• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN Redaksi Mohammad Irham Pungki Lupiyaningdyah Nur Rohmatin Isnaningsih Conni Margaretha Sidabalok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN Redaksi Mohammad Irham Pungki Lupiyaningdyah Nur Rohmatin Isnaningsih Conni Margaretha Sidabalok"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Fauna Indonesia merupakan Majalah llmiah Populer yang diterbitkan oleh Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI). Majalah ini memuat hasil pengamatan

ataupun kajian yang berkaitan dengan fauna asli Indonesia, diterbitkan secara berkala dua kali setahun

ISSN 0216-9169

Redaksi Mohammad Irham Pungki Lupiyaningdyah Nur Rohmatin Isnaningsih Conni Margaretha Sidabalok

Sekretariatan Yulianto Yuni Apriyanti

Alamat Redaksi

Bidang Zoologi Puslit Biologi - LIPI Gd. Widyasatwaloka, Cibinong Science Center JI. Raya Jakarta-Bogor Km. 46 Cibinong 16911

TeIp. (021) 8765056-64 Fax. (021) 8765068

E-mail: fauna_indonesia@yahoo.com

Foto sampul depan :

(3)

PEDOMAN PENULISAN

Redaksi FAUNA INDONESIA menerima sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan, dapat berupa hasil pengamatan di lapangan/ laboratorium atau studi pustaka yang terkait dengan fau-na asli Indonesia yang bersifat ilmiah popular.

Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia dengan summary Bahasa Inggris maksimum 200 kata dengan jarak baris tunggal.

Huruf menggunakan tipe Times New Roman 12, jarak baris 1.5 dalam format kertas A4 dengan uku-ran margin atas dan bawah 2.5 cm, kanan dan kiri 3 cm.

Sistematika penulisan:

a. Judul: ditulis huruf besar, kecuali nama ilmiah spesies, dengan ukuran huruf 14. b. Nama pengarang dan instansi/ organisasi.

c. Summary d. Pendahuluan e. Isi:

i. Jika tulisan berdasarkan pengamatan lapangan/ laboratorium maka dapat dicantumkan cara kerja/ metoda, lokasi dan waktu, hasil, pembahasan.

ii. Studi pustaka dapat mencantumkan taksonomi, deskripsi morfologi, habitat perilaku, konservasi, potensi pemanfaatan dan lain-lain tergantung topik tulisan.

f. Kesimpulan dan saran (jika ada). g. Ucapan terima kasih (jika ada). h. Daftar pustaka.

5. Acuan daftar pustaka:

Daftar pustaka ditulis berdasarkan urutan abjad nama belakang penulis pertama atau tunggal. a. Jurnal

Chamberlain. C.P., J.D. BIum, R.T. Holmes, X. Feng, T.W. Sherry & G.R. Graves. 1997. The use of isotope tracers for identifying populations of migratory birds. Oecologia 9:132-141. b. Buku

Flannery, T. 1990. Mammals of New Guinea. Robert Brown & Associates. New York. 439 pp. Koford, R.R., B.S. Bowen, J.T. Lokemoen & A.D. Kruse. 2000. Cowbird parasitism in

grasslands and croplands in the Northern Great Plains. Pages 229-235 in Ecology and Management of Cowbirds (J. N.M. Smith, T. L. Cook, S. I. Rothstein, S. K. Robinson, and S. G. Sealy, Eds.). University of Texas Press, Austin.

c. Koran

Bachtiar, I. 2009. Berawal dari hobi , kini jadi jutawan. Radar Bogor 28 November 2009. Hal.20

d. internet

NY Times Online . 2007.”Fossil find challenges man’s timeline”. Accessed on 10 July 2007 (http://www.nytimes.com/nytonline/NYTO-Fossil-Challenges-Timeline.html).

(4)

6. Tata nama fauna:

a. Nama ilmiah mengacu pada ICZN (zoologi) dan ICBN (botani), contoh Glossolepis incisus, na-ma jenis dengan author Glossolepis incisus Weber, 1907.

b. Nama Inggris yang menunjuk nama jenis diawali dengan huruf besar dan italic, contoh Red Rainbowfish. Nama Indonesia yang menunjuk pada nama jenis diawali dengan huruf besar, contoh Ikan Pelangi Merah.

c. Nama Indonesia dan Inggris yang menunjuk nama kelompok fauna ditulis dengan huruf kecil, kecuali diawal kalimat, contoh ikan pelangi/ rainbowfish.

