• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadek Rosita Dewi Putu Kepramareni Ni Luh Gde Novitasari (Universitas Mahasaraswati Denpasar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kadek Rosita Dewi Putu Kepramareni Ni Luh Gde Novitasari (Universitas Mahasaraswati Denpasar)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

180

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DAN DANA BAGI PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA

ALOKASI KHUSUS (DAK) DAN DANA BAGI HASIL (DBH) TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA SE-BALI

(Periode Tahun 2012-2015) Kadek Rosita Dewi

Putu Kepramareni Ni Luh Gde Novitasari

(Universitas Mahasaraswati Denpasar) Abstract

The source of fund for region consists of Regional Origin Revenue (PAD), General Allocation Fund, Special Allocation Fund, and Revenue Sharing Fund (DBH). Regional Origin Revenue (PAD) is all Regional revenues derived from the original economic source of the Region, while the General Allocation Fund (DAU), Special Allocation Fund (DAK), and Revenue Sharing Fund (DBH) are funds sourced from APBN allocated to the Region to fund the needs of the Regions in case of Decentralization implementation. The existence of revenue in the form of Regional Origin Revenue (PAD) and Transfer from the center government in the form of General Allocation Fund (DAU), Special Allocation Fund (DAK), and Revenue Sharing Fund (DBH), is expected able to fulfill the needs of Regional Expenditure. This research aims is to examine the effect of PAD, DAU, DAK and DBH on the allocation of Regional Expenditure.The population in this research are Regency / City Governments whole of Bali region which consist of 8 (eight) regencies and 1 (one) city period year 2012-2015 and sampling technique used is saturated sampling. The technique of data analysis in this research using multiple linear regression technique.

The result of the research shows that Regional Origin Revenue (PAD) and General Allocation Fund (DAU) have a positive effect on the Regional Expenditure allocation, while Special Allocation Fund (DAK) and Revenue Sharing Fund (DBH) have no effect on the Regional Expenditure allocation.

Keyword: Regional Origin Revenue (PAD), Allocation Fund (DAU), Special Allocation Fund

(DAK), Revenue Sharing Fund (DBH), regional expenditure.

I. PENDAHULUAN

Lahirnya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Daerah antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, menjadi titik awal dimulainya Otonomi Daerah. Otonomi Daerah pada hakekatnya memberikan peluang yang lebih besar kepada Daerah untuk lebih mengoptimalkan potensi yang dimiliki Daerah, baik menyangkut sumber daya manusia maupun sumber daya alam, artinya saat sekarang Daerah sudah diberi kewenangan untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan Daerah.

Pemerintah Daerah merupakan satu kesatuan organisasi yang non profit yang termasuk dalam kelompok akuntansi sektor publik. Sektor publik lebih ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan publik. Oleh karena itu diharapkan mampu mewujudkan

pelayanan publik dengan standar pelayanan maksimal. Untuk memperlancar pelaksanaan program dan aktivitas yang telah direncanakan serta mempermudah pengendalian, Pemerintah Daerah menyusun APBD, APBD merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), proses penyusunan dan pelaksanaan APBD hendaknya difokuskan pada upaya untuk mendukung pelaksanaan program dan aktivitas yang menjadi preferensi Daerah yang bersangkutan. Sedangkan Pengertian APBN adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Negara yang disetujui oleh DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).

Secara garis besar APBD dan APBN terdiri dari Pendapatan dan Belanja. Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban Daerah dalam

(2)

satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah. Adanya belanja yang semakin meningkat maka dibutuhkan dana yang semakin besar pula agar belanja untuk kebutuhan Pemerintah Daerah dapat terpenuhi. Untuk penyelenggaraan Pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, Daerah diberi kewenangan untuk memungut pajak/retribusi dan mengelola Sumber Daya Alam. Sumber dana bagi Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan (Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil) dan Pinjaman Daerah, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan, sumber Pendapatan Daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari hasil Pajak Daerah, hasil Retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Secara teoritis semakin tinggi Penerimaan Daerah yang berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka belanja akan semakin meningkat. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Priambudi (2016) dan Martini,dkk (2014), yang menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah. Namun penelitian dari Putro (2010) menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak berpengaruh terhadap alokasi Belanja Daerah.

