• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengenal Kantong Semar Yang Indah Dan Keunikannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mengenal Kantong Semar Yang Indah Dan Keunikannya"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

P

ENDIDIKAN

L

INGKUNGAN

/K

ONSERVASI

P

ENGENALAN

D

UNIA

F

LORA

T

ENTANG

N

EPHENTES spp.

SERI : 2 (KEDUA).

Ditulis oleh Sudarsono Djuri

*)

Mengenal Kantong Semar Yang Indah

Dan Keunikannya

P

RAKATA :

Dalam penerbitan bulletin yang lalu telah disampaikan pengenalan tentang mengapa Nephentes spp dikenal dengan nama Kantong Semar, maka dalam penulisan seri kedua ini akan penulis sajikan kelanjutannya dalam pengenalan segi ilmiah atau pengetahuan secara ilmu biologi tentang Jenis Tanaman Kantong Semar ini.

Sebagaimana yang dijanjikan maka pada pagi hari minggu tibalah saatnya Farel dan Fares menemui Wa Ujon untuk mengetahui lebih lanjut tentang jenis tanaman yang telah menarik perhatian mereka berdua.

“ Nah, sekarang kalian dengarkan dan tanyakan bila kurang mengerti. Nanti pulangnya kalian bawa saja dulu buku-buku tentang tanaman tersebut “ kata Wa Ujon, setelah mereka duduk melingkar diatas dipan. ” Oya, tuh minuman dan makanan yang sengaja wa istrimu buat didepan juga jangan lupa dicicipi ”. Kemudian Wa Ujonpun memulai bercerita tentang jenis tanaman ini.

A.

TAKSONOMI

Anonimus ( Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia 2008 ), menyatakan bahwa secara taksonomi (tata nama) dalam pelajaran biologi, klasifikasi ilmiah Nephentes adalah sebagai berikut :

(2)

Kerajaan : Plantae Filum : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Caryophyllales Familia : Nepenthaceae Genus : Nepenthes Spesies : Nepenthes spp

Nama binomial : Linnaeus,

Tata nama dalam biologi (Nama Binomial) telah mengalami perubahan berkali-kali semenjak manusia mencatat berbagai jenis organisme. Plinius dari masa Kekaisaran Romawi telah menulis sejumlah nama tumbuhan dan hewan dalam ensiklopedia yang dibuatnya dalam bahasa Latin. Sistem penamaan organisme selanjutnya selalu menggunakan bahasa Latin dalam tradisi pencatatan Eropa. Hingga sekarang sukar dijumpai sistem penulisan nama organisme yang dipakai dalam tradisi Arab atau Tiongkok. Kemungkinan dalam tradisi ini penulisan nama menggunakan nama setempat (nama lokal). Keadaan berubah setelah cara penamaan yang lebih sistematik diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus dalam kitab yang ditulisnya, Systema Naturae ("Sistematika Alamiah") (Anonimus, Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, 2008).

Genus Nepenthes (Kantong semar, bahasa Inggris: Tropical pitcher plant), yang termasuk

dalam familia monotypic, terdiri dari 80-100 spesies, baik yang alami maupun hibrida. Genus ini merupakan tumbuhan karnivora di kawasan tropis Dunia Lama, kini meliputi negara Indonesia (55 spesies, 85%), Tiongkok bagian selatan, Malaysia, Filipina, Madagaskar, Seychelles, Australia, Kaledonia Baru, India, dan Sri Lanka. Habitat dengan spesies terbanyak ialah di pulau Borneo dan Sumatra (Anonimus, Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, 2008)

Kantong semar atau dalam nama latinnya Nepenthes sp. pertama kali dikenalkan oleh J.P Breyne pada tahun 1689. Di Indonesia, sebutan untuk tumbuhan ini berbeda antara daerah satu dengan yang lain. Masyarakat di Riau mengenal tanaman ini dengan sebutan periuk monyet, di Jambi disebut dengan kantong beruk, di Bangka disebut dengan ketakung, sedangkan nama sorok raja mantri disematkan oleh masyarakat di Jawa Barat pada tanaman unik ini. Sementara di Kalimantan setiap suku memiliki istilah sendiri untuk menyebut Nepenthes sp. Suku Dayak Katingan menyebutnya sebagai ketupat napu, suku Dayak Bakumpai dengan telep ujung, sedangkan suku Dayak Tunjung menyebutnya dengan selo

(3)

bengongong yang artinya sarang serangga (Mansur, 2006). Sampai dengan saat ini tercatat terdapat 103 jenis kantong semar yang sudah dipublikasikan (Firstantinovi dan Karjono, 2006).