(5)

i

KATA PENGANTAR

Fauna Indonesia edisi pertama di tahun 2013 menyambangi anda kembali dengan suatu perubahan, yaitu majalah ini bersatu dengan induknya, Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI), bersama dengan majalah ilmiah Zoo Indonesia di website baru Masyarakat Zoologi Indonesia (www.MZI.or.id). Adanya publikasi Fauna Indonesia di dalam MZI berarti majalah ini kembali kepada akar organisasi yang akan menggeliat menggaungkan potensi dan konservasi fauna di Indonesia. Pembaca pun tidak hanya akan membaca artikel-artikel menarik dalam edisi ini namun akan mengetahui juga organisasi dan aktifitas MZI.

Pada edisi ini ada tujuh artikel yang kami persembahkan kepada pembaca yang meliputi dunia herpetofauna, moluska, serangga dan cacing endoparasit. Hal yang menarik untuk diperhatikan pada sajian ini adalah sebagian memaparkan segi potensi pemanfaatan dari fauna lokal Indonesia. Artikel-artikel tentu saja akan membuka wacana yang baik bagi kita untuk menguak lebih jauh lagi tentang besarnya manfaat fauna yang berada di sekitar kita. Nilai-nilai ekonomis yang belum banyak terungkap dapat terinisiasi dari tulisan tersebut. Kita berharap bahwa semakin banyak tulisan yang dapat membuka potensi-potensi tersembunyi dari fauna Indonesia. Tentu saja ini akan memperkuat pemikiran bahwa mengapa konservasi satwa perlu dilakukan karena potensi pemanfaatannya baik untuk pangan, kesenangan dan servis ekologi sangat dibutuhkan manusia.

Selamat membaca.

(6)

ii

DAFTAR ISI

PENGANTAR REDAKSI ... i DAFTAR ISI ... ii VOKALISASI ANAK BUAYA MUARA Crocodylus porosus ... 1 Hellen Kurniati

INFORMASI BIOLOGI DAN PEMANFAATAN KERANG KEREK

(Gafrarium tumidum) ... 5 Muhammad Masrur Islami

MOLUSKA BAKAU SEBAGAI SUMBER PANGAN ... 12 Nova Mujiono

PELUANG EKSPLORASI KERAGAMAN KEONG DARAT

DARI PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA ... 17 Heryanto

MELOIDOGYNE INCOGNITA PADA KENTANG HITAM

(SOLENOSTEMON ROTUNDIFOLIUS) ... 22 Kartika dewi & Yuni Apriyanti

KAJIAN BIOLOGI LEBAH TAK BERSENGAT (APIDAE : TRIGONA)

DI INDONESIA ... 29 Erniwati

JENIS-JENIS KURA-KURA AIR TAWAR YANG DIPERDAGANGKAN

DI BANTEN ... 35 Dadang Rahadian Subasli

(7)

22

MELOIDOGYNE INCOGNITA PADA KENTANG HITAM (SOLENOSTEMON ROTUNDIFOLIUS)

Kartika Dewi & Yuni Apriyanti

Museum Zoologicum Bogoriense, Bidang Zoologi, Puslit Biologi – LIPI

Summary

Meloidogyne incognita is a worldwide distributed parasitic nematode on plants. This species causes damages on various range of plants, including hausa potato (Solenostemon rotundifolius). The nematodes infect the potato’s tubers and cause ulcers which eventually decrease the harvest rate and even on the worse infection can make crop failure. This paper will discuss the infection of M. incognita on hausa potato in Cibinong Science Center’s farm.

PENDAHULUAN

Nematoda puru akar, Meloidogyne incognita adalah parasit obligat yang mempunyai persebaran luas di dunia. Keberadaannya menyebabkan kerusakan pada berbagai jenis tanaman dan menginfeksi sekitar 1.700 jenis tanaman (Gapasin 2013, Bellafiore et al. 2013). Penyebaran cacing yang luas disebabkan oleh distribusi tanaman pangan dan benihnya, sedangkan untuk skala lokal bisa disebabkan oleh pergerakan air, tanah dan peralatan pertanian yang menyebarkan nematoda tersebut dari lokasi satu ke lokasi yang lainnya. Parasit tersebut dapat menimbulkan kerugian yang besar pada tanaman dalam sistem produksi pertanian di daerah tropis maupun sub tropis. Kerugian yang dapat ditimbulkannya dapat mencapai 20% sampai dengan kegagalan seluruh panen (Panggeso 2010).

