• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014

87

Meningkatkan Kompetensi Siswa Dalam Perawatan Dan Perbaikan Sistem Stater

Melalui Contextual Teaching And Learning (CTL) Dengan Panel Peraga

Multifungsi Pada Siswa

Teguh Riyadi (11320089-ST)

Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang ABSTRAK

Hasil ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal pembelajaran kompetensi dasar sistem stater masih rendah ini dibuktikan dengan hanya 5 dari 30 siswa yang berkompeten dalam kompetensi dasar sistem stater. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dasar sistem stater kelas XI SMK Taruna Bangsa Pati dengan menggunakan metode Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan panel peraga multifungsi dan mengetahui peranan Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan panel peraga multifungsi dalam meningkatkan kompetensi dasar sistem stater kelas XI SMK Taruna Bangsa Pati Tahun Ajaran 2012/2013.Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dilaksanakan dikelas XI SMK Taruna Bangsa Pati yang memiliki 30 siswa. Penelitian ini nantinya diharapkan terjadi peningkatan kompetensi, serta penguasaan yang lebih baik bagi siswa pada kompetensi dasar sistem stater, dan pada akhirnya siswa lulus 100% pada Ujian Kompetensi Kejuruan 2014. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa ada peningkatan kompetensi siswa pada kompetensi dasar sistem stater, setelah diadakan penelitian tindakan kelas di kelas XI SMK Taruna Bangsa Pati. Pada kondisi awal ketuntasan belajar siswa hanya 50 % dan siklus I pada job praktek Pemeriksaan Komponen Armature, Pemeriksaan Field Coil, Pemeriksaan Kopling Stater dan Roda Gigi, dan Pengujian Tanpa Beban dan Dengan Beban prosentase hasil belajar siswa adalah 80% ini belum memenuhi target yang ditetapkan yaitu minimal rata – rata 85 % siswa yang hadir menguasai kompetensi tersebut. Nilai rata – rata kemampuan perawatan dan perbaikan sistem stater pada siklus I adalah 2,40. Ini belum memenuhi target karena target yang ditetapkan adalah 2,5. Pada Siklus II didapatkan peningkatan terhadap ketuntasan belajar siswa, nilai rata – rata seluruh siswa sudah memenuhi target yang ditetapkan yaitu minimal nilai rata – rata 2.50 siswa yang hadir menguasai kompetensi tersebut. Nilai rata – rata kemampuan merawat dan memperbaiki system stater pada siklus II adalah 2,95 dan ketuntasan belajar siswa pada siklus II adalah 98,3%. Dengan metode Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan panel peraga multifungsi berperan dalam meningkatkan kompetensi sistem stater kelas XI SMK Taruna Bangsa Pati. Hal ini dapat diketahui dari seluruh siklus PTK yang dilakukan komponen pembelajaran CTL, modeling, tanya jawab, komunitas belajar, inkuiri, refleksi dan penilaian otentik memberikan pemahaman yang besar bagi siswa dalam melaksanakan praktek perawatan dan perbaikan sistem stater. Pendidikan karakter siswa, penampilan dan pelaksanaan pembelajaran guru pada kondisi awal masih cukup, Pada siklus I dari hasil observasi nilai rata-rata 1,83 kategori yang didapat adalah cukup dan dari siklus II dari hasil observasi nilai rata-rata 3,33 kategori yang didapat adalah baik sekali. Ini sudah mencapai target karena peneliti menargetkan pada penelitian ini adalah dengan kategori baik. Dengan Metode Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan panel peraga multifungsi dapat meningkatkan kompetensi sistem stater kelas XI SMK Taruna Bangsa Pati terbukti adanya peningkatan kompetensi dasar sistem stater. Hal ini dapat diketahui dari keterampilan guru dalam memotifasi siswa, keterampilan guru dalam mengolah kelas, keterampilan guru dalan praktek, keterampilan guru dalam membimbing siswa, keterampilan guru dalam menjawab pertanyaan dari siswa, keterampilan guru dalam memainkan peran sebagai fasilitator secara keseluruhan. Pada siklus I hasil observasi tidakan guru nilai rata-rata 2,5 kategori yang didapat adalah cukup dan dari siklus II hasil observasi tindakan guru nilai rata-rata 4,16 kategori yang didapat adalah baik sekali. Ini sudah mencapai target karena peneliti menargetkan pada penelitian ini adalah dengan kategori baik.

(2)

Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014

88

PENDAHULUAN

Pelajaran kelistrikan otomotif di sekolah menengah kejuruan (SMK) jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) meliputi banyak Standar kompetensi dan kompetensi dasar . Diantara kompetensi dasar tersebut adalah memasang sistem stater dan pengetesan motor stater, yang meliputi pembongkaran, pemeriksaan, pemasangan, pengetesan pull in coil, hold in coil, tanpa beban dan dengan beban. Siswa harus kompeten dalam semua kompetensi tersebut sehingga dapat melanjutkan ke kompetensi berikutnya yang ada didalam mata pelajaran produktif otomotif.

Dalam proses pembelajaran, mengajarkan kompetensi dasar sistem stater dan pengetesan motor stater merupakan hal yang susah dan rumit. Didalam kompetensi tersebut mempelajari pemeriksaan – pemeriksaan dan rangkaian – rangkaian yang sangat komplek, Sehingga diperlukan kretifitas guru yang lebih ekstra didalam memberi materi pelajaran tersebut kepada siswa, agar siswa dapat melakukan pengetesan dan memasang kelistrikan dengan membaca buku manual yang ada dengan benar. Pada akhirnya diharapkan siswa dapat mempraktekkan apa yang dipelajari pada kondisi yang nyata di kehidupan sehari – hari jika menemukan permasalahan dengan sistem stater pada kendaraan.

