• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KALIMAT EMOSIONAL MARAH DI KENAGARIAN LUBUK BASUNG KECAMATAN SANGKIR KABUPATEN AGAM Mira Novianti 1, Iman Laili 2, Puspawati 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KALIMAT EMOSIONAL MARAH DI KENAGARIAN LUBUK BASUNG KECAMATAN SANGKIR KABUPATEN AGAM Mira Novianti 1, Iman Laili 2, Puspawati 2"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 ANALISIS KALIMAT EMOSIONAL MARAH DI KENAGARIAN LUBUK BASUNG

KECAMATAN SANGKIR KABUPATEN AGAM Mira Novianti1, Iman Laili2, Puspawati2

1

MahasiswaJurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta E-mail :mira_2411889@yahoo.co.id

2

Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta

ABSTRAK

Emotion is the unapproriate between feeling ang mind. Emotion isn’t use rational thought because it just rely on feeling and doesn’t consider about logic. The problem of this research is what kind of angry emotional sentence in Lubuk Basung Village, Sangkir subdistrick, Agam regency. This research is purpose to describe kind of angry emotional sentence in Lubuk Basung Village, Sangkir subdistrick, Agam regency.

To analyze the kind of angry emotional sentence in Lubuk Basung Village, Sangkir subdistrick, Agam regency, the writer uses Goleman theory 1955. The method which is used by the writer is description method. To collect the data the writer uses observation method with note taking technic and utterence of participant. The method of data analysis which used by the writer is Agih method with sign reading method, and technic of losing.

Based on the result of the research, angry emotional sentence that found are; (1) brutal of anger, anjiang, kambiang, baruak; (2) rage of anger, songkehan arang kau, lalah jo ladiang, den tendang kau, den nunuan, den caca; (3) hatred, handeh, iii, cuih, hee yayay yoh; (4) very angry, amak kau, apak mandeh, inyiak ang, amai kau, abak ang, kapalo induak ang; (5) annoy, lancuanlah, manyiahlah, tabang hambua; (6) upset heart, tasarah, kalamak isi paruik ang min lah; (7) bitter feeling, aden yo bansaik, kamanakan nan bansaik ko; (8) offend, pakak ka ikua waang, dasar engak; (9) hostile, ang tunggu den di lapang SMP, kasiko lah kok bagak, lawan den, bagak kau turuik den ka siko, den ndak takuik, den tuntuik kau beko; (10) patalogic hatred, bisuak ko rasoan dek kalian, den rusak’an lo punyo ang.

Keyword: journal, angry emotional sentence, kind of angry, sign

Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan sehari-hari karena melalui bahasa manusia dapat saling berkomunikasi dengan orang lain, baik secara lisan maupun tulisan. Tanpa bahasa kita tidak dapat mengenal satu sama lainnya. Menurut Chaer (2007:1) bahasa merupakan suatu sistem

lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Selain itu, bahasa yang digunakan oleh seseorang dalam berkomunikasi tidak bukan hanya sekadar ucapan yang berupa kata maupun kalimat saja, tetapi memiliki makna dan arti yang hendak disampaikannya. Saat interaksi ini masyarakat menggunakan berbagai bentuk kalimat untuk

(2)

2 mengungkapkan pikiran dan perasaannya.

Dari perasaan akan timbul emosi. Emosi dapat berupa perwujudan dari sayang, gembira, marah, dan benci. Menurut Daniel Goleman (1995:62) emosional tersebut meliputi amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu. Selanjutnya, emosi tidak menggunakan pikiran rasional karena emosi hanya mengandalkan perasaan dan tidak mempertimbangkan logika. Sehubungan dengan ini, penulis melakukan penelitian yang berkaitan dengan kalimat emosional dalam bahasa Minangkabau di kenagarian Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agam. Di kenagarian ini penggunaan kalimat emosional tersebut bervariasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan data berikut.

(1) Bakiroklah ang ken kecek den, Pergilah kamu kesana bilang saya, tagak jo waang di sinan

berdiri juga kamu di sana.

‘Pergilah kamu, mengapa masih berdiri di situ’.