Kentang hitam (Solenostemon rotundifolius) merupakan salah satu sumber pangan alternatif di tengah ancaman krisis pangan. Tanaman ini cocok tumbuh di iklim tropis seperti Indonesia. Kentang

hitam mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi, yaitu 33,7 gram tiap 100 gramnya, lebih tinggi dibanding kentang biasa dan ubi jalar yang hanya 13,5 gram dan 20,6 gram (Persatuan Ahli Gizi Indonesia dalam Silalahi, 2013). Selain itu tanaman ini juga mempunyai indeks glikemiks (kadar gula) yang rendah sehingga bisa dikonsumsi oleh penderita diabetes (Anonim, 2012).

Penelitian tentang budidaya tanaman kentang hitam dilakukan di kebun yang terletak di Cibinong Science Center oleh peneliti dari Pusat Penelitian Biologi-LIPI guna keberhasilan budidayanya. Salah satu aspek dari penelitian tersebut adalah penelitian mengenai nematoda parasit karena pada tanaman kentang hitam kita belum tahu sampai di mana Meloidogyne incognita dapat mempengaruhi hasil panen.

METODE

Pengamatan siklus hidup M. incognita pada kentang hitam dilakukan dengan pewarnaan akar dan Fauna Indonesia

(8)

23 umbinya. Sampel diambil pada tanggal 8 Maret 2013 di kebun kentang hitam yang terletak di CSC.

Pewarnaan akar dilakukan sebagai berikut:

• Akar dipotong-potong 1-2 cm, kemudian dicuci dengan NaOCl dengan perbandingan NaOCl : air = 30 : 20 selama 15 menit setelah itu dicuci dengan air mengalir dan keringanginkan

• Setelah kering ditambahkan larutan Fuchin yang diencerkan 1 : 1 kemudian dipanaskan sampai gelembung mendidih keluar untuk pertama kali kemudian didinginkan.

• Setelah dingin dibilas dengan air mengalir dan ditambahkan Glicerin pekat + HCl 3 tetes ditunggu sampai jernih untuk dapat diamati di bawah mikroskop.

Ekstraksi nematoda jantan dari tanah dan akar

• Untuk mendapatkan nematoda jantan yang hidup bebas maka digunakan metode modifikasi corong Baermann (Gambar 1) sebagai berikut:

• Tanah diambil sebanyak satu sendok makan, sedangkan akar tanaman dipotong-potong diambil sebanyak 100 gr dan diletakkan diatas gelas plastik yang bawahnya sudah dipotong dan diganti dengan kain kasa

• kemudian diletakkan di gelas lain yang berisi air, sampai tanah menyentuh air. Setelah itu dibiarkan selama 2 hari. Hasil yang ada digelas bawah ditaruh di saringan 500 mesh kemudian dibilas dengan air mengalir dan dipindahkan ke cawan petri kecil dan diamati dengan mikroskop.

AKIBAT SERANGAN NEMATODA PADA TANAMAN

Hasil panen kentang hitam dari kebun CSC didapatkan bahwa umbinya terserang oleh nematoda puru akar dalam jumlah yang banyak. Kentang hitam yang tidak terserang nematoda akan menghasilkan umbi yang bagus dan mulus (Gambar 2), sedangkan yang terserang Meloidogyne umbi akan membentuk puru akar (Gambar 3). Tingkat kerusakan pada tanaman yang disebabkan oleh M. Incognita tergantung pada kepadatan nematoda, kerentanan tanaman, kondisi lingkungan seperti kesuburan, kelembaban dan adanya organisme patogen lainnya yang mungkin berinteraksi dengan nematoda (Gapasin 2013). Jika sumber nutrisi di tanah melimpah, maka tanaman tidak menunjukkan gejala sakit seperti kerdil dan daun menguning.

Gambar 1 . Modifikasi corong Baermann

Gambar 2. Kentang hitam yang tidak terinfeksi oleh nematoda parsait (kentang dari kelompok tani di Kulon Progo, Yogyakarta)

Infeksi nematoda pada tanaman akan menyebabkan hilangnya vigor dan daya tahan terhadap kekeringan. Meloidogyne dapat memecahkan ketahanan genetik suatu tanaman terhadap penyakit tertentu seperti terhadap penyakit layu dan fusarium, sehingga tanaman yang diserang nematoda rentan terhadap penyakit lain (Sastrosuwignyo 1989). Selain itu infeksi berat nematoda pada tanaman akan Fauna Indonesia Vol 12 (1) Juni 2013: 22-28

(9)

24 menyebabkan berkurangnya fungsi sistem perakaran dan menyebabkan jaringan berkas pengangkut mengalami gangguan, akibatnya tanaman mudah layu khususnya dalam keadaan lingkungan yang kering dan tanaman sering menjadi kerdil, pertumbuhan terhambat dan klorosis (Panggeso 2010).