Siswa Kelas XI TKR di SMK Taruna Bangsa Pati juga merupakan contoh siswa yang mengalami kesulitan dalam mencapai kompetensi dasar sistem stater dan pengetesan motor stater. Mereka mengungkapkan sulit menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru mata pelajaran tersebut. Setelah diadakan evaluasi hasilnya beraneka ragam, tetapi relatif kepada kecenderungan mereka menyatakan mencapai kompetensi dasar sistem stater susah pada pemeriksaan, pengetesan, dan mengaplikasikannya pada kendaraan. Dari evaluasi tersebut dapat diketahui bahwa diantara 30 siswa kelas XI TKR didapatkan data sebanyak 21 siswa tidak kompeten , 9 orang kompeten dengan kompetensi dasar sistem stater yang disampaikan.

Selama ini guru mapel yang mengajarkan kompetensi dasar sistem stater dan pengetesan motor stater menggunakan media modul sistem stater dan praktek pada sebuah mobil kijang. Dalam modul sistem stater tersebut berisi tentang teori atau materi tentang semua komponen sistem stater dan pengetesan motor stater. Siswa diberi arahan untuk mempelajari modul tersebut dengan bantuan guru. Pada waktu praktek guru juga menyampaikan hal - hal yang kurang jelas dengan modul tersebut tentang bagaimana membaca gambar kerja, bagaimana metode pengujian sistem stater serta memahami alur dari sistem stater. Apabila dirasa perlu selain dengan mempelajari modul, sesekali guru juga menggambar cara pengetesan motor stater di papan tulis untuk dijelaskan kepada siswa, siswa diajak proaktif untuk mempelajari pengetesan motor stater dan mengaplikasikannya pada kendaraan praktek.

Setelah diadakan evaluasi hasil belajar ternyata diketahui mayoritas siswa belum kompeten dalam kompetensi sistem stater tersebut. Ini artinya nilai sistem stater masih kurang dari KKM yang ditetapkan yaitu 75. Oleh karena hal tersebut,penulis mencoba berkolaborasi dengan guru mapel tersebut untuk mengembangkan metode penggunaan panel peraga multifungsi untuk meningkatkan

(3)

Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014

89

kompetensi siswa. Panel peraga multifungsi merupakan panel bantu sistem stater yang berfungsi sesuai dengan keadaan nyata pada sistem kendaraan.

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran autentik ( real word learning, bukan artifisal). Pembelajaran autentik dimaksutkan sebagai pembelajaran yang mengutamakan pengalaman nyata, pengetahuan bermakna dalam kehidupan, dekat dengan kehidupan nyata. Oleh karena itu fungsi panel peraga sangatlah penting dalam proses pelajar, dengan adanya panel peraga ini diharapkan siswa mampu mempraktekkan di dalam lingkungan sekolah dan menerapkannnya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan tempat mereka tinggal.

Panel peraga multifungsi berisi komponen accu, kunci kontak, fuse, dan motor stater. Komponen tersebut nantinya bisa berfungsi setelah dirangkai menurut cara pengetesannya. Panel peraga digunakan untuk mempermudah siswa praktek sistem stater. Panel peraga bisa memberikan gambaran yang lebih mudah dimengerti bagi siswa dalam merangkai dan cara membaca pengetesan sistem stater.

Atas dasar tersebut penulis mengadakan penelitian tentang Meningkatkan Perawatan dan Perbaikan Sistem Motor Stater Melalui Contextual Teaching And Learning (CTL) Dengan Panel Peraga Multifungsi Pada Siswa Kelas XI TKR SMK Taruna Bangsa Pati. Penelitian dibantu oleh guru mapel otomotif dan dilakukan berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK), di kelas tersebut yang memiliki 30 siswa. Semoga dengan diadakannya penelitian ini nantinya diharapkan terjadi peningkatan nilai kompetensi siswa, serta penguasaan yang lebih baik siswa pada kompetensi sistem stater.

Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat.

KAJIAN PUSTAKA

Prinsip Kerja Sistem Motor Stater

Karena mesin tidak dapat berputar dengan sendirinya dibutuhkan tenaga dari luar untuk mengengkol dan membantunya untuk hidup. Diantara berbagai peralatan yang ada, sekarang auto mobil menggunakan motor listrik yang dikombinasikan dengan magnetic switch untuk mendorong pinion gear yang berputar ke dalam atau keluar dari / hubungannya dengan ring gear yang ada pada roda penerus (flywheel) mesin. Motor stater harus dapat membangkitkan momen puntir yang besar dar sumber tenaga baterai yang terbatas. Pada waktu yang bersamaan harus ringan dan kompak. Oleh karena itu dipergunakanlah motor serie DC (Direct Current). Mesin tidak dapat start sebelum

(4)

Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014

90

melakukan siklus operasionalnya secara berulang-ulang yaitu langkah hisap, kompresi, pembakaran dan buang. Langkah pertama untuk menghidupkan mesin, kemudian memutarkannya dan menyebabkan siklus pembakaran pendahuluan. Motor stater minimal harus dapat memutarkan mesin pada kecepatan minimal yang diperlukan untuk memperoleh pembakaran awal. Kecepatan putar minimal yang diperlukan untuk menghidupkan mesin berbeda tergantung pada konstruksi dan kondisi operasinya tetap pada umumnya 40 sampai 60 rpm untuk motor bensin dan 80 rpm untuk motor diesel. (Anonim. 1995. Electrical Group Step 2 Training Manual. Jakarta: PT. Toyota Astra Motor).

Pada saat starting mesin diperlukan daya untuk intake awal dan langkah kompresi harus disuplai dari luar untuk memutar crankshaft. Pada saat tersebut diperlukan battery, starting motor, ignition switch dan wiring.

