• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar. Oleh: Moh. Cholil Mahfud Handoko Saiful Hosni. Dr.Ir. Chendy Tafakresnanto, MP NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengantar. Oleh: Moh. Cholil Mahfud Handoko Saiful Hosni. Dr.Ir. Chendy Tafakresnanto, MP NIP"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

Moh. Cholil Mahfud

Handoko

Saiful Hosni

Pengantar

Wereng batang coklat (WBC) merupakan salah satu hama penting, dan sering dilaporkan oleh petani telah menyerang tanaman padinya. Mengingat hal itu, BPTP-Balitbangtan Jatim memandang perlu menyusun buku Pengendalian Wereng Ba-tang Coklat pada Tanaman Padi ini. Apalagi di era timbulnya gejala La-Nina, yang menyediakan iklim mikro yang men-dukung perkembangan WBC.

Buku ini sengaja dirancang secara khusus, dengan harapan mudah dipahami oleh petugas, lebih-lebih oleh petani. Perbai-kan berdasarPerbai-kan pengalaman penerapannya di lapang tentu sangat diperlukan, baik dari petugas maupun petani.

Saya menyampaikan penghargaan kepada Prof. Dr. Moh. Cholil Mahfud beserta tim, yang telah dengan cepat menyikapi serangan WBC dan dengan seksama menyusun buku ini. Semoga Tuhan Yang Mahasa Kuasa, senantiasa meridhoi se-tiap upaya kita.

Malang, Januari 2017 Kepala Balai,

Dr.Ir. Chendy Tafakresnanto, MP

NIP 19611222 199003 1 001

(2)

Daftar Isi

Pengantar 3 Daftar Isi 5 PENDAHULUAN 7

FAKTOR PEMICU PERKEMBANGAN WBC 9

PENCEGAHAN WBC 13

1. Tanam varietas toleran 13

2. Gunakan jarak tanam Jajar Legowo 14

3. Tanam serentak dalam satu hamparan 14

4. Pemupukan berimbang 15

5. Terapkan pengairan berselang 16

6. Gunakan agen hayati 16

PENGENDALIAN WBC 17

1. Monitoring 17

2. Jenis insektisida yang digunakan 19

3. Pelaksanaan pengendalian 19

DISKUSI 21

Bahan Bacaan 25

Lampiran 1.

(3)

Pendahuluan

Wereng batang coklat atau WBC (Nilaparvata lugens Stal.) merupa-kan hama dari golongan insekta yang sangat merugikan perpadian di Indonesia. Sejak tahun 1930 wereng coklat menjadi kendala dalam usaha peningkatan produksi padi di Indonesia. Di jawa Timur, serangan WBC paling luas. Dalam periode 2006/2007-2011/2012, luas serangan rata-rata 30.492,22 ha/tahun, ter-luas di antara hama dan penyakit padi lainnya.

WBC merusak tanaman padi dengan cara menghisap cairan tanaman pada sistem vaskular, menyebabkan tanaman menguning dan cepat sekali mengering. Umumnya gejala terlihat mengumpul pada satu lo-kasi. Di samping sebagai hama, WBC juga berperan sebagai vektor penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput. Tidak kurang dari 20% dari total luas tanaman padi yang terserang WBC, juga terjangkit penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa.

Tanaman sehat

(4)

Sumber: http://bibitbunga.com/

Faktor pemicu

perkembangan WBC

1. La-Nina (kemarau basah, di

kemarau

masih turun

hujan).

Terjadinya kemarau basah (La-Nina) menyebabkan suhu naik 1,9oC dan kelembaban naik 25%, sehingga cocok bagi perkembangan WBC. La-Nina menurunkan efektivitas pengendalian menggunakan agen hayati atau insektisida karena terlarut oleh air hujan

.

2. Penggunaan varietas yang rentan. Varietas rentan lebih disukai oleh WBC dan WBC lebih cepat berkembang pada varietas rentan dibanding varietas tahan/toleran. Sejak tahun 2007, IR 64 dan Ciherang rentan terhadap WBC karena sudah lahir WBC biotipe 4.

(5)

3.

Dalam satu hamparan tanam tidak serentak. WBC menyerang tanaman padi berbagai umur. Adanya tanaman padi dengan berbagai umur dalam satu hamparan seperti gambar di bawah, mendorong WBC berkembang pesat karena tersedia makanan setiap saat.

