• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Jurusan Ekonomi Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Jurusan Ekonomi Islam"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

i

Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Mustahiq Pada Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah (BAPELURZAM)

Pimpinan Cabang Muhammadiyah Weleri Kabupaten Kendal

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Jurusan Ekonomi Islam

Oleh :

AHMAD FAJRI PANCA PUTRA NIM : 62411033

JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARI’AH IAIN WALISONGO SEMARANG

(2)
(3)
(4)

iv MOTTO







































“Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta

bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."

(5)

v

PERSEMBAHAN

 Ayah dan ibu tercinta yang selalu memberi bimbingan dan arahan dalam setiap jejak langkahku, pendamping dan penyejuk hati dan yang tidak pernah lelah mencurahkan kasih sayangnya dengan tulus serta doa untuk kesuksesan ananda.

 Sanak saudara serta sahabat-sahabat setiaku, pemberi motivasi dan semangat dalam cita-citaku.

(6)

vi

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 29 November 2010

Deklarator

Ahmad Fajri Panca Putra NIM : 62411033

(7)

vii

ABSTRAK

Ahmad Fajri Panca Putra (NIM: 62411033). Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Mustahiq pada Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah (BAPELURZAM) Pimpinan Cabang Muhammadiyah Weleri Kabupaten Kendal. Skripsi. Semarang: Program Strata S1 Jurusan Ekonomi Islam IAIN Walisongo Semarang 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pendayagunaan zakat produktif (X), 2) Mengetahui pemberdayaan mustahiq (Y), 3) Mengetahui apakah ada atau tidaknya pengaruh pendayagunaan zakat produktif terhadap pemberdayaan mustahiq di Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah Cabang Weleri.

Penelitian ini menggunakan metode persamaan regresi Y=a=bX, adapun sampel penelitian sebanyak 44 responden, menggunakan tekhnik stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan angket kuesioner untuk mengetahui data X dan data Y. Hasil X pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel hasil skor kuesioner dengan mayoritas responden pada pilihan jawaban (sangat setuju dan setuju) membuktikan sudah baik dalam pendayagunaan zakat produktif melalui (alokasi, sasaran dan distribusi) pada BAPELURZAM Cabang Weleri. Hasil Variabel Y pemberdayaan mustahiq pada tabel hasil skor kuesioner jawaban responden hampir merata pada pilihan jawaban (sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju) terutama pada pelatihan banyak jawaban kurang setuju membuktikan bahwa perlu adanya peningkatan pemberdayaan mustahiq melalui (pelatihan, manajemen usaha, pendampingan) pada BAPELURZAM Cabang Weleri. Pendayagunaan zakat produktif (X) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemberdayaan mustahiq (Y) pada Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah (Bapelurzam) Cabang Weleri Kabupaten Kendal. Terlihat t hitung (11,181) > t tabel (1,682) dan Terlihat F hitung (125,018) > F tabel (4,067) p value (Sig) sebesar 0.000 yang di bawah alpha 5% yang berarti membuktikan hipotesis H1 diterima bahwa ada pengaruh signifikan pendayagunaan zakat produktif mempunyai andil dalam mempengaruhi pemberdayaan mustahiq pada Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah (Bapelurzam) Cabang Weleri Kabupaten Kendal dan persamaan regresi diperoleh Y=a+bX dapat di lukiskan bahwa Y= - 2,245 + 138,6 X. Dari persamaan ini dapat di baca dan di prediksikan bahwa variabel dependen (Y) akan berubah sebesar 138,6 untuk setiap unit perubahan yang terjadi pada variabel independen (X).

Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para muzaki, amil dan mustahiq BAPELURZAM. Mengingat manfaat zakat para muzaki, seberapa jauh pendayagunaan zakat produktif terhadap pemberdayaan bagi amil, dan senantiasa meningkatkan usaha para mustahiq dalam menggunakan dana zakat itu agar tepat guna dan berdaya guna.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas limpahan rahmat dan kasih sayang serta bimbinganNya menuju jalan yang lurus, akhirnya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini, tanpa hidayahNya mustahil semua ini bisa berhasil.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Mustahiq Pada Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah (BAPELURZAM) Pimpinan Cabang Muhammadiyah Weleri Kabupaten Kendal” disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan, oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Imam Yahya, M.Ag., selaku dekan Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang. 2. Drs. H. Hasyim Syarbani, MM., selaku dosen pembimbing I dan Ari Kristin, SE, M.Si,

selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu memberikan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Semua dosen yang telah mengajar selama belajar di bangku perkuliahan Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang.

4. Bapak Yusuf Darmawan sebagai kepala BAPELURZAM Weleri yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian serta bapak AS Nawawi sebagai kepala Majelis Ekonomi Pimpinan Cabang Muhammadiyah Weleri, bapak Abdul Malik sebagai

(9)

ix

sekretaris BAPELURZAM, bapak Agus Sunaryo selaku pihak BPRS Artha Surya Barokah yang telah banyak memberikan informasi dalam mengadakan penelitian ini.

5. Ayah dan ibu yang telah berkenanan memberikan segalanya selama studi dan penyusunan skripsi ini.

6. Kakak saya tercinta Agus Kholid, Umi Kurniati, Ismaini Hatta, Aida Rahmawati, Rifqi, Nur Azizah, Ana Izzatika serta semua keponakan yang selalu memberi semangat. Semoga Allah senantiasa mengumpulkan mereka semua dalam kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

7. Teman-teman satu paket kelas EI A 2006: Nurudin, Faisol, Umam, Asnal, Khambali, Nikmah, Aya’, Ani, dan lain-lain yang membagi ilmu di bangku perkuliahan, dan teman-teman seperjuangan UKM WSC Badminton Division PIONIR Pontianak 2007 yang menaruhkan segala tenaga dan kekuatannya untuk mengharumkan nama baik IAIN Walisongo Semarang di kejuaraan PTAI tingkat nasional.

8. Teman-teman organisasi Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Kaliwungu, teman di studio musik “ Bahtiar, Fahmi, Miqodarosan, Ipix, Adi, Dika, Kiki, dan lain-lain “ yang senantiasa mengutamakan kerukunan dan kebersamaanya.

Penulis tidak dapat berbuat sesuatu untuk membalas budi, selain memanjatkan doa semoga kita dalam lindunganNya, Amien.

Semarang, 29 November 2010

(10)

x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……… i PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii PENGESAHAN ……… iii MOTTO ……… iv PERSEMBAHAN ……… v DEKLARASI ……… vi ABSTRAK ……… vii

KATA PENGANTAR …....……… viii

DAFTAR ISI ……… x

DAFTAR TABEL ……… xiii

DAFTAR GAMBAR ……… xiv

Bab I Pendahuluan ……….. 1

1.1. Latar belakang masalah ………. 1

1.2. Rumusan masalah ………. 5

1.3. Tujuan dan Manfaat penelitian ………. 5

1.3.1. Tujuan Penelitian ………. 5

1.3.2. Manfaat Penelitian ………. 6

Bab II Tinjauan Pustaka ………. 7

2.1. Pengertian zakat ………. 7

2.2. Tujuan zakat ………. 8

2.3. Golongan yang berhak menerima zakat ……… 9

(11)

xi

2.4.1. Pengertian organisasi pengelola zakat ………... 11

2.4.2. Fungsi organisasi pengelola zakat ……… 11

2.5. Zakat dalam persepektif sosial ekonomi ……… 12

2.6. Pengaruh zakat dalam perekonomian ……… 13

2.7. Zakat untuk usaha produktif ……… 15

2.8. Zakat produktif dalam persepektif hukum Islam ………... 17

2.9. Kajian relevan ……… 26

2.10. Hipotesis penelitian ……… 30

Bab III Metodologi Penelitian……… 31

3.1. Jenis penelitian ……… 31

3.2. Obyek penelitian, populasi dan sampel ……… 31

3.3. Teknik pengumpulan data ……… 32

3.4. Teknik analisis data ………... 34

3.5. Definisi oprasional variabel dan pengukuran ……….. 39

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ……….. 41

4.1. Gambaran umum Badan Pelaksana Urusan zakat Amwal Muhammadiyah dan Karakteristik Responden ………. 41

4.1.1. Gambaran umum Bapelurzam Weleri ………. 41

4.1.1.1. Sejarah singkat dan profil Bapelurzam Weleri 43 4.1.1.2. Visi, Misi dan Program Bapelurzam Weleri 43 4.1.2. Karakteristik responden ………. 50