Pada data (1) terlihat kalimat emosional marah yang diucapkan oleh seorang ibu kepada anaknya karena si anak hanya berdiam diri dan tidak mendengarkan dan mengindahkan perintah orang tuanya. Saat itu si ibu merasa jengkel. Data (1) di atas merupakan kalimat emosional marah jengkel yang diucapkan

dengan nada tinggi. Hal ini ditandai dengan

bakiroklah ‘pergilah’.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut, penulis melakukan penelitian terhadap penggunaan kalimat Emosional Marah di Kenagarian Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agam. Selain itu, penelitian terhadap kalimat Emosional Marah di Kenagarian Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agam bahasa Minangkabau di daerah Balai Selasa sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Selain itu, penelitian terhadap Kalimat Emosional Marah di Kenagarian Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agam sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Penelitian tentang kalimat Emosional Marah pernah dilakukan oleh Alsumainitia (2007) mahasiswa Universitas Bung Hatta dengan judul ‘Kalimat Emosional Marah Muaro Pati kecamatan kapur IX Kabupaten 50 kota.

Tujuan penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan jenis kalimat emosional marah di kenagaraian Lubuk Basung Kecamtan Sangkir Kabupaten Agam.

Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sudaryanto (1993a:62) metode

(3)

3 deskriptif adalah metode penelitian yang

dilakukan semata-mata berdasarkan fakta kebahasaan yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada penuturnya. Tujuan metode deskriptif ini adalah untuk membuat gambaran atau lukisan yang secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan sesama antara fenomena yang diselidiki. Jadi, metode deskriptif adalah penelitian yang memaparkan, menganalisis dan mengklarifikasi data yang telah diperoleh dan pendeskripsian ini berupa pengambaran bahasa sebagaimana adanya.

Dalam pengumpulan data ini, penulis menggunakan metode simak. Menurut Sudaryanto (1993b:47) metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan melalui proses penyimakan terhadap penggunaan bahasa yang diteliti. Sementara itu, teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik simak. Penyimakan dilakukan dengan menggunakan teknik catat. Teknik simak libat cakap adalah kegiatan menyadap itu dilakukan pertama-tama dengan berpartisipasi sambil menyimak pembicaraan. Jadi sipeneliti terlibat langsung dalam dialog. Teknik catat merupakan kegiatan pencatatan data pada kartu data dan dapat dilakukan langsung ketika penyimakan atau sesudahnya (Sudaryanto, 1998:7). Pencatatan dilakukan dengan cara mencatat

setiap kalimat emosional marah pada masyarakat di Kanagarian Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agam.

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode agih. Metode agih adalah metode yang menggunakan alat penentu bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto,1993:15). Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah teknik baca markah, dan teknik lesap. Menurut Sudaryanto (1993:95) teknik baca markah adalah teknik pemarkahan untuk menunjukkan kejatian satuan lingual tertentu.

Pembahasan dan Hasil

Kalimat emosional yang akan di bahas pada artikel ini adalah kalimat emosional marah dalam bahasa Minangkabau di Kenagarian Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agam dari segi jenis dan penanda. Jenis kalimat emosional marah yang ditemukan ada 10 macam yaitu (1) marah brutal, (2) mengamuk, (3) benci, (4) marah besar, (5) jengkel, (6) kesal hati, (7) rasa pahit. (8)tersinggung, (9) bermusuhan, (10) kebencian patalogis.

Kalimat Emosional Marah Brutal

Kalimat emosional marah brutal yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Lubuk Basung Kecamatan

(4)

4 Sangkir Kabupaten Agam adalah kalimat

emosional marah brutal yang ditandai dengan menyebut nama-nama binatang yaitu anjiang, kambiang, baruak. Salah satu di antara nya seperti contoh di bawah ini.

(2) Bantuak nan ka rancak lo kau Seperti yang ke cantik juga kamu mancaliak buruak ka den, anjiang. melihat jelek ke saya, anjing. ‘Kamu pikir kamu cantik dengan melihat seperti itu ke saya, anjing’. Pada data (2) kalimat emosional marah brutal ditandai dengan kata anjiang ‘anjing’. Kalimat tersebut digunakan oleh para remaja yang seusia yang sedang bermusuhan. Kata anjiang ‘anjing’ di Kenagarian Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agam digunakan oleh para remaja yang sedang bermusuhan di saat mereka bertemu pandang. Kalimat itu diucapkan dengan ekspresi wajah sinis dan mata melotot. Kata anjiang ‘anjing’ pada data (2) dapat dilesapkan. Perhatikan data (2a) berikut.

