows that a it causes a profit. Payback Period can be achieved within 1 year and 10 month. It is faster from economical projection.

(2)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman nanas (Ananas comosus L) telah lama dikenal dan disukai hampir semua masyarakat, baik digunakan sebagai konsumsi buah segar maupun diolah menjadi berbagai produk olahan. Daging buahnya yang berwarna kuning rasanya masam manis yang enak disukai masyarakat luas. Pengolahan nanas secara komersial sudah lama dikenal dalam dunia industri di Indonesia. Hal ini terlihat dengan banyaknya industri pengolahan nanas menjadi produk-produk seperti sari buah nanas, manisan nanas, nektar nanas, jam, jelly, chip, sale nanas, dan produk kalengan (Bappenas, 2000).

Salah satu masalah yang dihadapi dalam menangani hasil tanaman nanas baik oleh petani maupun oleh pedagang adalah cepatnya penurunan mutu setelah buah dipetik. Nanas yang sudah dipetik dan tidak langsung dikonsumsi atau diberi perlakuan khusus akan membusuk setelah 12 hari. Nanas termasuk komoditas buah yang mudah rusak dan cepak busuk, alternatif dalam mempertahankan kondisi komoditi nanas ini adalah dengan melakukan proses pengolahan. Fruit leathers adalah suatu bentuk olahan buahbuahan yang mempunyai nilai ekonomis di pasar internasional, dimana produk ini bisa menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan dari buah nanas yang

mudah rusak dan busuk karena fruit leather mempunyai daya tahan simpan yang cukup tinggi.

Leather nanas ini, dapat dikatakan sebagai snack atau makanan ringan yang sehat. Sedangkan tren saat ini banyak masyarakat yang semakin sadar akan kesehatan sehingga mereka lebih cenderung mengkonsumsi makanan yang bermanfaat bagi tubuh. Melihat potensi pasar yang potensial maka perlu didirikan unit pengolahan leather nanas. Untuk mendirikan unit pengolahan leather nanas, maka diperlukan suatu perancangan sehingga diperlukan suatu kajian tentang kelayakan dari unit pengolahan ini, yang ditinjau dari aspek teknis dan finansial.

Aspek teknis mencakup kapasitas produksi, proses produksi, penentuan letak lokasi unit pengolahan, mesin peralatan dan tenaga kerja yang mendukung kelangsungan produksi. Aspek finansial mencakup perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP), Break Event Point (BEP), Return Cost Rasio (R/C rasio) dan Payback Period (PP).

Pada saat ini, penelitian tentang perancangan pendirian unit pengolahan leather nanas pada skala industri kecil masih belum dilakukan. Oleh karena itu perlu adanya penelitian yang mengkaji tentang perancangan pendirian unit pengolahan leather nanas dalam aspek teknis dan finansial.

(3)

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mendapatkan rancangan unit pengolahan leather buah nanas yang layak didirikan dalam skala industri kecil ditinjau dari aspek teknis dan aspek finansial”. 1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai informasi analisa kelayakan secara teknis dan finansial kepada pihak-pihak terkait yang berminat dalam pendirian suatu industri pengolahan leather buah nanas dalam skala industri kecil”.

2. Bahan informasi bagi penelitian selanjutnya.

II. METODE PENELITIAN 2.1 Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kediri yang meliputi lokasi sentra nanas serta instansi-instansi yang terkait dengan penelitian.

2.2 Batasan Masalah

1. Aspek teknis yang dibahas dibatasi pada penentuan lokasi, kapasitas produksi, pemilihan mesin dan peralatan, penjadwalan produksi, tenaga kerja dari unit pengolahan leather nanas.

2. Aspek finansial dibatasi pada perhitungan dengan kriteria penilaian investasi menggunakan metode BEP, PP, R/C rasio. 3. Besar skala usaha yang dipilih

untuk unit pengolahan ini adalah skala industri kecil berdasarkan batasan modal yaitu sebesar ≤ Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan.