Stolon yang akan menjadi umbi jika terinfeksi akan gagal membentuk umbi karena disimpangkan oleh nematoda Meloidogyne menjadi puru akar. Nematoda akan membentuk sel transfer makanan yang memobilisasi makanan dan memblok makanan pada jaringan xylem dan floem yang seharusnya diedarkan ke seluruh tanaman.

TAKSONOMI

Taksonomi Meloidogyne incognita menurut Anonim (2013) adalah sebagai berikut:

• Kelas : Secernentea

• Sub Kelas : Diplogasteria

• Ordo : Tylenchida

• Sub ordo : Tylenchina

• Superfamili : Tylenchoidea

Gambar 3: akar kentang hitam yang membentuk puru akar (kiri), nematoda betina dari puru akar yang dibedah (kanan)

• Family : Heteroderidae

• Subfamily : Meloidogyninae

• Genus : Meloidogyne

• Spesies : Meloidogyne incognita SIKLUS HIDUP

Mempelajari siklus hidup suatu parasit dapat digunakan untuk memutus perkembangannya, sehingga pencegahan dapat dilakukan sebelum terjadinya serangan pada tanaman. M. incognita adalah endoparasit yang bersifat menetap (sedentary endoparasite), apabila masuk ke dalam jaringan tanaman nematoda ini tidak akan bergerak dan berpindah posisi. Cacing betina akan sedenter selama hidupnya, sedangkan yang jantan hanya sedenter selama perkembangan larvanya (Sastrosuwignyo 1989). Cacing ini bisa berkembang biak dengan cara parthenogenesis. Cacing jantan tidak diperlukan dalam reproduksi. Siklus hidup M. incognita dimulai ketika cacing betina menghasilkan telur (satu ekor betina dapat menghasilkan 300 – 400 butir telur) (Gambar 4). Telur tersebut akan membentuk sekumpulan telur Fauna Indonesia Vol 12 (1) Juni 2013: 22-28

(10)

25 yang bergelatin. Telur berkembang dari morula, blastula, gastrula dan menjadi berembrio. Setelah itu 4 stadia juvenile / larva (J1, J2, J3, dan J4), dan dewasa.

Juvenil 1 dan ganti kulit pertama masih di dalam cangkang telur. Telur menetas kurang lebih setelah 7 hari dan menjadi juvenil 2 yang bersifat infektif dan akan masuk ke dalam akar tanaman pada bagian perpanjangan akar dekat dengan tudung akar. Setelah itu juvenil akan bermigrasi diantara sel dengan kepala pada jaringan vaskuler. Akibat dari migrasi tersebut akan menyebabkan sel mengalami kerusakan dan jika beberapa juvenil masuk pada ujung akar maka

pembelahan sel akan berhenti dan akar tidak akan mengalami perpanjangan lagi. Setelah itu tubuh juvenil akan berubah membengkak menjadi besar karena aktivitas makan yang menyebabkan meningkatnya jumlah sel. Perubahan tersebut diinduksi oleh sekresi saliva yang dimasukkan ke dalam sel dan mengelilingi jaringan selama makannya nematoda. Selama proses tersebut, jaringan xilem akan rusak dan akar tidak akan berfungsi secara normal. Selama proses menjadi dewasa tersebut, nematoda mengalami pergantian kulit ke 2, 3 dan 4 secara cepat. Juvenil yang menjadi betina akan tetap

Gambar 4. Siklus Hidup M. incognita Fauna Indonesia Vol 12 (1) Juni 2013: 22-28

(11)

26 di dalam akar dan tubuhnya semakin membengkak, sedangkan yang akan menjadi cacing jantan kembali menjadi bentuk cacing dan hidup bebas di tanah. Lama siklus hidup sangat ditentukan oleh suhu, pada 29oC telur dihasilkan 19 – 21 hari setelah penetrasi.

Cacing jantan berbentuk cacing juvenil (Anonim 2013).