(2a) Bantuak nan ka rancak lo kau Seperti yang ke cantik juga kamu mancaliak buruak ka den

melihat jelek ke saya.

‘Kamu pikir kamu cantik dengan melihat Seperti itu ke saya’.

Dengan pelesapan kata anjiang ‘anjing’ dalam kalimat tersebut, penanda kalimat

emosional marah brutal menjadi tidak ada. Hal ini menyebabkan kalimat tersebut tidak lagi menjadi kalimat emosional marah brutal walaupun kalimat tersebut tetap gramatikal dan makna kalimat tersebut tetap marah,

Kalimat emosional marah mengamuk. Kalimat emosional marah mengamuk yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agam terjadi saat penutur secara langsung menyerang lawan bicara tanpa memikirkan situasi yang ditandai dengan ancaman-ancaman terhadap lawan bicara. Perhatikan data berikut.

(3) Den songkohen arang kau,

Saya robek mulut kamu, mengecek jo kau.

bicara juga kamu.

‘Kalau kamu masih bicara, saya robek mulut kamu’.

Data (3) merupakan kalimat emosional marah mengamuk yang ditemukan di Kenagarian Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agam. Kalimat tersebut digunakan seorang suami kepada istrinya. Kalimat tersebut ditandai dengan frase songkehan arang kau ‘robek mulut kamu’. Frase songkehan arang kau ‘robek mulut kamu’ dituturkan dengan nada tinggi oleh seorang suami kepada istrinya karena si suami diketahui berselingkuh dengan

(5)

5 wanita lain. Frase songkehan arang kau ‘robek

mulut kamu’ diucapkan oleh seorang suami untuk membela diri yang diucapkan dengan nada tinggi sambil menunjuk-nunjuk istrinya. Frase songkehan arang kau ‘robek mulut kamu’ pada data (3) tidak dapat dilesapkan seperti pada data (3a) berikut.

(3a) *Den kau mengecek jo kau. Saya kamu bicara juga kamu ‘Saya masih juga bicara kamu’. Dengan pelesapan frase songkehan arang kau ‘robek mulut kamu’ dalam kalimat tersebut, penanda kalimat emosional marah brutal tidak ada. Hal ini menyebabkan kalimat tersebut tidak lagi menjadi kalimat emosional marah brutal dan kalimatnya pun tidak gramatikal.

Kalimat Emosional Marah Benci

Kalimat emosional marah benci biasanya terjadi ketika seseorang marah kepada orang lain yang ditandai dengan mencemooh lawan tutur. Di Kenagarian Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agam ditemukan kalimat emosional marah benci yang digunakan masyarakat tersebut. Untuk lebih jelas perhatikan pada data dibawah ini.

(4) Handeh....ndak nyambuang baa Ondeh....tidak nyambung kenapa ang den kecean

kamu saya katakan.

‘Ondeh...mengapa tidak ada kesesuaian berbicara sama kamu’.

Pada data (4) merupakan kalimat emosional marah benci yang ditandai dengan handeh ‘ondeh’. Kata handeh ‘ondeh’ di Kenagarian Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agam digunakan oleh remaja yang seusia pada saat mencemooh lawan tutur yang tidak mengerti dengan pembicaraan yang sedang dibicarakan. Kata handeh ‘ondeh’ diucapkan oleh seseorang tersebut dengan mata nada ketus sambil menepuk jidat. Kata handehhh ‘ondeh’ pada data (4) dapat dilesapkan seperti pada data (4a) berikut.

(4a) Ndak nyambuang baa ang den Tidak nyambung kenapa kamu saya kecean

bicara.

‘Kenapa tidak nyambung saya bicara sama kamu’.

Dengan pelesapan kata handehhh ‘ondeh’ penanda kalimat emosional marah benci menjadi tidak ada. Hal ini menyebabkan kalimat emosional marah tersebut tidak lagi berupa kalimat emosional marah benci walaupun kalimat tersebut tetap gramatikal.

Kalimat Emosional Marah Besar

Kalimat emosional marah besarjuga ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Lubuk Basung Kecamatan

(6)

6 Sangkir Kabupaten Agam. Kalimat emosional

marah besar biasa diungkapkan oleh seseorang yang marah karena merasa terhina oleh orang lain. Di dalam kalimat tersebut disebut-sebut orang tua lawan bicaranya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

(5) Dasar cewek kurang aja, ndak pernah kau Dasar cewek kurang ajar,tidak pernah kamu diajaan ibu kamu

diajari ibu kamu

‘Dasar perempuan kurang ajar, apa kamu tidak diajari ibumu’.