4. Nanas yang digunakan untuk pembuatan leather dibeli dari petani di Kabupaten Kediri. 5. Lokasi pendirian unit pengolahan

ditetapkan di Kabupaten Kediri karena lokasi yang dekat dengan perolehan bahan baku.

6. Teknik proses pembuatan leather nanas mengacu pada penelitian Asben tahun 2007 (Peningkatan kadar iodium dan serat pangan dalam pembuatan fruit leather nenas (Ananas comosus Merr) dengan penambahan rumput laut).

2.3 Prosedur Penelitian

Penelitian perancangan unit pengolahan leather nanas skala industri kecil dalam aspek teknis dan finansial di Kabupaten Kediri melalui beberapa tahapan, antara lain : identifikasi gagasan yaitu bahwa produk yang akan diteliti memiliki peluang memenuhi kebutuhan pasar dan memiliki keunggulan dibandingkan dengan produk sejenis yang sudah ada. Tahap

(4)

selanjutnya adalah perumusan masalah yang didukung oleh studi lapang dan studi dokumentasi. Kemudian ditetapkan variable dan parameter yang mempengaruhi penelitian dilanjutkan dengan pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis hasil, yaitu dengan melakukan penilaian kelayakan pada aspek teknis dan aspek finansial. Berdasarkan hasil dari penilaian kelayakan selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dan pembuatan laporan.

2.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan cara yang digunakan dalam menganalisis dan menginterpetasikan data. Data hasil penelitian lapang dan studi kepustakaan dianalisis untuk mendapatkan kelayakan dari beberapa aspek. Dalam penelitian ini aspek-aspek yang digunakan dalam studi kelayakan meliputi :

2.4.2 Aspek Teknis

Perencanaan unit pengolahan yang dihasilkan selanjutnya dianalisis aspek teknisnya. Pada aspek teknis beberapa metode yang digunakan untuk menganalisis yaitu :

− Metode yang digunakan untuk menentukan alternatif lokasi pendirian unit pengolahan leather nanas adalah metode perbandingan eksponensial.

− Penentuan kapasitas pabrik

dilakukan dengan cara metode pendekatan dari ketersediaan bahan

baku utama proses produksi leather nanas.

− Metode penetapan jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yaitu berdasarkan dari tahapan proses produksi.

− Metode dalam menentukan besarnya potensi pasar adalah dengan menggunakan metode rasio rantai (permintaan/konsumsi per kapita).

2.4.2 Aspek Finansial

Perencanaan unit pengolahan yang dihasilkan selanjutnya dianalisis aspek finansialnya. Aspek ini perlu dikaji karena terkait dengan kemampuannya menjelaskan kondisi keuangan peerusahaan. Untuk menghitungnya, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini :

• HPP =

• BEP (unit) = FC : (P – VC) •

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Potensi pasar

Leather nanas termasuk produk baru yang diproduksi

diwilayah Kabupaten Kediri.

Berdasarkan data peramalan permintaan manisan, maka pada tahun 2011

(5)

terdapat potensi market space sebesar 109.792 kg di Kabupaten Kediri. Perhitungan ini didasarkan pada jumlah penduduk kabupaten Kediri serta jumlah konsumsi manisan perkapita yaitu sebesar 106,98

kg/orang/tahun (BPS, 2007). Pada tahun 2011 diperoleh proyeksi konsumsi manisan sebesar 109.792 kg atau sebesar 54.896 kg untuk konsumsi manisan kering. Dari total permintaan manisan kering terbagi baerdasarkan bahan baku pembuatannya yaitu nanas, pala, asam dan mangga. Proyeksi permintaan manisan kering nanas diasumsikan sebesar 25 % dari total permintaan manisan kering, yaitu sebesar 13.724 kg, sedangkan

permintaan leather nanas diasumsikan sebesar 80 % dari total permintaan manisan kering nanas yaitu sebesar 10.979 kg, jadi apabila dalam 1 kemasan berisi 20 gram maka dalam satu tahun permintaannya adalah 548.960 bungkus pertahun, hal ini merupakan peluang bahwa pasar akan mampu menyerap produk yang akan diproduksi.