Tumbuhan ini diklasifikasikan sebagai tumbuhan karnivora karena memangsa serangga. Kemampuannya itu disebabkan oleh adanya organ berbentuk kantong yang menjulur dari ujung daunnya. Organ itu disebut pitcher atau kantong. Kemampuannya yang unik dan

asalnya yang dari negara tropis itu menjadikan kantong semar sebagai tanaman hias pilihan yang eksotis di Jepang, Eropa, Amerika dan Australia. Sayangnya, di negaranya sendiri justru tak banyak yang mengenal dan memanfaatkannya (Witarto, 2006). Selain kemampuannya dalam menjebak serangga, keunikan lain dari tanaman ini adalah bentuk, ukuran, dan corak warna kantongnya. Secara keseluruhan, tumbuhan ini memiliki lima bentuk kantong, yaitu

bentuk tempayan, bulat telur/oval, silinder, corong, dan pinggang (Fatahul Azwar dkk.,

2006).

B. HABITAT ( TEMPAT TUMBUH ).

Di alam, Nepenthes (Kantong Semar) ada yang tumbuh di ketinggian 0 diatas permukaan laut dan ada pula spesies yang tumbuh di ketinggian lebih dari 3000 m dpl. Kebanyakan tanaman nepenthes hidup terrestrial di tanah pasir, gambut, kapur, bebatuan, ranting dan daun yang membusuk, dan tanah/bebatuan vulkanik. Namun ada juga yang tumbuh menempel di pohon besar sebagai tanaman epifit, dan lainnya tumbuh terrestrial di tanah gambut, berpasir, berkapur, celah bebatuan, serasah daun, ataupun tanah gunung. Kesamaan dari tempat tumbuh semua spesies nepenthes adalah mereka sama-sama tumbuh di tempat yang lembab dengan curah hujan yang tinggi (Anonimus, 2007).

Berdasarkan lokasi ketinggian tempat tumbuhnya Nephentes dapat dibedakan atas 3 lokasi, yaitu :

1. Nepenthes dataran rendah (0 – 1000 m dpl) : Umumnya hidup pada kisaran suhu 20 – 35 derajat Celsius

2. Nepenthes dataran tinggi (> 1000 m dpl) : Suhu 10 – 30 derajat Celcius. Ada beberapa jenis nepenthes dataran tinggi yang menghendaki suhu rendah hingga 4 derajat celcius untuk dapat tumbuh dengan baik. Bagi mereka yang tinggal di dataran rendah dapat menggunakan ruangan berpendingin ataupun lemari es untuk menaruh tanaman jenis dataran tingginya pada malam hari.

(4)

Kantong semar hidup di tempat-tempat terbuka atau agak terlindung di habitat yang miskin unsur hara dan memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi. Tanaman ini dapat hidup di hutan hujan tropik dataran rendah, hutan pegunungan, hutan gambut, hutan kerangas, gunung kapur, maupun padang savana..Karakter dan sifat kantong semar berbeda pada tiap habitat. Beberapa jenis kantong semar yang hidup di habitat hutan hujan tropik dataran rendah dan hutan pegunungan bersifat epifit, yaitu menempel pada batang atau cabang pohon lain. Pada habitat yang cukup ekstrim seperti di hutan kerangas yang suhunya bisa mencapai 30º C pada siang hari, kantong semar beradaptasi dengan daun yang tebal untuk menekan penguapan air dari daun. Sementara kantong semar di daerah savana umumnya hidup terestrial, tumbuh tegak dan memiliki panjang batang kurang dari 2 m (Anonimus, 2007).