Gambar 1. Diagram Sirkuit Starting

Panel Peraga Multifungsi

Media pembelajaran merupakan alat bantu dalam kegiatan pembelajaran untuk mempermudah dalam penyaimpaian suatu materi yang sulit dipahami oleh peserta didik. Media pembelajaran ini biasanya disajikan dalam berbagai bentuk seperti meja, miniatur ataupun berupa panel gambar yang dapat menjelaskan materi yang disampaikan yang disebut dengan panel peraga.

Dalam menggunakan media alat peraga hendaknya harus memperhatikan prinsip tertentu agar menggunakan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Menurut Sudjana dalam (http://basyaworld.blogspot.com/2009/02/ rangkuman buku dasar dasar-proses.html, 3 Februari 2010) prinsip-prinsip penggunaan alat peraga adalah

a. Menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih terlebih dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendak diajarkan.

b. Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, artinya perlu diperhitungkan tingkat kemampuan/kematangan anak didik.

c. Menyajikan alat peraga dengan tepat.

(5)

Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014

91

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian.

Kompetensi sistem stater di kelas XI TKR SMK Taruna Bangsa termasuk rendah. Melalui analisa yang dilakukan peneliti , disimpulkan bahwa rendahnya kompetensi diakibatkan banyak faktor termasuk diantaranya adalah metode pembelajaranya. Metode praktek pada mobil, modul dan jobsheet dirasa kurang bagi siswa untuk dapat menangkap materi praktek yang disampaikan. Oleh karena itu perlu adanya metode baru agar kompetensi dan hasil belajar siswa dapat meningkat atau bertambah baik. Metode tersebut adalah berupa pembelajaran menggunakan media panel peraga multifungsi.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan terhadap kelas tersebut dengan menggunakan metode baru yaitu praktek menggunakan panel peraga. Siswa diajak merangkai sistem stater dengan cara praktek menggunakan peraga bukan pada kendaraan secara langsung . Rangkaian Sistem stater di buat oleh siswa sesuai dengan jobsheet yang ada, siswa praktek dengan membaca wiring diagram sistem sater tersebut. Siswa dinyatakan kompeten apabila dapat merangkai sistem stater sehingga bisa berfungsi dan bisa membaca wiring diagramnya.

Subjek Penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti adalah guru mapel produktif otomotif di SMK Taruna Bangsa Pati yang akan memberikan tindakan dengan siswa XI TKR yang berjumlah 30 siswa dimana diketahui sebanyak 21 siswa belum kompeten , dan 9 orang kompeten dengan kompetensi sistem stater. Pada penelitian kali ini peneliti juga dibantu oleh guru mapel produktif pendamping sebagai Observer.

Tempat dan waktu pelaksanaan.

Penelitian ini dilakukan di SMK Taruna Bangsa Pati tahun ajaran 2013/2014. Adapun waktu pelaksanaan penelitiannya dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 1. Waktu pelaksanaan

No Kegiatan Agustus September Oktober November Desember Januari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan x 2 Pengajuan Judul x X x 3 Penyusunan Proposal x X x x x x 4 Pengumpulan Data X x x x

(6)

Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014

92

5 Pengolahan Data x x 6 Penyusunan Laporan x x x x Prosedur Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang masing – masing siklus memiliki empat tahapan ,yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengumpulan data dan tahap refleksi.

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menerapkan PTK yang dapat dilihat pada Skema berikut ini:

Gambar 1. skema siklus pelaksanaan pembelajaran.

Instrumen penelitian 1. Silabus

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas yang digunakan sebagai landasan dalam penyusunan RPP.

2. Jobsheet

Jobsheet merupakan panduan yang disusun untuk mempermudah melaksanakan kegiatan praktek. Jobsheet berisi rangkaian kegiatan dan metode yang digunakan dalam praktek.

Perencanaan 1 Perbaikan Dari Perencanaan 1 Perbaikan Dari Refleksi 1 Pelaksanaan 1 Perbaikan Dari Pengumpulan Data 1 Pengumpulan Data 1 Perbaikan Dari Pelaksanaan 1 Refleksi 1 Siklus Selanjutnya

(7)

Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014

93

3. Lembar Observasi Siswa

Lembar observasi siswa ini berisi tentang kegiatan pembelajaran, aspek – aspek yang dinilai anatara lain keaktifan siswa,kemampuan merangkai rangkaian, kemampuan memeriksa sistem stater. Semua aspek tersebut ditulis dilembar pengamatan. Lembar observasi digunakan untuk memantau setiap perkembangan siswa mengenai kemampuan siswa yang menjadi patokan dalam pengukuran tingkat kecerdasan belajar siswa.

4. Lembar Observasi Guru

Lembar observasi ini disusun untuk memantau perkembangan dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Penguasaan terhadap metode yang dipakai serta penguasaan kelas dalam menerapkan metode. Didalam lembar observasi guru berisi beberapa aspek penilaian meliputi :  Keterampilan dalam memotivasi siswa

 Keterampilan dalam mengelola kelas

 Keterampilan dalam mempraktekkan penggunaan panel peraga

 Keterampilan dalam menyampaikan materi memeriksa system stater kepada siswa  Keterampilan dalam memberikan bimbingan

 Keterampilan sebagai fasilisator secara keseluruhan. Teknik Analisa Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu dilakukan analisis data.Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis deskriptif deskripsi kualitatif, yaitu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan mengetahui keefektifan metode Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan penggunaan alat peraga multifungsi sistem stater untuk meningkatkan kompetensi siswa di kompetensi dasar sistem stater. Analisis ini dihitung menggunakan statistik sederhana,penilaian rata – rata sebagai berikut.