3.2 Penentuan lokasi

Dalam menentukan lokasi pendirian unit pengolahan leather nanas, dipilih didaerah Kecamatan Ngancar di desa Sugihwaras. Wilayah

Kecamatan Ngancar di Kabupaten Kediri merupakan lokasi yang tepat untuk pendirian unit pengolahan leather nanas.

Hal ini dikarenakan diperkirakan pasokan bahan baku nanas yang tersedia cukup besar sehingga memperlancar proses produksi.

Alasan lain yang mendukung Wilayah Kecamatan Ngancar sebagai lokasi pendirian adalah sebagai berikut : a. Di Kecamatan ini, merupakan areal

perkebunan nanas yang cukup besar, sehingga menjamin pasokan bahan baku secara kontinyu.

b. Lokasi yang akan dibangun unit pengolahan leather nanas dekat dengan sarana dan prasarana yang menunjang antara lain, dekat dengan jalan, terdapat tenaga listrik dan air, sehingga masalah transportasi, kebutuhan listrik dan air untuk operasional produksi cukup terjamin selain itu Pemkab Kediri juga menetapkan Kecamatan Ngancar sebagai kecamatan pengembangan wisata karena memiliki potensi wisata, yaitu Gunung Kelud. Dengan begitu, diharapkan produk leather nanas yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai komoditi unggulan Kabupaten Kediri dan sebagai makanan khas Kabupaten Kediri bagi wisatawan. c. Karena letak unit pengolahan leather

nanas di sekitar areal perkebunan nanas, maka masyarakat sekitar akan terlibat sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar perkebunan nanas.

(6)

3.3 Kapasitas Produksi

Dengan mempertimbangkan skala usaha yang dipilih, maka dalam menentukan kapasitas produksi total kami menetapkan sebesar 0.6 % dari jumlah produksi nanas di kecamatan Ngancar yaitu sebesar 34.650 kg/tahun. Penentuan kapasitas produksi harian didapatkan dengan melihat kapasitas mesin pada jalur produksi dan potensi permintaan manisan kering, yaitu diperkirakan sebesar 686.200 bungkus atau 13.724 kg pada tahun 2011. Direncanakan dalam satu hari dapat mengolah nanas sebesar 104 kg. Untuk waktu satu tahun (300 hari kerja) dibutuhkan 31.200 kg nanas/tahun. Maka kapasitas leather nanas diperkirakan akan diproduksi sebesar 32,8 kg/hari (sebelum pengemasan) dan menghasilkan 1.640 bungkus (@ bungkus 20 gr). Dalam satu tahun diperkirakan akan memproduksi leather nanas sebesar 9.840 kg atau 492.000 bungkus. Dengan demikian diperkirakan produksi leather nanas ini dapat memenuhi permintaan pasar pada tahun 2011 sebesar 89,62 % dari jumlah permintaan sebesar 548.960 bungkus atau 10.979 kg. Rendemen yang dihasilkan untuk menghasilkan leather nanas dalam satu kali proses produksi adalah sebesar 31,54 %.

3.4 Bahan Baku

Suatu industri dapat bekerja dengan lancar jika didukung dengan bahan baku

utama dan bahan baku tambahan yang tersedia dalam jumlah cukup setiap diperlukan. Tersedianya bahan baku dan bahan tambahan secara kontinyu dengan harga yang murah dan memiliki mutu yang baik merupakan salah satu syarat agar industri yang direncanakan dapat beroperasi dengan baik.