C.

BENTUK FISIK NEPHENTES.

1. Bentuk Bunga.

Tanaman nepenthes berumah dua, dimana masing-masing tanaman hanya memiliki bunga jantan atau bunga betina saja. Bunga biasanya baru muncul pada saat tanaman telah tumbuh menjalar/merambat dan telah membentuk kantung atas. Pada tanaman muda, jenis kelamin tanaman tak dapat dibedakan berdasarkan morfologi tanaman. Bunga nepenthes bentuknya sangat sederhana, dengan empat kelopak tanpa mahkota dan terangkai dalam satu tandan. Ukuran masing-masing bunga biasanya tak lebih dari 1 cm diameternya (Anonimus, 2007).

2. Bentuk Daun

Menurut Anonimus (2007), lebih lanjut menytakan bahwa ciri khas yang ada pada keluarga ini adalah kemampuannya untuk memangsa binatang, terutama serangga, sebagai nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhannya, dengan membentuk kantung pada ujung daunnya. Banyak yang mengira kantung tersebut adalah bunga. Padahal sebenarnya kantung itu adalah daun yang berubah fungsi menjadi alat bagi tanaman untuk memperoleh nutrisi yang dibutuhkannya. Sedangkan yang tampak seperti daun sebenarnya adalah tangkai daun yang melebar seperti tangkai daun pada tanaman akasia. Umumnya, setiap jenis nepenthes memiliki setidaknya dua bentuk kantung, yakni kantung bawah, dan kantung atas. Bentuk kantung ini diberi nama berdasarkan letak kantung di tanaman. Pada beberapa jenis nepenthes, mereka memiliki bentuk kantung peralihan antara bentuk kantung bawah dan bentuk kantung atas yang disebut kantung antara. Sedangkan pada beberapa jenis lainnya seperti N. ampullaria dan N. pectinata,

(5)

biasanya tidak membentuk kantung atas (Anonimus, 2007). Untuk membedakan antar spesies nepenthes, warna dan corak kantung umumnya tidak digunakan. Spesies nepenthes biasanya berdasarkan pada perbedaan bentuk kantung, daun, batang dan bunganya. Karena umumnya nepenthes memiliki bentuk kantung bawah dan kantung atas yang berbeda, banyak sekali terjadi kesalahan identifikasi spesies (Anonimus, 2007).

D.

PENYEBARAN JENIS-JENIS NEPHENTES

Penyebaran nepenthes di bumi ini cukup luas, mulai dari Madagaskar di barat hingga New Caledonia di timur. Dari China Selatan di utara hingga Australia Utara di selatan sebagaimana terlihat pada pada peta penyebaran nephentes dibawah.

Sumber : Based on Kurata Iden 26(10) : 43-51, 1972, Clarke 2001, Schlauer CP Database 2007, and others, with modifications. Carnivorous Plants Distribution Map based on Juniper et al.(1989), Komiya (1994), Lowrie (1998), Schnell (2002), and others

Gambar 2 : Peta Penyebaran Jenis-jenis Nephentes di dunia.

Dari 90 lebih spesies nepenthes yang telah di identifikasi, lebih dari 60 spesiesnya berasal dari Indonesia. Indonesia sendiri memiliki Pulau Kalimantan dan Sumatera sebagai surga habitat tanaman ini. Dari 64 jenis yang hidup di Indonesia, 32 jenis diketahui terdapat di Borneo (Kalimantan, Serawak, Sabah, dan Brunei) sebagai pusat penyebaran kantong semar. Pulau Sumatera menempati urutan kedua dengan 29 jenis yang sudah berhasil diidentifikasi. Keragaman jenis kantong semar di pulau lainnya belum diketahui secara pasti (Fatahul Azwar dkk., 2006).

(6)

Namun berdasarkan hasil penelusuran spesimen herbarium di Herbarium Bogoriense, Bogor, ditemukan bahwa di Sulawesi minimum sepuluh jenis, Papua sembilan jenis, Maluku empat jenis, dan Jawa dua jenis (Mansur, 2006).

