• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTATION OF LAW SUPREMACY TOWARD THE TRANSPORTATION COMMISSION DUE TO HIGHWAY ACCIDENTS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTATION OF LAW SUPREMACY TOWARD THE TRANSPORTATION COMMISSION DUE TO HIGHWAY ACCIDENTS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 IMPLEMENTATION OF LAW SUPREMACY TOWARD THE TRANSPORTATION COMMISSION DUE TO HIGHWAY ACCIDENTS

¹Muhammad Daud Daulay, ¹Yetisma Saini, ¹Syafridatati Law Department, Law Faculty, Bung Hatta University

Email : daulay_muhammaddaud@yahoo.com

Abstract

The responsibility of government to perform of transportation commission has been established on the regulation No.22 in 2009 about traffic and transportation moda. One of the implementation of law supremacy toward the transportation commission was do the investigation toward them who involved in general based on the act of traffic and transportation moda. The formulation of problem where what’s the implementation of law supremacy toward the transportation committee due their negligence in reconstruction of highway caused traffic accidence, 2) what kinds of obstacles did find by the police in doing the law supremacy of transportation committee due the highway accidents around Polresta Padang. The type of this research was judicial sociology approach, the source of data consisted of primary data and secondary. Technique of data collection used interview and documentation study. Data was analyzed qualitatively. Conclusion of this research were 1) the implementation of transportation commission due to their negligence in reconstruction of highway caused the highway accidents in Polresta Padang, presenting and interrogating the eyewitness and recall official head of Public Work, to do the investigation. 2) some other obstacles was found by the police in holding the law supremacy to them who had negligence due the highway accidents at Polresta Padang: i.e. the difficulty in getting of information from eyewitness, unrelated information between official head of Public Work and existing highway regulation. The Public Work Office did not responsible to the victim.

Key words : implementation, law supremacy, transportation commission

Pendahuluan

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya

memajukan kesejahteraan umum

sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu Lintas dan Angkutan Jalan harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, ketertiban berlalu lintas dan

(2)

2 angkutan jalan dalam rangka mendukung

pembangunan ekonomi dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta akuntabilitas penyelenggaraan negara.

Undang-undang yang mengatur lalu lintas dan angkatan jalan yaitu Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Undang-undang ini telah membawa perubahan penting terhadap pengaturan sistem transportasi nasional, lalu lintas dan angkutan jalan di Indonesia. Dalam Undang-undang ini pembinaan bidang lalu lintas dan angkutan jalan dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) yaitu (1) urusan pemerintahan di bidang prasarana jalan oleh kementerian yang bertanggungjawab di bidang jalan, (2) urusan pemerintahan di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, oleh kementerian yang bertanggungjawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.

Pertanggungjawaban pemerintah dalam menyelenggarakan jalan telah diatur oleh Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, jika dalam penyelenggaraan fasilitas umum yang diselenggarakan pemerintah

mengganggu atau membahayakan pengguna jalan yang mengakibatkan luka, kerusakan kendaraan dan sebagainya, pemerintah berkewajiban bertanggungjawab atas apa yang diselenggarakannya. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pemerintah sebagai penyelenggara fasilitas umum terutama jalan terdapat pada Undang-undang nomor 22 Tahun 2009, dalam hal penyelenggara jalan, baik jalan nasional, jalan provinsi maupun jalan kota/kabupaten apabila tidak dengan segera memperbaiki jalan yang rusak berdasarkan Pasal 24, maka penyelenggara jalan dikenai ketentuan pidana Pasal 273 yaitu ayat (1) Menimbulkan korban luka ringan dan/atau kerusakan Kendaraan dan/atau barang, dipidana dengan penjara paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah). (2) Mengakibatkan luka berat, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah). (3) Mengakibatkan orang lain meninggal dunia, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp 120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah). (4) Penyelenggara jalan yang tidak memberi tanda atau rambu pada Jalan yang

(3)

3 rusak dan belum diperbaiki dipidana dengan

pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp 1.500.000, 00 (satu juta lima ratus ribu rupiah).

Penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan. Sedangkan penyelenggara jalan adalah pihak yang melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya. Penyelenggara jalan berdasarkan pada asas kemanfaatan, keamanan dan keselamatan, keserasian, keselarasan dan keseimbangan, keadilan, transparansi dan akuntabilitas, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, serta kebersamaan dan kemitraan. Apabila dalam penyelenggaraan jalan terdapat unsur tindak pidana maka lembaga yang dapat dimintai pertanggungjawaban adalah dinas pekerjaan umum (DPU) dan lembaga pemerintah yang bergerak di bidang pembangunan fasilitas negara.

Penyelenggara jalan yang dimaksud dalam hal ini adalah pemerintahan yang bergerak di bidang prasarana jalan, cq dinas pekerjaan umum. Dinas pekerjaan umum inilah menentukan kebijakan tentang perumusan pelaksanaan standarisasi dalam bidang jalan. Hal ini menunjukan bahwa dinas pekerjaan

umum adalah lembaga yang

bertanggungjawab atas penyelenggaraan jalan, hal ini dipertegas lagi dengan kewenangan dinas pekerjaan umum yang dalam struktur program kerjanya terdapat

kewenangan dalam melakukan

penyelenggaraan jalan.

Salah satu contoh yaitu lebih kurang 100 kilometer jalan di Padang mengalami kerusakan. Prasarana tersebut rusak sebelum waktunya dan mendesak diperbaiki. Sementara, dana APBD untuk perawatan jalan pada 2012 hanya Rp 20 miliar. Untuk perbaikan menyeluruh, butuh setidaknya Rp 250 miliar. Perlunya perbaikan jalan menyusul kecelakaan yang mengakibatkan seorang pengendara sepeda motor di Kuranji. Kecelakaan itu akibat jalan berlubang. Akhir kejadian ini, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Padang akan dipanggil pihak kepolisian untuk dimintai keterangan. atau menerima pesan, ide, gagasan, dan informasi yang penting. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara manusia yang satu dengan manusia yang lain.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan permasalahan yakni sebagai berikut:

1. Bagaimanakah implementasi penegakan hukum terhadap penyelenggara jalan

(4)

4 yang melakukan kelalaian dalam

perbaikan jalan yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas di Polresta Padang? 2. Apakah kendala-kendala yang ditemui

oleh pihak kepolisian dalam penegakan hukum terhadap penyelenggara jalan yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas di Polresta Padang?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi

penegakan hukum terhadap

penyelenggara jalan yang melakukan kelalaian dalam perbaikan jalan yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas di Polresta Padang.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang ditemui oleh pihak kepolisian dalam

penegakan hukum terhadap

penyelenggara jalan yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas di Polresta Padang. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis sosiologis berdasarkan pendekatan kenyataan hukum dalam masyarakat yaitu suatu metode penelitian dengan melakukan penelitian di Polresta Padang. Dalam

penelitian ini, penulis mengggunakan data primer dan data sekunder yaitu:

Data primer yaitu data yang diperoleh lansung dari sumber pertama. Data diperoleh langsung di lapangan dengan wawancara kepada dua orang pihak kepolisian, yaitu: 1) Aiptu Firzon, 2) Bripka Roni Irman, yang bertugas menangani perkara penyelenggara jalan yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas akibat jalan yang rusak.

Data sekunder antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya. Data sekunder diperoleh dari pihak kepolisian Laka Lantas Kota Padang yakni berkas perkara berupa data kecelakaan lalu lintas akibat jalan yang rusak pada tahun 2012-2014.

Teknik Pengumpulan Data, dalam penelitian ini, data yang akan dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Dengan demikian, ada dua kegiatan utama yang akan dilakukan dalam melaksanakan penelitian ini, yaitu: wawancara dan studi dokumen.

Wawancara merupakan proses untuk

mendapatkan informasi dengan

menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Bentuk wawancara yang dilakukan adalah

(5)

5 semiterstruktur, yaitu disamping menyusun

pertanyaan, penulis juga mengembangkan pertanyaan lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Studi dokumen (library research) adalah data-data berupa dokumen yang berkaitan dengan permasalahan penulis dan pengumpulan data yang dipakai untuk mempelajari bahan kepustakaan melalui buku-buku hukum yang berhubungan dengan penulisan ini.