4.2.Deskripsi data penelitian ………. 62

4.2.1. Pendayagunaan zakat produktif ……… 63

4.2.2. Pemberdayaan Mustahiq ……… 66

4.3.Uji validitas dan reabilitas instrument ………... 69

4.4.Uji asumsi klasik ………. 72

4.4.1. Uji multikolienaritas ……… 72 4.4.2. Uji autokorelasi ……… 73 4.4.3. Uji heteroskedastisitas ……… 74 4.4.4. Uji normalitas ……… 75 4.5.Analisis data ………... 77 4.5.1. Koefisien determinasi ………... 77

(12)

xii

4.5.2. Analisis regresi ………... 78

4.6. Pembahasan ………... 80

Bab V Kesimpulan, saran, penutup ………... 85

5.1. Kesimpulan ………... 85

5.2. Saran ………... 86

5.3. Penutup ………... 89 Daftar pustaka

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.3 Tabel oprasionalisasi variabel ……… 40

Tabel 4.2 Tabel pembagian wilayah Kecamatan Weleri ……… 42

Tabel 4.3 Tabel jenis kelamin responden ……….. 50

Tabel 4.4 Tabel umur responden………... 52

Tabel 4.5 Tabel pendidikan responden ………... 53

Tabel 4.6 Tabel status perkawinan responden ………... 55

Tabel 4.7 Tabel pekerjaan responden ………... 56

Tabel 4.8 Tabel sektor pekerjaan responden ………... 57

Tabel 4.9 Tabel pendapatan per bulan responden …………... 59

Tabel 4.10 Tabel status dalam muhammadiyah responden ………… 60

Tabel 4.11 Tabel lama menjadi mustahiq responden ………. 61

Tabel 4.12 Tabel hasil skor kuesioner regresi ……… 63

Tabel 4.13 Tabel uji validitas instrument ………... 70

Tabel 4.14 Tabel uji realibilitas instrument ……… 71

Tabel 4.15 Tabel uji multikolinieritas ……… 72

Tabel 4.16 Tabel uji autokorelasi ……….. 73

Tabel 4.17 Tabel uji normalitas Kolmogorov-Smirnov ……… 76

Tabel 4.18 Tabel uji koefisien determinasi ………... 77

Tabel 4.19 Tabel anova analisis regresi ……… 78

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar kerangka pemikiran teoritik ……….. 29

Gambar 4.2 Gambar jenis kelamin ………. 51

Gambar 4.3 Gambar umur responden ……… 53

Gambar 4.4 Gambar pendidikan responden ……….. 54

Gambar 4.5 Gambar status perkawinan ……… 55

Gambar 4.6 Gambar pekerjaan responden ………... 57

Gambar 4.7 Gambar sektor pekerjaan responden ……… 58

Gambar 4.8 Gambar pendapatan per bulan responden ……… 59

Gambar 4.9 Gambar status dalam organisasi Muhammadiyah …... 61

Gambar 4.10 Gambar lama menjadi mustahiq responden …………. 62

Gambar 4.11 Gambar Uji Heterokedasitas ……… 74

Gambar 4.12 Gambar grafik histogram ………. 75

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu seperti sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada kekufuran.1 Agama Islam telah menawarkan beberapa doktrin bagi manusia yang berlaku secara universal dengan dua ciri dimensi, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia serta kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di akhirat. Ayat-ayat Alquran mengingatkan agar harta kekayaan tidak hanya terbatas sirkulasinya pada sekelompok orang kaya saja. Orang-orang bertakwa adalah mereka yang menyadari bahwa dalam harta kekayaan yang mereka memiliki terdapat hak-hak orang lain di dalamnya. Perhatian penuh harus diberikan kepada lapisan masyarakat yang belum dapat hidup wajar sebagai manusia.

Persoalan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius yang menyangkut dimensi kemanusiaan. Kemiskinan tetap merupakan masalah yang tidak bisa dianggap mudah untuk dicarikan solusinya karena sudah ada sejak lama, dan menjadi kenyataan yang hidup di tengah masyarakat. Dengan kata lain, kemiskinan merupakan kenyataan

1

Abdurrachman Qadir . Zakat (Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial), ed. 1, cet. 2. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, h. 24.

(16)

2

abadi dalam kehidupan manusia. Dalam hubungan ini, isu-isu kesenjangan dan ketimpangan sosial-ekonomi semakin mencuat ke permukaan.

Ajaran Islam telah memberi solusi terhadap persoalan kemanusiaan yang dihadapi manusia. Tetapi karakter individu sebetulnya adalah faktor yang dapat memberi jalan keluar terhadap masalah moralitas sosial itu sendiri seperti kemiskinan, keadilan sosial, dan hak asasi manusia.

Abdurrachman Qadir dalam bukunya berjudul Zakat (Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial) Salah satu cara menanggulangi kemiskinan adalah dukungan orang yang mampu untuk mengeluarkan harta kekayaan mereka berupa dana zakat kepada mereka yang kekurangan. Zakat merupakan salah satu dari lima nilai instrumental yang strategis dan sangat berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan masyarakat serta pembangunan ekonomi umumnya.2 ”Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lebih permanen yaitu mengentaskan kemiskinan.” 3

Sehubungan dengan hal itu, maka zakat dapat berfungsi sebagai salah satu sumber dana sosial-ekonomi bagi umat Islam. Artinya pendayagunaan zakat yang dikelola oleh Badan Amil Zakat tidak hanya terbatas pada kegiatan-kegiatan tertentu saja yang berdasarkan pada orientasi konvensional (kegiatan konsumtif), tetapi dapat pula dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi umat, seperti dalam program pengentasan

2

Ahmad M. Saefuddin. Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, ed.1 cet.1. Jakarta: CV Rajawali,1987 h. 71.

3

(17)

3

kemiskinan dan pengangguran dengan memberikan zakat produktif kepada mereka yang memerlukan sebagai modal usaha.

Zakat yang diberikan kepada mustahiq akan berperan sebagai pendukung peningkatan ekonomi mereka apabila di salurkan pada kegiatan produktif. Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai konsep perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab kemiskinan, ketidakadaan modal kerja, dan kekurangan lapangan kerja, dengan adanya masalah tersebut maka perlu adanya perencanaan yang dapat mengembangkan zakat bersifat produktif tersebut.