E.

POTENSI NEPHENTES.

Lebih lanjut Fathul Azwar dkk. (2006), menyatakan bahwa kantong semar memang belum sepopuler tanaman hias lainnya seperti anggrek, dan aglaonema. Namun, saat ini kepopuleran kantong semar sebagai tanaman hias yang unik semakin meningkat seiring dengan minat masyarakat pecinta tanaman hias untuk menangkarkannya. Nama tanaman dari famili Nepenthaceae ini sudah terkenal hingga ke mancanegara. Bahkan di negara-negara seperti Australia, Eropa, Amerika, Jepang, Malaysia, Thailand, dan Sri Lanka budidaya tanaman ini sudah berkembang menjadi skala industri. Ironisnya, tanamanan pemakan serangga ini kebanyakan jenisnya berasal dari Indonesia.

Selain berpotensi sebagai tanaman hias, kantong semar juga dapat digunakan sebagai obat tradisional (Mansur, 2006). Sementara itu, kandungan protein di dalam kantongnya berpotensi untuk pengembangan bertani protein menggunakan tanaman endemik Indonesia (Witarto, 2006). Dalam penelitiannya baru-baru ini, Witarto (2006), berhasil mengisolasi protein dalam cairan kantong atas dan kantong bawah dari N. gymnamphora dari Taman Nasional Gunung Halimun. Dari masing-masing 800 ml cairan yang dikumpulkan dari kantong, dapat dimurnikan protein sebanyak 1 ml. Uji aktivitas terhadap protein yang telah dimurnikan menunjukkan bahwa protein itu adalah enzim protease yang kemungkinan besar adalah Nepenthesin I dan Nepenthesin II

F.

STATUS PERLINDUNGAN

Menurut Fatahul Azwar dkk.( 2006 ), bahwa status tanaman kantung semar termasuk tanaman yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah No. 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Hal ini sejalan dengan regulasi Convention on International Trade in Endangered Species (CITES), dari 103 spesies kantong semar di dunia yang sudah dipublikasikan, 2 jenis: N. rajah dan N. khasiana masuk dalam kategori Appendix-1. Sisanya berada dalam kategori Appendix-2. Itu berarti segala bentuk kegiatan perdagangan sangat dibatasi.

(7)

K

E

U

NIKAN

K

ANTONG

S

EMAR

Pepenx (2008), menyatakan bahwa keunikan dari tanaman kantong semar atau nepenthes adalah dengan dikaruniainya peranti penyergap berwujud kantung ajaib. Terletak di ujung daun. Organ pembantai itu dilengkapi senjata kimia di dalamnya. Kantung maut yang dimiliki Nephentes dibagi menjadi tiga bagian. Yaitu kantung atas, kantung antara dan kantung bawah.

Sumber Foto : Singer Photos, vía Flickr Sumber Foto : AlexF

Gambar 3. Kantung atas (a), Kantung antara (b) dan Kantung bawah (c) pada nephentes.

Kantung atas memiliki helaian daun penutup. Sewaktu daun masih muda, pundi pemangsa tertutup. Lantas, membuka ketika sudah dewasa. Namun bukan berarti kantung penyamun ini menutup sewaktu masih muda saja. Ia menutup diri ketika sedang mengganyang mangsa. Tujuannya supaya proses pencernaan berjalan lancar dan tidak diganggu kawanan musuh yang siap merebut makanan yang sudah ia peroleh.

