V.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
5.1.Aspek Teknis
5.1.1.Pengolahan tanah secara mekanis
Setiap awal tehnik budidaya tanaman memerlukan kegiatan pengolahan tanah. Pengolahan tanah di PG. Krebet Baru dilakukan secara mekanis dan manual. Untuk lahan tegal pengolahan tanah dapat dilakukan secara mekanis ataupun manual, sedangkan pada lahan sawah pengolahan tanah hanya dapat dilakukan secara manual. Hal ini dikarenakan alat-alat mekanis tidak dapat berjalan dilahan yang basah.
PG. Krebet Baru memiliki 19 unit traktor sebagai sarana untuk pengolahan tanah secara mekanis. Traktor tersebut digunakan oleh pabrik sendiri ataupun disewakan ke petani. Untuk pengolahan lahan budidaya tebu terdapat 13 unit traktor, 3 unit traktor digunakan untuk melayani pembuangan abu ke lahan, dan sisanya 3 unit traktor digunakan untuk menarik tebu di atas lori yang telah berada di sekitar pabrik.
Pengolahan tanah secara mekanis di PG. Krebet Baru dilakukan beberapa tahap, yaitu bajak I, bajak II, dan pengkairan. Bajak I adalah tahap awal pengolahan tanah secara mekanik untuk penanaman tebu di lahan PG. Krebet Baru (Gambar 3A). Alat yang digunakan adalah traktor penggerak 4 WD (80-150) HP dengan implement bajak disc plows, diameter disc 27-30 inch. Penggunaan traktor penggerak 4 WD 80-120 HP implement bajak yang dipasang adalah disc
plows berisi 4 disc, namun apabila menggunakan traktor penggerak 4 WD 150 HP
maka dapat dipasangkan implement disc plows berisi 5 disc. Tiap disc pada implement traktor mampu membuka, membongkar, dan membalik tanah hingga kedalaman 30 - 40 cm. Arah bajak I adalah tegak lurus terhadap arah juringan tanaman tebu sebelumnya. Kegiatan bajak I memiliki kapasitas kerja 0.20 - 0.25 ha/jam.
Fungsi bajak I adalah membuka, membongkar dan membalik tanah agar dapat terkena sinar matahari dan memperbaiki sirkulasi udara tanah, menggemburkan tanah, memotong perakaran dan membongkar sisa tanaman tebu
sebelumnya, dan memotong akar tanaman pengganggu sehingga mampu mengurangi pertumbuhan gulma.
Bajak II dilakukan berselang satu hari setelah bajak satu. Hal tersebut dilakukan apabila tidak ada kendala turun hujan di malam harinya atau di hari saat bajak II akan dilaksanakan. Traktor tidak dapat berjalan dilahan yang basah akibat turun hujan. Sehingga kegiatan bajak II ditunda hingga tanah telah kering dan dapat digunakan untuk traktor berjalan. Alat yang digunakan pada bajak II adalah sama dengan traktor yang digunakan pada kegiatan bajak I, yaitu traktor penggerak 4 WD (80-150) HP dengan implement bajak disc plows, diameter disc 27-30 inch.
Fungsi bajak II adalah untuk memecah dan menghancurkan bongkahan tanah hasil dari kegiatan bajak I agar tanah lebih remah. Arah bajak II adalah tegak lurus atau berlawanan arah dengan arah bajak I. Arah tersebut akan semakin menghancurkan dan meratakan tanah yang diolah. Kegiatan bajak II memiliki kapasitas kerja 0.20-0.25 ha/jam.
Pengkairan dilaksanakan sehari setelah kegiatan bajak II (Gambar 3B). Pengkairan adalah kegiatan pembuatan juringan (alur tanaman) sebagai tempat penanaman bibit tebu. Alat yang digunakan adalah traktor penggerak 4 WD 150 HP dengan implement Scyryfing. Implement yang digunakan terdapat 2 jenis, yaitu bermata kair dua dan bermata kair tiga. Satu kali laju traktor bermata kair 2 dapat menghasilkan satu juringan, sedangkan untuk traktor bermata kair 3 dapat menghasilkan 2 juringan. Pembuatan juringan dimulai dari sisi pinggir lahan. Jarak antar mata kair yang digunakan untuk penentuan jarak PKP (pusat ke pusat) adalah 110-120 cm dengan kedalaman juringan 35-40 cm.
Arah pembuatan kairan ditentukan oleh topografi lahan. Lahan yang memiliki topografi dengan kemiringan > 2% maka arah kairan dibuat mengikuti kontur atau berlawanan arah dengan kemiringan. Lahan yang memiliki topografi dengan kemiringan < 2% maka arah kairan standarnya dibuat sesuai dengan arah Utara - Selatan. Untuk lahan 1 ha dengan PKP 110 cm maka akan didapatkan juringan sebanyak 909 leng. Kapasitas kerja traktor adalah 0.35 ha/jam.
Gambar 3. Pengolahan Tanah Secara Mekanis : (A) Pembajakan; (B) Pengkairan 5.1.2.Pegolahan tanah secara manual
Pengolahan tanah secara manual dilakukan pada lahan sawah dan lahan tegal yang tidak memungkinkan dijangkau oleh traktor,
harus dijangkau dengan menyeberangi sungai. Pada lahan sawah pengolahan lahan secara manual dilakukan dengan cara pembua
(Gambar 4A) dan pembuatan juringan (Gambar 4 cangkul, lempak, atau
Langkah awal pengolahan lahan secara manual adalah pengukuran lahan dan pemasangan ajir untuk menentukan got keliling, got malang, dan panjang juringan. Pengolahan tanah secara manual tidak melakukan pengolahan pada keseluruhan lahan, hanya mengolah pada bagian juringan dan membuat got sebagai tempat keluar masuk air.
Got keliling adalah adalah got yang digunakan untuk memasukkan air ke dalam lahan dan sebagai saluran pembuangan air utama. Letak got keliling adalah mengelilingi seluruh lahan yang akan ditanami tebu. Ukuran got keliling adalah lebar bagian atas 60 cm, lebar bagian bawah 50 cm, dan kedalaman got 70 cm.
Got malang dan got mujur dibuat setelah pembuatan got keliling selesai. Got mujur dibuat sejajar/ sea
lurus dengan got mujur. Fungsi dari got mujur dan got malang adalah untuk mengatur air di dalam lahan dan untuk mengeluarkan air dengan cara peresapan ke got keliling setelah dilakukan proses pengairan.
malang adalah lebar bagian atas 40 cm, lebar bagian bawah 30 cm, dan kedalaman got 40 cm.
. Pengolahan Tanah Secara Mekanis : (A) Pembajakan; (B) Pengkairan Pegolahan tanah secara manual
Pengolahan tanah secara manual dilakukan pada lahan sawah dan lahan tegal yang tidak memungkinkan dijangkau oleh traktor, misalnya pada lahan yang harus dijangkau dengan menyeberangi sungai. Pada lahan sawah pengolahan lahan secara manual dilakukan dengan cara pembuatan got pengaturan air dan pembuatan juringan (Gambar 4B) dengan menggunakan cangkul, lempak, atau dengan menggunakan bajak tenaga sapi.
Langkah awal pengolahan lahan secara manual adalah pengukuran lahan dan pemasangan ajir untuk menentukan got keliling, got malang, dan panjang juringan. Pengolahan tanah secara manual tidak melakukan pengolahan pada
seluruhan lahan, hanya mengolah pada bagian juringan dan membuat got sebagai tempat keluar masuk air.
Got keliling adalah adalah got yang digunakan untuk memasukkan air ke dalam lahan dan sebagai saluran pembuangan air utama. Letak got keliling adalah mengelilingi seluruh lahan yang akan ditanami tebu. Ukuran got keliling adalah lebar bagian atas 60 cm, lebar bagian bawah 50 cm, dan kedalaman got 70 cm.
Got malang dan got mujur dibuat setelah pembuatan got keliling selesai. Got mujur dibuat sejajar/ searah dengan arah juringan. Got malang dibuat tegak lurus dengan got mujur. Fungsi dari got mujur dan got malang adalah untuk mengatur air di dalam lahan dan untuk mengeluarkan air dengan cara peresapan ke got keliling setelah dilakukan proses pengairan. Ukuran got mujur dan got malang adalah lebar bagian atas 40 cm, lebar bagian bawah 30 cm, dan kedalaman
A
A
. Pengolahan Tanah Secara Mekanis : (A) Pembajakan; (B) Pengkairan
Pengolahan tanah secara manual dilakukan pada lahan sawah dan lahan misalnya pada lahan yang harus dijangkau dengan menyeberangi sungai. Pada lahan sawah pengolahan tan got pengaturan air B) dengan menggunakan
Langkah awal pengolahan lahan secara manual adalah pengukuran lahan dan pemasangan ajir untuk menentukan got keliling, got malang, dan panjang juringan. Pengolahan tanah secara manual tidak melakukan pengolahan pada seluruhan lahan, hanya mengolah pada bagian juringan dan membuat got-got
Got keliling adalah adalah got yang digunakan untuk memasukkan air ke dalam lahan dan sebagai saluran pembuangan air utama. Letak got keliling adalah mengelilingi seluruh lahan yang akan ditanami tebu. Ukuran got keliling adalah lebar bagian atas 60 cm, lebar bagian bawah 50 cm, dan kedalaman got 70 cm.