4. Tidak dilakukannya monitoring sejak dini. Apabila serangan WBC baru diketahui saat ada gejala tanaman padi seperti terbakar, menunjukkan monitoring WBC tidak dilakukan. Pada kondisi ini populasi WBC sangat tinggi (400 -1000 ekor/rumpun) dengan beragam stadium (telur, nimfa dan dewasa), dan sulit dikendalikan.

Bila di suatu daerah terjadi panen padi terserang WBC, maka WBC akan bermigrasi dalam populasi tinggi, dan berkembang biak pada tanaman padi muda. WBC mampu terbang sejauh 200-300 km.

5. Lahan selalu digenangi. Tanaman padi yang selalu di-genangi menyebabkan kondisi sekitar tanaman menjadi lebih lembab, sangat disukai WBC.

Populasi WBC terdiri dari beberapa stadia hidup, biasanya bagai indikasi kurangnya monitoring WBC. Dalam kondisi se-perti ini pengendalian sulit berhasil

(6)

6. Pemberian pupuk N berlebihan. Dalam budidaya padi, pemberian pupuk N sering berlebihan, menyebabkan tanaman peka terhadap WBC.

7. Cara pengendalian kurang tepat. Yang sering terjadi di lapang adalah jenis, konsentrasi dan volume semprot insektisida tidak tepat, pengendalian terlambat dilakukan (baru dilakukan saat gejala tanaman seperti terbakar), dan bila dalam satu hamparan terserang WBC hanya sebagian petani yang mengendalikan sedang petani lainnya tidak mengendalikan.

8. Lahir WBC biotipe baru. Sejak tahun 2007, di Jawa Timur telah lahir WBC biotipe 4, sebagai akibat dari lamanya varietas IR 64 dan Ciherang dominan ditanam sepanjang tahun. Ciherang sebelumnya toleran sekarang rentan terhadap WBC.

Tanaman padi yang kelebihan unsur N peka terhadap WBC,

berpotensi meningkatkan jumlah gabah hampa, menimbulkan

kahat hara S atau Zn, mudah rebah, dan memperpanjang umur

tanaman. Pemberian pupuk K dapat meningkatkan ketebalan

daun, dan lebih tahan terhadap hama-penyakit.

Sumber: http://bibitbunga.com/

Adanya La-nina dan mun-culnya WBC biotipe baru, membuat permasalahan WBC menjadi komplek, sehingga sulit mendapat-kan varietas tahan. Be-berapa varietas unggul baru padi yang toleran terhadap WBC antara lain Inpari 4, Inpari 7, Inpari 13, Inpari 14 dan Inpari 16.

Varietas Umur panen (hari) Potensi hasil (ton/ha) Tekstur nasi Musim tanam

Inpari 4 115 8,8 Pulen MH/MK Inpari 7 113 8,7 Pulen MH Inpari 13 103 8,0 Sedang MK Inpari 14 113 8,2 Pulen MH Inpari16 118 7,6 Pulen MK

1

Pencegahan WBC

Tanam varietas toleran

Deskripsi varietas padi toleran terhadap WBC

Varietas Ciherang teserang WBC

(kiri), berdampingan dengan Inpari-13 (kanan) tidak terserang WBC

(7)

Gunakan jarak tanam jajar legowo

Penggunaan jajar legowo menekan serangan WBC lebih dari 25%. Tanam jajar legowo menghasilkan kondisi iklim mikro di bawah kanopi kurang mendukung per-kembangan WBC. Penggunaan jarak tanam jajar legowo juga memudahkan dalam memelihara tanaman padi seperti menyiang, memupuk dan mengendalikan hama-penyakit.

2

Keragaan tanaman padi jajar legowo

Tanam serentak dalam satu hamparan

Tanam padi serentak dalam satu hamparan dimaksudkan untuk memutus siklus hidup WBC, kare-na dalam satu hamparan tidak tersedia takare-naman padi dengan berbagai umur.

