• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman sukun dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan dapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman sukun dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan dapat"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Tanaman sukun, Artocarpus altilis Park. Dapat digolongkan menjadi sukun yang berbiji disebut breadnutdan yang tanpa biji disebutbreadfruit. Sukun tergolong tanaman tropik sejati, tumbuh paling baik di dataran rendah yang panas. Tanaman ini tumbuh baik di daerah basah, tetapi juga dapat tumbuh di daerah yang sangat kering asalkan ada air tanah dan aerasi tanah yang cukup. Sukun bahkan dapat tumbuh baik di pulau karang dan di pantai. Di musim kering, disaat tanaman lain tidak dapat atau merosot produksinya, justru sukun dapat tumbuh dan berbuah dengan lebat. Tidak heran, jika sukun dijadikan sebagai salah satu cadangan pangan nasional (Koswara, 2006).

Tanaman sukun dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Urticales Famili : Moraceae Genus : Artocarpus

Spesies :Artocarpus altilisPark (Triwiyatno, 2003).

(2)

Ada tiga spesies sukun yang banyak terdapat di lapangan yaitu :

1. Buahnya berukuran kecil, daunnya menyirip, tepi daun bercangap dengan lekuk dangkal. Kedudukan daun agak menguncup ke atas

2. Buahnya agak besar (medium). Daunnya menyirip, tepi daun bercangap dengan lekuk dangkal. Kedudukan daun agak menguncup ke atas. Spesies ini jarang didapati di lapangan

3. Buahnya besar, Daunnya menyirip, tepi daun bercangap dengan lekuk dalam, kedudukan daun mendatar (Pitojo, 1992).

Pohon sukun umumnya adalah pohon tinggi, dapat mencapai 30 m, meski umumnya di pedesaan hanya belasan meter tingginya. Hasil perbanyakan dengan klon umumnya pendek dan bercabang rendah. Batang besar dan lurus hingga 8 m, akarnya memanjang. Bertajuk renggang, bercabang mendatar dan berdaun besar-besar yang tersusun berselang-seling, lembar daun 20-40 × 20-60 cm menyirip ke dalam, liat agak keras seperti kulit, warna hijau tua mengkilap di sisi atas, serta kusam, kasar dan berbulu halus di bagian bawah. Kuncup tertutup oleh daun penumpu besar yang berbentuk kerucut. Semua bagian pohon mengeluarkan getah putih (lateks) apabila dilukai (Anonimous, 2007).

Perbungaan dalam ketiak daun, dekat ujung ranting. Bunga jantan dalam bulir berbentuk gada panjang yang menggantung 15-25 cm, buah berwarna hijau muda dan menguning bila masak, serbuk sari kuning dan mudah diterbangkan angin. Bunga majemuk betina berbentuk bulat atau agak silindris, 5-7 × 8-10 cm, hijau. Buah majemuk merupakan perkembangan dari bunga betina majemuk, dengan diameter 10-30 cm. Forma tak berbiji (sukun) biasanya memiliki kulit buah hijau kekuningan, dengan duri-duri yang tereduksi menjadi pola mata faset

(3)

segi-4 atau segi-6 di kulitnya. Biji sukun berbentuk bulat atau agak gepeng sampai agak persegi, kecoklatan, sekitar 2,5 cm, diselubungi oleh tenda bunga. Sukun tidak menghasilkan biji, dan tenda bunganya di bagian atas menyatu, membesar menjadi 'daging buah' sukun (Anonimous, 2007).

Tanaman sukun baik dikembangkan di dataran rendah hingga ketinggian 1200 m dpl yang bertipe iklim basah. Curah hujan antara 2.000-3.000 mm per tahun. Tanah aluvial yang mengandung banyak bahan organik disenangi oleh tanaman sukun. Derajat keasaman tanah 6-7. Tanaman sukun relatif toleran terhadap pH rendah, relatif tahan kekeringan, dan tahan naungan. Di tempat yang mengandung batu karang dan kadar garam agak tinggi serta sering tergenang air, tanaman sukun masih mampu tumbuh dan berbuah (Anonimous , 2005).