Got malang dan got mujur dibuat setelah pembuatan got keliling selesai. rah dengan arah juringan. Got malang dibuat tegak lurus dengan got mujur. Fungsi dari got mujur dan got malang adalah untuk mengatur air di dalam lahan dan untuk mengeluarkan air dengan cara peresapan ran got mujur dan got malang adalah lebar bagian atas 40 cm, lebar bagian bawah 30 cm, dan kedalaman
Juringan adalah alur tanaman sebagai tempat peletakan bibit dan pupuk. Letak juringan tegak lurus terhadap got malang. Hal yang perlu diperhatik dalam pembuatan juringan adalah arah juringan tegak lurus dengan kemiringan lahan, tiap ujung juringan berhubungan langsung dengan saluran irigasi. Ukuran juringan yang dibuat adalah lebar juringan 20
35 cm, jarak pusat ke pusat (PKP) 1
Gambar
A) Pembuatan Got; (B) Pembuatan Juringan 5.1.3.Pembibitan
Kegiatan pemenuhan bahan tanam tebu dilakukan
pembibitan. Untuk mendapatkan hasil panen tebu yang baik diperlukan bibit yang baik pula. Secara komersil pembibitan perbanyakan tanaman tebu dilakukan secara vegetatif, yaitu dalam bentuk stek batang.
dikembangkan PG. Krebet Baru adalah jenis tebu masak awal MK 98, Kidang Kencana, dan PSBM) dan tengah
Perbanyakan bibit tebu diawali dengan melakukan pembiakan mikro di laboratorium kultur jaringan. Laboratorium ini digunakan untuk memper
bibit tebu melalui eksplan. Perbanyakan dilakukan menggunakan teknik kultur jaringan. Eksplan yang digunakan adalah bagian pucuk tanaman tebu yang berumur 4 – 5 bulan. Bagian pucuk digunakan sebagai eksplan karena bagian ini memiliki jaringan yang m
Potongan pucuk tebu yang akan dijadikan eksplan terlebih dahulu disterilisasi Juringan adalah alur tanaman sebagai tempat peletakan bibit dan pupuk. Letak juringan tegak lurus terhadap got malang. Hal yang perlu diperhatik dalam pembuatan juringan adalah arah juringan tegak lurus dengan kemiringan lahan, tiap ujung juringan berhubungan langsung dengan saluran irigasi. Ukuran juringan yang dibuat adalah lebar juringan 20 - 25 cm, kedalaman juringan 30
ke pusat (PKP) 1 - 1.2 m, panjang juringan 10
-Gambar 4. Pengolahan Lahan Secara Manual : A) Pembuatan Got; (B) Pembuatan Juringan
Kegiatan pemenuhan bahan tanam tebu dilakukan
pembibitan. Untuk mendapatkan hasil panen tebu yang baik diperlukan bibit yang baik pula. Secara komersil pembibitan perbanyakan tanaman tebu dilakukan secara vegetatif, yaitu dalam bentuk stek batang. Jenis bibit yang sedang . Krebet Baru adalah jenis tebu masak awal-tengah (PS 862, MK 98, Kidang Kencana, dan PSBM) dan tengah-akhir (PS 864).
Perbanyakan bibit tebu diawali dengan melakukan pembiakan mikro di laboratorium kultur jaringan. Laboratorium ini digunakan untuk memper
bibit tebu melalui eksplan. Perbanyakan dilakukan menggunakan teknik kultur jaringan. Eksplan yang digunakan adalah bagian pucuk tanaman tebu yang 5 bulan. Bagian pucuk digunakan sebagai eksplan karena bagian ini memiliki jaringan yang masih muda yang aktif tumbuh dan berkembang. Potongan pucuk tebu yang akan dijadikan eksplan terlebih dahulu disterilisasi
A
A
B
Juringan adalah alur tanaman sebagai tempat peletakan bibit dan pupuk. Letak juringan tegak lurus terhadap got malang. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan juringan adalah arah juringan tegak lurus dengan kemiringan lahan, tiap ujung juringan berhubungan langsung dengan saluran irigasi. Ukuran 25 cm, kedalaman juringan 30 -
- 20 m.
Kegiatan pemenuhan bahan tanam tebu dilakukan melalui proses pembibitan. Untuk mendapatkan hasil panen tebu yang baik diperlukan bibit yang baik pula. Secara komersil pembibitan perbanyakan tanaman tebu dilakukan Jenis bibit yang sedang tengah (PS 862,
Perbanyakan bibit tebu diawali dengan melakukan pembiakan mikro di laboratorium kultur jaringan. Laboratorium ini digunakan untuk memperbanyak bibit tebu melalui eksplan. Perbanyakan dilakukan menggunakan teknik kultur jaringan. Eksplan yang digunakan adalah bagian pucuk tanaman tebu yang 5 bulan. Bagian pucuk digunakan sebagai eksplan karena bagian ini asih muda yang aktif tumbuh dan berkembang. Potongan pucuk tebu yang akan dijadikan eksplan terlebih dahulu disterilisasi
dengan cara melepas lapisan daun yang menyelimuti lalu mencelupkan ke dalam alkohol yang kemudian dibakar. Proses ini dilakukan sebanyak tiga kali. Tanaman yang telah steril kemudian ditanam di media MS0. Eksplan ditumbuhkan dalam media kultur selama 3 bulan setelah itu dilakukan kegiatan aklimatisasi selama ± 1.5 bulan. Tanaman hasil aklimatisasi dalam polybag akan ditanam ke kebun bibit berjenjang.
PG Krebet Baru melakukan proses kegiatan pembibitan secara berjenjang sesuai dengan prosedur pembibitan. Berikut adalah tahap-tahap kebun bibit berjenjang yang diusahakan PG. Krebet Baru :
Kebun Bibit Pokok (KBP). PG. Krebet Baru memulai proses pembibitan dari tahap Kebun Bibit Pokok. Bahan tanam yang digunakan untuk penyelenggaraan kebun bibit ini adalah bibit yang dihasilkan dari laboratorium mikro. KBP merupakan penyelenggaraan pembibitan yang hasil bibitnya digunakan sebagai bahan tanam untuk penyelenggaraan kebun bibit tahap berikutnya. Luas KBP yang diperlukan dan ditanam di lahan sawah sekitar 0.20 x luas Kebun Bibit Nenek (KBN). Penanaman KBP umumnya dilaksanakan pada bulan Januari - Maret. (periode I) dan Juli – September (periode II).
Kebun Bibit Nenek (KBN). KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai penyedia bahan tanam bagi kebun bibit induk (KBI) , dilaksanakan di lokasi PG. Luas KBN pada lahan sawah sekitar 0.20 x luas KBI. Penanaman KBN umumnya dilaksanakan pada bulan September – November (periode I) dan Maret – Mei (periode II).
Kebun Bibit Induk (KBI). KBI merupakan pembibitan yang diselenggarakan sebagai bahan tanam bagi kebun bibit datar (KBD), dilaksanakan di lokasi PG. Penanaman KBI umumnya dilaksanakan pada bulan Maret-April. Luas KBI yang penanamannya dilakukan di lahan sawah sekitar 0.20 x luas KBD. Penanaman pada KBI dilakukan pada bulan Maret – Mei (periode I) dan September – November (periode II).
Kebun Bibit Datar (KBD). KBD merupakan kebun bibit yang diselenggarakan sebagai penyedia bahan tanam bagi kebun tebu giling baik di lahan sawah maupun di lahan tegalan. Lokasi penyelenggraan KBD
tersebar di beberapa wilayah binaan PG. Krebet Baru. Pembangunan KBD ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi kebun TG yang akan ditanam, menempati lahan dengan kondisi tanah yang subur, drainase baik dan mudah diairi. KBD ditanam pada bulan Mei - Juli (periode I) dan September – November (periode II).
Jadwal waktu tanam kebun pembibitan periode I disajikan pada Tabel 7 dan waktu tanam kebun pembibitan periode II disajikan pada Tabel 8.
Tabel 7. Waktu Tanam Kebun Pembibitan Periode I
Kebun Waktu Tanam
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
KBP
KBN
KBI
KBD
KTG
Sumber : PG. Krebet Baru, 2007
Tabel 8. Waktu Tanam Kebun Pembibitan Periode II
Kebun Waktu Tanam
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
KBP KBN
KBI
KBD
KTG
Sumber : PG. Krebet Baru, 2007
Kebutuhan bibit tebu per ha dalam perencanaan tanam PG. Krebet Baru adalah 8 ton/ ha.