Sumber Foto : AlexF Sumber Foto : Roberto

(8)

Bibir lubang kantung dilengkapi dengan alat penipu. Organ itu berwarna merah serta mampu menebarkan aroma manis. Binatang penyuka menu bercitarasa manis dan beraroma busuk adalah sasaran empuk bagi Nephentes. Semisal semut dan lalat. Warna bibir nepenthes yang merona serta beraroma manis itu akan memikat dan membuat lengah calon mangsa. Binatang yang terpikat dan bernasib apes tergelincir masuk ke dalam kantung antara yang licin. Semut (atau lalat) sudah terpeleset karena bibir kantong memang licin. Ia mencoba naik melalui dinding yang kelihatannya kering, tapi bagaimana mungkin bisa keluar, kalau setelah mencapai tepi lubang ia terpeleset lagi karena bagian itu licin terus!. Sesudah empat lima kali sia-sia mencoba membebaskan diri dari lubang maut, biasanya semut (atau lalat) kehabisan tenaga dan tenggelam pasrah untuk selama-lamanya (Slamet Suseno, 1998).

Cairan yang berada dalam kantung tengah lalu mencerna tubuh mangsa itu. Cairan asam itu taklain adalah ramuan enzim pemecah protein yang dikeluarkan deretan kelenjar pada dinding kantong bernama proteolase. Dihasilkan oleh kelenjar di permukaan kantung bawah. Tubuh mangsa naas itu kemudian diolah menjadi garam Posphat dan nitrat. Nah, sekarang berarti periuk maut itu telah menyajikan “sop semut” yang siap diserap oleh Si Nepenthes Pepenx, 2008). Lebih lanjut Slamet Suseno (1998), menyatakan bahwa tidak hanya serangga kecil yang menjadi korban. Kantong Nepenthes rajah dari Kalimantan bisa kemasukan anak burung atau tikus kecil. Panjang kantongnya memang bisa sampai 30 cm.

Namun juga tidak semua binatang kecil bisa dijebak. Ada binatang yang mampu menyesuaikan diri dan hidup didalam kantong, seperti laba-laba Thomisus callidus. Apabila bosan hidup dalam penjara kantong, ia akan keluar untuk mencari makanan di luar tanpa terpeleset masuk jurang basah. Laba-laba suka nepenthes ini agak berbeda dengan saudara-saudaranya yang nepentebion (penghuni nepenthes yang memang sudah berniat menghuni kantong seratus persen) tidak mau pergi ke tempat lain seperti laba-laba Misumenops nepenthicola

.

Ia menyusun jaring penjebak di tepi lubang kantong bagian dalam pada setengah permukaan lubang. Bila ada serangga yang masuk lewat sisi lubang yang dibentangi jaring, itu menjadi bagian untuk laba-laba. Tetapi bila ada serangga yang masuk lewat sisi lubang seberangnya yang tidak dibentangi jaring, menjadi bagian dari kantung semar. Laba-laba akan bertengger di atas Sumber Foto : Susan Myers

(9)

jaring penjebak menunggu mangsa, apabila terancam akan mengundurkan diri ke dalam air, tanpa cedera terkena enzim. Tubuhnya dilindungi lapisan khusus antipeluru pistol air (kelenjar) enzim Salah satu jenis kantong semar yang banyak dikenal adalah Nepenthes ampullaria. Nepenthes ini ditemukan Dr. William Jack 1819 di Singapura. Dokter bedah asal Inggris tersebut memberi nama Nepenthes ampullaria pada tahun 1913 lantaran bentuknya seperti ampul. Spesies ini mempunyai kelenjar penyerap hara dalam kantong yang jumlahnya 2000 - 3000/cm2, berkantong bulat telur seperti ampul yang dalam bahasa latin berarti kandung kemih. Warna dan corak kobe-kobe (sebutan orang papua) beragam dalam satu jenis. Pernah ditemukan kantung yang warnanya hijau dengan bibir merah, kantong merah bibir hijau, hingga kantung hijau pucat dan merah pekat. Perbedaan ini diakibatkan pigmen antasianin.Tinggi kantong tanaman dewasa bisa mencapai 5-10 cm. Bahkan ada juga yang mencapai 15 cm. Jenis Nepenthes ampullaria bukan karnivora karena tidak terlihat adanya kelenjar sekresi nektar pada kantung seperti jenis tanaman lain. Oleh karena itu jarang ditemukan serangga, semut, atau binatang lain dalam kantung.selain serasah daun, ranting, dan kadang-kadang kotoran burung (Adi Setiadi, 2006)..