Penelitian mengenai lamanya siklus hidup M. incognita pernah dilakukan pada tanaman Vigna radiata. Pada tanaman V. radiata telur menetas kemudian dewasa dan bertelur kembali membutuhkan waktu 29 hari. Setelah inokulasi, juvenil 2 dapat ditemukan pada hari ketujuh, ketiga dan kedua belas. Juvenil ke empat jantan ditemukan pada hari keenambelas, sedangkan betina pada hari ketujuh belas (Data dkk.1990).

MORFOLOGI

Cacing jantan mempunyai perbedaan morfologi dengan cacing betina. Tubuh cacing betina berbentuk seperti buah pear/ bulat (pyriform), sedangkan cacing jantan berbentuk seperti cacing pada umumnya (vermiform). Panjang cacing betina berukuran 0,4-1,3 mm dan hidupnya selalu terbenam pada jaringan akar. Tubuhnya lembut dan tidak membentuk kista. Leher menonjol dan lubang ekskretori terletak anterior dari tengah bulbus dan dekat dengan dasar stilet. Vulva dan anus terletak di tengah sedikit menonjol dari permukaan tubuh. Kutikel di daerah tengah membentuk pola perineal yang merupakan ekor yang mereduksi, phasmid, garis lateral, vulva dan anus yang dikelilingi olek garis striasi. Pola tersebut yang menjadi karakter untuk pembeda jenis. Sidik pantat pada M. incognita memperlihatkan lengkung dorsal (dorsal arch) berbentuk persegi (sudut ± 90o) (Gambar 5).

Terdapat enam glandula rektal besar yang terletak pada bagian posterior tubuh yang menghasilkan matrik gelatin yang dikeluarkan melalui rectum yang akan membentuk kantong telur. Cacing betina memiliki panjang stilet 15-17µm dengan ujung stilet yang tajam (Eisenback & Triantaphyllou 1991).

Cacing jantan panjang dan tipis (Gambar 6). Mempunyai ukuran 0.3-0.5 mm panjangnya. Stilet pendek dan kokoh dengan panjang 18-24 µm dan berakhir pada knob yang kecil. Bulbus esophagus berkembang dengan baik. Intestin overlaping pada bagian ventralnya. Spikula dua sama panjang dan sama bentuk terletak dekat dengan ujung posterior. Ekor berbentuk conoid (Gapasin 2013)

Gambar 5. Analisa sidik pantat pada nematoda betina.

Gambar 6: Meloidogyne incognita jantan

(12)

27 USAHA PENCEGAHAN DAN

PENGENDALIAN MELOIDOGYNE

Secara alami (Gapasin 2013)

♦ Rotasi/ pergiliran tanaman. Tanaman yang bukan inang M. incognita atau tanaman yang resisten dapat ditanam pada tanah yang populasi nematodanya sudah tinggi.

♦ Penambahan bahan organik. Pupuk kandang dari kotoran ayam efektif untuk mengurangi jumlah telur nematoda kurang lebih 56%.

♦ Penggunaan tanaman antagonis. Penanaman Tagetes erecta dan Crotolaria spectabilis pada tanah yang sudah terinfeksi nematoda efektif untuk melawan nematoda puru akar

Kontrol biologi

♦ Paecilomyces lilacinus, P. fumosoroseus merupakan jamur yang dapat memparasiti telur nematoda. Penelitian penggunaan jamur ini pada nematoda yang menyerang ubi jalar memperlihatkan hasil jika jamur tersebut dapat mengurangi jumlah telur nematoda sekitar 50% (Gapasin 2013)

♦ Penelitian mengenai penggunaan bakteri endofit untuk menginduksi ketahanan tanaman terhadap infeksi M. incognita pernah dilakukan pada lada. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa bakteri endofit dapat menekan jumlah puru dan populasi nematoda di dalam akar sampai 97,93%. Keberadaan bakteri endofit dapat menginduksi ketahanan tanaman lada secara sistemik dengan mekanisme peningkatan kandungan asam salisilat dan peroksidase di dalam akar (Harni & Ibrahim 2011)

Mekanik

♦ Lahan digenangi 1-2 minggu. Meloidogyne bersifat aerob, jika digenangi maka tanah akan menjadi anaerob dan nematoda mati.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. W. Anggraitoningsih, Erniwati & L.E. Pudjiastuti (Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI) yang telah membantu dalam pengambilan sampel dan memberikan pengarahan selama penelitian, kepada Tri Handayani (Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI) yang telah menyediakan sampel tanaman kentang hitam. Tulisan ini dibiayai oleh pemerintah Indonesia melalui DIPA PN 2013 di bawah

proyek “Pengendalian hama terpadu umbi prioritas”.