Untuk pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat akan mentransfer Dana Perimbangan. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH).

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi Adanya transfer dari Pusat berupa Dana Alokasi Umum (DAU) ini maka dapat digunakan untuk meningkatkan alokasi Belanja Daerah. Pendapat ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nurchandra (2015), yang menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif

terhadap Belanja Daerah. Berbeda dengan Setyorini (2013), yang menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah.

Dana Alokasi Khusus (DAK), yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas Nasional. Secara teoritis alokasi Belanja Daerah akan meningkat ketika transfer dari Pusat berupa Dana Alokasi Khusus (DAK) juga meningkat. Hasil penelitian Diguna (2016) menyatakan bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah. Namun menurut Suhendra (2015), Dana Alokasi Khusus (DAK) tidak berpengaruh terhadap pengalokasian Belanja Daerah.

Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang kemudian dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk memenuhi kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Bagi Hasil (DBH) yang ditransfer Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah terdiri dari dua jenis yaitu (a). dana bagi hasil pajak, (b). dana bagi hasil bukan pajak (sumber daya alam). Secara teoritis, tinggi rendahnya penerimaan dalam hal ini Dana Bagi Hasil (DBH) maka akan diikuti dengan alokasi Belanja Daerahnya. Alokasi Belanja Daerah akan meningkat ketika transfer dari Pusat berupa Dana Bagi Hasil (DBH) juga meningkat. Menurut hasil penelitian Susanti dan Fahlevi (2016) serta Maryadi (2014), menyatakan bahwa Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah. Namun menurut Dewi (2015) dan Setiawan (2012), Dana Bagi Hasil (DBH) tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah.

II. KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Diguna (2016) adalah sebuah kontrak diantara dua pihak antara principal dan agen, dimana principal memberi wewenang kepada agen untuk pengambilan keputusan atas nama principal. Teori keagenan telah dipraktekkan pada sektor publik khususnya pemerintah pusat dan daerah. Ditinjau dari hubungan keagenan antara legislatif dan eksekutif, legislatif dalam hal ini DPRD bertindak sebagai

(3)

182

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DAN DANA BAGI

principal dan eksekutif dalam hal ini adalah pemerintah daerah bertindak sebagai agen. Pemerintah daerah menyusun anggaran dalam bentuk RAPBD (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) yang diserahkan kepada DPRD untuk diperiksa. Jika rancangan tersebut telah disetujui oleh DPRD (legislatif), maka dilakukan pengesahan RAPBD menjadi APBD. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) oleh Pihak legislatif dijadikan alat kontrol untuk mengawasi kinerja pihak eksekutif.

Kaitan agency theory dalam penelitian ini dapat dilihat melalui hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam penyaluran dana perimbangan, dan juga hubungan antara masyarakat yang diwakilkan oleh DPRD (principal) dengan pemerintah daerah (agen).

2.2 Pendapataan Asli Daerah (PAD)

Sesuai dengan UU No.33 Tahun 2004, APBD adalah suatu rencana keuangan Daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD. Secara teoritis semakin tinggi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapat semakin memungkinkan Daerah tersebut untuk memenuhi kebutuhan Belanja Daerahnya. Hasil penelitian Dewi (2015), Prakosa (2004), dan Ferina (2012) menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap alokasi Belanja Daerah. Landasan teoritis diatas menghasilkan hipotesis sebagai berikut:

H1: Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap

Alokasi Belanja Daerah

2.3 Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi (Undang-undang No. 33 Tahun 2004). Peningkatan nilai Dana Alokasi Umum (DAU) yang ditransfer dari Pusat ke Daerah diikuti oleh peningkatan Belanja Daerah sehingga terdapat pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah. Hasil penelitian Nurchandra (2015), Putro (2010) dan Setiawan (2010) menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif terhadap alokasi Belanja Daerah. Landasan teoritis diatas menghasilkan hipotesis sebagai berikut:

H2: Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif terhadap Alokasi Belanja Daerah

2.4 Dana Alokasi Khusus (DAK)

Berdasarkan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. Dana Alokasi Khusus (DAK) cenderung akan menambah aset tetap yang dimiliki Pemerintah Daerah yang nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan publik. Hasil penelitian Diguna (2016), Martini (2014) dan Ardhani (2011) menyatakan bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif terhadap alokasi Belanja Daaerah. Landasan teoritis diatas menghasilkan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif terhadap Alokasi Belanja Daerah.