Dana zakat untuk kegiatan produktif akan lebih optimal bila dilaksanakan Badan Amil Zakat (BAZ) dan sejenisnya, karena sebagai organisasi yang terpercaya untuk pengalokasian, pendayagunaan, dan pendistribusian dana zakat, mereka tidak memberikan zakat begitu saja melainkan mereka mendampingi, memberikan pengarahan serta pelatihan agar dana zakat tersebut benar-benar dijadikan modal kerja sehingga penerima zakat tersebut memperoleh pendapatan yang layak dan mandiri.

Dengan demikian penulis tertarik meneliti pada Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah (BAPELURZAM) Cabang Weleri Kabupaten Kendal, dimana Badan Amil itu juga mengalokasikan sebagian dana zakat untuk kegiatan produktif. Menurut hasil wawancara dengan kepala BAPELURZAM data sampai sekarang yang masih menggunakan dana zakat produktif sekitar 221 orang untuk keperluan bantuan tambahan modal usaha para mustahiqnya, berdasarkan seleksi dari pengurus yang bekerjasama

(18)

4

dengan pihak baitul maal BPRS Arta Surya Barokah Cabang Weleri dan Majelis Ekonomi Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kecamatan Weleri.4

Dengan berkembangnya usaha kecil menengah dengan modal berasal dari zakat akan menyerap tenaga kerja dan berkembangnya usaha para mustahiq. Hal ini berarti angka pengangguran bisa dikurangi, berkurangnya angka pengangguran akan berdampak pada meningkatnya daya beli masyarakat terhadap suatu produk barang ataupun jasa, meningkatnya daya beli masyarakat akan diikuti oleh pertumbuhan produksi, pertumbuhan sektor produksi inilah yang akan menjadi salah satu indikator adanya pertumbuhan ekonomi.

Dengan demikian BAPELURZAM membutuhkan pengelolaan, pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat itu menjadi dana zakat produktif untuk bantuan modal usaha dalam rangka pemberdayaan para mustahiqnya. Maka dari itu apakah dengan adanya program pendayagunaan dana zakat produktif yang di kelola BAPELURZAM dapat berdaya guna dan tepat guna mempengaruhi pemberdayaan ekonomi para mustahiq di kecamatan Weleri kabupaten Kendal. Sehubungan hal tersebut maka saya sebagai peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul :

“ Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan

Mustahiq Pada Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah

(BAPELURZAM) Pimpinan Cabang Muhammadiyah Weleri

Kabupaten Kendal “

4

(19)

5

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pendayagunaan dana zakat produktif di Badan Pelaksanaan

Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah (BAPELURZAM) Pengurus Cabang Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal?

2. Bagaimana pemberdayaan mustahiq di Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah (BAPELURZAM) Pengurus Cabang Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal?

3. Apakah berpengaruh pendayagunaan dana zakat produktif terhadap pemberdayaan para mustahiqnya di Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah (BAPELURZAM) Pengurus Cabang Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pendayagunaan dana zakat produktif di Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah (BAPELURZAM) Pengurus Cabang Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal?

(20)

6

2. Untuk mengetahui pemberdayaan mustahiq di Badan Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah (BAPELURZAM) Pengurus Cabang Kecamatan Weleri Kabupaten Kabupaten Kendal?

3. Untuk mengetahui pengaruh pendayagunaan zakat produktif terhadap pemberdayaan para mustahiqnya?

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademisi

Bagi akademisi diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu syari’ah pada umumnya dan keuangan Islam pada khususnya, serta menjadi rujukan penelitian berikutnya tentang pendayagunaan zakat untuk pemberdayaan mustahiq.

2. Manfaat Praktisi

Adapun bagi praktisi diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah (BAPELURZAM) Pengurus Cabang Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal atau pihak yang terkait di dalamnya dalam mengoptimalkan pendistribusian zakat untuk pemberdayaan mustahiq.

(21)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian zakat

Ditinjau dari segi bahasa, menurut lisan orang arab, kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zakat yang berarti suci, berkah, tumbuh, dan terpuji, yang semua arti ini digunakan di dalam menerjemahkan Al-Qur’an dan hadits.5

“Menurut terminologi syariat (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.” 6

Kaitan antara makna bahasa dan istilah ini berkaitan erat sekali, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh dan berkembang. Dalam penggunaannya, selain untuk kekayaan, tumbuh dan suci disifatkan untuk jiwa orang yang menunaikan zakat. Maksudnya, zakat itu akan mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahalanya.7 Sedangkan dalam istilah ekonomi, zakat merupakan tindakan pemindahan kekayaan dari golongan kaya kepada golongan tidak punya.8

5

Muhammad Ridwan dan Mas’ud . Zakat dan Kemiskinan Instrumen Pemberdayaan Ekonomi

Umat. Yogyakarta: UII Press, 2005, h. 33-34. 6

Didin Hafidhhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, 2002, h. 7.

7

Muhammad Ridwan dan Mas’ud. Op.Cit., hlm. 34.

8

(22)

8

Dalam buku pedoman pelaksanaan zakat muhammadiyah juga di jelaskan pengertian zakat, yaitu : “zakat adalah ibadah kepada allah SWT, yang penjabaranya dan realisasinya merupakan sistem pemerataan kesejahteraan sosial ekonomi.” 9

2.2. Tujuan Zakat

Tujuan Zakat, antara lain:

1. Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup serta penderitaan.

2. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin, ibnussabil, dan mustahiq lainnya.

3. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya.

4. Menghilangkan sifat kikir pemilik harta.

5. Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang - orang miskin.

6. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu masyarakat.

7. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta.

9

Abdul Barie Shoim. Pelaksanaan Gerakan Zakat Muhammadiyah Daerah Kabupaten Kendal, KENDAL: Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kendal. 1987, h. 19.

(23)

9

8. Mendidik manusia untuk berdisplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.10

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Pada BAB II Tentang Tujuan Zakat di jelaskan Pada Pasal 5 Berbunyi :

1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama.

2. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dal upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.

3. Meningkatkan hasil guna dan berdaya guna.11

2.3. Golongan yang berhak menerima zakat (mustahiq)

Orang – orang atau golongan yang berhak menerima zakat telah diatur dalam ajaran syariat Islam, yakni ada delapan golongan (asnaf). Ketentuan ini diatur dalam Al Qur’an surat At-Taubah: 60.

                       

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan,

10

Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf , Pedoman Zakat (4), Jakarta: Departemen Agama, 1982, h. 27 – 28.

11

M. Ali Hasan. Zakat dan Infak. Salah Satu Solusi Mengatasi Problematika Sosial di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, h. 119-120.

(24)

10

sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah:60).12

Dalam Buku Tafsir al Maraghi karangan Mustafa Al-Maraghi yang berhak menerima zakat ialah:

1. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.

2. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.

3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.

4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.

5. Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.

6. Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.

7. Pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.

12

(25)

11

8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.13

2.4. Organisasi Pengelola Zakat

2.4.1. Pengertian Organisasi Pengelola Zakat

“Organisasi Pengelola Zakat merupakan sebuah institusi yang bergerak di bidang pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah.” 14 Definisi menurut UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat pada Pasal 1, Ayat 1 adalah: kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.15

2.4.2. Fungsi Organisasi Pengelola Zakat

Organisasi pengelola zakat apapun bentuk dan posisinya secara umum mempunyai dua fungsi yakni:

1. Sebagai perantara keuangan

Amil berperan menghubungkan antara pihak muzakki dengan mustahiq. Sebagai perantara keuangan amil dituntut menerapkan azas trust (kepercayaan). Sebagaimana layaknya lembaga keuangan yang lain, azaz kepercayaan menjadi syarat mutlak yang harus dibangun. Setiap amil dituntut mampu menunjukkan keunggulannya

13

Ahmad Mustafa Al-Maraghi (ed.),Terjemah Tafsir Al-Maraghi, di terjemahkan oleh Hery Noer Ali dkk dari “ Tafsir Al-Maraghi”, Semarang: Toha Putra, 1992. h. 241.