− Batang bibit tebu sepanjang 1 m dapat dibagi menjadi 3 bibit (3 mata) − Batang bibit tebu 1 meter memiliki bobot ± 0.5 kg
− Panjang leng 10 m (kebutuhan bibit adalah ± 54 bibit/ leng) − Lahan seluas 1 ha terdapat ± 900 leng
Maka perhitungan kebutuhan bibitnya adalah : 54
0.5 900 = 8 100 kg
Lahan yang dijadikan KBD pada PG. Krebet Baru akan diubah untuk dijadikan KTG apabila hingga umur lebih dari 8 bulan tanaman belum ditebang untuk dijadikan bibit karena belum ada permintaan bibit dari petani. Keadaan ini disebut dengan istilah overbooking. Overbooking adalah keadaan dimana umur tanaman di KBD telah melewati umur layak tebang bibit (umur tanaman telah lebih dari 8 bulan), sehingga tanaman akan diperlihara hingga nantinya layak untuk ditebang giling. Pemeliharaan dengan ditambahkan kegiatan klentek.
5.1.4.Penanaman
Kegiatan penanaman tebu terbagi menjadi dua periode, yaitu periode I dan periode II.
1). Periode I adalah periode dimana kegiatan penanaman bibit tebu dilakukan pada saat menjelang musim kemarau, yaitu pada bulan Mei, Juni, Juli, hingga Agustus. Petani yang menanam pada pola I ini adalah petani yang memiliki tanah yang lembab (ngompol) dan lahan yang memiliki saluran pengairan. Sehingga bibit tebu yang baru ditanam dapat diairi.
2). Periode II adalah periode dimana kegiatan penanaman bibit tebu dilakukan pada saat menjelang atau awal musim hujan, yaitu pada bulan Oktober hingga November. Petani yang menanam pada pola II ini adalah petani yang memiliki lahan yang kering (tegal) dan tidak dapat mengairi lahannya. Petani hanya mengandalkan air hujan untuk mengairi lahannya saat sebelum dan sesudah kegiatan penanaman.
Kegiatan penanaman sebaiknya dilakukan saat lahan telah diairi atau saat lahan dalam keadaan lembab. Lahan yang basah dapat mempercapat perkecembahan mata tunas. Setelah lahan siap ditanami, dilakukan persiapan bibit untuk tanam. Persiapan bibit yang dilakukan adalah
Tebang bibit. Kegiatan tebang bibit atau panen bibit di PG Krebet Baru dilakukan pada bibit yang telah berumur 6 - 8 bulan (Gambar 5A). Alat yang digunakan adalah golok tebang. Tebu yang siap dijadikan bibit ditebang dari batang dekat permukaan tanah hingga bagian pucuk yang
masih terlihat cincin batangnya. Pada kegiatan tebang bibit tidak dilakukan perogesan daun agar mata tunas tidak rusak dan tetap segar
Angkut dan bongkar b
menjadi satu kolong
Seluruh ikatan bibit tersebut di angkat untuk dinaikan ke dalam truk untuk kemudian dikirim ke lahan KTG yang siap ditan
Pembongkaran bibit dilakukan setelah bibit telah sampai ke lahan KTG.
Gambar 5. Panen Bibit : (A) Penebangan Bibit; (B) Pengangkutan Bibit;
Pembersihan b
(mencabuti daun) yang masih menempel di batang tebu Klentek dilakukan secara hati
merusak mata tunas. Bibit yang telah dibersihkan kemudian dibawa dibagikan pada tiap leng.
A A
masih terlihat cincin batangnya. Pada kegiatan tebang bibit tidak dilakukan perogesan daun agar mata tunas tidak rusak dan tetap segar
bongkar bibit. Bibit yang telah ditebang kemudian diikat
kolong atau kira-kira berisi 30 - 35 batang bibit tebu per ikat
Seluruh ikatan bibit tersebut di angkat untuk dinaikan ke dalam truk untuk kemudian dikirim ke lahan KTG yang siap ditanami (Gambar 5B dan 5C) Pembongkaran bibit dilakukan setelah bibit telah sampai ke lahan KTG.
. Panen Bibit : (A) Penebangan Bibit; (B) Pengangkutan Bibit; (C) Pemuatan Bibit dalam Truk
han bibit. Pembersihan batang bibit adalah kegiatan klentek daun (mencabuti daun) yang masih menempel di batang tebu
Klentek dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan tangan agar tidak merusak mata tunas. Bibit yang telah dibersihkan kemudian dibawa dibagikan pada tiap leng.
Gambar 6. Pembersihan Bibit
A A
B
masih terlihat cincin batangnya. Pada kegiatan tebang bibit tidak dilakukan
Bibit yang telah ditebang kemudian diikat 35 batang bibit tebu per ikat. Seluruh ikatan bibit tersebut di angkat untuk dinaikan ke dalam truk untuk (Gambar 5B dan 5C). Pembongkaran bibit dilakukan setelah bibit telah sampai ke lahan KTG.
. Panen Bibit : (A) Penebangan Bibit; (B) Pengangkutan Bibit;
Pembersihan batang bibit adalah kegiatan klentek daun (mencabuti daun) yang masih menempel di batang tebu (Gambar 6). hati dengan menggunakan tangan agar tidak merusak mata tunas. Bibit yang telah dibersihkan kemudian dibawa untuk
Pemotongan bibit. Bibit yang telah bersih dari daun dan dibagikan pada tiap leng, kemudian dipotong-potong sesuai kebutuhan. Batang calon bibit dipotong-potong dengan menggunakan sabit atau golok ditengah antar ruasnya hingga menjadi bibit yang memiliki 2 - 4 mata tunas tiap potongnya. Potongan bibit ini disebut bibit bagal. Pada saat pemotongan bibit sekaligus melakukan seleksi secara penampakan fisik untuk memilih bibit yang terbebas dari hama penyakit dan mata tunas tidak rusak.
Pembuatan kasuran. Merupakan kegiatan menurunkan tanah dari atas guludan ke dalam lubang tanam atau juringan kira-kira hingga kedalaman juringan menjadi 15 cm. Pembuatan kasuran bertujuan untuk memberikan media tumbuh awal yang gembur yang berasal dari top soil bagi bibit tebu untuk mempermudah pertumbuhan akar muda menembus tanah. Kasuran dibuat mendatar pada saat musim kemarau sedangkan pada musim hujan kasuran dibuat miring. Hal tersebut dimaksudkan agar pada saat musim hujan kasuran yang dibuat miring dapat mengalirkan air sehingga bibit terhindar dari genangan air. Air yang menggenangi bibit dapat menyebabkan bibit membusuk.
Peletakkan bibit. Peletakkan bibit adalah kegiatan meletakkan bibit bagal dalam juringan (di atas kasuran) sesuai sistem tanam yang diinginkan. Sistem tanam yang dilakukan PG. Krebet Baru untuk penanaman di KBD adalah pola double planting. Para petani TR di wilayah Malang pada umumya menanam di KTG dengan menggunakan pola double planting,
single overlapping 25%, single overlapping 50%, single overlapping 75%
(Gambar 7). Sistem tanam single overlapping sering mereka sebut dengan sistem untu walang. Peletakkan bibit dilakukan dengan memperhatikan posisi mata tunas berada disamping bibit. Mata tunas yang berada di samping akan mempermudah perkecambahan mata tunas dan mempermudah pertumbuhan akar untuk menyentuh tanah. Pada saat curah hujan tinggi, peletakkan bibit dilakukan dengan cara menancapkannya miring ± 45º dengan posisi mata tunas menghadap ke atas. Hal ini dilakukan agar pada saat juringan terbanjiri air hujan, bibit tidak membusuk.
Gambar 7. Sistem Tanam Tebu
Keterangan : (a) Double planting (c) Single overlapping 50% (b) Single overlapping 25% (d) Single overlapping 75%
Penutupan bibit. Bibit yang telah diletakkan mendatar di juringan kemudian ditutup dengan tanah hingga setebal bibit tersebut ± 1 cm. Namun pada saat musim kemarau sebaiknya bibit ditutup tanah lebih tebal agar mengurangi penguapan bibit sehingga bibit tidak mengering.
Pengairan. Pengairan lahan dilakukan segera setelah kegiatan penanaman selesai. Menurut standar teknis budidaya PG. Krebet Baru jarak waktu maksimal pengairan setelah tanam adalah seminggu. Pengairan setelah tanam berfungsi memberikan persediaan air bagi bibit yang diperlukan pada saat perkecambahan dan pertunasan. Kegiatan pengairan dilakukan dengan membuka saluran air ke got keliling agar dapat mengalir hingga ke dalam juringan. Namun pada lahan kering yang tidak dapat diairi (tanam periode II) pelaksanaan pengairan dilakukan dengan menunggu turunnya hujan. 5.1.5.Pemeliharaan Tanaman
Bibit tebu yang telah ditanam selanjutnya dilakukan kegiatan pemeliharaan agar pertumbuhannya optimal. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di PG. Krebet Baru adalah penyulaman, pengairan, pengendalian gulma, klentek, pemupukan, tambah tanah, dan pengendalian hama dan penyakit.