a

.

b

Sumber Foto : Alex F Sumber Foto : Alex F

Gambar 6. Nephentes ampullaria merah (a) dan Nephentes ampularia hijau batik (b)

Jenis kantong semar lainnya yang juga cukup banyak dikenal adalah Nephentes bicalcarata, dan tipe yang satu ini lebih terlihat seram. Sebab, jenis ini mirip drakula dengan taring yang keluar dari tutup kantong. Sebagaimana hewan buas, sekilas jenis tanaman ini mirip ular beracun yang siap mematok. Daunnya berwarna hijau dengan kombinasi dan gradasi warna merah dan gelap (Ary, 2008).

(10)

Sumber Foto : Alex F Sumber Foto : Singer Photos, vía Flickr

Gambar 7. Nephentes bicalcarata dengan taring yang keluar dari tutup kantong

Menurut Pepenx (2008), bahwa tidak semua jenis Nepenthes memiliki mangsa favorit yang sama. Semut adalah menu kesukaan bagi N. mirabilis. Species kantung semar N. albomarginata adalah pemburu sepesialis rayap. Ada pula species katung semar yang “vegetarian” alias tak suka menyantap daging. Yaitu N. ampullaria. Kantung semar yang satu ini suka melalap guguran dedaunan dari tumbuhan yang berada di atasnya. Sedangkan N. lowii adalah kantung semar yang bermenu favorit kotoran burung.

” Nah, untuk kali ini sekian dahulu seluk beluk tentang tanaman kantong semar, minggu depan kita sambung lagi dengan perihal jenis-jenis kantong semar di Indonesia ” Kata Wa Ujon mengakhiri ceritanya dan Farel beserta Fares pun berpamitan pulang ke Ciomas.

DAFTAR PUSTAKA

Adi Setiadi, 2006.-= NEPENTHES or Kantung Semar =-Nepenthes Selayang Pandang tentang

Nepenthes / Kantong Semar. 23 Pebruari 2008.

http://k4tul.multiply.com/tag/kantong%20semar. Diakses tanggal 24 Juni 2008. .

ALEXf (2007) Fotos coleccion Nepenthes INFOJARDIN Mexico, 21/02/07

http://www.infojardin.com/foro/showthread.php?t=26976 Diakses tanggal 30 Mei 2008. v Anonymous, 2007. Cóctel digestivo de plantas carnívoras. Nepenthes alata. NEOFRONTERAS.

Área: Biología — Febrero 8, 2008. Foto: Singer Photos, vía Flickr. http://neofronteras.com/especiales/?p=46 Diakses Minggu, 18 Mei 2008

(11)

__________, 2007. NAPHENTES ( KANTONG SEMAR ). Komid.Net. Komunitas Anak Bangsa. 03 Desember 2007. http://komid.net/forums/ showthread.php?t=435 Diakses tanggal 18 Mei 2008

__________, 2008. LES PLANTES A GABY .Vendredi 8 février 2008.http://les-plantes-a-gaby.over-blog.com/. Diakses Senin, 23 Juni 2008.

__________, 2008. Tatanama biologi. Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Nomenklatur_binomial

Halaman ini terakhir diubah pada 15:14, 25 April 2008. Diakses tanggal 1 Juni 2008. _________, 2008. :: Nepenthes Archive :: Asiatic Green. MEET THE FOREST Photo Galery

Uploaded on 18th Jan, 18th Jan, 1st Feb, 24th Feb., 6th Mar.,12th Mar., 24th Mar., 2nd

Apr., 21st Apr. and 20st May 2008.

http://www.asiaticgreen.com/MyPhotoArchive_Nepenthes.htm Diakses tanggal 30 Juni 2008.

__________, 2008. Kantong semar.Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia http://id.wikipedia.org/wiki/Kantong_semar

Halaman ini terakhir diubah pada 13:43, 23 Mei 2008. Diakses tanggal 1 Juni 2008.