Guru menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa kemudian dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata – rata.

Nilai rata – rata dapat menggunakan rumus:

∑ Keterangan:

X = Nilai rata – rata

∑X = Jumlah semua nilai siswa N = jumlah siswa

(8)

Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014

94

HASIL PENELITIAN

Siklus I

1. Tahap perencanaan

Peneliti merencanakan siklus I. Pada perencanaan peneliti melibatkan guru produktif pendamping juga selaku kepala kejuruan teknik kendaraan ringan untuk merencanakan pelaksanaan praktek, dengan tujuan agar peneliti mendapat bimbingan praktek yang efektif agar pada akhirnya mengetahui dimana letak kesalahan dan kekurangan dalam pelaksanaan praktek nantinya.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran praktek selama 3 pertemuan yaitu pada tanggal 27, 28 November dan 04 Desember 2013. Praktek dilaksanakan di bengkel sekolahan. Kegiatan pada siklus I dapat dijelaskan seperti dibawah ini

Pertemuan 1

Dilaksanakan pada 27 November 2013, di Bengkel sekolahan kegiatannya dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Guru memulai kegiatan praktek dengan baris, presensi dan guru menyampaikan secara singkat tentang teori bagaimana merawat dan memperbaiki sistem stater. Selanjutnya guru menjelaskan isi job sheet praktek sistem stater, setelah itu guru memberikan kesempatan siswa bertanya mengenai job sheet yang diberikan, pada kesempatan kali ini Mohammad Alex bertanya tentang bagaimana memeriksa kumparan armature, Anton Adi Romansyah bertanya tentang cara kerja magnetic switch, guru menjawab pertanyaan Mohammad Alex dengan cara mempraktekkan cara mengukur diameter kumparan armature yaitu dengan menggunakan jangka sorong yang tingkat kepresisiannya 0,05 mm, kemudian diukur pada bagian diameter komutator dan didapat dengan ukuran 27,9 mm. Ukuran tersebut masih standart karena masih diatas diameter minimumnya yaitu 27 mm dan guru menjelaskan cara kerja magnetic switch untuk menjawab pertanyaan Anton Adi Romansyah, sebelum guru mempraktekkan pemeriksaan kumparan–kumparan pada magnetic switch terlebih dahulu memberitahukan terminal yang ada pada magnetic swicth yaitu terminal 30, terminal C dan terminal 50/ST kemudian guru mempraktekkan cara memeriksa magnetic switch dengan menggunakan multitester yang pertama di periksa yaitu kumparan pull in coil, kabel multitester yang merah mendapat terminal C dengan terminal 50 dan kumparan hold in coil yaitu terminal 50/ST dengan massa (ground).

2) Guru mempraktekkan cara meawat dan memperbaiki sistem stater. Guru menjelaskan cara pengetesan berdasarkan diagram rangkaian kelistrikan sistem stater yang ada pada buku praktek sistem stater. Selain mempraktekkan sistem stater guru juga memberikan pemahaman cara merawat dan memperbaiki sistem stater berdasarkan metode pemahaman Contextual Teaching And Learning (CTL)

(9)

Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014

95

Pertemuan II

Dilaksanakan pada tanggal 28 November 2013, di Bengkel sekolahan kegiatannya dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Kegiatan praktek dimulai dengan baris, presensi, berdoa.

2) Guru memulai kegiatan praktek dengan memotivasi siswa bahwa pelaksaan praktek ini sebagai latihan uji kompetensi kejuruan sistem stater pada kelas XII nanti dan mendorong setiap siswa agar lebih serius dan sungguh – sungguh mengerahkan kemampuan yang ada dalam melaksanakan praktek sehingga mendapatkan hasil praktek yang maksimal.

3) Siswa melaksanakan kegiatan praktek secara individual. Setiap siswa diberi alokasi waktu 30 menit untuk melaksanakan praktek berdasarkan job sheet dan report sheet yang ada. Pada pelaksanaan praktek, guru mendampingi dan menilai pelaksanaan kegiatan praktek berdasarkan format penilaian yang sudah disiapkan. Guru pendamping mendampingi siswa praktek job sheet yang lain.

4) Siswa melaksanakan sesuai urutan absensi yang ada, semua siswa melaksanakan kegiatan praktek sampai semua waktu jam pelajaran praktek habis.

5) Pada kesempatan kali ini sebanyak 16 siswa selesai melaksanakan praktek. Siswa yang lain menunggu kesempatan pada jam pelajaran praktek minggu depannya.

6) Kegiatan praktek selesai, guru memberikan beberapa pengarahan dan kesimpulan, presensi, dan berdo’a.

Pertemuan III

Dilaksanakan pada tanggal 04 Desember 2013, di Bengkel sekolahan kegiatannya dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Guru memulai dengan berdoa, presensi dan menyampaikan beberapa hal tentang kekurangan pelaksanaan praktek pada minggu yang kemarin.

2) Siswa melanjutkan kegiatan praktek individu,

3) Guru menilai kegiatan praktek berdasarkan format penilaian yang ada.

4) Pada kesempatan praktek kali ini praktek dilaksanakan melebihi jam pelajaran pulang (jam 14.30) untuk menyelesaikan kegiatan praktek. Kegiatan pelajaran selesai pukul 16.00 dan sebanyak 14 siswa selesai melaksanakan praktek.

5) Pada pertemuan kali ini sebanyak 14 siswa yang melaksanakan praktek dapat menyelesaikan job sheet dengan baik.

6) Kegiatan praktek selesai guru menyimpulkan, absensi dan berdo’a. 3. Hasil Observasi dan Evaluasi

Adapun proses belajar praktek mengacu pada skenario pembelajaran yang telah dibuat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah teruraikan. Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran praktek berlangsung menghasilkan data format penilaian.