Pada perencanaan industri ini bahan baku yang digunakan adalah nanas. Buah nanas adalah buah yang tersedia hampir sepanjang tahun di Indonesia. Bahkan ketika musim panen, sering terjadi produksi berlebih yang

menyebabkan banyak nanas tidak tertampung. Harga nanas yang sangat fluktuatif dipengaruhi oleh suplai. Nanas yang dipilih merupakan nanas jenis Queen (daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut). Harga nanas per kg Rp. 1.100,00. Potensi nanas daerah Kediri dari tahun 2005 sampai 2010 disajikan pada Gambar 1

Kabupaten Kediri. 3.5 Bahan Pembantu

Bahan pembantu adalah bahan yang digunakan untuk

berikut Nanas Potensi Gambar1. Di 0 500.000 1.000.000 1.500.000

Produktivitas Nanas

( Kw )

Produktivitas Nanas …

(7)

melengkapi bahan baku sehingga akan diperoleh produk yang sesuai dengan kualitas dan spesifikasi yang diinginkan. Kebutuhan bahan pembantu ini disesuaikan dengan formulasi terbaik dan paling optimal.

Pembelian bahan pembantu dilakukan setiap 1 bulan sekali, tetapi untuk rumput laut pembeliannya dilakukan setiap 2 minggu sekali. Pada pembuatan leather nanas, bahan pembantu yang diperlukan antara lain gula, rumput laut dan natrium metabisulfit.

3.6 Penjadwalan Produksi Penjadwalan jam kerja per hari yang dimulai pada pukul 05.30–11.00 dan dimulai lagi pada pukul 16.00-22.30 malam, dalam 5 hari per minggu dengan 4 orang tenaga kerja langsung dan 1 orang bagian pemasaran dan 1 orang bagian administrasi yang juga menjadi tenaga kerja bagian produksi.

3.7 Proses Produksi

Proses produksi leather nanas menggunakan ± 104 kg nanas yang menghasilkan ± 56 kg daging nanas. Kapasitas tersebut disesuaikan dengan kapasitas mesin pengering. Tahapan proses produksi leather nanas meliputi penimbangan bahan baku utama maupun pembantu, pengupasan buah, pencucian, penghancuran, pemasakan, pembentukan, pengeringan, penaburan gula, pemotongan serta pengemasan.

3.8 Utilitas

Utilitas adalah bagian yang sangat penting dalam kelancaran proses produksi karena utilitas

merupakan bagian dari penunjang beroperasinya mesin dan peralatan produksi. Beberapa utilitas yang digunakan dalam proses produksi leather nanas adalah : listrik, air, gas LPG, dan bensin.

3.9 Kebutuhan tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan diambil dari masyarakat sekitar. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk bagian produksi adalah 4 orang dengan tugas utama memasak leather nanas. Sedangkan untuk bagian operasional dibutuhkan 2 orang yaitu sebagai tenaga pemasaran dan administrasi sekaligus juga membantu menjadi tenaga kerja bagian produksi. Tenaga kerja yang dibutuhkan tidak memerlukan latar belakang pendidikan yang terlalu tinggi, apalagi pada proses produksi. Hal ini dikarenakan proses produksi leather nanas tidak terlalu sulit sehingga cukup dengan diberi pelatihan tenaga kerja sudah dapat bekerja dengan baik.

3.10 Aspek Finansial Total biaya produksi leather nanas selama 1 tahun adalah sebesar Rp. 397.039.241,00 dengan perincian biaya tetap sebesar Rp. 39.341.214,00 dan biaya tidak tetap sebesar Rp. 357.698.000,00. Perhitungan biaya produksi dilakukan

(8)

dalam periode 1 tahun yang merupakan jumlah keseluruhan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap dalam 1 tahun yang melibatkan biaya bahan baku, bahan pembantu dan pengemas, biaya tenaga kerja, serta biaya utilitas pabrik.