Kalimat emosional marah besar yang terdapat pada data (5) ditandai dengan amak kau‘ibu kamu’.Kalimat emosional marah besar yang melibatkan orang tua perempuan atau ibu digunakan seorang remaja yang merasa tersakiti oleh orang lain. Data di atas digunakan oleh seseorang di Kanagarian Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agam di saat dia merasa tersakiti batinnya, sehingga tidak dapat lagi membedakan mana tuturan yang pantas dengan tuturan yang tidak pantas untuk melampiaskan kemarahannya. Kalimat emosional pada data di atas diucapkan dengan nada tinggi sambil berusaha menarik rambut lawan tuturnya.

Frase amak kau ‘ibu kamu’ pada data (5) dapat dilesapkan seperti pada data (5a) berikut.

(5a) Dasar cewek kurang aja, ndak pernah

Dasar cewek kurang ajar, tidak pernah kau di ajaan.

kamu diajari.

‘Dasar perempuan kurang ajar, apa kamu tidak pernah diajari’.

Dengan pelesapan frase amak kau ‘ibu kamu’ pada data (5) penanda kalimat emosional marah besar manjadi tidak ada. Hal ini

menyebabkan kalimat tersebut tidak lagi berupa kalimat emosional marah besar walaupun kalimat tersebut tetap gramatikal.

Kalimat Emosional Marah Jengkel

Kalimat emosional marah jengkel yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agam biasanya ditandai dengan adanya kalimat perintah atau larangan. Hal ini dapat dilihat pada data di bawah ini.

(6) Lancuanlah nasi tu lai, jan malala Makanlah nasi itu lagi, jangan main Jo ang lai

juga kamu lagi.

‘Makanlah nasi itu lagi, jangan hanya bermain saja kamu’.

Kalimat emosional marah jengkel pada data (6) adalah kalimat yang terjadi antara seorang ibu kepada anaknya. Kalimat emosional marah jengkel yang ditandai dengan kata lancuanlah ‘makanlah’. Kata lancuanlah ‘makanlah’ Di Kanagarian Lubuk Basung Kecamatan

(7)

7 Sangkir Kabupaten Agam diucapkan dengan

nada ketus sambil menarik tangan anaknya pulang kerumah. Kalimat tersebut digunakan oleh seorang ibu kepada anaknya ketika merasa perkataannya terhadap si anak tidak didengarkan karena si anak hanya sibuk bermain dan lupa makan sehingga si ibu menggunakan kalimat emosional jengkel yang ditandai dengan lancuanlah ‘makanlah’. Kata lancuanlah ‘makanlah’ pada data (6) di atas dapat dilesapkan seperti pada data (6a) di bawah. Untuk lebih jelas perhatikan data berikut.

(6a) * Nasi tu lai, jan malala Nasi itu lagi, jangan main jo ang lai.

juga kamu lagi.

‘Nasi itu lagi, jangan hanya bermain saja kamu’.

Dengan pelesapan kata lancuanlah

‘makanlah’, penanda kalimat emosional marah jengkel pada data (6a) menjadi tidak ada. Hal ini menyebabkan penanda kalimat emosional marah tersebut tidak lagi berupa kalimat emosional marah jengkel dan kalimat tersebut tidak gramatikal.

Kalimat Emosional Marah Kesal Hati Kalimat emosional marah kesal hati dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agam

merupakan ungkapan perasaan kecewa terhadap sesuatu yang telah menyakitkan hati. Hal ini diungkapkan dengan kalimat yang berisikan kepasrahan penutur. Seperti halnya pada data berikut.

(7) Tasarah kau lah kok ka pai

Terserah kamu lah mau ke pergi kama kau, ndak urusan den lai kemana kamu, bukan urusan saya lagi. ‘Terserah kamu lah mau pergi kemana kamu, bukan urusan saya ini’.