2.5 Dana Bagi Hasil (DBH)

Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka presentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.

Secara teoritis Pemerintah Daerah akan mampu menetapkan Belanja Daerah yang semakin besar jika anggaran Dana Bagi Hasil (DBH) semakin besar pula, begitupun sebaliknya Belanja Daerah yang ditetapkan akan semakin kecil jika anggaran Dana Bagi Hasil (DBH) semakin kecil. Hasil penelitian Susanti dan Fahlevi (2016), Maryadi (2014) menyatakan bahwa Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah. Berdasarkan pemaparan Landasan teoritis diatas menghasilkan hipotesis sebagai berikut:

H4 : Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh positif terhadap Alokasi Belanja Daerah.

3.1. Definisi Operasional Variabel 3.1.1. Belanja Daerah

Adapun pengukuran Belanja Daerah menurut Rahmawati (2010) dapat dilakukan dengan perhitungan:

Belanja Daerah = Belanja Langsung + Belanja Tidak Langsung...(1) Rumus untuk menghitung Belanja

(4)

Langsung (BL) yaitu:

Belanja Langsung = Belanja Pegawai + Belanja Barang & Jasa + Belanja Modal. ...(2)

Rumus untuk menghitung Belanja Tidak Langsung (BTL) yaitu:

B e l a n j a T i d a k L a n g s u n g = Belanja Pegawai + Belanja Bunga + Belanja Subsidi + Belanja Hibah + B e l a n j a B a n t u a n S o s i a l + Belanja Bagi Hasil+ Bantuan Keuangan + Belanja Tidak Terduga.... ...(3)

3.1.2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Adapun menurut UU. No.33 tahun 2004 pengukuran Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat dilakukan dengan perhitungan: PAD = T o t a l p a j a k d a e r a h +

t o t a l r e t r i b u s i d a e r a h + total hasil pengelolaan kekayaan d a e r a h y a n g d i p i s a h k a n + lain-lain PAD yang sah ...(4)

3.1.3. Dana Alokasi Umum (DAU)

Adapun menurut UU. No.33 tahun 2004 pengukuran Dana Alokasi Umum (DAU) dapat dilakukan dengan perhitungan: D A U = C e l a h F i s k a l + A l o k a s i D a s a r ...……(5) Keterangan:

Celah Fiskal = selisih antara kebutuhan fiskal dengan kapasitas fiskal Alokasi Dasar = realisasi gaji Pegawai Negeri

Sipil Daerah tahun sebelumnya yang meliputi gaji pokok dan tunjangan-tunjangan yang melekat sesuai dengan peraturan penggajian PNS yang berlaku.

3.1.4. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Berdasarkan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan dan Daerah menjelaskan bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu.

3.1.5. Dana Bagi Hasil (DBH)

Adapun menurut UU. No.33 tahun 2004 pengukuran Dana Bagi Hasil (DBH) dapat dilakukan dengan perhitungan: DBH = DBHP + DBHSDA ………... (6)

Keterangan:

DBHP = Dana Bagi Hasil Pajak DBHSDA = Dana Bagi Hasil Sumber

Daya Alam

3.2. Metode Penentuan Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh, dimana sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono,2015:126). Jumlah sampel yang diteliti berjumlah 9 (sembilan) terdiri dari 8 (delapan) Kabupaten dan 1(satu) Kota pada Provinsi Bali. Total sampel yang diteliti selama 4 (empat) tahun periode penelitian berjumlah 36 sampel. Rincian sampel dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan pada seluruh Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Bali yang berjumlah 8 Kabupaten dan 1 Kota. Penelitian ini mengamati tentang pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH) terhadap Alokasi Belanja Daerah selama empat tahun yaitu dari tahun 2012-2015. Dari jumlah Kabupaten/ Kota dan lama periode penelitian, diperoleh jumlah amatan sebanyak 36 amatan.

