• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab II LANDASAN TEORI"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Manajemen Keuangan

2.1.2 Definisi Manajemen Keuangan

Untuk mencapai tujuan perusahaan yang dikehendaki, perusahaan harus menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Fungsi-fungsi perusahaan tersebut meliputi fungsi keuangan, fungsi pemasaran, fungsi sumber daya manusia dan fungsi operasional. Keempat fungsi tersebut memiliki peran sendiri-sendiri dalam perusahaan dan pelaksanaannya saling berkaitan.

Menurut Sutrisno (2007:3) mengemukakan bahwa :

Manajemen keuangan atau sering disebut juga pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien

Sedangkan menurut Martono & Harjito (2007:4) mengemukakan bahwa :

“Manajemen keuangan atau dalam literatur lain disebut pembelanjaan, adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai bagaimana memperoleh aset, mendanai aset dan mengelola aset untuk untuk mencapai tujuan perusahaan.

(2)

2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan

Fungsi manajemen keuangan menurut Martono & Harjito (2007) terdiri dari tiga fungsi utama yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan pengelolaan aktiva.

a. Keputusan investasi (Investment Decision)

Investasi diartikan sebagai penanaman modal perusahaan. Penanaman modal dapat dilakukan pada aktiva riil ataupun aktiva finansiil. Aktiva riil merupakan aktiva yang bersifat fisik atau dapat dilihat jelas secara fisik, misalnya persediaan barang, gedung, tanah dan bangunan. Sedangkan aktiva finansiil merupakan aktiva berupa surat-surat berharga seperti saham dan obligasi. Aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan akan digunakan dalam operasinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan perusahaan mengelola aktiva tersebut sangat menentukan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang diinginkan. Pengambilan keputusan yang keliru dalam investasi aktiva tersebut berakibat terganggunya pencapaian tujuan perusahaan.

Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan yang paling penting di antara keputusan lainnya. Hal ini karena keputusan investasi ini berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu yang akan datang. Rentabilitas investasi (return on investment) merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang

(3)

Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan dilakukan dengan beberapa langkah. Pertama, manajer keuangan perlu menetapkan berapa aset keseluruhan (total assets) yang diperlukan dalam perusahaan. Kedua, dari aset yang diperlukan perlu ditetapkan komposisi tersebut yaitu berapa jumlah aktiva lancar (current assets) dan berapa jumlah aktiva tetap (fixed assets). Aktiva lancar dirinci lagi menjadi berapa jumlah kas, piutang dan persediaan. Aktiva tetap dirinci lagi misalnya berapa jumlah alat kantor, kendaraan, mesin, gedung dan tanah. Ketiga, untuk mencapai pemanfaatan aset secara optimal maka aset-aset yang tidak ekonomis lagi perlu dikurangi, dihilangkan atau diganti dengan aset yang baru. Pengurangan aset (aktiva) yang sudah tidak ekonomis tersebut dan diganti dengan aset yang baru, sehingga dapat mengurangi beban baiya yang dkeluarkan karena aktiva yang lebih baru biasanya akan menghemat biaya operasi.

Komponen-komponen aktiva dapat dilihat pada sisi aktiva (sebelah kiri) dari laporan keuangan perusahaan yang berbentuk neraca (balance sheet). Aktiva lancar disusun dari atas secara urut dari aktiva lancar yang paling likuid yaitu kas, surat berharga, pihutang dan persediaan. Sedangkan aktiva tetap disusun dibawah aktiva lancar secara urut mulai dari aktiva tetap yang berwujud tanah, bangunan, peralatan dan aktiva tetap lain, kemudian disusul dengan aktiva tetap tidak berwujud berupa goodwill, hak paten dan aktiva tidak berwujud lainnya.

b. Keputusan pendanaan (Financing Decision)

Apabila keputusan investasi berkenaan dengan unsur-unsur neraca yang berada disisi aktiva, maka keputusan pendanaan akan mempelajari

(4)

sumber-sumber dana yang berada di sisi pasiva. Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum. Struktur modal optimum merupakan perimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal rata-rata minimal. Oleh karena itu, perlu ditetapkan apakah perusahaan menggunakan sumber modal sendiri dengan menerbitkan saham baru sehingga beban biaya modal yang ditanggung perusahaan minimal. Kekeliruan dalam pengambilan keputusan pendanaan ini akan berakibat biaya yang ditanggung tidak minimal.

