• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Kestabilan Emosi Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Kestabilan Emosi Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh :

Andik Devandi Sugiarto F.100 110 095

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

vi

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM

ABSTRAKS

Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui hubungan antara kestabilan emosi dengan kecemasan berbicara di depan umum, sehingga penulis mengajukan hipotesis ada hubungan negatif antara kestabilan emosi dengan kecemasan berbicara di depan umum. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMK Penerbangan Angkasa Maospati yang berjumlah 60 siswa siswi. Tehnik pengambilan sempel adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu. Alat ukur yang di gunakan untuk mengungkap variabel-variabel penelitian yaitu kestabilan emosi dan kecemasan berbicara di depan umum. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Statistical Product and Service Solution. Berdasarkan hasil analisis diketahui ada hubungan negative yang sangat signifikan antara kestabilan emosi dengan kecemasan berbicara di depan umum dengan koefisien korelasi (r) sebesar -0,790; p = 0,000 (p < 0,01), yang menujukkan bahwa ada hubungan negative yang sangat signifikan (p < 0,01) antara kestabilan emosi dengan kecemasan berbicara di depan umum. Semakin tinggi kestabilan emosi maka semakin rendah tingkat kecemasan berbicara di depan umum dan sebaliknya semakin rendah kestabilan emosi maka semakin tinggi tingkat kecemasan berbicara di depan umum pada siswa-siswi. Variabel kestabilan emosi mempunyai rerata empirik (RE) = 113,88 dan rerata hipotetik (RH) = 125 (RE > RH) yang menunjukkan bahwa kestabilan emosi pada subjek tergolong rendah. Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya bimbingan guru pada siswanya mengenai kestabilan emsoi, sehingga siswa atau siswi tidak bisa mengontrol kestabilan emosinya saat berbicara di depan umum. rerata empirik (RE) variabel kecemasan berbicara di depan umum sebesar 139,53 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 125 (RE > RH) yang menunjukkan bahwa kecemasan berbicara di depan umum pada siswa-siswi tergolong tinggi. Kondisi tinggi ini dapat terlihat pada perilaku siswa-siswi yang kurang mampu menyampaikan pendapatnya di depan kelas. Berdasarkan pembahasan diatas dapat diketahui bahwa kestabilan emosi berpengaruh terhadap kestabilan emosi pada siswa-siswi SMK Penerbangan Angkasa Lanud Iswahjudi Maospati. Dari hasil analisis data diketahui bahwa sumbangan efektif kestabilan emosi terhadap kecemasan berbicara di depan umum sebesar 62,4% yang ditunjukkan oleh koefisien determinan (r2) sebesar 0,624. Hal ini berarti masih terdapat 37,6% variabel lain yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum.

Kata kunci :kestabilan emosi, kecemasan berbicara, di depan umum siswa smk ABSTRACT

The purpose of this study which is to determine the relationship between emotional stability with the anxiety of public speaking, so the authors put forward the hypothesis there is a negative relationship between emotional stability with the anxiety of public speaking. Subjects in this study were students of SMK Space

(6)

2

Flight Maospati of 60 students. Sempel retrieval technique is purposive sampling sampling technique with consideration or criteria. Measuring instrument that is used to reveal the research variables that emotional stability and anxiety of public speaking. Analysis of the data in this study using the Statistical Product and Service Solution. Based on the results of analysis there is a negative correlation very significant between emotional stability with the anxiety of public speaking with a correlation coefficient (r) of -0.790; p = 0.000 (p <0.01), which shows that there is a negative correlation is highly significant (p <0.01) between emotional stability with the anxiety of public speaking. The higher the emotional stability, the lower the level of anxiety of public speaking and conversely the lower the emotional stability, the higher the level of anxiety of public speaking to the students. Emotional stability variables have the empirical mean (RE) = 113.88 and the mean hypothetical (RH) = 125 (RE> RH) indicating that the emotional stability on the subject is low. This could be due to lack of guidance of teachers towards the students regarding emsoi stability, so that the student or students less understanding and less skilled in emotional stability of each individual. empirical mean (RE) variable anxiety in public speaking at 139.53 and the mean hypothetical (RH) by 125 (RE> RH) indicating that public speaking anxiety in students is high. This high condition can be seen in the behavior of students who are less able to express their opinions in front of the class. Based on the above discussion it can be seen that the effect on the emotional stability emotional stability on vocational students Maospati Space Flight Iswahjudi Air Force Base. From the analysis of the data found that the effective contribution of emotional stability to anxiety in public speaking by 62.4% shown by the determinant coefficient (r2) of 0.624. This means there are 37.6% of other variables that influence the anxiety of public speaking.