1. Harga Pokok Produksi (HPP)

Harga Pokok Produksi (HPP) sebesar Rp. 807,00/bungkus. Harga jual yang dihitung ditingkat produsen hingga pengecer Rp. 1.200,00 dengan asumsi penganbilan keuntungan (mark up) sebesar 40 % dari harga pokok produksi. Dari harga jual tersebut, berarti keuntungan yang diterima produsen adalah sebesar 40 % dari setiap unit produk yang terjual, sehingga perkiraan harga jual ke konsumen akhir sebesar Rp. 1.500,00. Menurut Subanar (2001), besarnya mark up ditingkat produsen langsung ke konsumen sebesar 20%, jika melalui agen atau pengecer mark up sebesar 40%. Apabila dibandingkan dengan harga produk sejenis, yaitu leather mangga podang, harga leather nanas ini lebih terjangkau karena untuk tiap bungkus leather mangga podang (50 gram) harganya Rp. 5.000,00 sedangkan harga tiap bungkus dari leather nanas Rp. 1.200 (20 gram).

2. Break Event Point (BEP)

Break Event Point (BEP) merupakan titik impas, dimana nilai penjualan atau pendapatan sama dengan total biaya. Analisis BEP tersebut merupakan cara untuk mengetahui volume penjualan minimal agar suatu usaha tidak

mengalami kerugian tetapi juga belum memperoleh laba (laba sama dengan nol). Hasil perhitungan BEP menunjukkan bahwa titik balik pokok akan dicapai pada volume penjualan

83.174 bungkus/tahun atau senilai Rp. 99.850.796,95 per tahun. Apabila unit usaha tersebut telah mencapai angka penjualan tersebut di atas, maka dapat diartikan unit usaha tersebut mencapai titik dimana usaha tidak mengalami kerugian maupun memperoleh keuntungan.

3. R/C ratio (R/C)

Perhitungan efisiensi usaha dengan analisis R/C yang merupakan perbandingan antara penerimaan usaha dengan biaya total yang dikeluarkan, menunjukkan keberhasilan usaha untuk mencapai laba. Total penerimaan yang didapat dari unit produksi leather nanas skala industri kecil sebesar Rp. 590.400.000,00 dengan total biaya Rp. 397.039.241,00 sehingga didapatkan nilai efisiensi usaha R/C sebesar 1,5. Hal ini berarti bahwa usaha tersebut sudah efisien dan menguntungkan sesuai dengan kritetria efisiensi usaha yaitu bila nilai R/C > 1.

4. Payback Period (PP)

Payback period merupakan

metode yang digunakan untuk mengukur kecepatan pengembalian modal investasi yang dinyatakan dalam tahun. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai payback period dicapai pada 1 tahun + 10 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

(9)

jangka waktu tersebut nilai investasi usaha sebesar Rp.

166.407.775,00 telah kembali. Lama payback period lebih pendek daripada umur proyek yang direncanakan yaitu selama 5 tahun, sehingga dapat dikatakan proyek ini layak untuk dilaksanakan.

IV. PENUTUP

Kesimpulan

1. Hasil analisis aspek teknis menunjukkan bahwa pendirian unit pengolahan leather nanas skala industri kecil ini akan didirikan didesa Sugihwaras Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri. Berdasarkan potensi pasar leather nanas yang ada di Kabupaten Kediri diketahu proyeksi permintaannya pada tahun 2011 sebesar 10.979 kg. Dari segi kualitas dan kuantitas bahan baku nanas, tersedianya mesin dan peralatan untuk pengolahan nanas menjadi leather memenuhi persyaratan atau layak didirikan. Direncanakan dalam satu hari dapat mengolah nanas sebesar 104 kg dan diperkirakan menghasilkan leather nanas 32,8 kg/hari atau 1.640 bungkus (@ bungkus 20 gr). Dalam satu tahun diperkirakan akan memproduksi leather nanas sebesar 9.840 kg atau 492.000 bungkus. Tenaga

kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi sebanyak enam orang. 2. Berdasarkan hasil analisis aspek

finansial didapatkan HPP sebesar Rp. 807,00/bungkus, @ 20 gram dengan harga jual sebesar Rp. 1.200,00, sehingga diperoleh BEP (unit) 277 bungkus/hari dan BEP (rupiah) sebesar Rp.