14

Rifqi Muhammad . ”Akuntansi Lembaga Keuangan Publik Islam”, Modul Mata Kuliah. Yogyakarta: FIAI UII, 2006, h. 2.

15

(26)

12

masing sampai terlihat jelas positioning organisasi, sehingga masyarakat dapat memilihnya. Tanpa adanya positioning, maka kedudukan akan sulit untuk berkembang.

2. Pemberdayaan

Fungsi ini, sesungguhnya upaya mewujudkan misi pembentukan Amil, yakni bagaimana masyarakat muzaki menjadi lebih berkah rezekinya dan ketentraman kehidupannya menjadi terjamin disatu sisi dan masyarakat mustahiq tidak selamanya tergantung dengan pemberian bahkan dalam jangka panjang diharapkan dapat berubah menjadi muzaki baru.16

2.5. Zakat dalam Persepektif Sosial Ekonomi

Zakat adalah poros dan pusat keuangan Islam. Zakat dalam bidang sosial bertindak sebagai alat khas yang diberikan kepada Islam untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka memiliki, sedang dalam bidang ekonomi zakat mencegah penumpukan kekayaan yang mengerikan dalam tangan segelintir orang dan memungkinkan kekayaan untuk disebarkan sebelum sempat menjadi besar dan sangat berbahaya ditangan pemiliknya, maka sebagian diberikan kepada yang berhak. 17

Dalam istilah ekonomi Islam, zakat merupakan tindakan pemindahan kekayaan dari golongan kaya kepada golongan tidak punya. Transfer kekayaan berarti transfer sumber-sumber ekonomi. Tindakan ini tentu saja akan mengakibatkan perubahan tertentu yang bersifat

16

Muhammad Ridwan. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil(BMT), cet 2, Yogyakarta: UII Press, 2005, h. 207 – 208.

17

Muhammad Abdul Manan. Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf, 1993, h 256.

(27)

13

ekonomis;umpamanya saja, seseorang yang menerima zakat bisa mempergunakannya untuk berkonsumsi atau berproduksi. Dengan demikian, zakat walaupun pada dasarnya merupakan ibadah kepada Allah, bisa mempunyai arti ekonomi.18

Sehubungan dengan argumen di atas bahwa dengan mempergunakan pendekatan ekonomi, zakat bisa berkembang menjadi konsep muamalah (kemasyarakatan), yaitu konsep tentang cara bagaimana manusia harus melaksanakan kehidupan bermasyarakat, termasuk di dalamnya dalam bentuk ekonomi. Karena itu, ada dua konsep yang selalu dikemukakan dalam pembahasan mengenai doktrin sosial-ekonomi Islam yang saling berkaitan, yaitu pelarangan riba dan perintah membayar zakat. Tujuan ini dapat dicapai dengan mudah melalui pembagian uang zakat secara tepat di kalangan si miskin dan orang yang kekurangan. Dengan memberikan daya beli kepada mereka zakat dapat menghasilkan keseimbangan ekonomi, dengan demikian zakat akan memakmurkan golongan yang kurang mampu dilihat dari persepektif sosial ekonomi.

2.6. Pengaruh Zakat Terhadap Perekonomian

Prinsip zakat dalam tataran ekonomi mempunyai tujuan untuk memberikan pihak tertentu yang membutuhkan untuk menghidupi dirinya selama satu tahun ke depan bahkan diharapkan sepanjang hidupnya. Dalam konteks ini zakat di distribusikan untuk dapat mengembangkan

18

(28)

14

ekonomi baik melalui ketrampilan yang menghasilkan, maupun dalam bidang perdagangan. Oleh karena itu prinsip zakat memberikan solusi untuk dapat mengentaskan kemiskinan dan kemalasan, pemborosan dan penumpukan harta sehingga menghidupkan perekonomian makro maupun mikro.19

Zakat dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk modal bagi usaha kecil. Dengan demikian, zakat memiliki pengaruh yang sangat besar dalam berbagai hal kehidupan umat, di antaranya adalah pengaruh dalam bidang ekonomi. Pengaruh zakat yang lainnya adalah terjadinya pembagian pendapatan secara adil kepada masyarakat Islam. Dengan kata lain, pengelolaan zakat secara profesional dan produktif dapat ikut membantu perekonomian masyarakat lemah dan membantu pemerintah dalam meningkatkan perekonomian negara, yaitu terberdayanya ekonomi umat sesuai dengan misi-misi yang diembannya. Diantara misi-misi tersebut adalah:

1. Misi pembangunan ekonomi dan bisnis yang berpedoman pada ukuran ekonomi dan bisnis yang lazim dan bersifat universal.

2. Misi pelaksanaan etika bisnis dan hukum.

3. Misi membangun kekuatan ekonomi untuk Islam, sehingga menjadi sumber dana pendukung dakwah Islam.20

19

Mursyidi. Akuntansi dan Zakat Kontemporer. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, h. 171.

20

(29)

15

2.7. Zakat Untuk Usaha Produktif

Pengelolaan distribusi zakat yang diterapkan di Indonesia terdapat dua macam kategori yaitu distribusi secara konsumtif dan produktif. Perkembangan metode distribusi zakat yang saat ini mengalami perkembangan pesat baik menjadi sebuah objek kajian ilmiah dan penerapannya di berbagai lembaga amil zakat yaitu metode pendayagunaan secara produktif.

Kata produktif sendiri secara bahasa berasal dari bahasa inggris “productive” yang berarti banyak menghasilkan; memberikan banyak hasil; banyak menghasilkan barang-barang berharga; yang mempunyai hasil baik. “productivity” daya produksi”.21

Zakat produktif adalah mendistribusikan dana zakat kepada para mustahik dengan cara produktif. Zakat diberikan sebagai modal usaha, yang akan mengembangkan usahanya itu agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sepanjang hayat.22

Dalam bukunya Abdurrachman Qadir berjudul Zakat (Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial “Zakat produktif yaitu zakat yang diberikan kepada Mustahiq sebagai modal untuk menjalankan suatu kegiatan

21

Joyce . M. Hawkins, Kamus Dwi Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, Oxford-Erlangga. 1996, h. 267.

22

Asnaini. Zakat Produktif Dalam Persefektif Hukum Islam, Yogyakarta:Pustaka Pelajar. 2008. h. 134.

(30)

16

ekonomi yaitu untuk menumbuh kembangkan tingkat ekonomi dan potensi produktifitas mustahiq.” 23

Pendayagunaan zakat harus berdampak positif bagi mustahiq, baik secara ekonomi maupun sosial. Dari sisi ekonomi, mustahiq dituntut benar-benar dapat mandiri dan hidup secara layak sedangkan dari sisi sosial, mustahiq dituntut dapat hidup sejajar dengan masyarakat yang lain. Hal ini berarti, zakat tidak hanya didistribusikan untuk hal-hal yang konsumtif saja dan hanya bersifat “charity” tetapi lebih untuk kepentingan yang produktif dan bersifat edukatif.24

Kelemahan utama orang miskin serta usaha kecil yang dikerjakannya sesungguhnya tidak semata-mata pada kurangnya permodalan, tetapi lebih pada sikap mental dan kesiapan manajemen usaha. Untuk itu, zakat usaha produktif pada tahap awal harus mampu mendidik mustahiq sehingga benar-benar siap untuk berubah. Karena tidak mungkin kemiskinan itu dapat berubah kecuali dimulai dari perubahan mental si miskin itu sendiri. Inilah yang disebut peran pemberdayaan. zakat yang dapat dihimpun dalam jangka panjang harus dapat memberdayakan mustahiq sampai pada dataran pengembangan usaha. Program-program yang bersifat konsumtif ini hanya berfungsi sebagai stimulan atau rangsangan dan berjangka pendek, sedangkan program pemberdayaan ini harus diutamakan. Makna pemberdayaan dalam arti

23

Abduracchman Qadir . Op.Cit, h. 165.