Ary , 2008. Rafflesiana dan Bicalcarrata. http://tabloidgallery.wordpress.com/

2008/03/31/rafflesiana-dan-bicalcarrata/ Diakses tanggal 10 Juni 2008.

Fatahul Azwar dkk.(2006). KANTONG SEMAR (Nephentes sp.) KANTONG SEMAR

(Nepenthes sp.) DI HUTAN SUMATERA, TANAMAN UNIK YANG SEMAKIN LANGKA1). Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan

Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September 2006.

http://www.dephut.go.id/files/Fatahul-Azwar.pdf Diakses tanggal 10 Juni 2008.

Kurata Iden 26(10) : 43-51, 1972, Clarke 2001, Schlauer CP Database 2007, and others, with modifications. Carnivorous Plants Distribution Map based on Juniper et al.(1989), Komiya (1994), Lowrie (1998), Schnell (2002), and others. http://www.honda-e.com/A02_World%20Maps/WorldMap_NepenDetail2.htm Diakses tanggal 18 Mei 2008 Mansur, M. 2006. Nepenthes, Kantong Semar yang Unik. Penebar Swadaya.Jakarta.

Melly & Roberto (2007). Nepenthes. Carnivorous Plants Database. xoomer.alice.it/

carnivorousplants/Foto/Nepent. 11/09/2007 http://xoomer.alice.it/

carnivorousplants/nepenthes.html Diakses tanggal 4 Juni 2008

Noorindra, A., 2008. Penyebaran Spesies Nepenthes di Dunia. 10 Maret 2008. Tanaman Hias Ber-Online Ria. http://rumputijo.wordpress.com/2008/03/10/ penyebaran-spesies-nepenthes-di-dunia/ Diakses tanggal 4 Juni 2008.

Pepenx, 2008. NEPHENTES: SI KANTONG NAN IMUT. Selasa, 01-April-2008, Tabloid Rumah - Trubus. http://www.langitlangit.com/mod.php?mod=publisher&op= viewarticle&artid=207 Diakses tanggal 4 Juni 2008

Slamet Soeseno, 1998. Periuk hantu menjebak lalat. Dan Menanam Periuk hantu tidak sulit.http://www.indomedia.com/intisari/1998/mei/periuk.htm Diakses tanggal 15 Juni 2008.

Susan Myer’s, 2004. Borneo 2004. BIRDING WORLDWIDE.

http://www.birdingworldwide.com.au/borneo_reports.htm Diakses tanggal 30 Juni 2008. Witarto, A.B. 2006. Protein Pencerna di Kantong Semar. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

http://www.lipi.go.id. Diakses tamggal 25 Mei 2008.

Gambar

Gambar 5. Nephentes rajah

Referensi

Dokumen terkait

Masyarakat Jawa memiliki keyakinan bahwa dunia memiliki batasan, dan Tuhan merupakan sumber kehidupan atau pusat dari alam semesta, sehingga dapat dikatakan bahwa blangkon

Indonesian Journal of Geography (Indo.J.Geog.) Is an international journal published twice a year in June and December by he Faculty of Geography Gadjah Mada University in

Tingkatan yang keempat ialah bahwa seseorang tidak melihat segala wujud ini melainkan satu, inilah musyahadah golongan orang-orang yang benar siddiqin yang oleh kaum sufi

Pahlawan liberalisme adalah ekonom dari Inggris, Adam Smith, dalam bukunya Wealth of Nation (1776).. adalah bahwa kesejahteraan umum dapat dicapai apabila diberikan kebebasan

7 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.. Proses pembelajaran

Sumber : Hasil olahan data kuesioner Tahun 2017 Data di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Pulau Barrang Lompo tidak terlaksana dengan

Melihat potensi bahayanya mengkonsumsi sate setengah matang ditinjau dari aspek suhu, aspek tingkat cemaran mikroba, aspek toxoplasmosis maka perlu dilakukan pembinaan

Berdasar dari penelitian yang telah dilakukan dengan judul Apliksi Pembelajaran Do’a Berbasis Android dapat disimpulkan yaitu telah dirancang dan dibangun sebuah