Buah sukun berbentuk bulat telur atau lonjong atau bulat panjang. Kulit buah cenderung berduri, namun ada juga yang berkulit halus. Buah berwarna hijau kekuningan dan tidak berbiji (Triwiyatno, 2003).

Sukun menyukai iklim tropis, suhu panas (20-40˚C), curah hujan (2000-3000 mm pertahun) dan kelembaban (70-90%), dan lebih cocok di dataran rendah, di bawah 600 m dpl, meski dijumpai sampai sekitar 1500 m dpl. Anakan pohon lebih baik tumbuh di bawah naungan, namun kemudian membutuhkan matahari penuh untuk tumbuh besar. Meskipun kebanyakan kultivarnya akan tumbuh dengan baik pada tanah-tanah aluvial yang subur, dalam dan berdrainase baik, akan tetapi variasi kemampuannya sangat besar. Maka ada varietas-varietas yang tumbuh baik di tanah berawa, tanah kapur, tanah payau dan lain-lain (Anonimous, 2007).

(4)

Pohon sukun mulai berbuah setelah berumur lima sampai tujuh tahun dan akan terus berbunga hingga umur 50 tahun. Produktivitasnya cukup tinggi. Dalam satu tahun akan diperoleh buah sukun sebanyak 400 buah pada umur 5-6 tahun, dan 700-800 buah per tahun pada umur 8 tahun (Koswara, 2006).

Landasan Teori

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani/produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) ( Soekartawi, 1995).

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tumbuhan, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah tersebut dan sebagainya (Mosher, 1987).

Menurut Mubyarto (1989) fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input).

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan sejumlah faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi produk tersebut. Hukum

(5)

hasil lebih yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan tentang pokok dari hubungan diantara tingkat produksi dan faktor produksi untuk mewujudkan produksi tersebut (Sukirno, 2003).

Gambar 1. Grafik Produksi Total, Produksi Marjinal dan Produksi Rata-rata

Ada beberapa konsep biaya dalam ilmu ekonomi yaitu :

a) Biaya tetap total (Total Fixed Cost) adalah biaya yang tidak berubah mengikuti perubahan keluaran sebuah perusahaan. Dalam jangka pendek perusahaan tidak mampu menghindari atau mengubahnya bahkan apabila produksinya nol.

b) Biaya variabel total (Total Variable Cost) adalah biaya yang tergantung pada tingkat keluaran yang dipilih dengan kata lain biaya ini berubah-ubah mengikuti kesibukan usaha tersebut.

c) Biaya total (Total Cost) adalah penjumlahan biaya tetap total dan biaya variabel total. AP MP TP Input Jumlah Produksi

(6)

d) Biaya tetap rata-rata (Average Fixed Cost) adalah biaya tetap total dibagi kuantitas keluaran. Ketika keluaran naik, biaya tetap rata-rata menurun karena total yang sama ditangung oleh kuantitas keluaran yang semakin besar.

e) Biaya variabel rata-rata (Average Variabel Cost) adalah biaya variabel total dibagi kuantitas keluaran.

f) Biaya total rata-rata (Average Cost) adalah biaya total dibagi kuantitas keluaran. ATC sama juga dengan jumlah biaya tetap rata-rata dan biaya variabel rata-rata.

g) Biaya marginal (Marginal Cost) adalah naiknya biaya total yang diakibatkan oleh memproduksi satu unit keluaran lagi. Bagi marginal mencerminkan perubahan biaya variabel serta menghitung biaya masukan tambahan yang diperlukan untuk memproduksi masing-masing unit keluaran berikutnya. h) Biaya kesempatan adalah biaya atau pengorbanan yang harus dilakukan untuk

memperbanyak produksi dengan mengorbankan produksi barang lain. Dengan kata lain semakin banyak suatu barang (misalnya barang industri), maka biaya kesempatan (yaitu penurunan produksi pertanian) untuk memperoleh satu unit tambahan barang tersebut menjadi semakin besar

(Sukirno, 2003).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut :

TR = Y. PY

TR = Total Penerimaan (Rp)

Y = Produksi yang diperoleh dalam usahatani (K/g) PY = Harga Y (Rp)

(7)

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya (Soekartawi, 2002).