Penyulaman. Penyulaman pada PG. Krebet Baru dilakukan apabila teradapat lubang tanam yang kosong dalam barisan sepanjang lebih dari 25 cm. Penyulaman dilakukan pada saat tebu berumur 3-4 MST. Bahan tanaman yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit sumpingan atau bibit dederan. Bibit sumpingan adalah bibit yang sengaja ditanam di ujung-ujung tiap leng. Pada umumnya pada saat penanaman pekerja menanam 2
stek bibit pada tiap ujung leng. Bibit dederan adalah beberapa bibit yang sengaja ditanam di atas guludan bersamaan pada kegiatan penanaman pertama kali. Apabila jumlah bibit sumpingan dan dederan belum mencukupi kegiatan penyulaman, maka akan dilakukan pemotongan bibit-bibit disekitarnya yang seluruh mata tunasnya dapat tumbuh yang kemudian ditanam untuk dijadikan bahan sulam. Caranya adalah mengkoak tanah yang kosong kemudian letakkan bibit sulam dan tutup tipis dengan tanah.
Pengairan. Pelaksaanaan pengairan pada penanaman tebu dibutuhkan pada saat pertumbuhan awal hingga tebu berumur 3 BST. Pelaksanaan pengairan dilakukan dengan membuka saluran air yang masuk ke got keliling hingga air dapat melewati tiap juringan. Fungsi pengairan adalah memenuhi kebutuhan air tanaman dan untuk melarutkan pupuk dalam tanah. Setelah pengairan pertama kali yaitu pada saat menjelang dan sesudah tanam, kegiatan pengairan masih perlu dilakukan hingga beberapa kali. Penyiraman kedua dilakukan pada saat tebu berumur 10-15 HST. Penyiraman III dilakukan setelah kegiatan pemupukan I yaitu pada saat tebu berumur 1 BST. Untuk pengairan berikutnya dilakukan setelah pemupukan II yaitu saat tebu berumur 2-3 BST. Untuk lahan kering yang tidak dapat diairi maka kegiatan pengairan hanya mengandalkan dari turunnya hujan.
Pengendalian gulma. PG. Krebet Baru dan petani TR wilayah kerja Krebet Baru melakukan pengendalian gulma tebu secara manual. Pengendalian gulma dilakukan dengan pencabutan gulma hingga akarnya disekitar tanaman tebu atau dengan bantuan sabit. Gulma yang telah tercabuti dikumpulkan untuk dibuang di luar lahan. Hal ini dilakukan agar menekan pertumbuhan gulma di sekitar tanaman tebu. Kegiatan pengendalian gulma juga dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembumbunan. Kegiatan penyiangan gulma tebu sering disebut dengan kegiatan pembubutan. Kegiatan pembubutan dilakukan minimal sebanyak tiga kali, yaitu pada saat sebelum tanam dan pada saat tebu berumur 1 BST dan 2 BST (sebelum kegiatan pemupukan). Pada prinsipnya semakin sering kegiatan pembubutan dilakukan akan semakin mengurangi persaingan tebu dengan gulma dalam penyerapan unsur hara dalam tanah, pemanfaatan air, udara, dan cahaya
matahari. Beberapa jenis gulma yang terdapat di wilayah PG. Krebet Baru terdapat pada Tabel 9.
Tabel 9. Data Jenis Gulma di Wilayah PG. Krebet Baru
Jenis Gulma Kerapatan
Tinggi Sedang Kurang
Daun Lebar
Amaranthus Ageratum conyzoides Mimosa invisa
Euphorbia heterophylla Commelina benghalensis Centrosema pubescens Portulaca oleraceae
Spinosus
Daun Sempit
Cynodon dactylon Echinochloa colonum Panicum repens
Imperata cylindrica
Eleusine indica
Teki-tekian Cyperus sp.
Cyperus iris
Sumber : BST-PG. Krebet Baru, Malang
Klentek. Merupakan kegiatan membersihkan dan menghilangkan daun kering tebu yang masih menempel di batang dengan cara mengelupasnya. Klentek dilakukan dengan menggunakan sabit atau hanya dengan menggunakan tangan. Fungsi kegiatan klentek adalah memperbaiki sirkulasi udara dalam kebun, mengurangi kelembaban, menghindari robohnya tebu, mencegah timbulnya hama penyakit, menghindarkan terjadinya bahaya kebakaran kebun, dan untuk mempermudah pelaksanaan tebang. Kegiatan klentek dilakukan sebanyak tiga kali. Pertama, klentek dilakukan pada saat tanaman tebu berumur 5 - 6 BST. Kedua, pada saat tebu berumur 9 BST, dan ketiga dilakukan pada saat tebu berumur 10 BST.
Pemupukan. Merupakan kegiatan penambahan unsur hara tertentu yang dibutuhkan tanaman ke dalam tanah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Rekomendasi dosis pemupukan tanaman tebu yang diberikan PG Krebet Baru di wilayah kerjanya adalah pupuk Ponska sebanyak 4 ku/ha dan pupuk ZA sebanyak 7 ku/ha. Kegiatan pemupukan dilakukan sebanyak dua kali. Pupuk I diberikan pada saat tanaman berumur 1 BST yang berupa pupuk Ponska 2 ku/ha dan ZA sebanyak 3.5 ku/ha. Pemupukan I dilakukan dengan cara mencampur kedua pupuk tersebut kemudian menaburnya ke
dalam juringan. Penutupan pupuk segera dilakukan setelah kegiatan pemupukan selesai yang diikuti sekaligus kegiatan tambah tanah I. Pemupukan II dilaksanakan pada saat tanaman berumur 2.5-3 BST yang berupa Ponska 2 ku/ha dan ZA sebanyak 3.5 ku/ha. Cara pengaplikasiannya adalah menaburkannya ± 5 cm disamping tanaman dan ditutup tanah (tambah tanah II). Lahan yang telah dipupuk II selanjutnya akan diairi dengan cara di leb agar pupuk dapat larut dalam tanah.
Tambah tanah. Merupakan kegiatan menambah tanah pada pangkal batang tebu sebagai penambah media tumbuh. Penambahan tanah diambil dari bagian antar barisan tanaman dengan menggunakan cangkul. Merupakan pekerjaan menimbun pangkal batang tebu dengan tanah. Kegiatan tambah tanah dilakukan setelah pemupukan. Tujuan kegiatan tambah tanah adalah memberi tambahan media tanah untuk pertumbuhan perakaran dan sumber zat hara baru bagi tanaman, memperkokoh tanaman, merangsang pertumbuhan anakan, menekan pertumbuhan gulma, dan untuk menutup pupuk. Kegiatan tambah tanah dilakukan sebanyak tiga kali. Tambah tanah I pada saat tebu berumur 3 - 4 MST yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan anakan, menutup pupuk I dan menekan pertumbuhan gulma. Tambah tanah II dilakukan pada saat tebu berumur 2 - 2.5 BST yang bertujuan untuk menutup pupuk II dan menekan pertumbuhan gulma. Tambah tanah III dilakukan pada saat tebu berumur 3.5 - 4 BST yang bertujuan untuk menambah media perakaran, menekan pertumbuhan gulma dan memperkokoh tanaman agar tidak roboh. Hal yang perlu diperhatikan pada tambah tanah II dan tambah tanah III adalah penambahan tanah harus masuk ke sela-sela batang tebu dan daun kering harus diklentek terlebih dahulu agar cicin akar dapat langsung menempel dengan tanah. Agar akar tumbuh dengan baik dan tanaman tebu dapat tumbuh kokoh.
Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan untuk mencegah penyebarannya yang dapat mengurangi produksi tanaman. Hama yang banyak dijumpai di PG. Krebet Baru adalah hama penggerek pucuk tebu, penggerek batang tebu, dan uret.
1. Penggerek Pucuk (Triporyza vinella F )
Hama ini menyerang pada bagian titik tumbuh tebu hingga mati. Gejala tanaman yang terserang hama ini adalah ditandai dengan adanya lorong gerek pada ibu tulang daun, daun muda menggulung dan mati. Pencegahan hama ini dilakukan dengan cara pelepasan pias (Trichogramma sp) yang berperan sebagai predator. Pelepasan pias dilakukan pada saat tanaman tebu berumur 3 - 4 bulan. Pelepasan pias dilakukan dengan cara penempelan kertas berisi telur Trichogramma sp pada daun teratas tanaman tebu. Telur tersebut akan menetas bila terkena panas sinar matahari. Pemberian dilakukan pada tanaman berselang 5 meter dalam barisan tanaman dan berselang tiap 5 juringan. Pencegahan lain dapat dilakukan dengan penggunaan bibit bebas penggerek, menanam varietas tahan, menjaga sanitasi kebun, dan pergiliran tanaman dengan padi/ palawija.