(10)

Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014

96

Pada kegiatan memperbaiki sistem stater ini, pembongkaran dan perakitan motor stater menjadi job praktek yang mendapatkan hasil yang paling maksimal. Siswa tidak mengalami kesulitan dalam membongkar dan merakit motor stater. Pada kesempatan penilaian praktek kali ini, sebanyak 2 siswa masih membutuhkan sedikit bimbingan dalam membongkar dan merakit motor stater, dan sebanyak 28 siswa dapat membongkar dan merakit motor stater tanpa bimbingan. Dengan kata lain tingkat ketercapaian siswa yaitu 100%.

Pada pemeriksaan komponen armature menjadi job praktek yang mendapatkan hasil yang kurang maksimal. Siswa mengalami kesulitan dalam memeriksa dengan menggunakan alat ukur jangka sorong dan multitester, diketahui 15 siswa tidak bisa memeriksa dengan cara membaca jangka sorong dan multitester yang masih banyak membutuhkan banyak bantuan dari guru dalam membaca alat tersebut. Mereka mengungkapkan jarang sekali diajarkan cara membaca jangka sorong dan multitester, disamping itu 10 siswa sedikit membutuhkan bantuan dalam memeriksa komponen armature. Sisanya 5 siswa dapat dengan baik memeriksa komponen armature denagn menggunakan jangka sorong dan multitester.

Pemeriksaan field coil mendapatkan hasil yang kurang baik, dalam memeriksa field coil siswa yang banyak bimbingannya sebanyak 9 siswa, sementara yang sedikit bimbingan 6. Sedangkan yang tanpa bimbingan sebanyak 15 anak atau dengan kata lain dari seluruh siswa yang memeriksa field coil baru mencapai 73,3% yang bisa memeriksa field coil tersebut.

Pada job sheet memeriksa sikat dan pemegang sikat, banyak siswa yang sudah memahami bagaimana cara untuk memeriksa panjang sikat tetapi juga ada beberapa siswa yang masih kurang memahami pemeriksaannya. Hal ini siswa yang tanpa bimbingan sebanyak 25 siswa, sedangkan yang membutuhkan banyak bimbingan sebanyak 2 siswa. Sisanya yaitu 3 siswa yang membutuhkan sedikit bantuan dan pengarahan dari guru pendamping.

Sub kompetensi pemeriksaan kopling stater dan roda gigi sudah cukup baik karena dari 30 siswa tersebut, hanya 5 siswa yang kurang paham untuk memeriksa kopling stater dan roda gigi. Sebanyak 3 siswa masih mendapat sedikit bimbingan dan 22 siswa lainnya tanpa bimbingan,

Memeriksa magnetic switch hampir sama dengan pemeriksaan kopling stater dan roda gigi tetapi ada beberapa perbedaan pada jumlah siswa yang masih banyak mendapatkan bimbingan yaitu 3 siswa sementara yang sedikit bimbingan sebanyak 5 siswa dan 22 siswa tanpa bimbingan.

Pengujian tanpa beban dan dengan beban pada motor stater ini masih harus mendapatkan perhatian karena dari 30 siswa, 9 diantaranya masih membutuhkan banyak bimbingan dikarenakan mereka kurang memahami rangkaian yang ada di job sheet, 10 siswa juga masih membutuhkan bimbingan walaupun sedikit, dan siswa yang tanpa bimbingan sebanyak 11 siswa. Pada pegujian dengan beban ini ditambahkan sebuah relay, siswa banyak yang kurang paham dalam merangkai dan memasang rangkaian yang menggunakan sebuah relay. Pada relay terdapat terminal yang harus dihubungkan antara terminal 30 dengan positif baterai, 87 dengan beban, 85 terminal ST pada kunci kontak dan 86 mendapat massa (ground)

(11)

Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014

97

4. Tahap Refleksi

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pada siklus I didapatkan bahwa sebanyak 30 siswa mengikuti praktek dengan hasil sebagai berikut:

1) Pembongkaran dan perakitan system stater

Pada pembongkaran dan perakitan system stater semua siswa dapat membongkar dan merakit system stater kembali dengan pencapaian 97,7% dan semua siswa dinyatakan kompeten karena dapat membongkar dan merakit system stater lebih dari 85%. Hal ini merupakan hal yang baik dan butuh perhatian agar merambat ke sub kompetensi yang lain. 2) Pemeriksaan komponen armature

Berdasarkan penilaian yang dilakukan selama praktek dapat diperoleh data sekitar 55,7% dari siswa banyak membutuhkan bantuan dalam memeriksa komponen armature. Siswa mengalami kesulitan pada pengukuran dengan menggunakan jangka sorong dan multitester pada segmen komutator atau kumparan armature. Hal ini berarti pada pemeriksaan komponen armature perlu perhatian lebih karena pencapaian target ketuntasan di bawah 85% agar siswa dapat memeriksa komponen armature dengan baik.

3) Pemeriksaan field coil

Data yang diperoleh tercatat 73,3% atau 15 siswa sudah bisa memeriksa field coil, 6 siswa sedikit bantuan dan ada 9 siswa yang masih banyak membutuhkan bantuan dalam memeriksa field coil. Dalam pemeriksaan fidld coil pencapaian target ketuntasan di bawah 85%.