Biaya modal yang muncul berkaitan dengan keputusan pendanaan adalah biaya bunga untuk dana yang berasal dari hutang dan dividen bagi dana yang berasal dari saham atau modal sendiri. Biaya modal berupa bunga lebih mudah ditetapkan karena sifatnya akan tetap selama umur hutang (obligasi). Sedangkan penentuan tentang dividen yang dibayarkan kepeda pemegang saham memerlukan kebijakan (policy) tersendiri. Perlu ditambahkan bahwa kebijakan dividen (dividend policy) harus dianggap sebagai bagian terpadu dari keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) atau rasio antar dividen yang dibayarkan dibanding laba yang diperoleh, menentukan jumlah laba yang dapat ditahan (retained earning). Semakin besar laba ditahan

(5)

semakin kecil laba yang ditahan maka semakin besar laba yang dibagi untuk pembayaran dividen.

c. Keputusan pengelolaan aset (Assets Mangement Decision)

Kita sering mendengar suatu ungkapan yang berbunyi “lebih mudah membangun daripada memelihara”. Ungkapan ini hampir berlaku bagi semua orang yang memiliki suatu aset (aktiva). Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka aset-aset tersebut memerlukan pengelolaan secara efisien. Manajer keuangan bersama manajer-manajer lain di perusahaan bertanggung jawab terhadap berbagai tingkatan operasi dari aset-aset yang ada. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan aset menjadi tanggung jawab manajer keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar dari pada aktiva tetap.

Manajer keuangan yang konservatif akan mengalokasikan dananya sesuai dengan jangka waktu aset yang didanai. Misalnya, aktiva lancar akan didanai dari hutang lancar yang jangka waktunya lebih panjang dari usia aktiva lancar dan sebagian hutang jangka panjang. Aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti tanah akan dibiayai dengan modal sendiri dan laba perusahaan atau laba ditahan, sedangkan aset yang disusutkan seperti bangunan dan mesin serta peralatan dapat dibiayai dengan hutang jangka panjang dan modal sendiri. Hutang jangka panjang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang disusutkan tersebut jangka waktu pengembaliannya lebih panjang dari umur ekonomis aktiva yang dibiayai. Hal ini untuk mengurangi resiko kegagalan dalam pengembalian hutang perusahaan.

(6)

2.1.3 Perkembangan Manajemen Keuangan

Perkembangan manajemen keuangan dimulai sekitar awal abad 19. Sekitar tahun 1900-an istilah manajemen keuangan mulai muncul sebagai suatu bidang ilmu yang terpisah dari ilmu-ilmu lainnya. Pada awal munculnya, manajemen keuangan menekankan diri pada aspek-aspek hukum yang biasanya muncul di perusahaan. Aspek hukum tersebut misalnya tentang masalah merger, akuisisi, perluasan perusahaan, pembentukan perusahaan baru, tata cara go publik dan penjualan surat-surat berharga. Hal itu terutama telah terjadi di Amerika Serikat di mana pada saat itu industrialisasi di sana sudah berkembang pesat. Perkembangan perusahaan yang pesat mengakibatkan persoalan baru, yaitu bagaimana dan darimana memperoleh kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan. Persoalan pembelanjaan yaitu bagaimana memperoleh dana dan bagaimana menggunakan dana tersebut menjadi sangat penting untuk dikelola secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

Pada waktu itu perkembangan industri di Amerika sudah cukup baik dan maju. Perkembangan ini memerlukan instrumen pengelolaan bisnis yang baik. Tetapi nampaknya pengelolaan bisnis tersebut belum dilakukan dengan sempurna sehingga perkembangan perusahaan bukan meningkatkan perekonomian negara, namun justru menyebabkan kelesuan perekonomian. Perkembangan bisnis tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan daya beli masyarakat. Di lain pihak, regulasi yang mengatur aktivitas perusahaan juga terlambat diterapkan. Kelesuan perekonomian (resesi) ini terjadi sekitar tahun 1929 sampai tahun 1933. Pada saat

(7)

resesi ini negara mengalami kesulitan cukup serius yang mengakibatkan kegagalan bisnis di berbagai sektor.

Pada keadaan resesi tersebut, peranan manajemen keuangan memfokuskan analisisnya pada masalah-masalah kebangkrutan dan reorganisasi. Likuiditas perusahaan dan peraturan-peraturan tentang surat-surat berharga yang ditawarkan di pasar modal menjadi prioritas pengelolaan keuangan. Pada masa inilah manejemen keuangan telah bergeser perannya dari masalah pencarian dana untuk pembiayaan dalam melakukan merger, konsolidasi dan pendirian perusahaan baru ke masalah struktur modal yang menganalisis perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Hal ini berarti manajemen keuangan tidak hanya bagaimana memperoleh dana, tetapi lebih jauh dari itu yaitu bagaimana komposisi dana harus diperoleh agar mendapatkan modal dengan biaya yang minimal (tercapai struktur modal yang optimum).

Mulai tahun 1940-an sampai awal tahun manajemen keuangan mulai dipelajari oleh masyarakat luas. Manajemen keuangan tidak hanya mengatur masalah bagaimana memperoleh dana dan struktur modalnya, namun telah mempelajari bagaimana menggunakan dana secara efektif dan efisien. Pada saat itu analisis manajemen keuangan dimaksudkan untuk menghitung secara rinci keadaan keuangan perusahaan yang tercermin pada harga saham-sahamnya.