2. Penggerek Batang (Chilo oirocilius dan Chilo sachariphagus)
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh hama ini adalah munculnya bercak-bercak putih bekas dari gerekan pada daun kulit luar, terdapat lorong gerekan pada dalam pelepah dan ruas-ruas muda hingga dapat menyebabkan kematian pada titik tumbuh. Pencegahan hama ini dilakukan dengan cara pelepasan pias (Trichogramma sp) yang berperan sebagai predator (Gambar 8A). Pelepasan pias dilakukan pada saat tanaman tebu berumur 3 - 4 bulan. Pelepasan pias dilakukan dengan cara penempelan kertas berisi telur Trichogramma sp pada daun teratas tanaman tebu (Gambar 8B). Pencegahan lain dapat dilakukan dengan penggunaan bibit bebas penggerek, menanam varietas tahan, menjaga sanitasi kebun, dan pergiliran tanaman dengan padi/ palawija.
Gambar 8. Pengendalian Hama Penggerek Batang : (A) Penempelan Pias; (B)
3. Uret (Lepideptera stigma f
Hama ini paling banyak hidup dalam tanah berpasir. Hama ini menyerang akar tanaman dan bagian pangkal
menyebabkan tanaman layu karena perakarannya rusak. Gejala seranga hama uret adalah daun terliah menguning, terlihat layu, kemudian kering dan mati. Apabila tanaman di cabut akan terlihat adanya uret di sekitar perakaran. Hama ini masih s
Pemberantasan yang dilakukan untuk menghadapi serangan uret ini adalah dengan menangkapi hama uret disekitar akar dan dengan menaburkan insektisida Suscon Blue 140 G 28 kg/ ha. Pemberantasan yang dilakukan oleh petani d
menanggulangi
manual, yaitu dengan mencari dan mengambil uret yang terlihat disekitar perakaran tanaman tebu
Beberapa hama lain yang juga menyerang lahan tebu di
wilayah kerja PG. Krebet Baru adalah tikus, kutu putih dan ulat grayak. Namun kerusakan yang ditimbulkan tidak terlalu signifikan, sehingga pengendalian yang dilakukan hanyalah sanitasi kebun.
Penyakit yang dominan menyerang pertanaman tebu di seki wilayah PG. Krebet Baru adalah penyakit pokah bung, penyakit luka
. Pengendalian Hama Penggerek Batang : (A) Penempelan Pias; (B) Kertas Berisi Telur Trichogramma sp
Lepideptera stigma f)
Hama ini paling banyak hidup dalam tanah berpasir. Hama ini menyerang akar tanaman dan bagian pangkal batang. Sehingga menyebabkan tanaman layu karena perakarannya rusak. Gejala seranga hama uret adalah daun terliah menguning, terlihat layu, kemudian kering dan mati. Apabila tanaman di cabut akan terlihat adanya uret di sekitar perakaran. Hama ini masih sangat sulit diberantas keberadaanya. Pemberantasan yang dilakukan untuk menghadapi serangan uret ini adalah dengan menangkapi hama uret disekitar akar dan dengan menaburkan insektisida Suscon Blue 140 G 28 kg/ ha. Pemberantasan yang dilakukan oleh petani di wilayah kerja PG. Krebet Baru untuk anggulangi hama uret ini hanya sebatas pemberantasan secara manual, yaitu dengan mencari dan mengambil uret yang terlihat disekitar perakaran tanaman tebu.
Beberapa hama lain yang juga menyerang lahan tebu di
wilayah kerja PG. Krebet Baru adalah tikus, kutu putih dan ulat grayak. Namun kerusakan yang ditimbulkan tidak terlalu signifikan, sehingga pengendalian yang dilakukan hanyalah sanitasi kebun.
Penyakit yang dominan menyerang pertanaman tebu di seki wilayah PG. Krebet Baru adalah penyakit pokah bung, penyakit luka
A
A
. Pengendalian Hama Penggerek Batang : (A) Penempelan Pias; (B)
Hama ini paling banyak hidup dalam tanah berpasir. Hama ini batang. Sehingga menyebabkan tanaman layu karena perakarannya rusak. Gejala seranga hama uret adalah daun terliah menguning, terlihat layu, kemudian kering dan mati. Apabila tanaman di cabut akan terlihat adanya uret di angat sulit diberantas keberadaanya. Pemberantasan yang dilakukan untuk menghadapi serangan uret ini adalah dengan menangkapi hama uret disekitar akar dan dengan menaburkan insektisida Suscon Blue 140 G 28 kg/ ha. Pemberantasan i wilayah kerja PG. Krebet Baru untuk hama uret ini hanya sebatas pemberantasan secara manual, yaitu dengan mencari dan mengambil uret yang terlihat
Beberapa hama lain yang juga menyerang lahan tebu di sekitar wilayah kerja PG. Krebet Baru adalah tikus, kutu putih dan ulat grayak. Namun kerusakan yang ditimbulkan tidak terlalu signifikan, sehingga
Penyakit yang dominan menyerang pertanaman tebu di sekitar wilayah PG. Krebet Baru adalah penyakit pokah bung, penyakit luka
B
api, penyakit mozaik, penyakit noda kuning, dan Ratoon Stunting
Desease (RSD).
1. Penyakit Pokkah Bung
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Gibberella moniliforis (Sheldon) Wineland. Gejala serangan penyakit ini terlihat pada daun muda mengalami klorosis, daun muda menjadi terpelintir, berkerut, dan dapat mengakibatkan daun muda kering dan akhirnya mati. Pencegahan dapat dilakukan dengan menanam varietas tebu yang tahan terhadap penyakit ini, seperti penggunaan varietas PS 862 yang tahan terhadap serangan penyakit pokkah bung.
2. Penyakit Luka Api
Penyakit yang disebabkan oleh cendawan Ustilago scitaminea. Penyakit ini dapat tersebar melalui spora. Gejala penyakit ini terlihat dari bentuk daun muda yang berubah menjadi bulat memanjang seperti cambuk berwarna hitam, batang menjadi kecil memanjang, dan pertumbuhan tebu terhambat. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan mencabut dan memusnahkan tanaman yang terserang. Penggunaan varietas tahan penyakit ini akan mengurangi dampak serangannya. Varietas resisten terhadap penyakit luka api yang direkomendasikan di wilayah PG. Krebet Baru adalah Kidang Kencana (KK), PS 862, dan SS 57.
3. Penyakit Mozaik
Penyakit yang disebabkan oleh sejenis virus (Sugarcane Mozaic Virus) yang dapat ditualarkan oleh seranngga vector. Salah satunya, virus dapat ditularkan oleh kutu jagung Rhopalosiphum maydis. Gejala yang tampak terlihat adalah pada daun muda terdapat pola garis yang sejajar dengan tulang daun berwarna hijau muda hingga kuning, sedangkan pada daun tua warnanya berubah menjadi merah. Penggunaan varietas tahan penyakit ini akan mengurangi dampak serangannya. Varietas resisten terhadap penyakit luka api yang direkomendasikan di wilayah PG. Krebet Baru adalah PS 862, SS 57, dan varietas PSBM.
4. Penyakit Noda Kuning
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Mycovellosiela koepkei yang dapat disebarkan melalui spora. Gejala serangan penyakit ini adalah terdapat noda kuning pucat yang berubah menjadi kuning segar pada helain daun. Di dalam noda terdapat titik atau garis merah yang semakin lama akan memenuhi noda. Pemberantasan penyakit ini dapat dilakukan dengan mengambil daun-daun yang terserang kemudian dibakar.
5. Penyakit Ratoon Stunting Desease (RSD)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Clavibacter xyli subsp xyli. Penyakit ini dapat ditularkan melalui alat potong yang terkena nira tanaman sakit dan dari bahan tanaman yang telah terserang penyakit ini. Gejala serangannya adalah pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, bila batang dibelah membujur akan terlihat warna kemerahan pada bekas pembuluhnya. Pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan bibit sehat yang telah diberikan hot water treatment 50ºC selama 2 - 3 jam , penggunaan varietas tahan tehadap penyakit ini (varietas Kidang Kencana), dan membersihkan alat pemotong yang telah terkena nira tanaman sakit dengan Lysol 20%.
5.1.6.Taksasi produksi
Taksasi produksi adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperkirakan hasil produksi tebu yang akan dicapai. Perkiraan hasil produksi tebu yang dapat dicapai suatu wilayah tersebut dapat digunakan untuk menentukan lama masa tebang, jumlah hari giling, kebutuhan tenaga tebang dan giling, dan memperkirakan biaya yang akan dikeluarkan selama masa giling. PG. Krebet Baru melaksanakan kegiatan taksasi produksi sebanyak dua kali dalam satu masa tanam, yaitu taksasi bulan Desember sebagai taksasi awal dan taksasi bulan Maret sebagai taksasi akhir. Pengambilan contoh tanaman dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 10 juringan untuk mewakili luasan 100 ha atau diperkirakan untuk 1 desa. Juringan yang dipilih berada di beberapa lahan yang masuk dalam satu wilayah atau satu desa tersebut yang diperkirakan luas keseluruhan lahan sebesar 100 ha.