PUSTAKA

Anonim. 2013. Meloidogyne incognita. http:// nematology.ucdavis.edu/faculty/westerdahl/ courses/nemas/meloidogyneincognita.htm. Diakses 11 Juni 2013

Datta, S., P. G. Trivedi & B. Tiagi. 1990. Development of the root-knot nematode,

Meloidogyne incognita in Vigna radiata and

Cyamopsis tetragonoloba. Indian Phytopathology 43(4):96-499

Eisenback, J.D & H.H. Triantaphyllou. 1991. Root-Knot Nematodes : Meloidogyne Species and Races in Manual of Agricultural Nematology. Editor : William R. Nickel. New York. Base. Hong Kong.

Gapasin, R. 2013. Root-knot nematode. http:// keys.lucidcentral.org/keys/sweetpotato/key/ Sweetpotato%20Diagnotes/Media/Html/ TheProblems/Nematodes/

RootKnotNematode/Root-knot.htm. Diakses

6 Juni 2013.

Harni, R. & M. S.D. Ibrahim. Potensi bakteri endofit menginduksi ketahanan anaman lada terhadap infeksi Meloidogyne incognita. Jurnal Littri. 17

(13)

28

(3): 118-123.

Panggeso, J. 2010. Analisa kerapatan populasi nematoda parasitik pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) asal Kabupaten Sigi Biromaru. J. Agroland 17(3): 198-204.

Sastrosuwignyo, S. 1989. Nematologi tumbuhan jurusan hama dan penyakit tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Silalahi, N. 2013. Kentang hitam pada tanah mineral

masam Bengkulu. http://

pertanianberkelanjutanunib.blogspot.com/200

9/05/kentang-hitam-pada-tanah-mineral-masam.html. Diakses 21 Juni 2013.

Kartika Dewi

Museum Zoologicum Bogoriense Bidang Zoologi, Puslit Biologi – LIPI Gd. Widyasatwaloka, Jl. Raya Jakarta – Bogor KM. 46 Cibinong 16911 Email: kartika_mzb@yahoo.co.id

Yuni Apriyanti

Museum Zoologicum Bogoriense Bidang Zoologi, Puslit Biologi – LIPI Gd. Widyasatwaloka, Jl. Raya Jakarta – Bogor KM. 46 Cibinong 16911 Email: apriyanti87@gmail.com Fauna Indonesia Vol 12 (1) Juni 2013: 22-28

Gambar

Gambar  2.  Kentang  hitam  yang  tidak  terinfeksi  oleh  nematoda  parsait  (kentang  dari  kelompok  tani di Kulon Progo, Yogyakarta)
Gambar 3: akar kentang hitam yang membentuk puru akar (kiri), nematoda betina dari puru akar yang dibedah (kanan)
Gambar 4. Siklus Hidup M. incognita   Fauna Indonesia Vol 12 (1) Juni 2013: 22-28
Gambar 5. Analisa sidik pantat pada nematoda betina.

Referensi

Dokumen terkait

Model perulangan yang Model perulangan yang akan melakukan akan melakukan perulangan jika perulangan jika kondisi seleksi bernilai salah kondisi seleksi bernilai

Setelah diberikan intervensi pada kelompok kontrol menjadi 30,11 dan kelompok perlakuan 22,4.Kesimpulan bahwa ada perbedaanrerata kualitas hidup kelompok perilaku dan

Pengendalian berat badan dan lingkar pinggang menjadi penting dalam penelitian ini karena berhubungan dengan peningkatan tekanan darah, namun lingkar panggul yang

Profesi Untuk Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Kelas XI MA di Kota Semarang. Program Studi Pendidikan Bahasa Arab. Jurusan Bahasa dan Sastra Asing. Fakultas Bahasa

Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 3 Tahun 2007 tentang Sumber Pendapatan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2007 Nomor 3, Tambahan Lembaran daerah

Bahwa Pengesahan Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian, Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Konsolidasian Perseroan dan Entitas Anak tahun buku yang

Hal tersebut dianggap cara yang paling jitu oleh paguyuban bersama Pemuda Pancasila dalam melakukan resistensi, bagaimana sulitnya mendapatkkan lahan dan terbatasnya