Income statementadalah suatu ringkasan dari pendapatan dan pengeluaran untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai alat kontrol untuk alat evaluasi suatu usaha. Ada beberapa pembagian tentang pendapatan yaitu :

1. Pendapatan bersih (Net Income) adalah pendapatan usaha dikurangi biaya. 2. Pendapatan tenaga kerja (Labour Income) adalah jumlah seluruh

penerimaan dikurangi biaya produksi kecuali biaya tenaga kerja.

3. Pendapatan tenaga kerja keluarga (Family’s Labour Income) adalah total pendapatan tenaga kerja ditambah tenaga kerja dalam keluarga.

4. Pendapatan keluarga petani (Family’s Income) adalah pendapatan bersih ditambah nilai tenaga kerja keluarga (Kusumo, 1990).

Kurva FC bentuknya adalah horizontal karena nilainya tidak berubah walau berapapun banyaknya produksi, sedangkan kurva VC bermula dari titik nol dan semakin bertambah tinggi, ini menggambarkan ketika tidak ada produksi VC = 0 dan semakin besar nilai VC. Keadaan tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini (Sukirno, 2003).

(8)

Gambar 2. Grafik Biaya Total, Biaya Variabel dan Biaya Tetap Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikali harga. Pendapatan bersih adalah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi dalam satu kali periode produksi. Secara grafik pendapatan maksimum oleh suatu usaha dapat ditunjukkan dengan grafik yang menggambarkan biaya total dan hasil penjualan (penerimaan), seperti grafik di bawah ini (Samuelson, 2001).

Gambar 3. Grafik Biaya dan Penerimaan

Break Event Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimanaTotal Revenue

sama denganTotal Cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah usahatani, terjadinya titik pulang pokok TR = TC tergantung pada arus lama penerimaan sebuah usahatani dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta

TC VC FC Jumlah h B i a y a Jumlah Produksi TR TC 0 Jumlah Penerimaan

(9)

biaya modal lainnya. Perpotongan antara garis Biaya Total (TC) dan Penerimaan Total (TR) disebut dengan Titik Break Event Point. Titik ini menunjukkan bahwa pada jumlah produksi tersebut tidak ada rugi dan untung karena jumlah biaya dan total penerimaan tepat sama besarnya (Gilarso, 1994).

Analisa Break Event Point (BEP) merupakan salah satu metode untuk mempelajari hubungan penjualan, biaya, dan laba. Jumlah pendapatan, penjualan sama besarnya dengan jumlah biaya (Wasis, 1992).

Gambar 4. GrafikBreak Event Point(BEP)

Nilai tambah adalah produk dikurangi dengan nilai bahan baku dan bahan penunjang yang dipergunakan dalam proses produksi tersebut. Dengan kata lain, nilai tambah merupakan sejumlah nilai jasa (return) terhadap faktor produksi modal tetap, tenaga kerja, keterampilan dan manajemen (Suryana, 1995).

Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena pertimbangan sebagai berikut :

1. Meningkatkan Nilai Tambah

Jumlah Produksi TC BEP 0 VC FC Jumlah Penerimaan TR

(10)

Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses. Kegiatan petani hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai fasilitas pengolahan (pengupasan, pengirisan, tempat penyimpanan, ketrampilan mengolah hasil, mesin pengolah, dan lain-lain). Sedangkan bagi pengusaha ini menjadikan kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang baik maka nilai tambah barang pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri.

2. Kualitas Hasil

Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas. Dengan kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi harga barang itu sendiri.