Taksasi Desember. Taksasi Desember bertujuan untuk memperoleh perkiraan awal produksi tebu secara kasar, memperkirakan jadwal awal musim giling dan akhir musim giling, dan memperkirakan kebutuhan pemeliharaan tanaman agar dapat mencapai target perkiraan produksi. Parameter yang diamati pada taksasi Desember adalah tinggi batang, jumlah ruas tiap batang, diameter batang, jumlah batang tiap juringan (10 m), dan bobot batang.
Taksasi Maret. Taksasi Maret bertujuan untuk mengetahui jumlah luasan lahan tebu yang terdaftar untuk digiling di PG. Krebet Baru, mengetahui perkiraan produksi tebu yang lebih akurat karena telah mendekati musim giling, dan memberikan tafsiran anggaran untuk musim giling. Paramater yang diamati adalah tinggi batang, jumlah ruas tiap batang, diameter batang, jumlah batang tiap juringan (10 m), dan bobot batang.
Tinggi batang dan jumlah ruas batang tebu diukur dari permukaan tanah hingga cincin teratas batang tebu. Diameter batang diukur hanya pada bagian tengah batang tebu. Jumlah batang yang dihitung adalah batang yang kemungkinan tetap akan tumbuh dengan baik hingga saat panen atau disebut batang produktif. Batang yang terlihat akan mati dan sogolan-sogolan yang kalah bersaing tumbuh dengan batang normal tidak dihitung. Jumlah batang dihitung pada juringan terpilih, dengan panjang juringan 10 m. Pengukuran tinggi batang, jumlah ruas, dan diameter batang dilakukan pada satu rumpun di tiap juringan yang terpilih.
Rumus penghitungan taksasi produksi adalah Tinggi Batang Taksasi = tinggi pengamatan
(15 - MT) x (MT -5)
Berat/ Batang = Berat/Batang Tinggi Batang Taksasi 100
×
Produktivitas = Berat/Batang Batang/ha 100
×
∑
Taksasi Produksi = Produktivitas Produktivitas Faktor Koreksi 100
× −
5.1.7.Analisis pendahuluan
Analisis pendahuluan atau analisis kemasakan adalah kegiatan menganalisis contoh nira tebu untuk mengetahui potensi rendemen tiap-tiap wilayah dan tingkat kemasakan yang optimal. Hasil analisis ini dijadikan pertimbangan untuk membuat jadwal tebang.
Penentuan pengambilan sampel adalah dengan menentukan 4 desa di tiap afdeling dipilih kebunnya untuk diambil contoh tanamannya. Tiap kebun di ambil sebanyak 3 batang. Batang dipilih secara acak dari rumpun yang berbeda yang dapat mewakili keadaan tanaman di kebun tersebut. Batang yang dijadikan sampel tersebut dapat mewakili seluruh kebun pada desa tersebut yang memiliki varietas dan musim tanam yang sama juga kondisi lingkungan yang seragam. Analisis pendahuluan ini dilaksanakan sebanyak 3 periode dengan interval pelaksanaan 15 hari tiap periode.
Analisis pendahuluan terbagi menjadi beberapa tahap. Tahap pertama dilakukan pengamatan terhadap hama dan penyakit, diameter batang, tinggi, berat, jumlah ruas, dan kadar gula. Penghitungan kadar gula dilakukan pada tiap bagian atas, tengah, dan bawah batang dengan menggunakan hand brix refraktometer. Penghitungan berat batang juga dipisah bagian atas, tengah, dan bawah. Tahap kedua adalah tahap ekstrasi, pada tahap ini tiap bagian batang (atas, tengah, dan bawah) diperas untuk memisahkan nira dan ampasnya dengan menggunakan gilingan contoh. Nira yang dhasilkan tiap bagian kemudian ditimbang beratnya. nira tersebut dibaca angka brixnya dengan menggunakan refraktometer digital. Hingga tahap kedua parameter yang diamati adalah bobot batang atas, bobot batang tengah, bobot batang bawah, % bobot nira atas, % bobot nira tengah, % bobot nira bawah, brix batang atas, tengah, dan bawah serta tempertur.Tahap ketiga adalah tahap wegerisasi, pada tahap ini nira diukur kadar gulanya yang dipengaruhi besarnya suhu dengan menggunakan alat brix hydrometer.
Pada tahap selanjutnya dilakukan penjernihan nira dengan menggunakan cairan Form A (Alumunium Sulfat) dan Form B (Natrium Hidroksida). Campurkan tiap 100 ml nira dengan Alumunium Sulfat (Al2(SO4)3) sebanyak 5 ml dan Natrium Hidroksida (NaOH) sebanyak 5 ml. larutan yang telah terbentuk
kemudian disaring dengan kertas filter hingga dihasilkan nira jernih. Pada tahap akhir, nira jernih tersebut dimasukkan ke dalam alat Saccharimeter untuk membaca nilai pol-nya (% sukrosa dalam nira).
Dari hasil analisis akan didapatkan perhitungan sebagai berikut Brix Koreksi = Brix K otor−T abel
Pol % = Pembacaan Pol x 0,286
Bj Nilai Nira = Pol %−0.4 (Brix Koreksi× −Pol %) Rendemen = Nilai Nira×0,67
HK = Pol % 100
Brix Koreksi×
FK = Rendemen Bawah Rendemen Atas 100%
Rendemen Bawah
− ×
FK adalah Faktor Kemasakan yang menunjukkan tingkat kemasakan tebu yang nilainya bergerak dari 100 % (untuk tebu muda) hingga 0 % (tebu yang telah masak). Semakin kecil nilai FK maka menunjukkan bahwa tebu semakin matang.
PG Krebet Baru juga melakukan analisis pendahuluan berupa analisa potensi implasemen dan analisa potensi giling. Analisa potensi implasemen memiliki tahap-tahap yang sama dengan analisa pendahuluan potensi kebun hanya tidak dilakukan penghitungan FK. Hal ini disebabkan krena tebu telah dtebang dan tidak dapat diamati lagi perkembangan nila FK-nya. Analisa potensi implasemen dilakukan setiap hari selama musim giling. Penentuan sampel dilakukan dengan mengambil 3 batang contoh pada setiap 5 truk dan 5 lori. Analisa potensi implasemen bertujuan untuk mengoreksi hasil analisa pendahuluan potensi kebun dan bersifat sebagai pengawasan rendemen tebu yang masuk ke pabrik. Analisa potensi giling dilakukan pada tebu di setiap truk yang telah melewati proses penggilingan pertama. Analisa ini bertujuan untuk metahui rendemen tiap petani atau disebut Angka Rendemen Individu (ARI). Dari hasil ARI akan dijadikan penentu nilai bagi hasil antar pabrik dan petani.
5.1.8.Tebang angkut
Kegiatan tebang angkut dilakukan pada saat panen tebu. Kegiatannya berupa kegiatan penebangan, pembersihan batang tebu, dan pengangkutan. Setiap tahap harus diperhatikan prosesnya untuk dapat menghasilkan tebu yang manis, bersih, dan segar.
Kegiatan penebangan di PG Krebet Baru dilakukan secara manual. Alat yang digunakan adalah ganco, arit atau golok tebang. Pengaturan penebangan menggunakan sistem yang beragam, yaitu sistem 4 - 2, 4 - 3, atau 3 - 2. Apabila sistem yang digunakan adalah 4 - 2 maka dapat diartikan 4 juringan digunakan untuk meletakkan tebu yang telah dipanen dan dibersihkan dan 2 juringan digunakan untuk meletakkan kotoran sisa-sisa tanaman tebu. Tiap petani menggunakan sistem yang berbeda-beda. Penebangan dilakukan dengan cara menebang batang tebu hingga masuk sedikit ke dalam permukaan tanah. Tebu yang telah ditebang kemudian dipotong pucuknya hingga cincin daun terbawah. Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penebangan adalah memperhatikan hasil analisis pendahuluan untuk dapat memanen sesuai jadwal sehingga tebu ditebang dalam keadaan kadar gula yang optimal (manis). Tebu yang siap ditebang harus memiliki nilai brix ≥ 14 pada bagian batang atasnya.
Kegiatan selanjutnya adalah membersihkan tebu dari kotoran. Tebu yang akan dibawa ke pabrik harus bersih dari pucuk, pelepah daun, sogolan, brondolan (potongan-potongan kecil batang tebu), akar, dan tanah yang masih menempel. Tebu yang telah bersih diikat-ikat (dikolongkan) menjadi satu. Kira-kira tiap kolong berisi 30 - 35 batang tebu. Tali yang digunakan untuk mengikat harus dilepas dan dibuang saat tebu telah dinaikkan ke atas pengangkut. Sehingga tebu masuk ke pabrik dalam keadaan bersih.