4) Pemeriksaan sikat dan pemegang sikat

Data yang diperoleh sebanyak 92,3% dari 30 siswa sudah bisa memeriksa sikat dan pemegang sikat dan tinggal 2 siswa yang banyak membutuhkan bimbingan dalam memeriksa sikat dan pemegang sikat alias 2 siswa kurang paham pada memeriksa siakt dan pemegang sikat. Kesulitan siswa dalam memeriksa terutama pada bagaimana memeriksa pemegang sikatnya. Pemegang sikat ini ada kutub positif dan negative, kebanyakan siswa memeriksanya terbalik antara kutub positif dan kutub negative. Akan tetapi pencapaian target ketuntasan untuk pemeriksaan sikat dan pemegang sikat sudah diatas 85%.

5) Pemeriksaan kopling stater dan roda gigi

Dari data diperoleh 85,7% siswa sudah bisa memeriksa kopling stater dan roda gigi. Hasil ini kurang baik karena kurang dari 85%, 5 orang siswa yang belum bisa memeriksa kopling stater dan roda gigi dan ini membutuhkan perhatian agar siswa ini juga bisa memeriksa kopling stater dan roda gigi. 5 siswa ini masih kurang paham cara memeriksa kopling stater yaitu bagaimana cara memutar kopling stater tersebut.

(12)

Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014

98

6) Pemeriksaan magnetic switch

Pada praktek pemeriksaan magnetic switch, hampir semua siswa dapat memeriksa magnetic switch atau 92,3% siswakompeten dan dapat memeriksanya. Hal ini merupakan hal yang cukup baik karena sudah melebihi 85% dari target yang ditentukan dan butuh perhatian agar merambat ke kompetensi yang lain agar sub kompetensi yang lain mendapatkan nilai yang baik.

7) Pengujian tanpa beban dan dengan beban

Pengujian tanpa beban dan dengan beban menurut siswa merupakan sub kompetensi yang agak rumit karena harus menyambungkan dengan kabel jamper dan pemasanagn sebuah relay, dari data yang didapat 9 siswa masih membutuhkan banyak bimbingan dan 10 siswa sedikit bimbingan, sementara 11 siswa tanpa bimbingan dalam pengujian motor stater tanpa beban dan dengan menggunakan beban.hasil yang didapat kurang bagus karena cuma 69% siswa yang dinyatakan tuntas sedangkan target yang harus dicapai adalah 85%.

Dikarenakan pencapaian target keberhasilan belajar siswa yang ditentukan belum tercapai yaitu kurang dari 85% dan hanya tercapai 80% ini terjadi karena ada beberapa kendala. Karakter siswa yang rata – rata masih kurang teliti, kreatif, dan kurang kerjasama, guru yang melakukan kegiatan pembelajaran yang kurang ketrampilan dalam mengelola kelas dan waktu dalam kegiatan belajar mengajar. Kendala yang dihadapi siswa dan guru :

1) Siswa masih kesulitan dalam merawat dan memperbaiki sistem stater dalam hal cara pembacaan jangka sorong dan multitester.

2) Siswa kurang paham dalam pengujian tanpa beban dan dengan beban yang dirangkai menggunakan relay.

3) Siswa masih grogi dalam melaksanakan praktek. Kendala yang dihadapi guru:

1) Terbatasnya waktu dan jumlah sarana praktek

2) Penyampaian materi tentang memperbaiki sistem stater kurang jelas 3) Cara pendekatan kepada siswa yang praktek kurang.

Rekomendasi Untuk siklus kedua :

(1) Siswa diberikan pengertian tentang cara membaca jangka sorong dan multitester dalam menetukan selector multitester, siswa diajak belajar secara mandiri untuk lebih mendalami cara merangkai menggunakan komponen relay pada pengujian dengan beban.

(2) Siswa diberikan motivasi agar lebih percaya diri dalam melaksanakan praktek, karena praktek ini merupakan persiapan menghadapi UKK yang akan dilaksanakan di kelas XII (3) Guru menambah jumlah jam praktek setelah jam sekolah demi terselesaikannya kegiatan

praktek

(4) Guru lebih detail dalam menyampikan praktek sistem stater menggunakan metode Contekstual Teaching And Learning (CTL)

(13)

Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014

99

(5) Guru lebih aktif memberi pendekatan kepada siswa dalam melaksanakan praktek sistem

stater.

Semua rekomendasi tersebut demi keberhasilan ketuntasan belajar baik berupa materi maupun praktek perbaikan sistem stater.

Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Pada Siklus II ini guru memperbaiki kekurangan berdasarkan rekomendasi dari siklus I, yaitu dengan mengadakan beberapa langkah kegiatan:

1) Tanggal 05 Desember 2013, mengedit, merevisi Job sheet praktek sistem stater berdasarkan rekomendasi siklus I, Job sheet diperbaiki, diberi keterangan yang jelas dan lengkap tentang cara pemeriksaan relay, cara pembacaan jangka sorong, serta pemeriksaan magnetic switch. Memeriksa kontinuitas menggunakan range 1Ω pakai multitester. Memeriksa pada kumparan armature dan field coil, arah dari tiap sambungan pada terminal relai. Selain itu pada job sheet diberi keterangan yang lebih rinci tentang cara membongkar, merakit memeriksa dan pengetesan motor stater.

2) Tanggal 05 Desember 2013, malam harinya memfotocopy job sheet yang sudah direvisi sejumlah siswa praktek, yaitu 30 buah job sheet sebagai pegangan siswa. Selain itu juga memfotocopy blangko report sheet praktek sistem stater yang berisi 2 lembar , sejumlah 30 buah sebagai laporan siswa. Memfotocopy format penilaian praktek sistem stater, sebanyak 30 buah sebagai pegangan guru.