Keywords: emotional stability, anxiety talking, publicly students smk .

1. PENDAHULUAN

Perasaan cemas saat mulai berbicara di depan umum adalah hal yang hampir pasti dialami oleh semua orang. Bahkan seseorang yang telah berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaan ini. Nevid, Rathus dan Greene ( 2005 ) menegaskan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan emosional atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Banyak istilah yang digunakan untuk menamai gejala kecemasan berbicara di muka umum seperti demam panggung (stage fright), atau kecemasan berbicara (speech anxiety).

Rahmat (2001) mengatakan bahwa kecemasan berbicara di muka umum adalah gejala-gejala yang di alami seseorang ketika bekerja di bawah pengawasan orang lain. Beberapa gejala yang di rasakan mereka seperti detak

(7)

3

jantung yang cepat, telapak tangan atau punggung berkeringat, nafas terengah-engah, mulut kering, dan sukar menelan, ketegangan otot dada, tangan, leher, dan kaki, tangan atau kaki bergetar, suara bergetar atau parau, berbicara cepat, dan tidak jelas, tidak sanggup mendengar atau konsentrasi, lupa atau ingatan berkurang.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Louise Katz (2000) di University Of Tennessee At Martin yang berjudul Public Speaking Anxiety menunjukkan bahwa kecemasan berbicara di depan umum sangat umum baik di kalangan siswa, mahasiswa dan masyarakat umum. Hasil penelitian ini menunjukkan 20 sampai 85% orang mengalami kecemasan ketika mereka berbicara di depan umum. Permasalahan siswa ini dapat mengakibatkan siswa menghindari mata pelajaran tertentu atau bahkan jurusan yang presentasi lisan diperlukan, tidak pernah berbicara di kelas, atau memutuskan terhadap karier tertentu karena mereka akan memerlukan sesekali berbicara di depan sekelompok. Siswa yang sangat cemas berbicara di depan umum juga menghindari kegiatan social.

Menurut Nevid (2005) kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor perilaku, kognitif dan emosional. bentuk dari faktor emosional yaitu stabilitas emosi ketika menghadapi stimulus dari luar yang dalam penelitian ini disebut dengan kestabilan emosi. Menurut Sharma (2006) bahwa kestabilan emosi bercirikan pribadi tegas, tidak mudah marah atau terganggu, seimbang dan mampu tetap dalam status yang sama.

Kestabilan emosi menurut Semium (2006) ketidakstabilan emosi adalah ketidakstabilan yang ekstrem dan respon emosional yang berubah-ubah. Salah satu bentuk yang sering terlihat adalah irama suasana hati (mood swing), dimana individu beralih dengan cepat dari salah satu emosi yang ekstrem ke emosi yang lainnya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kestabilan emosi adalah keadaan dimana seseorang mampu mengendalikan suasana hatinya dalam kondisi apapun. Pendapat senada dikemukakan oleh Amas (2006), ia mengemukakan bahwa kestabilan emosi merupakan salah satu ciri dari kematangan emosi yang diartikan sebagai kondisi yang stabil. Karakteristik emosi yang stabil antara lain tidak adanya

(8)

4

perubahan perasaan yang cepat dan tidak menentu, keceriaan, memiliki rasa percaya diri, sikap realistik, dan optimistik, tidak terobsesi dengan perasaan bersalah, cemas maupun kesepian.

Berdasarkan penjelasan di atas siswa atau orang yang stabil emosi atau memiliki kestabilan emosi yang baik memiliki ciri-ciri yang bertolak belekang dengan aspek-aspek dari kecemasan. Dengan kata lain orang yang memiliki kestabilan yang baik dapat mencegah timbulnya kecemasan. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa kecemasan berkaitan dengan kestabilan emosi, hal ini bisa di buktikan dari teori Nevid (2005) yang mengatakan kecemasan di pengaruhi oleh emosional bentuk dari emosional itu sendiri yaitu stabilitas emosi ketika menghadapi stimulus dari luar yang dalam penelitian ini disebut dengan kestabilan emosi.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan suatu permasalahan yaitu apakah ada hubungan antara kestabilan emosi dengan kecemasan berbicara di depan umum pada siswa atau siswi di SMK Penerbangan Angkasa Lanud Iswahjudi. Untuk itu penulis bermaksud melakukan suatu penelitian dengan judul hubungan kestabilan emosi dengan kecemasan berbicara di depan umum.

2. METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, sampel adalah pelajar di SMK Angkasa Lanud Iswahjudi Maospati yang berjumlah 60 pelajar SMA. Populasi dipilih karena pelajar di SMK Angkasa, munurut guru yang mengajar di SMK Angkasa para murid-muridnya mengalami kecemasan berbicara di depan kelas atau takut mengutarakan pendapat di depan kelas. Sehingga penelitian hubungan antara kestabilan emosi dengan kecemasan berbicara di rasa sangat penting bagi peneliti. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik purposive sampling. Ada dua skala yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu skala kecemasan berbicara di depan umum dan skala kestabilan emosi. Skala kecemasan berbicara telah dilakukan penghitungan aiken maka diperoleh 50 aitem yang valid yang terdiri dari 25 aitem unvaforeble dan 25 aitem vaforable, sedangkan untuk skala kestabilan emosi

(9)

5

telah dilakukan perhitungan aiken maka diperoleh 50 aitem yang valid yang terdiri dari 24 aitem unvaforable dan 26 aitem vaforable.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis diketahui ada hubungan negative yang sangat signifikan antara kestabilan emosi dengan kecemasan berbicara di depan umum dengan koefisien korelasi (r) sebesar -0,790; p = 0,000 (p < 0,01), yang menujukkan bahwa ada hubungan negative yang sangat signifikan (p < 0,01) antara kestabilan emosi dengan kecemasan berbicara di depan umum. Semakin tinggi kestabilan emosi maka semakin rendah tingkat kecemasan berbicara di depan umum dan sebaliknya semakin rendah kestabilan emosi maka semakin tinggi tingkat kecemasan berbicara di depan umum pada siswa-siswi.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Philips (dalam Ririn dkk,2013) menyebut kecemasan berbicara didepan umum dengan istilah reticence, yaitu ketidakmampuan individu untuk mengembangkan percakapan yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi karena adanya ketidakmampuan menyampaikan pesan secara sempurna, yang ditandai dengan adanya reaksi secara psikologis dan fisiologis.

Kecemasan berbicara di depan umum pada siswa terkait dengan tinggi rendahnya kestabilan emosi yang dimiliki pada siswa. Menurut Locke (2003) bahwa individu dengan kestabilan emosi yang tinggi akan merasa tenang, dan lebih percaya diri untuk mencapai kesuksesan. Sebaliknya, individu yang memiliki kestabilan emosi yang rendah dimungkinkan cenderung mudah mengalami kecemasan dalam berbicara di depan umum. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Wiggins (dalam Cable dan Judge, 2003) bahwa individu yang memiliki kestabilan emosi rendah akan mudah merasa cemas, emosional, mudah malu, dan murung. Dengan tingginya kestabilan emosi yang dimiliki oleh siswa maka akan menurunkan tinggkat kecemasan siswa. Sebaliknya, rendahnya kestabilan emosi yang di miliki siswa maka akan membuat tingginya tingkat kecemasan pada siswa. Yang mana tingginya tingkat kecemasan pada siswa akan menimbulkan gejala yang di rasakan seperti detak jantung yang cepat, telapak tangan atau punggung berkeringat, nafas terengah-engah, mulut kering, dan sukar menelan, ketegangan otot dada,

(10)

6

tangan, leher, dan kaki, tangan atau kaki bergetar, suara bergetar atau parau, berbicara cepat, dan tidak jelas, tidak sanggup mendengar atau konsentrasi, lupa atau ingatan berkurang.

Diketahui bahwa kestabilan emosi berpengaruh terhadap kestabilan emosi pada siswa-siswi SMK Penerbangan Angkasa Lanud Iswahjudi Maospati. Dari hasil analisis data diketahui bahwa sumbangan efektif kestabilan emosi terhadap kecemasan berbicara di depan umum sebesar 62,4% yang ditunjukkan oleh koefisien determinan (r2) sebesar 0,624. Hal ini berarti masih terdapat 37,6% variabel lain yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum, antara lain status kesehatan jiwa dan fisik , umur, nilai-nilai budaya dan spiritual, pendidikan, dukungan sosial, pengalaman masa lalu, pengetahuan.