3

Keuntungan tanam serentak:

1. Mengurangi populasi WBC, sehingga menekan biaya

pengendalian

2. Menghilangkan sumber serangan atau titik serangan hama

maupun penyakit

3. Menurunkan populasi hama di bawah ambang ekonomi

4. Mengukur potensi maksimal produksi padi

5. Menyelamatkan produksi

Pemupukan berimbang

Kebanyakan tanah sawah mempunyai kandungan nitrogen rendah, sehingga pemberian pupuk N penting untuk meningkatkan hasil. Di samping itu, lahan sawah di Jawa Timur 99% mempunyai kandungan bahan organik rendah, 67% berstatus hara P rendah, dan 77,6% berstatus K rendah.

(8)

Terapkan pengairan berselang

Penggenangan air secara terus menerus meningkatkan populasi WBC. Pengairan berselang diatur sbb: saat tanam, kondisi air macak-macak, dan ini dipertahankan selama ± 7 hari. Selanjutnya diairi selelah tanah belah kecil-kecil ± 0,5 cm. Setelah anakan maksimal genangi lahan 5-10 cm, jangan sampai tanaman kekurangan air pada stadia ini. Pengeringan disesuaikan dengan pengendalian gulma. Saat berbunga sampai dengan 10 hari sebelum panen, lahan digenangi 5-10 cm.

Gunakan agen hayati

Secara alami, hama wereng dikendalikan oleh musuh alaminya. Jamur Beauveria bassiana adalah salah satu agen hayati yang dapat digunakan untuk mengendalikan WBC. Dengan konsentrasi 6,2 x 1010 cfu/ml, B. bassiana efektif mengendalikan WBC terutama saat populasi WBC rendah atau di bawah AE.

5

6

Pengendalian WBC

Tahapan pengendalian WBC dengan insektisida: 1. Melakukan monitoring untuk mengetahui apakah populasi

WBC di pertanaman sudah mencapai ambang ekonomi (AE) atau belum,

2. Apabila hasil monitoring mencapai AE, selanjutnya menentukan jenis insektisida yang akan digunakan 3. Pelaksanaan pengendalian.

Ambang ekonomi (AE) WBC:

Lebih dari 5 ekor WBC/rumpun

pada tanaman berumur lebih dari

20 hari setelah tanam (hst), atau

Lebih dari 10 ekor WBC/

rumpun pada tanaman

beru-mur 20-40 hst, atau

Lebih dari 20 ekor/rumpun pada tanaman

beru-mur lebih dari 40 hst

Monitoring

WBC dewasa tertarik dengan cahaya lampu kemudian mendatanginya. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menge-tahui adanya WBC di suatu tempat dengan memasang lampu

(9)

Pengamatan WBC pada lampu perangkap secara rutin, akan diketahui adanya WBC pada tanaman padi di sekitar lampu perangkap. Dengan demikian, monitoring juga ber-fungsi sebagai peringatan dini (early warning).

Pemasangan lampu perangkap di samping sebagai alat untuk monitoring adanya WBC, juga berfungsi sebagai pengendali WBC. Pemasangan lampu perangkap meng-gunakan lampu 100 watt, dapat menangkap sampai 400.000 ekor WBC/malam. Pemasangan lampu perangkap sederhana menggunakan lampu 40 watt selama dua jam (pukul 18.00-20.00), dapat menangkap dan membunuh WBC rata-rata 868 ekor/lampu, tergantung populasi WBC di pertanaman padi.

C

A B

Lampu perangkap bantuan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (A), lampu perangkap sederhana buatan petani (B), dan populasi WBC yang tertangkap dan mati (C)

2

Penitingnya pengamatan populasi WBC di pertanaman

Secara alami permulaan WBC datang di pertanaman padi

yang sudah lilir, dan biasanya serangga datang pada dua

minggu pertama setelah tanam. Monitoring atau

pengama-tan langsung pada persemaian dan pengama-tanaman muda

pen-ting dilakukan untuk mengetahui apakah populasi WBC

su-dah mencapai batas AE atau belum, agar tindakan

pengen-dalian tidak terlambat.

Jenis insektitida yang digunakan

Pengendalian menggunakan insektsida (sistemik atau kontak) dilaksanakan saat populasi WBC mencapai AE. Beberapa jenis insektisida yang terdaftar di Kementan (2014) (Lampiran 1).