Analisis Data, data-data yang telah diperoleh baik dari data primer maupun sekunder, kemudian dianalisis dan diolah dengan metode kualitatif untuk menghasilkan kesimpulan. Dan kemudian disajikan secara deskriptif, guna memberikan pemahaman yang jelas dan terarah dari hasil penelitian nantinya.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian di Laka Lantas Polresta Padang, implementasi penegakan hukum terhadap penyelenggara jalan dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Pihak kepolisian mendatangi tempat

kejadian perkara (TKP), langkah ini dilakukan agar pihak kepolisian mendapatkan bukti-bukti yang jelas di tempat kejadian perkara dengan

membawa beberapa perlengakapan alat untuk mengidentifikasi tempat kejadian perkara, seperti police line, dan lain sebagainya. Dan untuk mendapatkan informasi secara fakta mengenai kejadian kecelakaan lalu lintas tersebut, pihak kepolisian menanyakan kepada beberapa orang masyarakat yang ada disekitar TKP yang menyaksikan secara langsung kejadian kecelakaan tersebut, serta melihat situasi dan kondisi jalan yang rusak sehingga menyebabkan kecelakaan lalu lintas tersebut.

2. Pihak kepolisian mengamati TKP, selanjutnya memasang police line atau garis polisi di TKP, setelah itu mengamankan barang-barang bukti yang ada, barang bukti yang ada di TKP sebagai barang bukti yang diduga kuat telah terjadi kecelakaan lalu lintas.

3. Setelah pihak kepolisian melakukan olah TKP, dan mengetahui kronologis kejadian kecelakaan tersebut, selanjutnya pihak kepolisian melaksanakan tahap penyidikan terhadap saksi dan pihak penyelenggara jalan (DPU).

4. Pada tahap penyidikan ini, Pihak kepolisian menghadirkan saksi di Laka Lantas Polresta Padang. Selanjutnya, pihak kepolisian memeriksa saksi. Setelah itu, pihak kepolisian meminta

(6)

6 keterangan kepada saksi berdasarkan

pada kejadian kecelakaan di TKP, agar pihak kepolisian mendapatkan informasi yang jelas dari saksi.

5. Pada tahap penyidikan selanjutnya, Pihak kepolisian Polresta Padang memanggil Kepala Dinas Pekerjaan Umum (penyelenggara jalan) kota Padang untuk diperiksa oleh penyidik dan dimintai keterangan mengenai jalan yang rusak dan meminta penjelasan penyebab jalan yang rusak tersebut sehingga menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Selain itu, pihak kepolisian juga menyidik Kepala Dinas Pekerjaan Umum tentang pertanggungjawabannya terhadap korban kejadian kecelakaan lalu lintas akibat jalan yang rusak berdasarkan undang-undang yang berlaku. Proses ini dilakukan agar pihak kepolisian dapat menyelesaikan kasus perkara kecelakaan lalu lintas tersebut.

6. Tahap penyidikan terhadap penyelenggara jalan (Dinas Pekerjaan Umum) diproses secara umum dan berdasarkan undang-undang yang mengatur lalu lintas dan angkutan jalan.

Kendala-kendala yang ditemui oleh pihak kepolisian dalam penegakan hukum terhadap penyelenggara jalan yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas di

Polresta Padang. Berdasarkan hasil penelitian di Laka Lantas Kota Padang ditemukan kendala-kendala sebagai berikut:

1. Sulitnya untuk memintai keterangan kepada saksi terhadap kejadian kecelakaan lalu lintas akibat jalan yang rusak, sehingga pihak kepolisian mendapatkan kesulitan saat melaksanakan proses penyidikan, terkadang keterangan yang disampaikan oleh saksi tidak sesuai dengan kenyataan di tempat kejadian perkara, disaat pihak kepolisian memberikan pertanyaan dan ingin mendapatkan jawaban dari saksi, saksi tidak memberikan jawaban secara sempurna atau keseluruhan dan hanya memberikan jawaban singkat kepada pihak kepolisian. Hal ini dikarenakan saksi merasa takut untuk memberikan keterangan yang sebenarnya kepada pihak kepolisian.