Kalimat emosional marah yang terdapat pada data (7) di atas merupakan kalimat emosional marah kesal hati yang ditandai dengan tasarah ‘terserah’. Kata tasarah ‘terserah’ pada data tersebut diucapkan dengan nada pasrah yang digunakan oleh seorang kakak kepada adiknya. Kata tasarah ‘terserah’ di Kanagarian Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agam digunakan ketika si kakak kesal kepada adiknya yang tidak mau mendengarkan nasihatnya.

Kata tasarah ‘terserah’ pada data (7) apabila dilesapkan dapat dilihat pada data (7a) berikut.

(7a) * Kau lah kok ka pai kama Kamu lah kok ke pergi kemana kau, ndak urusan den lai doh kamu, bukan urusan saya lagi ya

‘Kamu lah mau pergi kemana bukan urusan saya lagi ya’.

(8)

8 Dengan pelesapan kata tasarah ‘terserah’ pada

data (7a) penanda kalimat emosional marah kesal hati menjadi tidak ada. Hal ini menyebabkan penanda kalimat emosional marah tersebut tidak lagi berupa kalimat emosional.

Kalimat Emosional Marah Rasa Pahit Di Kanagarian Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agam ditemukan kalimat emosional marah rasa pahit merupakan suatu rasa yang membuat hati seseorang terluka, iba yang ditandai dengan kalimat merendah. Hal ini dapat dilihat pada data di bawah ini.

(8) Aden yo bansek tapi den kayo hati , Saya ya miskin tapi saya kaya hati, Ndak bantuak kau

tidak seperti kamu.

‘Saya memang miskin tapi saya kaya hati, tidak seperti kamu’.

Kalimat emosional marah rasa pahit pada data di atas ditandai dengan klausa aden yo bansek ‘saya memang miskin’. Kalimat tersebut diucapkan dengan nada tinggi dan ketus yang digunakan oleh orang dewasa kepada teman yang seusia dengannya ketika berkelahi. Klausa aden yo bansek ‘saya memang miskin’ di Kanagarain Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agam digunakan karena adanya suatu rasa yang membuat hati penutur

terluka dan iba yang bercampur dengan amarah. Akan tetapi, penanda aden yo bansek ‘saya memang miskin’ mempunyai maksud pembelaan dan kebanggaan penutur terhadap lawan tutur.

Klausa aden yo bansek ‘saya memang miskin’ apabila dilesapkan dapat dilihat pada data (8a) berikut.

(8a) *Tapi den kayo hati ndak Tapi saya kaya hati tidak bantuak kau doh

seperti kamu ya.

‘Tapi saya kaya hati tidak seperti kamu’.

Dengan pelesapan frase aden yo bansek ‘saya memang miskin’ penanda kalimat emosional marah rasa pahit menjadi tidak ada. Hal ini menyebabkan kalimat emosional tersebut tidak lagi berupa kalimat emosional marah rasa pahit dan kalimatnya pun tidak gramatikal.

Kalimat Emosional Marah Tersinggung Di dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agam ditemukan di kalimat emosional marah tersinggungseperti pada data di bawah ini.

(9) Pakak ka ikua waang, dari tadi den bodoh kamu, dari tadi saya ngecek ndak jo ngarati

(9)

9 ‘Bodoh kamu dari tadi saya bicara

tidak juga faham kamu’.

Pada data (9) diatas yang menandakan kalimat emosional marah tersinggung terdapat pada klausa pakak ka ikua waang ‘bodoh kamu’. Makna dari kalimat tersebut adalah saat seseorang menyindir orang lain dan menyebut kekurangan lawan bicaranya tersebut karenamerasa marah terhadap lawan tuturnya yang tidak mendengarkan omongannya. Kalimat emosional marah tersinggung ini diucapkan dengan nada ketus sambil menepuk jidat yang digunakan seseorang yang lebih besar kepada yang lebih kecil.

Klausa pakak ka ikua waang ‘bodoh kamu’ pada data (9) dapat dilesapkan seperti pada data (9a) berikut.

(9a) Dari tadi den ngecek ndak jo Dari tadi saya bicara tidak juga ngarati

mengerti.

‘Dari tadi saya bicara tidak juga kamu mengerti’.

Dengan pelesapan klausa pakak ka ikua

waang ‘tuli ke ekor kamu’ pada data (9)

penanda kalimat emosional marah tersinggung menjadi tidak ada. Hal ini menyebabkan kalimat emosional marah tersebut tidak lagi berupa kalimat emosional marah tersinggung walaupun kalimat pada data (9a) tersebut tetap gramatikal.