3. Penyerapan Tenaga Kerja

Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap. Komoditi pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga kerja yang relatif lebih besar pada kegiatan pengolahan.

4. Meningkatkan ketrampilan

Dengan ketrampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan ketrampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh hasil penerimaan usahatani yag lebih besar.

(11)

Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan kualitas hasil yang lebih baik yang harganya tinggi dan juga akhirnya akan mendatangkan total penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar (Soekartawi (b), 1993).

Karakteristik produk pertanian yang digunakan sebagai bahan baku berbeda satu dengan yang lain. Produk pertanian mempunyai ciri khusus yaitu bersifat musiman, sehingga sulit tersedia sepanjang tahun, produk pertanian sulit disimpan dalam waktu yang relatif lama dan juga bersifat bulky, artinya volumenya besar tetapi nilainya relatif kecil. Agar bahan baku perusahaan agroindustri dapat tercukupi secara tepat jumlah, tepat waktu dan tepat kualitas serta kontiniunya terjamin maka pengusaha agroindustri perlu berpikir secara jangka panjang (Soekartawi (b), 1993).

Penggolongan dan standard mutu yang seragam yang dilaksanakan dalam pengolahan telah memperoleh dukungan luas dikalangan pertanian. Sebab hal ini memberikan sumbangan yang berarti bagi pelaksanaan sistem pemasaran pertanian. Penyeragaman itu memperlancar perdagangan dan pada umumnya memperbaiki efisiensi alokasi dalam proses penetapan harga (Kristanto,dkk1988) Dalam rangka mencari suatu ukuran yang menyeluruh sebagai dasar persekutuan atau penolakan atau pengurutan suatu proyek telah dikembangkan berbagai macam cara yang dinamakan investment criteria atau kriteria investasi. Ada tiga macam kriteria investasi yang umum dikenal antara lain ; Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit Cost (Net B/C). Keuntungan bersih suatu usaha adalah pendapatan kotor dikurangi sejumlah biaya (Gray,dkk, 2002).

(12)

Kerangka Pemikiran

Analisis usaha ini meliputi usahatani dan usaha pengolahan sukun. Dari usahatani sukun dapat diketahui produksi dan harga jual minimal komoditi sukun serta biaya produksi maksimal dengan menggunakan analisa titik impas (Break Event Point). Komoditi sukun belum dapat sepenuhnya dikatakan sebagai suatu usahatani, karena belum sepenuhnya diusahakan seperti komoditi pertanian lainnya, maksudnya di Kabupaten Serdang Bedagai komoditi ini masih sedikit diusahakan dapat dilihat dari jumlah pohon dan produksi di daerah tersebut. Disini petani sebagian besar bertindak sebagai pengumpul hasil. Dalam hal ini petani juga dapat dikatakan sebagai pengusaha dalam pengolahan komoditi.

Dalam pengolahan komoditi sukun juga dapat diketahui volume hasil olahan dan harga jual minimal dalam usaha pengolahan serta biaya pengolahan maksimal dengan menggunakan analisa titik impas (Break Event Point). Komoditi sukun tersebut tidak dapat dikonsumsi dalam bentuk segar. Dalam mengkonsumsi sukun harus melalui pengolahan terlebih dahulu sehingga memberikan nilai tambah dan dapat di pasarkan sesuai dengan selera konsumen.

Hasil produksi sukun baik berupa buah segar maupun produk olahan yang memiliki nilai tambah (Value Added) harus disalurkan kepada pabrik pengolahan atau konsumen melalui pedagang perantara, ini terjadi karena keterbatasan petani dalam menjalankan fungsi tataniaga. Baik keterbatasan kemampuan juga materil. Produk olahan dari komoditi sukun beraneka ragam seperti apem, bolu cup, cake, donat, dodol, getuk, kroket, kolak, lapis, pastel, puding, risol, tape, wajik serta bisa dibuat lauk pauk seperti bregedel, rendang, sayur lodeh dan sambal goreng, tetapi di daerah penelitian hanya keripik sukun sebagai hasil olahannya. Dari

(13)

usahatani, pengolahan dan pemasaran komoditi sukun akan diperoleh penerimaan yaitu perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, sedangkan pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.