4.1.1 Statistik Deskriptif

1. Variabel Pendapatan Asli Daerah

(PAD) memiliki nilai terendah sebesar 40.751.049.551,70 dan nilai tertinggi sebesar 3.001.464.263.013,83 dengan

Tabel 3.1

(5)

184

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DAN DANA BAGI

rata-rata 485.900.000.000,00 serta standar deviasi yaitu 749.253.000.000,00. 2. Variabel Dana Alokasi Umum (DAU)

memiliki nilai terendah sebesar 286.763.106.000,00 dan nilai tertinggi sebesar 868.511.959.000,00 dengan rata-rata 548.000.000.000,00 serta standar deviasi yaitu 142.316.000.000,00.

3. Variabel Dana Alokasi Khusus (DAK) memiliki nilai terendah sebesar 540.930.000,00 dan nilai tertinggi sebesar 88.557.150.000,00 dengan rata-rata 39.510.000.000,00 serta standar deviasi yaitu 23.839.600.000,00.

4. Variabel Dana Bagi Hasil (DBH) memiliki nilai terendah sebesar 14.233.392.933,00 dan nilai tertinggi sebesar 160.747.933.310,00 dengan rata-rata 36.580.000.000,00 serta standar deviasi yaitu 31.361.900.000,00. 5. Variabel Belanja Daerah memiliki nilai

terendah sebesar 592.232.375.109,96 dan nilai tertinggi sebesar 3.446.634.314.569,68 dengan rata-rata 1.327.000.000.000,00 serta standar deviasi yaitu 694.214.000.000,00.

4.1.2 Uji Asumsi Klasik 1. Hasil Uji Normalitas

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Sminarnov (K-S) sebesar 0,688 sedangkan nilai Asymp.

Sig. (2-tailed) sebesar 0,731. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa model persamaan regresi tersebut berdistribusi normal karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,731 lebih besar dari nilai α = 0,05.

2. Hasil Uji Multikolinearitas

Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa nilai tolerance dari variable PAD, DAU, DAK, dan DBH lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF variabel-variabel tersebut lebih kecil dari 10 yang berarti bahwa model yang digunakan tidak terjadi multikolinearitas.

3. Hasil Uji Autokorelasi

Hasil uji autokorelasi dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson adalah 2,015 dengan jumlah sampel 36 (n), jumlah variabel independen 4 (K=4) dan nilai du = 0,730. Nilai dw 2,015 lebih besar dari du yakni 0,730 dan kurang dari (4-du) 4-0,730 = 3,270, jika dimasukkan ke dalam rumus du lebih kecil dari dw lebih kecil dari 4-du. Persamaannya adalah sebagai berikut: 0,730 < 2,015 < 3,270 , maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi.

4. Hasil Uji Heterokedastisitas (Uji Glejser)

Hasil uji heterokedastisitas menunjukkan bahwa nilai Sig. dari variabel PAD, DAU, DAK, dan DBH sebesar 0,641, 0,921, 0,999, 0,078, 0,111 lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap absolut residul. Dengan demikian model ini tidak mengandung gejala heterokedastisitas.

4.1.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

BD = -1,951E11 + 1,039PAD + 1,841DAU + 0,334DAK – 0,290DBH

Keterangan :

BD = Belanja Daerah

PAD = Pendapatan Asli Daerah

DAU = Dana Alokasi Umum

DAK = Dana Alokasi Khusus DBH = Dana Bagi Hasil

Arti dari regresi linier berganda dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Konstanta sebesar -1,951 ini berarti apabila PAD (X1), DAU (X2), DAK (X3) dan DBH (X4) sama dengan nol (constant) maka Belanja Daerah (Y) nilainya akan berkurang sebesar 1,951. 2) Koefisien regresi dari variabel

Pendapatan Asli Daerah menunjukkan nilai 1,039 artinya Belanja Daerah akan mengalami kenaikan sebesar 1,039 disaat semua variabel bebas lainnya tetap dan setiap kenaikan satu satuan dari Pendapatan Asli Daerah. 3) Koefisien regresi dari variabel Dana

Alokasi Umum menunjukkan nilai 1,841 artinya Belanja Daerah akan mengalami kenaikan sebesar 1,841 disaat semua variabel bebas lainnya tetap dan setiap kenaikan satu satuan dari Dana Alokasi Umum.