3

Pelaksanaan pengendalian

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam peng-gunaan insektisida dalam pengendalian WBC, adalah:

1. Hanya dibolehkan apabila populasi WBC berada di atas AE 2. Konsentrasi dan volume semprot harus tepat, bisa dilihat

pada label kemasan insektisida

3. Jangan menyemprot tanaman padi sebelum pukul 07.00 WIB, karena insektisida akan terencerkan oleh embun di permukaan tanaman padi

(10)

4. Arahkan nozle sprayer ke sasaran WBC

5. Selama menyemprot tanaman, gunakan baju lengan pan-jang, masker, sarung tangan, kacamata, dan topi

6. Lakukan penyemprotan tanaman padi dalam hamparan secara berkelompok, agar diperoleh hasil pengendalian yang optimal

Diskusi

Saat terjadi iklim La-Nina, petani hendaknya waspada terhadap serangan WBC pada tanaman padinya. Faktor iklim tidak dapat dikendalikan, kecuali sebatas mengantisipasi dan mengurangi dampaknya.

Berikut disajikan beberapa peristiwa yang sering dita-nyakan oleh petani dan sering ditemui dalam pengendalian WBC di lapangan.

Apakah ada varietas yang tahan terhadap WBC?

Sampai dengan saat ini belum ditemukan varietas yang tahan terhadap WBC biotipe-4, kecuali hanya sebatas toleran. Artinya, apabila petani menggunakan varietas toler-an, budidaya sesuai anjuran dan dikendalikan baik, maka WBC dapat dikendalikan dengan hasil yang baik pula.

Mengapa serangan WBC biasanya tiba-tiba?

Kecuali ada faktor tertentu yang istimewa, serangan WBC tidak pernah tiba-tiba. Kesan tiba-tiba itu biasanya ter-jadi karena tidak dilakukannya monitoring, yaitu dengan mengamati populasi WBC, baik secara langsung pada pangkal tanaman, maupun dengan melihat indikasi populasi yang ter-perangkap dalam lampu ter-perangkap.

Apa saja yang menyebabkan pengendalian WBC dengan

3

1

(11)

Beberapa faktor menjadi penyebab tidak efektifnya insektisida adalah:

1. Jenis, konsentrasi dan volume semprot insektisida yang digunakan kurang tepat

2. Pengendalian terlambat dilakukan, misal baru dilakukan saat tanaman sudah menunjukkan gejala seperti terbakar 3. Penyemprotan tidak dilakukan secara berkelompok. Oleh

karena itu, petakan sawah yang sudah disemprot insek-tisida, kedatangan migrasi WBC dari petak lain yang tidak disemprot

4. Penyemprotan tidak tepat sasaran, karena diarahkan pada bagian atas tanaman, padahal WBC berada di bagian panggal tanaman. Dianjurkan, penyemprotan diarahkan ke bagian pangkal atau di sela-sela tanaman

http://bandung.bisnis.com/

Contoh penyemprotan insektisida tidak

tepat sasaran dalam pengendalian WBC

5. Penyemprotan dilakukan terlalu pagi, pada saat daun tana-man masih banyak terdapat embun, menyebabkan insek-tisida menjadi lebih encer dari konsentrasi anjuran karena tercampur dengan air embun.

6. Terjadinya peristiwa kekebalan WBC terhadap insektisida. Ini bisa terjadi bila WBC beradaptasi dengan bahan aktif insektisida yang digunakan secara terus-menerus dalam waktu lama.

Air embun pada daun

ta-naman di pagi hari dapat

mencapai 2.500 liter/ha.

Penyemprotan pada kondisi

ini dapat mengencer- kan

dosis insektisida yang

dis-emprotkan

Adakah cara yang paling mudah dan murah dalam me-ngendalikan WBC?

Cara yang paling mudah dan murah dalam mengendalikan WBC adalah dengan mengedepankan pencegahan. Secara teknis hal itu telah dijelaskan dalam buku ini. Namun, ada satu faktor penting yang tidak boleh luput dari perhatian, yaitu:

(12)

Menumbuhkan semangat kekompakan petani atau kelompok tani,

didukung oleh petugas lapangan. Faktor ini, yang kemudian dapat

mendorong tanam dan penyemprotan secara serentak, akan

mam-pu jauh menekan pomam-pulasi WBC dan meningkatkan efektivitas dan

efisiensi pengendaliannya, daripada hanya mengandalkan

insek-tisida semata.

Apakah dengan menggunakan varietas tahan/toleran, sudah dijamin bahwa WBC sudah tidak menjadi masalah?