Ada hubungan negatif antara kestabilan emosi dengan kecemasan berbicara di depan umum. Sehingga variabel kestabilan emosi dapat digunakan sebagai prediktor (variabel bebas) untuk memprediksikan atau mengukur variabel kecemasan berbicara di depan umum, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kestabilan emosi sebagai salah satu faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya kecemasan berbicara di depan umum.

Gagasan penelitian ini mengacu pada penelitian yang di lakukan oleh Louise Katz (2000) di University Of Tennessee At Martin yang berjudul Public Speaking Anxiety menunjukkan bahwa kecemasan berbicara di depan umum sangat umum baik di kalangan siswa, mahasiswa dan masyarakat umum.

4. PENUTUP

Adapun kesimpulan dan saran dari penelitian ini adalah : Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan negative yang signifikan antara kestabilan emosi dengan kecemasan berbicara di depan umum. Semakin tinggi kestabilan emosi maka semakin rendah tingkat kecemasan berbicara di depan umum begitu sebaliknya, semakin rendah kestabilan emosi semakin tinggi tingkat kecemasan berbicara di depan umum, Kestabilan emosi pada siswa-siswi SMK Penerbangan Angkasa Lanud Iswahjudi Maospati tergolong rendah, Kecemasan berbicara di depan umum pada siswa-siswi SMK Penerbangan

(11)

7

Angkasa Lanud Iswahjudi Maospati tergolong tinggi, Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sumbangan efektif kestabilan emosi terhadap kecemasan berbicara di depan umum sebesar 62,4% yang ditunjukkan oleh koefisien determinan (r2) sebesar 0,624. Hal ini berarti masih terdapat 37,6% variabel lain yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum di luar variabel kestabilan emosi antara lain Status kesehatan jiwa dan fisik , umur, Nilai-nilai budaya dan spiritual, Pendidikan, dukungan sosial, pengalaman masa lalu, pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Cable, D , & Judge, T. A. (2003). Interviewers’ Perception of Person-Organization Fit and Person-Organization Selection Decision. Jurnal of Aplied Psychology, 82, 546-561.

Chahal, H. & Sharma, R.D. (2006). “Implications of corporate social responsibility on marketing performance : A conceptual framework”. Journal of Services Research, 6 April 2006 – September 2006.

Feist, dan Gregory J. F. (2008). A Theory of Personality (Terjemahan Yudi Santoso): Yogyakarta: Pustaka belajar.

Katz. Lo, . (2000). Public Speaking Anxiety, UTM Konseling dan Layanan Karir. University Of Tennessee AT MARTIN Counseling Center

Kendal, P.C. & Hammen, C., (1998). Abnormal Psychology Understanding Human Problem. New York : Houghton Mifflin Company. Available fr Locke, E.A, (2002), Esensi Kepemimpinan (Terjemahan), Jakarta: Mutiara Utama Nevid, J.S, Rathus, S.A, dan Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal Edisi Kelima

Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Rakhmat, Djalalaudin. (2001). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. PT. RemajaRosdakarya

Ririn dkk. (2013). “Hubungan antara keterampilan komunikasi dengan kecemasan berbicara di depan umum”. Jurnal ilmiah konseling. Padang: Universitas Negeri Padang. Vol 2. No. 1. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor/article/view/1203/1036. (Diakses tanggal 10 September 2013).

Stuart, G. W., Sundeen, JS., (2000), Keperawatan jiwa (Terjemahan), alih bahasa: Achir Yani edisi III. Jakarta : EGC

(12)

8

Referensi

Dokumen terkait

Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dan bahan-bahan

Goeteng Taroenadibrata Purbalingga pada bulan Maret-Mei 2017 angka kunjungan ibu hamil 1158 orang, diantaranya partus spontan sebanyak 118 ibu maka dari itu

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang

dilakukannya variasi temperatur tersebut yaitu untuk mengetahui perbedaan sifat mekanik berupa kekerasan dan keuletan pada material, sehingga kita dapat mengetahui nilai

Hence, concepts of person, self, space, place, city, attachment and home, were used as a basis for the definition of the characteristics of personal space and intimate space

Surat Kabar dan Pemilukada DKI Jakarta 2017 (Studi Kecenderungan Penulisan Tajuk Rencana Pada Surat Kabar Harian Kompas dan Media Indonesia Terkait dengan

paling sedikit bencana karena kemampuannya mengurangi dampak bencana dengan memperkuat rumahnya dan menggunakan asset yang dimilikinya, (2) penderitaan yang dialami, menjadikan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 ini, pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat (BAZ) yang dibentuk oleh pemerintah yang terdiri dari masyarakat dan