24

(31)

17

yang luas ialah memandirikan mitra, sehingga mitra dalam hal ini mustahiq tidak selamanya tergantung kepada amil.

2.8. Zakat produktif dalam perspektif hukum Islam

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan zakat produktif disini adalah pendayagunaan zakat dengan cara produktif. Hukum zakat produktif pada sub ini dipahami hukum mendistribusikan atau memberikan dana zakat kepada mustahiq secara produktif. Dana zakat diberikan dan dipinjamkan untuk dijadikan modal usaha bagi orang fakir, miskin dan orang-orang yang lemah.

Al-Qur’an, al-Hadits dan Ijma’ tidak menyebutkan secara tegas tentang cara pemberian zakat apakah dengan cara konsumtif atau produktif. Dapat dikatakan tidak ada dalil naqli dan sharih yang mengatur tentang bagaimana pemberian zakat itu kepada para mustahiq.25 Ayat 60 surat at-Taubah (9), oleh sebagian ulama’ dijadikan dasar hukum dalam pendistribusian zakat. Namun ayat ini hanya menyebutkan pos-pos kepada siapa zakat diberikan, tidak menyebutkan cara pemberian zakat.

                       

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan,

25

(32)

18

sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (At Taubah : 60). 26

Teori hukum Islam menunjukkan bahwa dalam menghadapi masalah-masalah yang tidak jelas rinciannya dalam Al-Qur’an atau petunjuk yang ditinggalkan Nabi SAW, penyelesaiannya adalah dengan metode ijtihad. Ijtihad atau pemakaian akal dengan tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits.27

Dalam sejarah Hukum Islam dapat dilihat bahwa ijtihad diakui sebagai sumber hukum setelah Al-Qur’an dan Hadits. Apalagi problematika zakat tidak pernah absen, selalu menjadi topik pembicaraan umat Islam, topik aktual dan akan terus ada selagi umat Islam ada. Fungsi sosial, ekonomi dan pendidikan dari zakat dan bila dikembangkan dan di- budidayakan dengan sebaik-baiknya akan dapat mengatasi masalah sosial, ekonomi dan pendidikan yang di hadapi bangsa.

Disamping itu zakat merupakan sarana, bukan tujuan karenanya dalam penerapan rumusan-rumusan tentang zakat harus ma’qulu al-ma’na, rasional, ia termasuk bidang fiqh yang dalam penerapannya harus dipertimbangkan kondisi dan situasi serta senafas dengan tuntunan dan perkembangan zaman.

Menurut Ibrahim Husen dalam bukunya berjudul Kerangka Landasan Pemikiran Islam, hal demikian adalah agar persyari’atan hukum Islam yaitu jalbu al-ma shalihi al-ibad (menciptakan kemaslahatan umat)

26

Departemen Agama, Op.Cit , h. 374 -375.

27

(33)

19

dapat terpenuhi, dan dengan dinamika fiqh semacam itu, maka hukum Islam selalu dapat tampil ke depan untuk menjawab tantangan zaman.28

Dengan demikian berarti bahwa tekhnik pelaksanaan pembagian zakat bukan sesuatu yang mutlak, akan tetapi dinamis, dapat disesuaikan dengan kebutuhan di suatu tempat, dalam artian perubahan dan perbedaan dalam cara pembagian zakat tidaklah dilarang dalam Islam karena tidak ada dasar hukum yang secara jelas menyebutkan cara pembagian zakat tersebut.

Di Indonesia misalnya, BAZIS DKI Jakarta berdasarkan hasil lokakarya zakat, menentukan kebijakan pembagian zakat sebagai berikut: 1) Pembagian zakat harus bersifat edukatif, produktif dan ekonomis,

sehingga pada akhirnya penerima zakat menjadi tidak memerlukan zakat lagi, bahkan menjadi wajib zakat.

2) Hasil pengumpulan zakat sebelum dibagikan kepada mustahik dapat merupakan dana yang biasa dimanfaatkan bagi pembangunan, dengan disimpan dalam bank pemerintah berupa deposito, sertifikat atau giro biasa.29

Menurut penulis, kebijakan BASIZ dengan memproduktifkan dana zakat ini adalah agar zakat dapat berguna dan berdaya guna bagi masyarakat. Khususnya fuqara’, masakin dan dhuafa.

Kyai Sahal Mahfudh melalui Badan Pengembangan Masyarakat Pesantren (BPPM) melaksanakan pelaksanaan pengelolaan dana zakat

28

Ibrahim Husen. Kerangka Landasan Pemikiran Islam. Jakarta: Departemen Agama, 1984, h.6.

29

(34)

20

kepada kaum fakir miskin melalui pendekatan kebutuhan dasar ini. Lebih jauh menurut Kyai Sahal ;

Pendekatan kebutuhan dasar bertujuan mengetahui kebutuhan dasar masyarakat (fakir, miskin), sekaligus mengetahui apa latar belakang kemiskinan itu. Apabila si miskin itu punya ketrampilan menjahit, maka diberi mesin jahit, kalau ketrampilannya mengemudi becak, si fakir miskin itu diberi becak. Maka dalam hal ini, memberi motivasi kepada masyarakat miskin bukan merupakan sesuatu yang sangat mendasar. Agar mereka mau berusaha dan tidak sekedar menunggu uluran tangan orang kaya. Dan hal ini dilakukan secara riil oleh beliau dengan penuturannya;

Pernah suatu kali saya mencobanya terhadap seseorang pengemudi becak di Kabupaten Pati. Saya lihat dia tekun mangkal di pasar untuk bekerja sebagai tukang becak. Pada saat pembagian zakat tiba, dia saya beri zakat. Hasil zakat bulan syawal itu berupa zakat mall, zakat fitrah dan infaq. Semua saya kumpulkan dan sebagian saya belikan becak untuknya. Sebelumnya dia hanya mengemudikan becak yang milik seorang non pribumi, namun sekarang dia memiliki dua buah becak. Usaha itu berkembang dan sehari-hari ia tidak harus mengemudikan becak dengan mengejar setoran. Dengan mengemudikan becak sampai jam tiga sore, hasilnya sudah cukup untuk makan dan untuk menjaga kesehatan, setelah itu ia biasa kumpul-kumpul mengikuti pengajian. Dengan cara ini, meskipun dia tidak menjadi kaya, tetapi jelas ada perubahan.30

Kyai sahal juga melembagakan dana zakat melalui koperasi. Dana zakat yang terkumpul tidak langsung diberikan dalam bentuk uang. mustahiq diserahi zakat berupa uang, tetapi kemudian di tarik kembali sebagai tabungan si mustahiq untuk keperluan pengumpulan modal. Pihak BPPM membantu dalam manajemen, perantara keuangan. Menurutnya

30

(35)

21

cara ini fakir miskin dapat menciptakan pekerjaan dengan modal yang dikumpulkan dari harta zakat.31