Tentu tidak, WBC tetap mempunyai potensi untuk merusak tanaman bila penggunaan varietas tahan/toleran tidak diikuti dengan penerapan budidaya (jarak tanam,

5

Bahan Bacaan

Arifim, M. 2012. Strategi pengendalian hama dan penyakit tanaman menghadapi perubahan iklim. Dalam Sumarno, T.D. Soedjana dan K. Suradisastra (eds.). Membumikan Iptek Pertanian. IAARD Press, Jakarta. 141-154.

Baehaki S.E. 1984. Pengaruh kopulasi acak terhadap keturunan wereng coklat (Nilarparvata lugens Stal). Seminar Balitan Sukamandi. 10p.

Baehaki, S.E. dan I. N. Widiarta. 2008. Hama wereng dan cara pengendaliannya pada tanaman padi. Dalam A.A. Dradjat, A.K. Makarim dan A. Hasanuddin (eds.). Inovasi Teknologi Produksi Padi. B.B. Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi: hlm 347-383.

Baehaki, S.E. 2011. Pengelolaan wereng coklat sebagai hama dan vektor penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput. Dalam Hermanto, A. Muis dan S. Pakki (eds.). Prosiding Seminar NasionalInovasi Teknologi Pengendalian Penyakit Tungro dan Hama Utama Padi Menuju Swasembada Berkelanjutan, Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor: 48-68.

BPTPH Prov. Jatim. 2014. Pengelolaan OPT tanaman yang lebih baik di Jawa Timur. Pertemuan perumusan langkah operasional dan strategi pengendalian wereng batang coklat (WBC). Yogyakarta, 29 Januari 2014. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Jakarta. 46 hlm.

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian. 2014. Pestisida pertanian dan kehutanan terdaftar. Kementan, Jakarta. 824 hlm. Kartohardjono, A. 2012. Peranan varietas tahan dalam pengendalian

hama wereng coklat pada padi. Dalam Sumarno, T. D. Soedjana dan K. Suradisastra (eds.). Membumikan Iptek Pertanian. IAARD Press, Jakarta: hlm 444-454

(13)

25

Mahfud, M.C. 2011. Kajian faktor produksi terhadap perkembangan wereng batang coklat. Dalam Hermanto, A. Muis dan S. Pakki (eds.). Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pengen-dalian Penyakit Tungro dan Hama Utama Padi Menuju Swasembada Berkelanjutan, Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor: 129-140.

Mahfud, M.C., Handoko dan B. Pikukuh. 2014. Study of stimulus factors of the development of brown plant hopper on rice in East Java. Proceeding of the 2th international biology confer-ence “Biodiversity and biotechnology for human welfare (subtheme: Biodiversity, energy and environmental science, biotechnology, agriculture and food technology)”. November 8 th, 2014. Biology Department, Faculty of Mathematics and Natural Science, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Sura-baya.

Mahfud, M.C., Handoko dan B. Pikukuh. 2014. Assessment on use lights trap for monitoring and controlling brown plant hopper. Proceeding of the 2th international biology conference “Biodiversity and biotechnology for human welfare (subtheme: Biodiversity, energy and environmental science, bio-technology, agriculture and food technology)”. November 8 th, 2014. Biology Department, Faculty of Ma-thematics and Natural Science, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Sura-baya.

Muhsin, M. 2010. Epidemic of rice brown planthopper-related viruses: A a consequence following the monoculture system. Naskah disajikan pada Seminar Puslitbangtan 30 Agustus 2010. Sunaryo, E. 2000. Analisis ledakan dan pengendalian hama wereng

coklat di wilayah endemik. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogr: 60 hlm.

Toha, H.M., K. Permadi, dan S.J. Munarso. 2002. Pengaruh pem-berian pupuk kalium dan nitrogen terhaap hasil padi dan mutu beras varietas IR 64. Jurnal Penelitian Pertanian Tana-man Pangan 21 (1): 17-25.