332.835,99/hari. R/C ratio didapatkan nilai 1,5. Nilai R/C ratio yang lebih besar dari 1 memberi arti bahwa usaha menguntungkan dan layak untuk dijalankan. Payback periode selama 1 tahun 10 bulan. Waktu pengembalian modal lebih singkat dari umur ekonomis proyek sehingga usaha dapat dikatakan layak.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymousa. 2010. Fruit Leather.

Coopertive Extension Service. University of Alaska Fairbanks. USA

Asben, Alfi. 2007. Peningkatan Kadar Iodium Dan Serat Pangan Dalam Pembuatan Fruit Leathers Nenas (Ananas comosus Merr) Dengan Penambahan Rumput Laut. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang

Binta, D., Wijana, S., Mulyadi, AF. 2013. Pengaruh Lama Pemeraman Terhadap Kadar Lignin Dan Selulosa Pulp (Kulit Buah Dan Pelepah Nipah) Menggunakan

(10)

Biodegradator EM 4. Jurnal Industria 2(1): 75-83

Bappenas. 2000. Nanas. Sistem

Informasi

Manajemen

Pembangunan

di

Pedesaan.

Jakarta

Febrianto, A., Kumalaningsih, S. and Aswari, A.W., 2012. Process engineering of drying milk powder with foam mat drying method: a study of the effect of the concentration and types of filler. Journal of Basic and Applied Scientific Research, 2(4), pp.3588-3592.

Mulyadi. 1997. Akuntansi Manajemen: konsep, Manfaat, dan Rekayasa. STIE YKPN. Yogyakarta.

Mulyadi, A. F., Maligan, J. M., Wignyanto, W., & Hermansyah, R. (2014). Organoleptic Characteristics of Natural Flavour Powder From Waste of Swimming Blue Crabs (Portunus pelagicus) Processing: Study on Dextrin Concentration and Drying Temperature. Jurnal Teknologi Pertanian, 14(3). Mulyadi, A. F., Wijana, S., & Wahyudi, A.

S. (2013, December). Optimization of Nicotine Extraction In Tobacco Leaf (Nicotiana tabacum L.):(Study: Comparison of Ether and Petroleum Ether). In The International Conference on Chemical Engineering UNPAR 2013.

Mulyadi, A.F., Wijana, S., Dewi, I.A. and Putri, W.I., 2014. Organoleptic Characteristics of Dry Noodle Products from Yellow Sweet Potato (Ipomoea batatas): Study

on Adding Eggs and CMC. Jurnal Teknologi Pertanian, 15(1). Soekartawi. 2002. Analisis Usaha tani.

Universitas Indonesia. Jakarta Subanar, H. 2001. Manajemen Usaha

Kecil. Edisi Kesatu. BPFE. Yogyakarta.

Sutoyo, S. 1989. Studi Kelayakan Proyek, Teori dan Praktek. Pustaka Binamar Pressindo. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

adalah pada konsentrasi rendah air garam dapat merangsang pertumbuhan bakteri (Salam, 2012), Sementara itu daya hambat perasan jahe merah lebih kuat karena di dalam jahe

Hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat perbedaan prestasi belajar Matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Numbered Head

Upaya represif adalah sebuah upaya yang dilakukan BNN Kabupaten Kediri pada saat penyalahgunaan narkotika sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (treatment)

2 Dalam hal penempatan tenaga kerja tersebut sudah barang tentu tidak dapat dilakukan secara sederhana seperti penempatan kerja yang dilakukan di negara kita sendiri,

Ucapan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan berkat-Nya yang berlimpah, yang membuat kami sanggup menyelesaikan penulisan skripsi yang

Transesterifikasi minyak sawit dilakukan dengan mencampurkan minyak sawit dan metanol yang telah mengandung katalis abu tandan kosong dengan perbandingan mol minyak dan

Dengan demikian, maka variabel independen yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, PDRB Perkapita, dan Tingkat Pendidikan yang diproksikan dengan Rata-rata Lama

Adapun permasalahan yang akan dibahas kali ini berkenaan dengan tinggalan arkeologis berupa sisa struktur bangunan tua di situs Kota Rebah, apakah sisa struktur