L,
RINGKASAN
Hasil
karya intelektual telah memberi banyakhal
dalam kehidupankita
sehari-hari, dengan karya intelektual
ini kita
bisa menjalani dan memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang lebih baik. Untukitu
diperlukan adanya perlindungan kepada penemu karya intelektualini
agar mereka merasa dihargai dan akhimya mereka menjadi semakin termotivasi untuk melahirkan karya-karya yang lebih baik lagi.Pada masa globalisasi dan perdagangan bebas sekarang
ini,
perlindungan terhadapHak
kekayaan intelektual secara internasional pada dasamyadiatur
oleh
TRIPs yangmerupakan
salah
satu
instrumen
utama
WO
disarnping
perjanjian-perjanjianinternasional pendukung
lainnya
dan
untuk
pelaksanaanya, negara-negara akan mengimplementasikannya ke dalam peraturan perundang-undangan mereka.Hasil karya intelektual yang berupa barang / jasa
ini
akan menjalani lintas batasantar
negara-negaradiduniq
ataudalam
istilal
perdagangandisebut
ekspor/ impor. Pengaturan terhadap barang-barang ekspor/
impor inilah
yang
akanmenjadi
fokusperhatian pada penelitian
ini,
dimana Penulis akanmelihat
sejauh mana pemerintah indonesia meinberikan perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual(
khususnya hak merek)
kepada pelaku-pelaku usaha yangmemiliki
barang-barang ekspor,,impor. Ataukonkitnya"
penelitian
ini
akan meninjau bagaimana prosedur penangguhan terhadap barang-barang ekspor/
impor yang melanggarHKI di
bidang hak merekdi
Indonesia sesuai dengan undang-undangno.
l0
tahunl995,
serta bagaimana proses penyelesaian hukum yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang(
Dirjen Bea dan Cukai)
terhadap pelanggaranHak
kekayaan Intelektualdi
bidangHak
Merek dalam kegiatan ekspor/
impor.Pencliti3n
ini
dilakukan dengan menggunakan rnetoCe YuriCis Sosiologis yaitu mengkaji kesesuaian antara aturan hukum dengan pelaksanaanya, dalam halini
mengkajiUU
no.lOtahun
1995, khususnya mengenai ketentuan terhadap barang-barang ekspor/
impor
yang melanggarHKI
di
bidang hak merek dan pelaksanaanya olehDirjen
Bea Cukai.Dari
hasil penelitian didapat kesimpulan bahwajika
terjadi
pelanggaran sepertiyang
disebutkan diatas maka
DJBC
melaporkan
ke
PengadilanNegeri
setempat,kemudian
Ketua
pengadilan tersebut akan mengeluarkan surat Perintah PenangguhanSementara terhadap barang-barang tersebut
dan
selanjutnyaakan
dilakukan
prosespembuktian
di
Pengadilan Niaga atau Pengadilan Negeri. Selaian daripadaitu
DJBC bisamelakukan Penangguhan Sementara atas
inisatif
sendirijika
telah terdapatbuktibukti
yang cukup.Untuk
melaksanakan ketentuanUU No.
l0
tahun
1995 akan dibuat Peraturan Pemerintah, namun hingga penelitianini
dilakukan, Peraturan Pemerintah tersebut belumjuga
terwujud,hal ini
karena adanya bentrokan wewenang yang diberikan kepada dua lembaga yakni antara pengadilan Negeri dengan Pengadilan Niaga sehingga penyelesaianterhadap kasus pelanggaran
ini
sering tidak ada ujungnya.RAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATARBELAKANG
Sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dunia sekarang tengah mengalami perubahan
yang
mendasaryang
mautidak
mau akan mempengaruhi tatanan kehidupan seluruhkomunitas
yang ada
didalamnya. Perubahanyang
fundamentalterjadi
pada tatananperekonomian,
dimana
dunia
memasuki perekonomiar
global serta
liberalisasi perdagangan yang sudah melintasi batas negara.Globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan
ini
semakin berkembang adanyakarena
dilengkapi oleh
ketentuan-ketentuan perdagangan intemasionalyang
memberibanyak
kemudahan
kepada
pelaku-pelaku
ekonomi
untuk
melakukan
aktifitasperdagangan
mereka
dengan berbagai
keringanan-keringanan
ketentuan
yang memudahkan mereka untuk melakukan perdagangan antar negara.Kondisi
sepertiini
akan melahirkan adanya persaingan yang semakin ketat diantarapelaku-pelaku ekonomi. Sehingga
hal
tersebut msmbuat negara-negaradidunia
harus cepat tanggap untuk mempersiapkan dirinya terhadap keadaan ini.Ada negara yang melakukan persiapan dibidang kebijaksanaan ketentuan negaranya'
seperti
melakukantindakan proteksi
terhadappelaku
ekonomi
dan produk
dalam negerinya. Kebijaksanaanini
pada umumnya dilakukan oleh negara-negara maju dengantujuan untuk menghambat perluasan akses perdagangan yang dimayoritasi oleh
negara-negara asing d inegara mereka.