Menilai kelayakan suatu usaha dapat digunakan analisa proyek dengan analisa finansial. Metode analisa proyek adalah analisa kuantitatif yang dapat menilai kelayakan usaha dan bagaimana baiknya usahatani, usaha pengolahan dan pemasaran sukun tersebut. Metode analisa proyek menghitung indikator-indikator proyek antara lain, Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), sukun layak dikembangkan jika Net B/C ≥ 1 dan IRR > i (tingkat suku bunga yang berlaku).

Untuk lebih memperjelas mengenai Analisis Usahatani dan Usaha Pengolahan Sukun, maka dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran berikut ini (Gambar 5).

(14)

Keterangan:

= Menyatakan Hubungan dan Keterkaitan Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran

Nilai Tambah

Analisis Kelayakan Usaha Net B/C, IRR, BEP

Usahatani Sukun Usaha Pengolahan

Sukun Produksi Sukun Penerimaan Pendapatan Usaha Biaya Produksi Harga Jual Produksi Keripik Sukun Harga Jual Biaya Pengolahan Produktivitas

SUKUN

(15)

Hipotesis Penelitian

1. Jumlah hasil Produksi usahatani sukun dan harga jual hasil produksi usahatani sukun di daerah penelitian telah melampaui titik impas (Break Event Point).

2. Biaya produksi usahatani sukun di daerah penelitian telah melampaui titik impas (Break Event Point).

3. Pendapatan dari usahatani sukun di daerah penelitian telah melampaui titik impas (Break Event Point).

4. Faktor produksi luas lahan, tenaga kerja dan pupuk berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani sukun di daerah penelitian.

5. Secara ekonomis usahatani sukun layak untuk diusahakan di daerah penelitian.

6. Jumlah dan harga jual hasil olahan usaha pengolahan sukun di daerah penelitian telah melampaui titik impas (Break Event Point).

7. Biaya pengolahan sukun di daerah penelitian telah melampaui titik impas (Break Event Point).

8. Pendapatan usaha pengolahan sukun di daerah penelitian telah melampaui titik impas (Break Event Point).

9. Ada peningkatan nilai tambah (Value added) produk yang diperoleh dari usaha pengolahan sukun di daerah penelitian.

Gambar

Gambar 1. Grafik Produksi Total, Produksi Marjinal dan Produksi Rata- Rata-rata
Gambar 2. Grafik Biaya Total, Biaya Variabel dan Biaya Tetap Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikali harga
Gambar 4. Grafik Break Event Point (BEP)

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 2014 pihak Jabatan Audit Negara (JAN) telah menjalankan pengauditan di MAINJ dan hasil daripada pengauditan tersebut JAN mendapati proses pendaftaran harta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan zat aktif dan mengkarakterisasi senyawa antosianin yang terdapat pada ubi jalar ungu sebagai bahan dasar dalam

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Nurhikmah, 2017) yang berjudul “Efektivitas terapi bekam/hijamah dalam menurunkan nyeri kepala”. Pada pasien nyeri kepala

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kompetensi, etika, risiko audit, mentoring dan komitmen profesional berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor

menjadi tolak ukur dalam pengawasan dalam menjaga kelestarian alam dan mampu meminimalisir perilaku pendaki yang menyimpang di alam terbuka. Mampu memberikan

saluran tanggul-tanggul serta bendungan-bendungan jang ada didalam batas kompleks-kompleks pertambakan seperti jang ditentukan dalam pasal 11 ajat (1) dan (2), jang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus sebelum dan sesudah dilakukan terapi bekam basah

Belum ada percobaan yang ditemukan mengenai penggunaan kompresi eksterna sebagai terapi PPS. Sebuah studi prospektif dilakukan di Australia untuk menentukan efek