2. Dinas Pekerjaan Umum (DPU) menyatakan bahwa pihaknya telah menjalankan tugas dan kinerjanya sesuai dengan prosedur yang sudah ada. Selain itu, Dinas Pekerjaan Umum beralasan bahwa jalan yang rusak sebelum waktu yang ditentukan diakibatkan oleh beberapa

(7)

7 faktor, diantaranya: (a) kurangnya

anggaran dana pembangunan jalan dari instansi atasan atau pusat, (b) kerusakan jalan disebabkan karena keadaan cuaca seperti musim hujan yang bisa menyebabkan jalan menjadi lebih cepat rusak. (c) tidak sesuainya kinerja dinas perhubungan seperti muatan truk yang melebihi tonase sehingga menyebabkan kerusakan jalan lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan, dan Dinas Pekerjaan Umum beranggapan bahwa tidak hanya pihak Dinas Pekerjaan Umum saja yang bertanggungjawab atas terjadinya kecelakaan lalu lintas akibat jalan yang rusak tersebut. Karena, masih banyak pihak-pihak yang terkait dalam pembangunan jalan dan bukan hanya pihaknya saja, melainkan ada beberapa instansi-instansi yang terkait dalam pembangunan dan penjagaan sarana dan prasarana jalan tersebut.

3. Pihak kepolisian menemukan tidak sesuainya pernyataan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dengan undang-undang yang berlaku, maka dari pada itu pihak kepolisian Laka Lantas Polresta Padang mengundang saksi

ahli dari Universitas Andalas Padang (UNAND) untuk kelancaran proses penyidikan dan meminta pendapat atau saran kepada saksi ahli apakah undang-undang yang ada tersebut bisa diberlakukan.

4. Namun, pernyataan atau saran dari saksi ahli tidak diindahkan oleh pihak Dinas Pekerjaan Umum dan pihaknya berdalih dengan melempar tanggungjawabnya pada instansi-instansi sarana prasarana jalan yang lainnya dan pada isntansi pembangunan dan penjagaan jalan lain yang ada.

5. Setelah pihak kepolisian mendengar pernyataan dinas pekerjaan umum di atas, maka pihak kepolisian menemukan kesulitan dalam menegakan hukum terhadap penyelenggara jalan yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas akibat jalan yang rusak. Intinya dinas pekerjaan umum menghindar dari peraturan undang-undang yang berlaku.

6. Dinas Pekerjaan Umum lepas tanggungjawab dan tidak berperan dalam pertanggungjawaban atas kerugian pihak korban, dengan alasan tidak hanya pihak Dinas

(8)

8 Pekerjaan Umum saja yang dimintai

pertanggungjawaban atas kejadian kecelakaan akibat jalan rusak tersebut, karena masih ada instansi sarana prasarana jalan lainnya yang harus dimintai keterangan dan dimintai pertanggungjawaban atas kejadian kecelakaan tersebut.

7. Dan pihak kepolisian tidak meneruskan penyidikan perkara tersebut dikarenakan apabila kasus tersebut dilanjutkan maka instansi-intansi sarana prasarana yang ada dalam pernyataan dinas pekerjaan umum harus di mintai keterangan juga, maka daripada itulah kasus kecelakaan lalu lintas akibat jalan yang rusak tersebut tidak sampai diproses ke pengadilan.

Akhir dari proses penyidikan kasus kecelakaan tersebut, pihak kepolisian hanya menemukan pernyataan perdamaian antara pihak korban (pihak pertama) dan pemilik truk yang menabrak korban (pihak ke tiga) dan pihak kedua dinas pekerjaan umum (DPU) lepas tangan dan lepas tanggungjawab dalam pernyataan perdamaian tersebut.

Simpulan

1. Implementasi penegakan hukum terhadap penyelenggara jalan yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Pihak kepolisian melihat secara lansung tempat kejadian kecelakaan lalu lintas akibat jalan yang rusak di TKP. 2) Pihak kepolisian mengamankan barang-barang bukti yang telah didapatkan. 3) Pihak kepolisian menghadirkan dan memeriksa saksi untuk dimintai keterangan. 4) Pihak kepolisian Polresta Padang memanggil Kepala Dinas Pekerjaan Umum. 5) Tahap penyidikan terhadap penyelenggara jalan diproses secara umum berdasarkan pada undang-undang yang mengatur lalu lintas dan angkutan jalan.