4.1.4 Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit Model)

1. Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS dapat diketahui bahwa Adjusted R Square menunjukkan nilai 0,990 . Hal ini berarti bahwa 99 persen Belanja Daerah (Y) dijelaskan oleh PAD (X1), DAU (X2), DAK (X3), dan DBH (X4) , sedangkan sisanya sebesar 1 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

(6)

2. Hasil Uji F

Diketahui nilai F-Test = 873,062 dengan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka hal ini berarti bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Alokasi Umum (X2), Dana Alokasi Khusus (X3), dan Dana Bagi Hasil (X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Belanja Daerah (Y).

3. Hasil Uji t

1) Pengaruh PAD terhadap Alokasi Belanja Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 1,039 dan nilai t hitung sebesar 48,713 sedangkan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap alokasi belanja daerah, sehingga H1 diterima. 2) Pengaruh DAU terhadap Alokasi

Belanja Daerah Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 1,841 dan nilai t hitung sebesar 17,005 sedangkan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap alokasi belanja daerah, sehingga H2 diterima. 3) Pengaruh DAK terhadap Alokasi

Belanja Daerah Dana Alokasi Khusus (DAK) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,334 dan nilai t hitung sebesar 0,396 sedangkan nilai signifikansi sebesar 0,695 lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa dana alokasi khusus tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja daerah, sehingga H3 ditolak.

4) Pengaruh DBH terhadap Alokasi Belanja Daerah Dana Bagi Hasil (DBH) memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,290 dan nilai t hitung sebesar -0,598 sedangkan nilai signifikansi sebesar 0,554 lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa dana bagi hasil tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja daerah, sehingga H4 ditolak.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap alokasi Belanja Daerah.

2. Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif terhadap alokasi Belanja Daerah. 3. Dana Alokasi Khusus (DAK) tidak

berpengaruh terhadap alokasi Belanja Daerah.

4. Dana Bagi Hasil (DBH) tidak berpengaruh terhadap alokasi Belanja Daerah.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut , maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan Penelitian

1) Pada penelitian ini penulis hanya menggunakan variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH).

2) Pada penelitian ini penulis menggunakan tahun pengamatan dari tahun 2012-2015.

3) Pada penelitian ini penulis hanya mengambil sampel penelitian yang terbatas pada Kabupaten/ Kota di Provinsi Bali.

2. Saran Penelitian

1) Penelitian berikutnya sebaiknya menambahkan variabel lain yang mempengaruhi anggaran Belanja Daerah seperti pertumbuhan ekonomi dan luas wilayah.

2) Penelitian berikutnya agar dapat menambah periode pengamatan. 3) Penelitian berikutnya hendaknya

mengambil sampel dan daerah penelitian yang lebih luas lagi.

DAFTAR PUSTAKA

A f i a h , N u n u y N u r . 2 0 1 0 .

AkuntanPemerintahan:Implementasi Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Jakarta:Kencana.

Ardhani, Pungky. 2011.Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, PAD, DAU, dan DAK terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi pada Pemerintah Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah).Skripsi.Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro, Semarang.

(7)

186

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DAN DANA BAGI

Arya Anggra Diguna, I Gede. 2016.Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, PAD, DAU, dan DAK terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/ Kota Se-Bali.Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Mahasaraswati, Denpasar.

Devita, Delis, dan Junaidi. 2014. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.

Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 2 No. 2,

Oktober-Desember 2014.

Dwi Novalia, Nanda.2016.Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, PAD dan DAU terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, Bandar Lampung. Dwiningtyas, Rima. 2015. Pengaruh PAD, DAU dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Alokasi Belanja Modal serta Implikasinya pada Kualitas Pembangunan Manusia pada Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota Provinsi Jawa Timur.Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Airlangga, Surabaya.

Ferina, Ika Sasti. 2012. Pengaruh PAD dan DAU terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Jurnal Akuntansi. Vol. IV No.3 Tahun 2012. Universitas Sriwijaya, Palembang.

Fitriana, Koerniawan, dan Anwar. 2015. Pengaruh PAD dan DAU terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Jurnal Riset Mahasiswa

Akuntansi. Vol 3, No 2 . Universitas

Kanjuruhan, Malang.

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis

Multivariete dengan Program SPSS

23.Cetakan VIII. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro.

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik:

Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi

Ketiga. Jakarta: Salemba Empat. Indraningrum, Try. 2011.Pengaruh Pendapatan

Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Langsung (Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang.

Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

Martini, Cipta, dan Suwendra.2014. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal pada Kabupaten Buleleng tahun 2006-2012. e-Journal

Bisma.Vol.2 Tahun 2014. Universitas

Pendidikan Ganesha,Singaraja.

Maryadi. 2014. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota di Indonesia tahun 2012. Skripsi.Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.

Nurcandra, Adhika. 2015. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi Kasus pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah TA 2010-2012).

Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah, Surakarta. Nuryanti Dewi, I Wayan. 2015. Pengaruh

Pendapatan Asli Daerah dan Dana Bagi Hasil terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Belanja Langsung di Kabupaten/Kota Provinsi Bali.

Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana, Denpasar.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana

Perimbangan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan

Permanasari, Windha Amiga. 2013. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Skripsi. Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Praba Paramia Santi, Ni Gusti Ayu. 2016. Pengaruh PAD dan DAU pada Belanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi sebagai Variabel Pemoderasi di Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun Anggaran 2011-2014.Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Mahasaraswati, Denpasar.

(8)

Prakosa, Kesit Bambang. 2004. Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Prediksi Belanja Daerah (Studi Empirik Di Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan DIY). Jurnal Akuntansi &

Auditing Indonesia, Vol.8 No.2, 101-118.

Priambudi, Wimpi.2016. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa Tahun 2013. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Putro, Nugroho Suratno. 2010. Pengaruh

Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi Kasus pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah).Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. Rahmawati, Nur Indah.2010. Pengaruh

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Alokasi Belanja Daerah (Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang.

Sari, Dyah Arsita.2013. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah di Kabupaten Boyolali.

Skripsi. Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Setiawan, Anjar.2010. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah (Studi Kasus pada Provinsi Jawa Tengah). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang.

Setiawan, Dian.2012. Pengaruh Pendapatan

Asli Daerah (PAD) dan Dana Bagi Hasil (DBH) terhadap Belanja Daerah.

Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas

Komputer Indonesia.

Setyorini, Denok. 2013. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Pemerintah Kabupaten Klaten Tahun 2002-2010.Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Sugiono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, R & D. Cetakan 23. Bandung:

Alfabeta.

Suhendra, Sulindawati, dan Adiputra. 2015. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus,dan Belanja Pemeliharaan terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Bali periode 2009-2013. e-Journal S1 AkUniversitas

Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3, No.1 Tahun 2015)

Susanti, Susi. 2016. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal (Studi Pada Kabupaten/ Kota di Wilayah Aceh). Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Ekonomi Akuntansi, Vol.1

No.1, 183-191.

Swastika, Lingga. 2013. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, PAD dan DAU terhadap Pengalokasian Belanja Modal di Kabupaten Boyolali. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara.

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah.

Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Daerah antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Lampiran

(9)

188

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DAN DANA BAGI Uji Normalitas

Uji Multikolinearitas

Hasil Analisis Regresi Uji Heterokedastisitas

Referensi

Dokumen terkait

Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok

Biyel malzemesi olarak karbonlu çelik , alaşımlı çelik veya dökme demir kullanılır. Biyel malzemesi yanında işleme özelliğide önemlidir. Biyel dövme suretiyle imal edilir.

perkuliahan dalam kelas sesuai dengan rencana perkuliahan yang telah disepakati bersama, sedangkan dosen lainnya dalam kelompok mengamati jalannya perkuliahan. Jika

Sebanyak 65,9% siswa di SMA ”X” mempersepsi bahwa guru belum mencerminkan domain perkembangan serta 51,6% siswa mempersepsi bahwa guru belum mencerminkan domain

KECACATAN PARTISIPASI SEKOLAH UNTUK WANITA USIA 10-49 PENGHASILAN RATA RATA/BLN STATUS

Menimbang bahwa sesuai dengan pasal 84 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, Majelis Hakim perlu memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Palembang Palembang untuk

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menentukan strategi pemasaran dengan mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal usaha Circle Shop ini adalah dengan analisis

Perumahan BTN Gojeng Permai yang berada di Kelurahan Biringere Kecamatan Sinjai Utara dengan luas 18 Ha, yang telah dibangun sejak tahun 2001 ini telah mengalami banyak