Begitu pula Dompet Dhuafa Republika sebagai salah satu lembaga zakat non pemerintah, sejak bulan Desember 1999 telah mengagendakan pengembangan pemberdayaan zakat model kelompok dengan program Masyarakat Mandiri, yang telah dilaksanakan pada awal tahun 2000. Sasarannya adalah kaum fakir miskin dan dhuafa yang difokuskan di wilayah Bogor, Tangerang dan Bekasi, di tambah Bengkulu, Tasikmalaya, Palu/Poso dan Banggai Kepulauan Propinsi Sulawesi Tengah. Sebagian dana ZIS yang terkumpul diproduktifkan dengan meminjamkannya kepada sasaran untuk dijadikan modal usaha dan pengembangan usaha bagi mereka. Memang belum terlalu tampak hasilnya akan tetapi ini merupakan langkah awal yang perlu diperhatikan dan di tekuni oleh lembaga zakat khususnya, karena dengan zakat produktif akan memungkinkan masyarakat lebih merasakan betapa besarnya makna dan fungsi zakat bagi mereka.32

Apa yang telah dialakukan BASIZ DKI, BPPM (Pati) dan Dompet Dhuafa Republika Jakarta adalah memproduktifkan dana zakat. Memproduktifkan atau membudidayakan dana zakat pada prinsipnya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam. Khususnya pada pensyari’atan zakat. Karena zakat produktif akan membuat harta di bumi ini berputar di antara semua manusia, tidak hanya pada sebagian orang

31

Ibid, h. 124.

32

(36)

22

kaya saja. Dimana hal ini sangat dilarang dalam Islam, sebagaimana firman Allah yang berbunyi:

                                       

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Makkah adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (Al-Hasyr : 7)33

Salah satu tujuan zakat adalah agar harta benda tidak menumpuk pada suatu golongan saja, dinikmati orang-orang kaya sedang orang-orang miskin larut dengan ketidak mampuannya dan hanya menonton saja. Padahal orang kaya tidak akan ada dan tidak sempurna hidupnya tanpa adanya orang-orang miskin disebutkan bahwa:

Zakat itu adalah milik bersama, karena mendapatkannya atas usaha bersama masyarakat. Orang yang kaya tidak akan ada kalau tidak ada orang miskin. Seorang pedagang tidak akan sukses menjadi konglomerat jika tidak ada pembeli, distributor dan para karyawan. Uang itu ibarat darah dalam tubuh manusia. Jika darah tidak menjangkau seluruh bagian anggota tubuh, dimana sebagian anggota tubuh kebagian terlalu banyak sehinga bagian yang lain mendapatkan terlalu sedikit, maka badan menjadi sakit dan terserang penyakit.34

33

Departemen Agama, Op.Cit , h.1118.

34

Muhtar Sadili, Amru (ed), Problematika Zakat Kontemporer; Artikulasi Proses Sosial Politik

(37)

23

Artinya dalam berbagai bidang kehidupan fakir miskin harus diperhitungkan dan diikut sertakan apalagi jumlah mereka tidaklah sedikit. Di bidang ekonomi, sosial, pendidikan dan lainnya, agar tidak terjadi gejolak ekonomi, kesenjangan sosial dan masyarakat yang terbelakang karena kebodohan dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.

Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan melaksanakan zakat produktif. Karena bila zakat selalu satu semuanya diberikan dengan cara konsumtif, maka bukannya mengikut sertakan mereka tetapi malah membuat mereka malas dan selalu berharap kepada kemurahan hati si kaya, membiasakan mereka tangan di bawah meminta dan menunggu belas kasihan. Padahal ini sangat tidak disukai dalam ajaran Islam.

Islam sangat menganjurkan supaya umatnya berusaha agar dapat melaksanakan ajaran agama dengan baik, termasuk dapat membayar zakat, infak dan sedekah serta ibadah-ibadah lainnya yang dalam pelaksanaannya diperlukan biaya atau dana dan kemampuan secara material, anjuran berusaha ini sebagaimana yang terkandung dalam firman Allah:

              

“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu. Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (Al-Mulk : 15).35

35

(38)

24

Anjuran berusaha inilah hendaknya diiringi dengan bantuan dan pertolongan modal untuk berusaha atau mengembangkan usaha mereka karena sudah pasti yang namanya fakir miskin tidak memiliki kemapuan yang lebih untuk membiayai usaha yang dapat menjamin hidupnya di masa depan karena hartanya hanya cukup untuk membiayai hidupnya sehari-hari.

Bantuan ini dapat dilakukan oleh umat Islam melalui ibadah zakat. Zakat yang dapat membantu mereka untuk mencari kebutuhannya yang layak. Zakat dalam arti yang lebih luas, bukan hanya sekedar pelaksanaan kewajiban semata tetapi lebih dari itu yaitu menyangkut pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Sebagaimana diungkapkan: “zakat harus ditafsirkan lagi, sehingga membicarakan zakat berarti membicarakan ekonomi secara lebih luas, tidak lagi orientasi zakatnya sekedar pelaksanaan kewajiban hukum dalam lintas yang klasik, tetapi harus dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi, terutama di bidang peningkatan daya beli dan cadangan dan yang kuat.”36

Dikutip dalam bukunya Asnaini yang berjudul zakat produktif dalam persepektif hukum islam Pemaknaan zakat seperti ini pada dasarnya telah dilakukan sejak lama, Imam Nawawi dalam kitab al-Majmu’ mengatakan bahwa “Apa yang diberikan kepada orang fakir dan miskin, hendaknya dapat mengeluarkan mereka dari lembah kemiskinan kepada

36

(39)

25

taraf hidup yang layak (cukup), yaitu sejumlah pemberian yang dapat dijadikan dasar untuk mencapai suatu tingkat hidup tetentu.” 37

Pemberian yang dapat dijadikan dasar, dapat diartikan pemberian yang dapat dijadikan modal untuk mencari dan menekuni suatu usaha, agar hasilnya dapat mencukupi kebutuhan mereka dalam waktu yang lama bukan sesaat.

Setidaknya pernyatan diatas menyebutkan dua cara pembagian zakat. Produktif kepada orang-orang miskin yang kuat berusaha dan konsumtif kepada yang tidak kuat untuk berusaha.

Hal ini hanya mungkin terjadi, jika sumber-sumber zakat dimanfaatkan sebagai modal dalam proses produksi, orientasi kegiatan masyarakat selalu kearah produktif, berguna dan berhasil guna, dan memandang jauh ke depan dengan pengorbanan yang dilakukan masa kini. Sehingga akan tecipta masyarakat yang berjiwa produktif, bukan masyarakat yang berjiwa konsumtif.

2.9. Kajian Relevan

37

(40)

26

Sepengetahuan penulis pembahasan tentang pengaruh pemberian zakat terhadap pemberdayaan ekonomi umat telah banyak dibahas sebagai karya ilmiah. Dan untuk mendukung persoalan yang lebih mendalam terhadap masalah di atas, penyusun berusaha melakukan penelitian terhadap literatur yang relevan terhadap masalah yang menjadi obyek penelitian.