Kalimat Emosional Marah Bermusuhan Di Kanagarian Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agam kalimat emosional marah bermusuhan biasanya ditandai dengan kata-kata penutur yang menantang lawan tuturnya. Hal ini juga dapat dilihat pada data berikut.

(10) Kalau lai jantan waang, ang Kalau ada jantan kamu, kamu tunggu den di lapang SMP. tunggu saya di lapangan SMP. ‘Kalau kamu laki-laki kamu tunggu saya di lapangan SMP’.

Pada data (10) di atas merupakan kalimat emosional marah bermusuhan yang ditandai dengan kalimat ang tunggu den di lapang

SMP ‘kamu tunggu saya di lapangan SMP’.

Kalimat emosional marah bermusuhan tersebut digunakan oleh penutur saat melihat lawan tutur yang bersikap seenaknya dan berlagak seperti orang hebat dan kuat. Kalimat emosional marah bermusuhan tersebut diucapkan dengan nada tinggi sambil berdiri tegak pinggang dan menunjuk seseorang tersebut. Maksud dari kalimat emosional marah bermusuhan di atas penutur menantang lawan tuturnya untuk berkelahi dengannnya. Kalimat emosional marah tersebut pada umumnya terjadi pada laki-laki muda maupun tua. Kalimat ang tunggu den di lapang SMP ‘kamu tunggu saya di lapangan SMP’ pada

(10)

10 data (10) apabila dilesapkan dapat dilihat

seperti pada data (10a) berikut.

(10a)* Kalau lai jantan waang. Kalau ada jantan kamu. ‘Kalau memang jantan kamu’. Dengan pelesapan kalimat ang tunggu den di lapang SMP ‘kamu tunggu saya di lapangan SMP’ penanda kalimat emosional marah bermusuhan menjadi tidak ada. Hal ini menyebabkan penanda kalimat emosional marah tersebut tidak lagi berupa kalimat emosional marah bermusuhan dan kalimatnya pun tidak gramatikal.

Kalimat Emosional Marah Kebencian Patalogis

Di Kanagarian Lubuk Basung Kecamatan Sangkir Kabupaten Agamkalimat emosional marah kebencian patalogis terdapat pada data di bawah ini. Kalimat emosional marah tersebut ditandai dengan kalimat bahwa penutur berkeinginan keras untuk membalas dendam terhadap kelakuan lawan tuturnya yang pernah dilakukan terhadapnya. Hal ini dapat dilihat pada data berikut.

(11) Caliak kau nampak jo den Lihat kamu terlihat dengan saya

Kau jo inyo den tangani paja tu. ‘Kamu lihat saja nanti,dengan dia Saya pukuli dia

Kalimat emosional marah kebencian patalogis yang terdapat pada data (11) ditandai dengan klausa den tangani paja tu ‘saya pukuli anak itu’. Kalimat emosional marah tersebut diucapkan dengan nada keras sambil menunjuk-nunjuk seseorang tersebut yang digunakan oleh seorang kakak yang marah terhadap adiknya yang telah membuat hatinya sakit dengan perlakuan adiknya sehingga penutur bermaksud untuk membalas sakit hatinya terhadap lawan tutur dengan memukul teman lawan tutur apabila terjadi lagi.

Klausa den tangani paja tu‘saya pukuli anak itu’ apabila dilesapkan dapat dilihat pada data (11a) berikut.

(11a) *Caliak kau nampak jo Lihat kamu terlihat sama Den kau samo nyo

Saya kamu sama dia. ‘lihat kamu terlihat saya kamu dengan dia’.

Dengan pelesapan klausa den tangani paja

tu‘saya pukuli anak itu’ pada data

(11a) penanda kalimat emosional marah kebencian patalogis menjadi tidak ada. Hal ini menyebabkan kalimat emosional marah tersebut tidak lagi berupa kalimat emosional marah kebencian patalogis dan kalimatnya pun tidak gramatikal.