3) Tanggal 05 Desember 2013, membuat skenario praktek sistem stater, sesuai dengan rekomendasi dari siklus I. Pada kesempatan ini dibuat cara bagaimana menyampikan,menerangkan job sheet secara rinci, Penekanan penjelasan pada terminal pada relay yaitu terminal 30 disambung positif baterei, 85 disambung negatif baterei, 86 disambung input (kunci kontak ST) dan 87 disambung output (beban) cara membongkar, merakit, memeriksa dan pengetesan sistem stater dijelaskan dengan jelas pada job sheet. Siswa membongkar berdasarkan job sheet yang sudah direvisi tentang bagaimana merangkai kelistrikan sistem stater dengan ditambahkan sebuah relay. Kemudian mengeprint lembar observasi penilaian tindakan pada siklus II, dan mengeprint lembar observasi untuk guru/kolaborator untuk mengetahui kondisi pembelajaran di kelas pada siklus II.

4) Tanggal 05 Desember 2013, mempersiapkan panel peraga multifungsi (1 unit). Mengecek seluruh komponen sistem stater, setiap komponen motor stater, kunci kontak, baterai, sekring (fuse), relay, kabel kelistrikan, dicek dengan teliti apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak, pada kesempatan ini guru mengganti kabel-kabel dan fuse yang terbakar akibat hubungan pendek (konsleting). Setelah selesai kemudian mempersiapkan dan membersihkan bengkel tempat praktek.

(14)

Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014

100

b. Tahap Pelaksanaan

Adapun pelaksanaan pembelajaran praktek selama 3 pertemuan pada tanggal 11, 12 dan 18 Desember 2013. Praktek seperti pada siklus I tetap dilaksanakan di bengkel sekolahan.

c. Hasil Observasi dan Evaluasi

Proses belajar dan praktek yang mengacu pada rencana pembelajaran menggunakan panel peraga multifungsi sistem stater menggunakan Job sheet yang telah disiapkan dapat berjalan dengan baik. Observasi yang dilakukan pada saat proses pelaksanaan praktek berlangsung menghasilkan fakta bahwa semua kompetensi system stater meningkat hasil belajarnya pada siklus II.

Pada siklus II job memeriksa komponen kumparan armature mendapatkan hasil yang meningkat signifikan dibanding siklus I. Hanya terdapat 4 siswa yang sedikit membutuhkan bimbingan dalam memeriksa komponen kumparan armature. Mereka salah dalam membaca pengukuran dengan menggunakan jangka sorong kemudian diberikan bimbingan sedikit mereka dapat membaca pengukuran kumparan komutator dengan benar. 26 Siswa yang lain dapat memeriksa komponen kumparan armature dengan baik.

Memeriksa field coil sudah tidak menjadi masalah lagi pada siklus II, terbukti 28 siswa dapat memeriksa field coil dengan baik dan hanya ada 2 siswa yang membutuhkan sedikit bimbingan dalam memeriksa field coil,mereka tidak tahu mana yang terminal positif dan mana yang terminal negative dan ketika ditanya tentang kebocoran pada pemeriksaan field coil mereka menjawab dengan grogi dan masih ada kesalahan sedikit. Setelah dibimbing sedikit akhirnya pemeriksaan field coil dapat mereka lakukan dengan baik dan benar.

Hasil siklus II pada pemeriksaan sikat dan pemegang sikat sangat baik. Dari keseluruhan siswa hanya ada satu siswa yang sedikit membutuhkan bimbingan dalam memeriksa sikat dan pemegang sikat. Siswa ini hanya sedikit bingung untuk menentukat panjang sikat, apakah panjang sikat ini dilepas dari dudukannya atau tetap terpasang pada dudukannya. Setelah dibimbing guru, siswa ini melepas sikat kemudian diukur dengan menggunakan jangka sorong, hal ini karena siswa kurang paham antara melepas atau tetap pada kedudukan pada sikat (brush).

Pada pengetesan tanpa beban dan dengan beban dengan menggunakan sebuah relay sudah menunjukan peningkatan yang segnifikan. Dari keseluruhan siswa ada 2 siswa yang masih bingung menentukan terminal pada relay untuk disambungkan ke komponen – komponen sistem stater, dengan sedikit bimbingan guru tentang terminal – terminal pada relay. Mereka dapat merangkai sistem stater dengan baik dan 28 siswa lainnya tidak mendapatkan bimbingan karena bisa menyelesaikan dengan baik.

Pada pembongkaran dan perakitan motor stater, pemeriksaan kopling stater dan roda gigi dan pemeriksaan magnetic switch hasilnya sangat memuaskan. Seluruh siswa dapat membongkar dan merakit motor stater dengan baik, memeriksa kopling stater dengan cara diputar searah jarum jam dapat berputar dengan baik jika dibalik putarannya maka tidak bisa berputar, siswa dapat

(15)

Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014

101

melakukannya dengan baik tanpa bimbingan sedikitpun. Sementara pada pemeriksaan magnetic switch ini juga mendapatkan hasil yang maksimal. Siklus II pada kompetensi ini sukses 98,3%, dan siswa dapat mendapatkan nilai yang maksimal.

d. Tahap Refleksi

Pada siklus II ditunjukkan bahwa sudah 98,3% siswa tuntas belajar, melampaui indicator pencapaian 85% siswa.Keberhasilan pada siklus II ini terkait dengan usaha guru yang sungguh – sungguh dalam memberikan materi praktek dan usaha siswa yang maksimal sebagai upaya menyongsong Ujian Kompetensi Kejuruan di kelas XII nantinya. Dikarenakan pencapaian target yang ditentukan sudah tercapai dengan hasil yang maksimal, maka penelitian ini dilakukan sampai siklus II, karena indicator yang ingin dicapai sudah memenuhi keinginan yaitu 85% dan pencapaiannya 98,3%. Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil. Jadi terbukti bahwa Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan panel peraga multifungsi meningkatkan kompetensi dasar sistem stater pada siswa kelas XI SMK Taruna Bangsa Pati.