Penelitian yang pernah penyusun jumpai yang berkaitan dengan zakat produktif sebagai sarana pemberdayaan ekonomi adalah penelitian Hosnu El Wafa. “Konsepsi Zakat Produktif dalam Pemikiran Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (studi terhadap kitab Sabil Al Muhtadin)”, yang membahas pendapat Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari mengenai pendayagunaan zakat untuk pemberdayaan ekonomi umat dapat dilakukan dengan memberikan sarana atau peralatan kepada mustahiq yang disesuaikan dengan kepandaian atau keterampilan yang dimiliki mustahiq. Sedangkan kepada mustahiq yang mampu mengembangkan usaha produktifnya agar diberikan modal.38

Penelitian Mila Sartika (Mahasiswa UII Yogyakarta) berjudul ”Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif (diukur dari jumlah dana yang di berikan) Terhadap Pemberdayaan Mustahiq (diukur dari pendapatan usaha)”. Pada penelitian ini terdapat dua macam hipotesis yang diajukan yaitu: 1) hipotesis nihil (H0) dan 2) hipotesis alternatif (HA). Hipotesis nihil (H0) dalam penelitian ini adalah tidak ada pengaruh jumlah dana

38

Hosnu El Wafa. “Konsepsi Zakat Produktif dalam Pemikiran Syekh Muhammad Arsyad Al

Banjari (studi terhadap kitab Sabil Al Muhtadin”, Skripsi S1, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,

(41)

27

(zakat) yang disalurkan terhadap pendapatan mustahiq di LAZ Yayasan Solo Peduli. Sedangkan hipotesis alternatif (HA) adalah ada pengaruh jumlah dana (zakat) yang disalurkan terhadap pendapatan mustahiq di LAZ Yayasan Solo Peduli. Hipotesis ditolak jika nilai sig < 0,05, sebaliknya hipotesis diterima jika nilai sig > 0,05. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik regresi sederhana diperoleh nilai signifikan 0, 045 atau dapat dikatakan nilai sig < 0,05, maka hipotesis nihil (H0) ditolak, berarti hipotesis alternatif (HA) diterima, atau dapat dinyatakan bahwa jumlah dana yang disalurkan benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan mustahiq.39

Studi lain yang berkenaan dengan zakat untuk pemberdayaan ekonomi yaitu, penelitian Alfiya Nur Hasanah . “Hubungan Zakat terhadap Tingkat Kemiskinan pada BAZ Propinsi DIY” yang menjelaskan bahwa pendayagunaan zakat yang efektif untuk menurunkan tingkat kemiskinan tidak hanya digunakan sebagai pemenuhan konsumtif semata tetapi juga dapat dipergunakan untuk usaha-usaha pemenuhan kebutuhan produktif, bantuan pendidikan dan usaha-usaha untuk menciptakan lapangan kerja serta mengurangi pengangguran.40

Ulin Ulfa dalam penelitiannya membahas tentang ”Pendayagunaan zakat secara produktif dalam perspektif hukum Islam” adalah dapat dibenarkan, sepanjang memperhatikan kebutuhan pokok bagi masing-masing mustahiq dalam bentuk konsumtif yang bersifat mendesak untuk

39

http//www. Jurnal skripsi UII Yogyakarta.com.

40

Alfiya Nur Hasanah . “Hubungan Zakat terhadap Tingkat Kemiskinan pada BAZ Propinsi DIY

(42)

28

segera diatasi. Selain itu pendayagunaan dan pengelolaan zakat untuk usaha produktif dibolehkan oleh hukum Islam selama harta zakat tersebut cukup banyak.41

Hazamih dalam sebuah penelitiannya berjudul ”Pengelolaan Zakat pada BAZ DKI Jakarta” membahas tentang bagaimana BAZIS DKI Jakarta dalam melakukan pendayagunaan zakat sebagai salah satu sarana dalam mengatasi kemiskinan masyarakat perorangan/individu yang ada di wilayah DKI Jakarta.42

A. Qodri Azizy dalam bukunya berjudul ”Membangun Fondasi Ekonomi Umat” menyimpulkan bahwa zakat hendaknya tidak sekedar konsumtif, maka idealnya zakat dijadikan sumber dana umat. Penggunaan zakat untuk konsumtif hanyalah untuk hal-hal yang bersifat darurat. Artinya, ketika ada mustahiq yang tidak mungkin untuk dibimbing untuk mempunyai usaha mandiri atau memang untuk kepentingan mendesak, maka penggunaan konsumtif dapat dilakukan.43

41

Ulin Ulfa. “Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif (Kajian Terhadap Pasal 16Ayat 2 UU no. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat)”, Skripsi S1, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2005, h. 70.

42

Hazamih . “Pengelolaan Zakat pada BAZ DKI Jakarta”, Skripsi S1, Yogyakarta: UII Fakultas Ilmu Agama Islam, 1998, h. 9.

43

A. Qodri Azizy. Membangun Fondasi Ekonomi Umat (Meneropong Prospek Berkembangnya Ekonomi Islam), cet. 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, h. 148-149.

(43)

29

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritik

Dalam kerangka pikir ini menunjukkan model-model atau gambaran dan variabel utama yang menjadi permasalahan penelitian dan menjelaskan adanya hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya.

Dimana :

X : Pendayagunaan zakat produktif Indikator :

- Pengalokasian pendayagunaan dana zakat produktif - Sasaran pendayagunaan dana zakat produktif

- Pendistribusian pendayagunaan dana zakat produktif

Pendayagun -aan zakat produktif Pelatihan dan Ketrampilan kepada para Mustahiq Pemberday-aan Mustahiq Manajemen Usaha kepada para Mustahiq Pengawasan Bapelurzam kepada para Mustahiq Pengalokasian pendayagunaan dana zakat produktif Sasaran pendayagunaan dana zakat produktif Pendistribusian pendayagunaan dana zakat produktif

(44)

30 Y : Pemberdayaan Mustahiq

Indikator :

- Pelatihan dan Ketrampilan kepada para Mustahiq - Manajemen Usaha kepada para Mustahiq

- Pengawasan BAPELURZAM kepada para Mustahiq

2.10. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang harus diuji secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.44

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka teori maka penelitan ini penulis mengajukan hipotesis: ”Ada pengaruh positif antara Pendayagunaan Zakat Produktif terhadap Pemberdayaan Mustahiq di Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah (BAPELURZAM) Pengurus Cabang Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal, artinya semakin berdaya guna pemberian dana zakat produktif kepada para Mustahiq akan mempengaruhi pemberdayaan ekonomi para Mustahiqnya di Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah (BAPELURZAM) Pengurus Cabang Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal”.

44

(45)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian lapangan (field research), dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini pembahasan akan menitik beratkan pada bagaimana Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif terhadap Pemberdayaan Mustahiq di Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah (BAPELURZAM) Pengurus Cabang Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal. Di mana penelitian ini merupakan penelitian laporan, pengamatan lapangan yaitu penelitian terhadap data primer melalui wawancara dan sekunder yang didapatkan melalui berbagai sumber langsung maupun tidak langsung.

3.2. Obyek Penelitian, Populasi dan Sampel

Obyek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan penelitian. Pada Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif terhadap Pemberdayaan Mustahiq” yang menjadi obyeknya adalah seluruh mustahiq yang diberi dana zakat produktif di Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah (BAPELURZAM) Cabang Weleri Kabupaten Kendal.

(46)

32

“Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.”45

Pada bagian ini penulis akan menentukan jumlah seluruh obyek yang diteliti yang disebut populasi. Berdasarkan data sekunder dan wawancara dengan pihak pengurus jumlah mustahiq yang menggunakan program dana zakat produktif berdasarkan seleksi pengurus yang tercatat dari tahun berjalannya penggunaan dana zakat produktif 2008-2010 sejumlah 221 orang sebagai populasi.