2. Kendala-kendala yang ditemui oleh pihak kepolisian dalam penegakan hukum terhadap penyelenggara jalan yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas di Polresta Padang: 1) Sulitnya untuk memintai keterangan kepada saksi terhadap kejadian kecelakaan lalu lintas akibat jalan yang rusak. 2) Dinas Pekerjaan Umum (DPU) menyatakan bahwa pihaknya telah menjalankan tugas dan kinerjanya sesuai dengan prosedur yang sudah ada. 3) Pihak kepolisian menemukan tidak sesuainya pernyataan

(9)

9 Kepala Dinas Pekerjaan Umum dengan

undang-undang yang berlaku. 5) Dinas

Pekerjaan Umum melepaskan

tanggungjawabnya dan tidak berperan dalam pertanggungjawaban atas kerugian pihak korban.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku:

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grapindo Persada, Jakarta.

Andi Hamzah dan A. Sumangelipu, 1984, Pidana Mati Di Indonesia Di Masa Lalu, Kini Dan Di Masa Depan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Ahmad, Husein, 1994, Teori SIM dan SIM Umum, Murni Baru, Jakarta.

A. Hamzah, 1996, Hukum Acara Pidana Indonesia, CV. Sapta Artha Jakarta. Burhan Ashshofa, 2010, Metode Penelitian

Hukum, Rineka Cipta, Jakarta. Bambang Waluyo, 2004, Pidana dan

Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta. Bambang Sunggono, 2003, Metodologi

Penelitian Hukum, PT RajaGrapindo Persada, Jakarta.

Chainur Arrasjid, 2006, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta. C.S.T Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum

Dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

H.S Djyayusman, 1992, Polisi dan Lalu Lintas, CV. Mandar Maju, Bandung. Moeljatno, 1993, Asas-Asas Hukum Pidana,

PT Rineka Cipta, Jakarta.

R. Soeroso, 2006, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

Soedjono Dirdjosisworo, 2007, Pengantar Ilmu Hukum, PT RajaGrapindo Persada, Jakarta.

Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta.

Soerjono Soekanto, 2005, Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT

RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Teguh Prasetyo, 2012, Hukum Pidana, Rajawali Pers, Jakarta.

Yulies Tiena Masriani, 2006, Pengantar Hukum

Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.

Yulmayeti, dkk, 2002, Diktat Hukum Acara Pidana, Fakltas Hukum Universtias Andalas, Padang.

Zainuddin Ali, 2006, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

B. Undang-undang:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

(10)

10 Http://hariansinggalang.co.id/anggaran-tak- cukup-pu-kewalahan-100-km-jalan-di padang-rusak/ JimlyAsshidiqie/artikel-penegakan-hukum-html/statushukum.com Lilingreviinkink/makalah-penegakan- hukum-di-Indonesia-29213277-www.slideshare.net Zudhizt.pertanggung-jawaban-penyelenggara-jalan/Http:// wordpress.com/2013/06/06/

Referensi

Dokumen terkait

Instalasi CSSD melayani semua unit di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril, mulai dari proses perencanaan, penerimaan barang, pencucian, pengemasan &

Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk mendengarkan permintaan dan perintah yang berkaitan dengan

Dalam agama Islam, pendidikan seks tidak dapat dipisahkan dari agama dan bahkan harus sepenuhnya dibangun di atas landasan agama, Dengan mengajarkan pendidikan

Selain itu, dalam menggunakan e- learning dosen harus kreatif dan inovatif serta memiliki sikap kritis dalam memilih bahan pembelajaran, beretika baik dalam

Pada umur penyimpanan dua minggu, perlakuan penyimpanan pada kulkas dan freezer yang dilakukan penyerbukan karena kondisi benangsari yang disimpan masih bagus,

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan untuk mampu menerapkan Keahlian dalam Manajemen.. Mutu

◦ Buah kopi yang dipetik selektif pada saat masak optimal, maka mutu fisik dan citarasanya lebih baik dibanding dengan buah kopi yang dipetik racutan.  Cara penanganan

Hasil pengujian dengan larik sensor ultrasonik (dalam hal ini masing-masing sensor disebut dengan A B, C, D, E, F, G, H, I, J, K) dengan variasi jarak 50cm memberikan