KESIMPULAN

1. Metode Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan panel peraga multifungsi dapat meningkatkan kompetensi sistem stater kelas XI SMK Taruna Bangsa Pati terbukti adanya peningkatan kompetensi dasar sistem stater. Ini dibuktikan pada kondisi awal siswa yang berkompeten terhadap kompetensi dasar sistem stater adalah 50% dari 30 siswa, pada siklus I rata – rata prosentase keberhasilan siswa yang berkompeten adalah 80 % ini menunjukkan bahwa pada siklus I belum menunjukkan keberhasilan siswa yang berkompeten dalam kompetensi dasar system stater. Pada siklus II prosentase keberhasilan siswa yang berkompeten sudah mencapai 98,3% ini menunjukkan adanya peningkatan dari pada siklus I karena indicator keberhasilan siswa yang berkompeten harus mencapai lebih dari 85%.

2. Metode Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan panel peraga multifungsi berperan dalam meningkatkan kompetensi sistem stater kelas XI SMK Taruna Bangsa Pati. Hal ini dapat diketahui dari seluruh siklus PTK yang dilakukan komponen pembelajaran CTL, modeling, tanya jawab, komunitas belajar, inkuiri, refleksi dan penilaian otentik memberikan pemahaman yang besar bagi siswa dalam melaksanakan praktek perawatan dan perbaikan sistem stater. Tindakan kelas yang dilakukan guru, pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan urutan pada rencana pelaksanaan pembelajaran, dan pendidikan karakter siswa menunjukkan adanya peningkatan dari kondisi awal guru yang mengajar tanpa metode pembelajaran dan karakter siswa yang pasif. Pada siklus I dari hasil observasi nilai rata-rata 1,83 kategori yang didapat adalah cukup dan dari siklus II dari hasil observasi nilai rata-rata 3,33 kategori yang didapat adalah baik sekali. Ini sudah mencapai target karena peneliti menargetkan pada penelitian ini adalah dengan kategori baik.

(16)

Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014

102

DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2009. Alat Peraga Pembelajaran. From : (http://gurupembaharu.com/ pembelajaran_/proses/alat-peraga-pembelajaran), 3 Februari 2010.

Arief, 2009. Alat Peraga Pengajaran. From : (http://basyaworld.blogspot.com/ 2009/02/rangkuman-buku-dasar-dasar-proses.html), 3 Februari 2010.

Arikunto, Suharsimi 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Darsono, Max.2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang:IKIP Semarang Press.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri & Jaini, Aswar. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hartanti, Weni. 2003. Lembar Kompetensi siswa. Malang: Citra Mentari Group.

Mikrotul Jamilah. Penerapan Pendekatan Ctl Melalui Metode Inquiry Dan Tanya Jawab Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Energi Bunyi Pada Siswa Kelas Iv Mi Al Fatah Banjarejo Pakis Malang (skripsi).

Rusda Koto Sutadi dkk. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: FIP IKIP Semarang.

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1987. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S. Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Sudjana. 1992. Metode Statiska. Bandung : Tarsito.

Suhardiman, A. M. 1987. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Teguh Setiawan.2009. Peningkatan Sistem Pengapian Engine Dengan Pendekatan Contekstual

Teaching And Learning Berbasis Media Realita Pada Siswa Kelas XI Otomotif Smk Negeri 1 Ampelgading.(skripsi).

Tim Toyota. 1990. Materi Pelajaran Engine Group STEP 1. Jakarta: PT. Toyota-Astra Motor. …………... 1990. Buku Praktek Untuk STM. Jakarta: PT. Toyota-Astra Motor.

Zulkifli L. 2002. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta. http://www.scribd.com/doc/12920427/20/Prinsip-kerja-motor-DC

Muchith, M. Saekhan,2008,Pembelajaran Kontekstual, Semarang: RaSAII. (Anonim. 1995. Electrical Group Step 2 Training Manual. Jakarta: PT. Toyota Astra Motor).

Gambar

Gambar 1. Diagram Sirkuit Starting
Tabel 1. Waktu pelaksanaan
Gambar 1. skema siklus pelaksanaan pembelajaran.

Referensi

Dokumen terkait

Inovasi atau kreativitas dalam desain, teknologi maupun performa rumah sehingga dapat memenuhi tolok ukur yang ada dalam kriteria GREENSHIP Home dengan

Namun terdapat satu facet, yakni facet fringe benefit, yang berkorelasi positif dan signifikan dengan Work Locus of Control, artinya semakin rendah skor subyek pada

di bawah 75, sehingga tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM); di atas 75.Hanya 13% siswa yang mampu menjawab pertanyaan. Mereka kesulitan dalam menjawab

Dalam pengolahan komoditi sukun juga dapat diketahui volume hasil olahan dan harga jual minimal dalam usaha pengolahan serta biaya pengolahan maksimal

Tujuan umum kegiatan ini adalah untuk percepatan pemberdayaan ekonomi daerah dalam rangka percepatan sektor rill melalui pengembangan UMKM peternakan Kambing Peranakan Etawah dalam

Tujuan dari pembuatan aplikasi pengukuran biaya pembuatan piranti lunak ini untuk membantu developer dalam melakukan estimasi usaha serta biaya yang telah

Sebagian besar pengeluaran tersebut sesungguhnya dapat dihindarkan atau ditunda (seperti liburan, pembelian mobil atau membeli pakaian). Berbagai pengeluaran masih dapat

HASIL YANG DIHARAPKAN (Tonggak-tonggak kunci keberhasilan) No.. Pengembangan kemampuan guru dalam pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas.. Pengembangan administrasi sekolah