(11)

11 Simpulan

Dari uraian yang telah disampaikan dalam analisis,simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. Berdasarkan kalimat emosional marah yang ditemukan (1) marah brutal yaitu

anjiang ‘anjing’, kambiang ‘kambing’, baruak

‘monyet’; (2) songkehan arang kau ‘sobek mulut kamu’, lalah jo ladiang ‘kejar sama golok’, den tendang kau ‘saya tendang kamu’,

den nunuan ‘saya sumpal’, den caca ‘saya

pukul’; (3) marah benci yaitu handehh ‘owalahh’, iii ‘iichh’, cuiihh ‘cuiihh’, hee

yayaiii yoh ‘aduuhh’; (4) amak kau ‘ibu

kamu’, apak mandeh ‘ayah ibu’, inyiak ang ‘kakek kamu’, amai kau ‘ibu kamu’, abak ang ‘ayah kamu’, kapalo induak ang ‘kepala ibu kamu’; (5) marah jengkel yaitu lancuanlah ‘makanlah’, manyiahlah ‘pergilah’, tabang

hambua ‘pergi’; (6) kesal hati yaitu tasarah

‘terserah’, kalamak isi paruik ang min lah ‘bagaimana menurut kamu yang terbaik sajalah’; (7) marah rasa pahit yaitu aden yo

bansek ‘saya memang miskin’, kamanakan nan bansek ko ‘keponakan yang miskin ini’;

(8) marah tersinggung yaitu pakak ka ikua

waang ‘bodoh kamu’, dasar engak ‘dasar

bodoh’; (9) marah bermusuhan yaitu ang

tunggu den di lapang SMP ‘kamu tunggu saya

di lapangan SMP’, ka sikolah kok bagak ‘ke sinilah kalau berani’, lawan den ‘lawan saya’,

bagak kau turuik den ka siko ‘berani kamu

datangi saya ke sini’, den ndak takuik ‘saya tidak takut’, den tuntuik kau beko ‘saya tuntut kamu’; (10) kebencian patalogis yaitu bisuak

ko rasoan dek kalian ‘besok rasakan sama

kalian’, den rusak’an lo punyo ang ‘saya rusak juga punya kamu.

DAFTAR PUSTAKA

Alsumainitia, 2007. Kalimat Emosional Marah yang ada di Kanangarian Muaro Pati Kecamatan. Kapur IX Kabupaten 50 kota. Skripsi. Padang: Universitas Bung Hatta

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum.Jakarta: Universitas Indonesia

____ .1995. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Desmita. 2000. Tindak Tutur dalam Acara

Nosta di Beberapa Radio di Kota Padang. Skripsi. Padang: Universitas

Andalas

oleman, Daniel. 1995. Psikologi Remaja. Jakarta. PT Bumi Aksara.

Keraf, Gory. 1980. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Sudaryanto. 1993a. Metode Linguistik: ke

Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta : Gajah Mada University

(12)

12 ______ . 1993b. Metode dan aneka Teknik

Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar

Pragmatik. Yogyakarta: Andi.

Referensi

Dokumen terkait

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan pada 5 jalur jelajah dengan arah dan panjang yang bervariasi pada setiap jalurnya di lapangan,

Berdasarkan hal tersebut di atas pada Tahun Anggaran 2007, Balai Besar Wilayah Sungai Progo-Opak-Serang bermaksud akan melakukan penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

Sekalipun saksi Yehova hidup berdampingan dengan anggota masyarakat dari aliran atau agama lain, namun beberapa perbedaan mendasar antara saksi Yehova dan

Lampu pertunjukan yang banyak terpasang di atas panggung teater besar TBY mayoritas jenis :a. Lampu pertunjukan yang terletak di depan area pentas dan menyinari bagian bawah pemain

+DVLO SHQHOLWLDQ LQL PHQXQMXNNDQ UHSUHVHQWDVL IDWKHUKRRG GDODP 0DMDODK $\DKEXQGD DGDODK D\DK \DQJ VXSSRUWLYH $\DK GLUHSUHVHQWDVLNDQ VHEDJDL SHQGXNXQJ LEX GDODP PHQJDVXK DQDN

dalam proses belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar semakin efektif dan efisien guna membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Seperti bagunan yang

Selain secara Niskala, dalam realita (sekala) yang dimaksud dengan Bhuta Kala adalah personifikasi unsur-unsur alam yang tampak, dari kesatuan unsur tersebut, alam ini

Dengan pendekatan historis ini, penulis mengumpulkan dan menafsirkan gejala, peristiwa atau gagasan yang timbul pada karya sastra untuk menemukan generalisasi yang berguna