26

Lampiran 1. Insektisida terdaftar di Kementan untuk

me-ngendalikan WBC (2014)

No. Bahan aktif Nama dagang

1. Abamectin Alfamex 18 EC, Badik 18 SC, Demolish 18 EC, Dimectin 18 EC, Indomektin 20 Ec, Isigo 18 EC, Numectin 20 EC, Pro-gressor 20 EC, Promectin 18 EC, Stadium 18 EC, Starmex 18 EC, Tsubame 18 EC, dan Wiper 50 EC

2. Amitraz Mitac 200 EC

3. Azadirakhtin Bionano 0,13 SL, dan Zoe Intro SL. 4. Bisultab Agripo 290 SL, Bancol 50 WP, Dynasty

400 SL, Obsessi 400 SL, dan Starlet 400 SL.

5. BPMC Agricarb 500 EC, Amabas 500 EC, Bassa 500 EC, Baycarb 500 EC, Benhur 500 EC, Bona 500 EC, Dharmabas 500 EC, Emcindo 500 EC, Erkabas 500 EC, Greta 500 EC, Hopcin 460 EC, Hopper 500 EC, Hopsida 500 EC, Ingrobassa 515 EC, Karbasin 500 EC, Naga 500 EC, Penta-carb 500 EC, Promobas 500 EC, Rahwana 500 EC, Sancarb 500 EC, dan Sidabas 500 EC

6. Buprofezin Applaud 10 WP, Applaud 100 EC, Ap-plaud 440 SC, Azatin 500 SC, Buprolord 250 SC, Bupro-na 25 WP, Buprosida 100 EC, Gerbera 100 EC, Idapro 2/18 WP, Lugen 100 EC, Nimbus 25 WP, dan Ovistop 100 EC.

7. Dimehipo Aipin 500 SL, Ajar 450 SL, Bajaj 450 SL, Blazza 450 SL, Bordan 10 GR, Borrex 500 SL, Bulet 400 SL, Centa-Dine 450 SL, Danatan 400 SL, Dimegan 400 SL, Dimpo 400 SL, Dimocel 400 SL, Dipho 290 SL, Dipho 400 SL, Dipostar 400 EC, E-to 400 SL, Foltus 400 SL, Galeri 403 SL, Gesta-po 450 SL, HipGesta-po 48 WP, HyGesta-polax 400

(14)

Lampiran 1. Insektisida terdaftar di Kementan untuk

me-ngendalikan WBC (2014) (Lanjutan)

No. Bahan aktif Nama dagang

7. Dimehipo Indodine 485 SL, Joki 400 SL, Kempo 400 SL, Ken-Mipo 400 SL, Landep 450 SL, Manuver 400 SL, Manuver 6 GR, Mara-thon 500 SL, Maxdine 480 SL, Montaf 400 SL, MP Tegar 400 SL, Narahypo 505 SL, Netoxin 400 SL, Poryza 400 SL, Primadine 450 SL, Roltap 450 SL, Sandi-mas 400 SL, Semua-sil 450 SL, Sidatan 410 SL, Sofatan 3 GR, Sonic 450 SL, Spartan 290 SL, Sponsor 450 SL, Spon-tan 400 SL, Stuntman 500 SL, Taruna 400 SL, dan Vista 400 SL.

8. Dinotefuran Oshin 20 SG. 9. Etiprol Curbix 100 SC. 10. Eugenol Sainindo 200 EC.

11. Fenobukarb Acqura 500 EC, Tamabas 500 EC, dan Tanicarb 485 EC.

12. Fipronil Agadi 50 SC, Agadi 0,3 GR, AM-Best 100 ME, Amfipron 0,3 GR, Aneto 50 EC, Aspril 100 SC, Balistic 50 EC, Biogent 50 SC, Destar 50 SC, Fipros 55 SC, Fipron 50 SC, Foray 50 SC, Forza 50 SC, Morgent 50 EC, Naragent 50 SC, Neofron 3 GR, Neofron 60 SC, Penalty 50 SC, Regent 50 SC, Regent 80 WG, Stembor 0,5 GR, Topnil 50 SC, dan V-Pro 50 EC.