Dilain
pihak, negara-negara yang sedang berkembang malah membuat kebijaksanaanketentuan
yang
memberikan kemudahan pelaku-pelakuekonomi asing untuk
ikut
berkecimpungdalam
kancah perdagangandalam negeri
mereka dengantujuan
agarmereka
bisa
menyeraptekhnologi
yang
digunakan
oleh
negara-negaramaju
danBAB
IV
HASIL
DA,I[PEMBAIIASAN
\. PROSEDUR
PENANGGUHAN BARANG
EKSPOR/ IMPOR YANG DIDUGA
MELANGGAR
HKI DI
BIDANG
HAK
MEREK
DI
KAWASAN
PABEAN
-
INDONESIA
Ratifikasi Final Act
of
Uruguay Round dengan Undang Undang No. 7 tahun 1995 srta merlatelah
menimbulkan kewajiban terhadap PerlindunganHAKI
oleh
Negaralepublik Indonesia. Salah satu bagian penting yang menjadi perhatian dalam perjanj ian erdagangan
dunia
ini
adalah diterimanya TRIPs Agreementyaitu
perjanjian tentangerlindungan
HAKI
dalam
perdaganganintemasional.
Salah
satu
intansi
yang edanggungjawab
dalam
pengawasanlalu
lintas
perdaganganantar
negara adalah ustom (di Indonesia dikenal dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC).Peranan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) dalam perlindungan
HAKI
ialam perdagangan intemasional adalah suatu keharusan. Kewajiban tersebr:t telah diaturli dalam Part
III
ZR IPs:
Enforcement of Intellectual Property Rights, mencakup Special lequirement Related to Border Measarss. Ketentuan seperti yang tertera dalam section 4ni
mengatur mengenai tindakan-tindakan yang harus dilakukan aparat custom (DJBC)lalam pengawasan terhadap impor-ekspor barang yang melanggar
(FIAKI),
diantaranyanemuat
mengenai
Suspensionof
Release
by
Customs
Authoritie
(penangguhan )engeluzran barang dari kawasan pabean). Aturan yang dikenal sebagai suatu ketentuan ;tandarini
harus diformulasikan dandiatur
dalam ketentuan nasional masing-masingregara penandatan gan
WO
Agreements/TMPs. Dengan demikian negara-negara anggotaWO
harus melakukan perubahan-perubahan dan penyesuaian undang-undang nasionalrereka masing-masing di bidang FIAKI.
lndonesia telah mengeluarkan Undang-undang
Nomor
l0
Tahun 1995 tentang Kepabeanan(UU
Pabean) yanglahir
pascaIRlPs,
sehingga telah mengakomodasikanprosedur
pengendalianimpor atau ekspor
barang
yang diduga
merupakan hasilBAB
V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
*i.
Untrk
*".perbaiki
kondisi perekonomian dunia yang hancur karena Perang DuniaIl
maka
masyarakat intemasional membentuksuatu
lembagamultilateral
dibidang perdagangan intemasional. Lembagaini
bemamaWTO.
Salah satu instrumennyayakni
TRIPs
mengatur tentang perlindungan terhadapHak
Kekayaan Intelektual. Pelaksanaan dari TRIPsini
diimplementasikan oleh masing-masing negara kedalam peraturan perundang-undangan mereka sesuai dengan kebutuhan dankondisi
dari negara yang bersangkutan. Begitu pula halnya dengan lndonesia. Indonesia termasuknegara
yang
meratifkasi
ketentuanTRIPs
ini.
Salahsatu
peraturan perundang-undangan Indonesia yang merupakan implementasi dari ketentuan TRIPs pasal5l
-60
yang mengatur tentang perlakuan terhadap barang-barang ekspor/
impor
yang melanggar Ftak kekayaanlnieieitual
adalah Undang-undangi{o.
i0
tahun i995 pasai54
-
64. Menurut Undang-undangini,
ada sebuah badan yang berwenang mengatasi barang-barang ekspor/
impor yang melanggar Hak Kekayaan Intelektual ( khususnyahak merek dan hak cipta
),
yakni Dirjen
Bea dan Cukai(
DJBC).