Tebu yang telah dipanen diangkut menuju PG Krebet Baru dengan menggunakan truk dan lori. Untuk daerah historis pengangkutan masih dapat menggunakan lori karena tersedianya jalur lori. Sedangkan untuk daerah-daerah ekspansi pengangkutan tebu dilakukan dengan menggunakan truk. Truk dan lori selanjutnya akan menuju Pos Gawang untuk dilakukan pemeriksaan (Gambar 9). Pemeriksaan yang dilakukan berupa Surat Perintah Angkut (SPA), nilai brix
batang atas ≥ 14, dan kebersihan tebu. Batas tingkat kekotoran tebu 5%.
Angkutan yang telah melewati Pos Gawang akan mendapat nomor antrian di Timbangan Bruto.
dengan Surat Perintah Bongkar Muat (SPBM). Truk berisi tebu akan di timbang untuk mendapatkan berat brutonya. Angkutan kemudian akan masuk ke dalam pabrik untuk menuju ke meja giling atau meja tebu. Tr
kembali untuk ditimbang tara sehingga diketahui berat tebu yang di angkut.
5.1.9.Pengolahan gula
PG Krebet baru melakukan pengolahan tebu menjadi gula dengan menggunakan proses sulfitasi. Pada proses sulfitasi ini nira dimurnikan dengan menggunakan susu kapur Ca(OH)
dipisahkan dari kotoran yang tercampur. Secara keseluruhan proses pengolahan menjadi gula melalui beberapa sta
penggilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun pemasakan, stasiun pemutaran, dan stasiun pengeringan dan pengepakan.
Stasiun persiapan.
pengolahan gula. Tebu dalam truk diangkat keluar menggunakan alat scale (Gambar 10A). Alat
atas meja tebu (Gambar 10B)
otomatis berjalan menuju pemotong te pemotong tebu, yaitu
potong dan dicacah hingga potongan
tersebut selanjutnya akan menuju ke alat penghancur (
14, dan kebersihan tebu. Batas tingkat kekotoran tebu
Angkutan yang telah melewati Pos Gawang akan mendapat nomor antrian di Timbangan Bruto. Nomor antrian tersebut di Timbangan Bruto akan ditukar dengan Surat Perintah Bongkar Muat (SPBM). Truk berisi tebu akan di timbang untuk mendapatkan berat brutonya. Angkutan kemudian akan masuk ke dalam pabrik untuk menuju ke meja giling atau meja tebu. Truk yang telah kosong kembali untuk ditimbang tara sehingga diketahui berat tebu yang di angkut.
Gambar 9. Pemeriksaan di Pos Gawang
ula
PG Krebet baru melakukan pengolahan tebu menjadi gula dengan menggunakan proses sulfitasi. Pada proses sulfitasi ini nira dimurnikan dengan menggunakan susu kapur Ca(OH)2 dan gas belerang SO2
dipisahkan dari kotoran yang tercampur. Secara keseluruhan proses pengolahan menjadi gula melalui beberapa stasiun, yaitu stasiun persiapan, stasiun penggilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun pemasakan, stasiun pemutaran, dan stasiun pengeringan dan pengepakan.
Stasiun persiapan. Stasiun ini merupakan awal tebu masuk ke pengolahan gula. Tebu dalam truk diangkat keluar menggunakan alat
(Gambar 10A). Alat cane scale memasukkan tebu-tebu tersebut ke (Gambar 10B). Tebu yang telah masuk meja tebu yang secara otomatis berjalan menuju pemotong tebu (cane cutter
pemotong tebu, yaitu cane cutter I dan cane cutter II. Tebu akan dipotong potong dan dicacah hingga potongan-potongan kecil. Potongan
tersebut selanjutnya akan menuju ke alat penghancur (cane hammer
14, dan kebersihan tebu. Batas tingkat kekotoran tebu kurang dari
Angkutan yang telah melewati Pos Gawang akan mendapat nomor antrian Nomor antrian tersebut di Timbangan Bruto akan ditukar dengan Surat Perintah Bongkar Muat (SPBM). Truk berisi tebu akan di timbang untuk mendapatkan berat brutonya. Angkutan kemudian akan masuk ke dalam uk yang telah kosong kembali untuk ditimbang tara sehingga diketahui berat tebu yang di angkut.
PG Krebet baru melakukan pengolahan tebu menjadi gula dengan menggunakan proses sulfitasi. Pada proses sulfitasi ini nira dimurnikan dengan 2 sehingga dapat dipisahkan dari kotoran yang tercampur. Secara keseluruhan proses pengolahan siun, yaitu stasiun persiapan, stasiun penggilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun pemasakan, stasiun
Stasiun ini merupakan awal tebu masuk ke pabrik pengolahan gula. Tebu dalam truk diangkat keluar menggunakan alat cane tebu tersebut ke . Tebu yang telah masuk meja tebu yang secara
cane cutter). Terdapat 2
II. Tebu akan dipotong -potongan kecil. Potongan-potongan
ini akan menghancurkan potongan serat-serat (Gambar 10C)
Gambar 10. Stasiun Persiapan : Alat Crane Scale; (B) Meja Tebu;
Stasiun gilingan.
mendapatkan nira. Di stasiun ini serat
diffuser hingga menghasilkan nira dan ampas. Untuk mengoptimalkan perolehan nira maka ditambahakan larutan nira (nira imbibi
pengencer (air imbibisi) ke dalam ampas yang kemudian akan mengalami proses penggilingan kembali. Dari ampas yang masih tersisa akan dikumpulkan untuk digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga uap. Pada proses penggilingan pertama akan d
Pertama (NHPP) yang akan dilakukan untuk melakukan analisis Angka Rendemen Individu (ARI).
Stasiun pemurnian.
dimurnikan dengan memberikan susu kapur (CaSO (SO2). Bahan-bahan tersebut mampu memisahkan nira bersi Nira bersih yang dihasilkan selanjutnya
ghancurkan potongan-pongan tebu menjadi berbentuk seperti (Gambar 10C).
. Stasiun Persiapan : Alat Crane Scale; (B) Meja Tebu; (C) Serat-serat Tebu
gilingan. Stasiun gilingan merupakan proses tahap awal untuk mendapatkan nira. Di stasiun ini serat-serat tebu melewati 5 alat cane diffuser hingga menghasilkan nira dan ampas. Untuk mengoptimalkan perolehan nira maka ditambahakan larutan nira (nira imbibi
pengencer (air imbibisi) ke dalam ampas yang kemudian akan mengalami proses penggilingan kembali. Dari ampas yang masih tersisa akan dikumpulkan untuk digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga uap. Pada proses penggilingan pertama akan di peroleh Nira Hasil Perahan Pertama (NHPP) yang akan dilakukan untuk melakukan analisis Angka Rendemen Individu (ARI).
emurnian. Nira mentah hasil dari stasiun penggilingan dimurnikan dengan memberikan susu kapur (CaSO3) dan
bahan tersebut mampu memisahkan nira bersi
yang dihasilkan selanjutnya akan dipompakan menuju stasiun A
A
pongan tebu menjadi berbentuk seperti
. Stasiun Persiapan : Alat Crane Scale; (B) Meja Tebu;
Stasiun gilingan merupakan proses tahap awal untuk serat tebu melewati 5 alat cane diffuser hingga menghasilkan nira dan ampas. Untuk mengoptimalkan perolehan nira maka ditambahakan larutan nira (nira imbibisi) atau air pengencer (air imbibisi) ke dalam ampas yang kemudian akan mengalami proses penggilingan kembali. Dari ampas yang masih tersisa akan dikumpulkan untuk digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga uap. i peroleh Nira Hasil Perahan Pertama (NHPP) yang akan dilakukan untuk melakukan analisis Angka
Nira mentah hasil dari stasiun penggilingan ) dan gas belerang bahan tersebut mampu memisahkan nira bersih dan nira kotor.
akan dipompakan menuju stasiun C
A
B
penguapan. Nira kotor dipompakan menuju akan menjadi blotong.
Stasiun penguapan.
dahulu diberi pemanasan pendahuluan ( penguapan quadraple effect
masih memiliki kandungan air sekitar 80 diperoleh nira kental (
dan mencapai kekentalan 60
Stasiun pemasakan dan pemutaran.
pengkristalan gula dengan cara menguapkan nira hasil stasiun penguapan hingga titik jenuh
didinginkan dan diputar hingga dengan mudah kristal dipisahkan dari larutannya (stroop
bibit gula ke dalam pan pemasakan.
yang berputar dengan kecepatan tertentu untuk memisahkan antara bentuk kristal gula SHS (
diolah kembali unt
sampingan pengolahan gula yang dapat di
rasa. Selanjutnya gula ini melalui menuju proses pengeringan, sedangkan tetes akan menjadi bahan baku pembuatan MSG dan etanol.