13. Flubendamida Katana 200 EC, dan Takumi 20 WG. 14. Imidakloprid Abuki 350 SC, Abuki 50 SL, Agrovin 0,5

GR, Alena 200 SL, Amida 200 SL, Amirid 200 SL, Astermida 10 WP, Avidor 200 SL, Avidor 25 WP, Besvidor 200 SL, Betador 10 WP, Bima 10 WP, BM Thiomet 200 SL,

Lampiran 1. Insektisida terdaftar di Kementan untuk

me-ngendalikan WBC (2014) (Lanjutan)

No. Bahan aktif Nama dagang

14. Imidakloprid Experto 300 SC, Imar 20 WP, Imidaplus 25 WP, Imidor 50 SL, Imidovap 70 WP, Interprid 25 WP, Interprid 200 SL, Jellin 100 SL, Kimida 10 WP, Klopindo 10 WP, Lanidor 200 SL, Lanidor 5 WP, Neptune 25 WP, Nuprid 70 WG, OBR 25 WP, Panindo 10 WP, Pro 100 SL, Puntoxtra 70 WG, Quidor 25 WP, Rudor 5 WP, Samber 50 SL, Samida 15 WP, Sandor 30 WP, Sanfidor 200 SL, Serang 200 SL, Sitox 25 WP, Starfidor 100 SL, Starfidor 5 WP, Tidal 5 WP, Topdor 10 WP, Topida 25 WP, Viligon 10 WP, Winder 25 WP, Wind-er 100 EC, Wingran 0,5 GR, Wingran 70 WS, Winyard 70 WP, Zychate 25 WP, dan Zychate 200 SL.

15. Indosakarb Ammate 150 EC.

16. Karbofuran Carbodan 3 GR, Carboter 3 GR, Centafur 3 GR, Curatter 3 GR, Furatur 3GR, Furio 3 GR, Gemafur 3 GR, Hidrofur 3 G, Jor-dan 5 GR, Kenfuran 3 GR, KresnaJor-dan 3 GR, Kumbokarno 3 GR, Primadan 3 GR, Prima-fur 3 GR, Purdan plus 6 GR, Sida-fur 3 GR, TamaSida-fur 3 GR, Truper 3 GR, dan Ventura 5 GR.

17. Karbosulfan Celso 200 EC, Marshal 200 SC, Marshal 5 GR, Matrix 200 EC, dan Taurus 200 EC. 18. MIPC Mipcin 50 WP, Mipcinta 50 WP, Mipcindo

50 WP, Sidacin 50 WP, Tamacin 50 WP, dan Venop 60 WP.

19. Monosultap Maxima 68 WP, Plush 60 WP, Rage 90 SP, RSB Stopgrek SHS 54 WP, Sanming 400 SL, dan Trisula 450 SL.

(15)

Lampiran 1. Insektisida terdaftar di Kementan untuk

me-ngendalikan WBC (2014) (Lanjutan)

No. Bahan aktif Nama dagang 22. Profurit

Amini-um Team 180 SL.

23. Propoksur Poksindo 200 EC, dan Poksindo 50 WP. 24. Siromazin Guntur 75 WP.

25. Spinosad Tracer 120 SC. 26. Sulfoxsaflor Closer 50 WG.

27. Teametoksam Actara 25 WG, dan Virtako 300 SC. 28. Tiosiklam

hi-drogen oksalat

Referensi

Dokumen terkait

Jika orang tua telah mendapat gambaran mengenai konsep pacaran dan perilaku pacaran remaja awal, orang tua dapat menyikapi dengan lebih bijaksana keinginan anaknya untuk

Berdasarkan hasil uji 2 sampel independen Mann-Whitney diperoleh hasil berupa nilai z sebesar -2,505 dan nilai uji signifikansi (p) sebesar 0,012 (p<0,05) yang

tidak cukup didalam satu silinder karena katup atau gasket bocor, atau cincin torak yang macet atau patah. Penemuan dari penyebab yang tepat dan perbaikannya sangat penting

Informasi lengkap ada dan pelayanan 24/7 ada pada www.infoasuransi.net dan Untuk kemudahan Anda berikut adalah tahapan proses Penutupan Asuransi AXA Insurance. *) Khusus

Dalam kasus dumping terigu Turki ini, produk terigu impor Turki sudah terbukti melakukan praktik dumping yang merugikan industri dalam negeri. Namun, pemerintah

aspirasi masyarakat sarana dan prasarana dalam memanfaatkan ruang lingkungan kecamatan 6.2 Persentase Jumlah penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan,

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa garapan karya tari kontemporer yang berjudul Takdir adalah sebuah karya

setelah penambahan kelompok sampel ditampilkan pada Gambar 1.3 merupakan diagram kontrol X dari kalibrasi antara data (kelompok sampel pertama) dan databaru