Dalam bukunya Dr. Suharsimi Arikunto yang berpendapat bahwa “Apabila populasinya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, dan jika jumlah populasinya lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih besar dari pada itu”.46

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik stratified random sampling atau sampel acak.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel sebesar 20% dari jumlah 221 mustahiq yaitu 44 mustahiq. Maka jumlah ini di jadikan sebagai sampel dan obyek untuk diteliti.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan cara:

45

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1998 , h.155.

46

(47)

33 1. Metode Observasi

Metode observasi adalah usaha-usaha mengumpulkan data dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diteliti.47

Metode dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat gejala-gejala yang diteliti ke obyek sasaran. Metode ini penulis gunakan untuk melihat pelaksanaan pendayagunaan zakat produktif di BAPELURZAM Cabang Weleri Kabupaten Kendal.

2. Metode Wawancara

Peneliti mengadakan wawancara dengan tokoh lembaga atau para fungsionaris khususnya pihak manajemen pendayagunaan zakat produktif yang dianggap berkompeten dan representatif dengan masalah yang dibahas untuk memperoleh informasi mengenai pendayagunaan zakat produktif.48

3. Kuesioner

Dapat dilakukan dengan cara memberi angket yang berisi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis yang sifatnya terbuka atau tertutup kepada responden untuk dijawabnya.49

Merupakan daftar pertanyaan terbuka atau tetutup yang di distribusikan kepada responden untuk diisi sehingga hasil isian dari responden merupakan tanggapan dan jawaban atas berbagai pertanyaan yang diajukan dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang

47

Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta : BPFE-UII, 2000, h.58.

48

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta : Bumi Aksara, 1999, h. 72.

49

(48)

34

mereka ketahui. Kuesioner penelitian didistribusikan kepada para mustahiq yang menerima dana zakat produktif.

4. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.50

Untuk melengkapi data penelitian, selanjutnya penulis mencari dokumen penting dari Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal Muhammadiyah (BAPELURZAM) Cabang Weleri Kabupaten Kendal.

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data berupa laporan hasil pengelolaan dan data berupa tulisan-tulisan penting seperti struktur organisasi, keberadaan amil dan mustahiq.

3.4. Teknik Analisis Data

Data penelitian akan dianalisis dengan menggunakan tiga analisis, yaitu:

1. Uji asumsi klasik

Untuk mendapatkan model regresi yang baik harus terbebas dari penyimpangan data yang terdiri dari multikolonieritas, heteroskedassitas, autokorelasi dan normalitas. Cara yang digunakan untuk menguji penyimpangan asumsi kaslik adalah sebagai berikut :

50

(49)

35 a. Uji Multikoleniaritas

Uji multikoleniaritas ini dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF) uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Pada model regresi yang baik, sebaiknya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya dengan melihat (1) nilai tolerance dan lawannya, (2) variance inflation factor. Kedua ukuran ini menujukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF (karena VIF = 1 / tolerance) dan menunjukkan adanya kolenieritas yang tinggi. Nilai cut off yang dipakai oleh nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10. Apabila terdapat variabel bebas yang memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 nilai VIF kurang dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikoleniaritas antar variabel bebas dalam model regresi.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual data yang ada. Model regresi yang baik adalah yang tidak mengalami

(50)

36

gejala heteroskedastisitas. Cara yang digunakan dalam pengujian ini adalah dengan analisa grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRDCH) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Yprediksi – Ysesungguhnya) yang telah di Studentized. Dasar analisis :

(1) Jika ada pola tertentu, serta titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian, menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

(2) Jika tidak ada pula yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka O pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam modal regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah dengan melihat histrogram yang membandingkan antara data observasi dengan

(51)

37

distribusi yang mendekati distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Artinya kriteria berdistribusi normal apabila tampilan grafiknya menunjukkan pola penyebaran disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.51

2. Analisi Deskriptif

Mendeskripsikan data yaitu menganalisis data tanpa menggunakan perhitungan angka-angka melainkan menggunakan sumber informasi yang relevan dari responden untuk mengetahui pengaruh pendayagunaan zakat produktif terhadap pemberdayaan mustahiq.

3. Analisis Regresi

a. Mencari persamaan garis regresi dengan rumus : Ŷ = a + bx

Untuk mengetahui Ŷ terlebih dahulu dicari harga a dan b dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

a = 2 2 2 ) ( . ) ).( ( ) ).( ( x x N xy y x y         b = 2 2 ) ( ) .( ) ).( ( ) ).( ( x x N xy x x xy N         51

Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program SPSS, Edisi II, Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro, hlm 57-74.

(52)

38 Keterangan :

Ŷ = (baca : Y topi) subyek variabel terikat yang diproyeksikan (kriterium)

x = variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksi (prediktor)

a = intersep (konstanta regresi) atau harga yang memotong sumbu Y

b = koefisien regresi atau sering disebut slove, gradient atau kemiringan garis

b. Mencari vairan regresi

Mencari varian regresi dengan rumus

Sumber Variasi Db JK RK Freq

Regresi 1 2 2 ) ( x xy   reg db reg Jk res db res Jk Residu (N – 2) 2 2 2 ( ) x xy y     res db res Jk Total (T) N – 1 2 y  - -

Harga F diperoleh (freg), kemudian dikonsultasikan dengan harga F tabel pada taraf signifikansi 5% dan 1% db = N – 2, hipotesis diterima jika Freg hitung > Ftabel.

(53)

39

3.5. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Penelitian

Berdasarkan obyek penelitian dan metode penelitian yang digunakan, maka dibawah ini diungkapkan operasionalisasi variabel penelitian adalah sebagai berikut:

a) Variabel bebas atau X (Indepandent Variabel).

Yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain yang tidak bebas (dependen variabel atau terikat). Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Pendayagunaan Zakat Produktif.

b) Variabel terikat atau Y (Depandent Variabel).

Yaitu variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel lain (Independet variabel atau bebas). Variabel terikat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Pemberdayaan Mustahiq.

Referensi

Dokumen terkait

SITUASI PANDEMI COVID-19 KALIMANTAN SELATAN EDISI 30 APRIL 2021 - HIDAYATULLAH MUTTAQIN - https://muttaq.in Sumber data: IG Dinkes Prov.. 87 92 123 134 158 175 243 318 327 630

Pada saat itu saya melakukan wawancara dengan warga Barata Jaya, operator warung internet di parkiran warung internet karena saya tidak ingin mengganggu kerjanya dan saya

Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan dan hasil yang baik pada budidaya selada daun dalam polybag dengan jenis tanah Podsolik Merah Kuning, tidak cukup hanya

Pengolahan krupuk berbahan dasar rajungan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat secara optimal karena secara tidak langsung dengan meningkatnya produksi krupuk

2) Volume hasil tangkapan dari awal penangkapan merurut persepsi nelayan pada tahun 1990 sampai tahun 2012 semakin berkurang. 3) Rata-rata nilai SPL dari tahun 1990 –

Jika terjadi keterlambatan pengembalian uang pemesanan efek kepada pemesan, maka Penjamin Pelaksana Emisi Obligasi atau Perseroan yang menyebabkan terjadinya keterlambatan

Oleh karena itu, berdasarkan studi yang sudah dilakukan oleh Davis dapat dikatakan bahwa dalam mengembangkan sebuah sistem informasi (termasuk sistem informasi perpustakaan)

Data yang dikumpulkan adalah data yang sesuai dengan rumusan masalah mengenai aplikasi akad utang piutang dalam tradisi otok-otok mengenai pandangan tokoh Nahdlatul