Stasiun pengeringan dan pengepakan.
dengan menggunakan talang goyang yang dilengkapi oleh saringan. Talang goyang berfungsi sebagai pengering, transportasi, juga sebagai pendingin karena gula SHS hasil pemutaran masih memiliki suhu sekitar 50
Nira kotor dipompakan menuju drum vacum filer akan menjadi blotong.
enguapan. Nira bersih yang masih encer (nira encer)
dahulu diberi pemanasan pendahuluan (preheater) kemudian dilakukan
quadraple effect sebagai penguapan utama. Nira encer
masih memiliki kandungan air sekitar 80 - 85% akan diuapkan nira kental (raw syrup) dengan kandungan air sekitar 35 dan mencapai kekentalan 60-63 Brix.
Stasiun pemasakan dan pemutaran.Stasiun ini merupakan tempat proses pengkristalan gula dengan cara menguapkan nira hasil stasiun penguapan hingga titik jenuh (Gambar 11). Nira yang telah masak kemudian didinginkan dan diputar hingga dengan mudah kristal dipisahkan dari
stroop). Untuk mempercepat proses pengkristalan ditambahkan
bibit gula ke dalam pan pemasakan. Kristal disaring melalui alat penyar yang berputar dengan kecepatan tertentu untuk memisahkan antara bentuk kristal gula SHS (Superior High Suiter) dan tetes (molasses
diolah kembali untuk membentuk kristal SHS dan tetes menjadi hasil sampingan pengolahan gula yang dapat dijadikan bahan baku penyedap Selanjutnya gula ini melalui menuju proses pengeringan, sedangkan tetes akan menjadi bahan baku pembuatan MSG dan etanol.
Gambar 11. Stasiun Pemutaran
Stasiun pengeringan dan pengepakan. Hasil kristal gula SHS di alirkan dengan menggunakan talang goyang yang dilengkapi oleh saringan. Talang goyang berfungsi sebagai pengering, transportasi, juga sebagai pendingin karena gula SHS hasil pemutaran masih memiliki suhu sekitar 50
drum vacum filer yang nantinya
(nira encer) terlebih ) kemudian dilakukan . Nira encer yang akan diuapkan hingga ) dengan kandungan air sekitar 35 - 40%
Stasiun ini merupakan tempat proses pengkristalan gula dengan cara menguapkan nira hasil stasiun penguapan . Nira yang telah masak kemudian didinginkan dan diputar hingga dengan mudah kristal dipisahkan dari Untuk mempercepat proses pengkristalan ditambahkan Kristal disaring melalui alat penyaring yang berputar dengan kecepatan tertentu untuk memisahkan antara bentuk
molasses). Larutan gula
al SHS dan tetes menjadi hasil jadikan bahan baku penyedap Selanjutnya gula ini melalui menuju proses pengeringan, sedangkan
Hasil kristal gula SHS di alirkan dengan menggunakan talang goyang yang dilengkapi oleh saringan. Talang goyang berfungsi sebagai pengering, transportasi, juga sebagai pendingin karena gula SHS hasil pemutaran masih memiliki suhu sekitar 50 ⁰C dan
kadar air 0.5 - 2%. Sehingga perlu diturunkan suhunya menjadi suhu gudang (30 - 40 ⁰C) dan kadar airnya hingga 0.1%.
Gula kemudian dialirkan menuju vibrating screen untuk menyeleksi ukurannya sesuai standard SHS IA. Ukuran kristal gula SHS IA yang sesuai dengan ketentuan P3GI adalah 0.9 - 1 mm. Gula SHS IA dikemas ke dalam karung berukuran 50 kg, sedangkan gula berukuran tidak standar akan dilebur kembali dan diproses ulang.
5.2.Aspek Manajerial 5.2.1.Mandor
Mandor adalah orang yang diberi tugas dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan budidaya di lapangan dan mengelola buruh harian lepas (BHL). Sebagian besar tebu yang dipasok ke PG Krebet Baru adalah tebu dari lahan TRI yang pengelolaanya keseluruhan dilakukan oleh petani. Sehingga hanya lahan HGU (Hak Guna Usaha) yang masuk ke dalam wilayah TS (Tebu Sendiri) yang menggunakan mandor.
Mandor TS bertugas dan bertanggung jawab dalam pengelolaan kebun TS yang dalam lingkup kerjanya menunggu perintah dari PLPG TS. Mandor TS mengawasi BHL dalam mengerjakan seluruh kegiatan budidaya pembibitan tebu mulai dari penanaman, pemeliharaan, hingga panen bibit. Mandor TS akan mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada PLPG TS. Setiap kegiatan budidaya hingga panen yang dilakukan oleh mandor TS akan dicatat ke dalam buku Cadong oleh PLPG TS. Setiap akhir minggu PLPG TS akan membayar upah kerja kepada mandor TS dan para BHL-nya yang telah disetujui sebelumnya oleh PLPG TS.
5.2.2.Petugas Lapangan Pabrik Gula (PLPG)
PLPG adalah karyawan yang bertugas mencari dan memenuhi jumlah pasokan tebu setiap tahun dari wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya untuk memenuhi target produksi pabrik yang telah direncanakan dan melaksanakan tugas yang diberikan oleh Sinder Kebun wilayahnya.
Terdapat 2 jenis PLPG di PG Krebet Baru, yaitu PLPG TS (Tebu Sendiri) dan PLPG TR (Tebu Rakyat). PLPG TS di bawah koordinasi Sinder Kebun Bibit atau SKW TS (Sinder Kebun Wilayah Tebu Sendiri) bertugas mengelola budidaya lahan pembibitan sesuai dengan baku teknis dari perusahaan hingga siap panen bibit. Selain mengelola lahan HGU yang dijadikan pembibitan, PLPG TS mencari lahan sewa yang dapat dijadikan kebun bibit untuk memenuhi kebutuhan petani TRI akan bibit. Segala pembiayaan kegiatan budidaya tebu di kebun TS mulai dari pengolahan lahan hingga panen di catat di buku cadongan. PLPG TR di bawah koordinasi Sinder Kebun Wilayah TRI bertugas memenuhi target pasokan tebu yang telah direncanakan oleh perusahaan. Beberapa tugas tersebut adalah pendampingan kelompok tani, mencari daftaran petani TRI baru, dan pemberian penyuluhan.
Penyuluhan yang dilakukan berupa penjelasan baku teknis budidaya tebu, pengenalan dan penganjuran penanaman varietas unggul baru, dosis pupuk yang digunakan, penyemprotan Zat Pemacu Kemasakan (ZPK), penggunaan pupuk kompos, kebersihan tebu yang dipanen, dan kegiatan bongkar ratoon. PLPG TR juga bertugas untuk mendampingi petani dalam pembelian bibit di pabrik, pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi, memberikan surat perintah tebang angkut, dan pengawasan proses penebangan. Semua tugas tersebut dilaksanakan PLPG TR pada tiap wilayah kerjanya masing-masing dan dipertanggung jawabkan kepada Sinder Kebun Wilayahnya.
5.2.3.Sinder Kebun Wilayah
Sinder Kebun Wilayah (SKW) bertanggungjawab atas pengelolaan wilayah tebu rakyat pada tiap afdeling dengan dibantu oleh petugas lapang. Seorang Sinder Kebun Wilayah memiliki beberapa tugas, yaitu memenuhi jumlah pasokan tebu dari wilayah kerjanya sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Kepala Rayon Tanaman atau Sinder Kebun Kepala (SKK), mengendalikan kualitas bahan baku tebu sesuai standar kualitas MBS (Manis, Bersih, dan Segar), mengendalikan pelaksanaan kredit TRI di wilayahnya, mengelola SDM para petugas lapang di wilayah kerjanya, dan melakukan pembinaan petani di bidang usahatani tebu rakyat.
5.2.4.Sinder Kebun Bibit
Sinder Kebun Bibit atau Sinder TS (Tebu Sendiri) bertanggung jawab atas pengelolaan kebun bibit berjenjang yang terdiri dari lahan HGU (Hak Guna Usaha), lahan sewa, dan lahan petani KBD jasa. Tugas utama seorang Sinder Kebun Bibit adalah memenuhi jumlah pasokan bibit tebu untuk petani agar dapat mecapai target yang diberikan oleh Sinder Kebun Kepala. Beberapa tugas lain yang menjadi tanggung jawab Sinder Kebun Bibit adalah mengembangkan bibit unggul baru yang sesuai dengan karektiristik lahan dan keinginan petani, menentukan varietas yang akan ditanam, penentuan jadwal tanam dan over
booking tebu, mengendalikan biaya cadongan (cadangan ongkos) untuk kebun
bibit, mengontrol lahan yang dijadikan kebun bibit berjenjang, bersama PLPG TS membuat Rencana Anggaran Kebun (RAK) untuk kemudian akan diperiksa oleh Sinder Kebun Kepala, dan bertanggung jawab atas kualitas bibit tebu hingga dinaikkan ke atas truk untuk dikirim ke petani.