DJBCini
bisa menangguhkankeluamya
barang- barangyang
bermasalah tersebut sampai adapenyelesaiannya
oleh
pihak-pihak
yang terkait. Jadi
kewenanganDJBC
hanya menangguhkan barang yang bermasalah, bukan menyelesaikan masalah, disampingitu kewenangan DJBC sifatnya berupa Passrve action Procedures, maksudnya DJBC baru bisa bertindak
jika
telah ada surat perintah penangguhan. Kewenangan DJBCdalam
hal
ini
tidak
menyelesaikan pelanggaranHKI
yang terjadi.Di
lain
hal juga akantimbul
dilemajika
pihak
yangdirugikan hak
intelektualnyatidak
mengums perkaranya sementara Peraturan Pemerintah yang akan menyelesaikan dilema seperti disebutkan diatas menurut Undang-undangNo
10tahun
1995 belumlahir
hingga2.
l.
peneiitian
ini
dilakukan.
Sehinggatercipta
suatu imageoleh dunia
intemasional bahwa Indonesia tidak serius menangani masalah pelanggaranHKI.
Dalam melaksanakan tugasnya, khususnya terhadap barang-barang ekspor
/
imporyang
melanggarHKI,
DJBC baru
bisa
melakukan penangguhanjika
ada
suratperintah
Penangguhandari
Ketua
PengadilanNegeri dan
selanjutnya dilakukan proses pembuktiandi
Pengadilan negeri atau Pengadilan Niaga" namun DJBC bisamengambil
langkahaktif,
jika
DJBC
menemukanbukti-bukti
yang
kuat
bahwa memang telahterjadi
kegiatan ekspor/
impor barang-barang yang melanggarHKI.
Kemudianjika
dikemudian hari pihak-pihak yang bersengketa tidak mengurus barang yang ditangguhkanini
atau dalam arti membiarkan saja barang tersebut sampai batas waktu penangguhannya habis maka yang terjadi adalah tidak jelasnya status barang tersebut dan penyelesaian kasus tersebut menjadi tidak berujung.B.
SARAN
l.
2.
3.
Indonesia
perlu
memberikan perhatian dan penangananyang lebih
serius lagi terhadap pelanggaranHak
kekayaan Intelektual yangterjadi
karena Indonesia adalah termasuk negara yang terbesar melakukan peianggaran atas Hak Kekayaarintelektual
ini.
Untuk itu,
salah satu langkah yang bisadiambil
oleh pemerintahlndonesia adalah melahirkan
ketentuan peraturanbaru dibidang
HKI
yangsifatnya
lebih
tegaslagi
atau
secepatnya melahirkan peraturan pelaksananya seperti Peraturan Pemerintah, sehingga kasus pelanggaranHKI
yang terjadi tidak menjadi terkatung-katung penyelesaiannya.Agar
perlindunganHKI
lebihefektif,
khususnya perlindungan terhadap barang-barang ekspor/
impor
maka sebaiknya kewenanganDJBC
yang bersifat pasifdirubah menjadi
aktifdan
didukung dengan sistem informasi serta sistem intelijenyang
baik untuk
mendapatkanbukti-bukti
yang cukup
bahwa memang telah terjadinya kasus pelanggaranHKI.
Kelemahan utama dalam perlindungan
Hak
kekayaan lntelektualdi
Indonesiaadalah
dibidang
penegakkan
hukumnya.
Aparat
penegak
hukum
yang bersinggungan dengan masalah-masalahHKI
kurang memahamiHKI
sehinggar-4
1
.
il
akibdtnya kualitas penegakkan
HKI
menjadi kurang memuaskan.untuk
itu
perludilakukan pemasyarakatan
HKI
dengan cara yang lebih intensif lagi kepada aparat penegakhukum
ini,
misalnya
melakukan pelatihanHKI
atau
kursus-kursussingkat secara terpadu.
DAFTAR
PUSTAKA
BUKU-BUKU
Achmad Zen Umar Purba, 2005, Hak Kekayaan InteleHual Pasca TMPs, PT.
Alumni,
Bandung'- ---/
\
Saidin, 1997, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelelaual
(
IntellectualProperty
Rights)'
PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta
Lindsey,
Tim (
ed),
dkk,
2002, Hak KekayaanInleleHual (
Suatu Pengantar,), AsianLaw Group Pty
Ltd &
PT. Alumni, BandungHuala
adolf,
dkk,
1995, Masalah-Masalah HukumDalam
Perdagangan Internasional' PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta2003, Hukum Lkonomi Internasional ( Suatu Pengantar), P'l . RajaGrafindo
Persada, Jakarta
H.
S Kartadjoem enq 1997, GATT, WTO danHasil
Uruguay Round, Penerbit Universitas Indonesia ( UI-
Press ), JakartaMAKALAII
Helianti Hilman
,
2004,"
Manfaat Perlindungan Terhadap Karya Intelektual Pada SistemHKI
",
Makalah, Lokakarya Terbatas TentangHak
Kekayaan Intelektual danPerkembangannya, Jakarta