Pada tahun 1960-an sampai awal tahun 1970 ilmu manajemen keuangan mengalami suatu pembaharuan pada sisi hutang (liability) dan modal sendiri yang berada pada sisi kanan laporan neraca. Di sini manajemen keuangan memfokuskan pada penetapan kebijakan dan pengambilan keputusan yang

(8)

berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Ada 2 pusat perhatian yang diutamakan. Pertama, kombinasi optimal dari surat-surat berharga. Kedua, cara-cara bagaimana investor secara individu mengambil keputusan-keputusan investasi, teori portofolio, dan implikasinya terhadap keuangan perusahaan.

Penilaian terhadap suatu perusahaan ditentukan oleh dua faktor. Pertama, besarnya tingkat laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Kedua, tingkat resiko yang dihadapi di masa yang akan datang. Kedua faktor tersebut nantinya dapat dipengaruhi oleh komposisi produk perusahaan, luas perusahaan, tingkat pertumbuhan, tipe aktiva yang digunakan, posisi likuiditas perusahaan dan rasio hutang yang digunakan sebagai sumber pembiayaan perusahaan.

Pada awal tahun 1966, perekonomian dunia dilanda inflasi, sehingga pasar keuangan melakukan kebijakan yang sangat ketat dan tingkat biaya memperoleh dana yang tinggi. Dalam menghadapi kondisi seperti ini ilmu manajemen kauangan memiliki empat bidang tugas pokok. Pertama, pengendalian arus kas dan arus fisik barang. Kedua, mencoba menghubungkan antara keputusan keuangan dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Ketiga, dikaitkannya perencanaan dan pengendalian keuangan dan faktor-faktor perubahan lingkungan eksternal. Keempat, manajemen keuangan tidak hanya bertanggung jawab terhadap pengelolaan arus kas, tetapi juga mengontrol pusat-pusat laba yang ada dari seluruh operasi perusahaan. Para eksekutif keuangan harus dapat mengevaluasi aspek dari operasi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan.

(9)

Mulai tahun 1970-an sampai awal abad 21 ini, ilmu manajemen keuangan telah berkembang dengan pesat. Perkembangan ini sebenarnya telah di mulai tahun 1950-an, namun baru nampak nyata tahun 1970-an. Sekitar tahun 1950 seoarang ahli ekonomi bernama Joel Dean dalam bukunya Capital Budgeting mengubah fokus manajemen keuangan perusahaan dari bidang operasional seperti manajemen modal kerja, manajemen sumber dana dan anggaran belanja kearah konsep teori biaya modal, kebijaksanaan struktur modal, kebijakan investasi dan penilaian perusahaan. Konsepsi teori ini terus dikembangkan dan menjadi fokus literatur pada dekade tahun 1960-an.

Pada tahun 1950-an, ahli keuangan yakni Harry Markowitz merumuskan teori portofolio investasi. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Lintner dan Treynor pada tahun 1960-an dengan teori keseimbangan portofolio melalui Capital Asssets Pricing Model (CAPM). Konsep-konsep keseimbangan lain seperti Capital Market Line (CML), Security Market Line (SML) dan Arbitrage Pricing Theory (APT) juga berkembang pesat.

Perkembangan ilmu keuangan terus berlanjut dengan munculnya inovasi baru dalam pembiayaan seperti leasing dan pertumbuhan perusahaan secara eksternal melalui konglomerasi, merger dan akuisisi. Secara keseluruhan, ilmu manajemen keuangan telah muncul dari suatu studi yang bersifat deskriptif tentang pendekatan pengelolaan operasional perusahaan ke arah konsepsi teoritis perusahaan dalam lingkungan yang dinamis dan dalam kondisi yang penuh ketidakpastian. Ilmu manajemen keuangan terus berkembang menjadi suatu ilmu

(10)

yang tidak dapat dilepaskan dari bagian suatu proses pengambilan keputusan oleh hampir semua perusahaan.

2.1.4 Tujuan Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan sebagai aktivitas memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola aset secara efisien membutuhkan beberapa tujuan atau sasaran. Untuk menilai apakah tujuan tersebut telah tercapai atau belum, maka dibutuhkan beberapa standar dalam mengukur efisiensi keputusan perusahaan. Sebagai tujuan normatif (seharusnya) tujuan manajemen keuangan berkaitan dengan keputusan di bidang keuangan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Secara lebih luas tujuan ini juga merupakan salah satu tujuan perusahaan.

Bagi perusahaan yang sudah go publik, maka nilai perusahaan akan tercermin dari nilai pasar sahamnya. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Bagaimana bagi perusahaan yang belum go publik ? Bagi perusahaan yang belum go publik, maka nilai perusahaan adalah nilai yang terjadi apabila perusahaan tersebut dijual. Tujuan memaksimumkan nilai perusahaan disebut juga sebagai memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham yang dapat diartikan juga sebagai memaksimumkan harga saham biasa dari perusahaan. Tujuan memaksimumkan nilai perusahaan ini digunakan sebagai pengukur keberhasilan perusahaan karena dengan meningkatnya nilai perusahaan berarti meningkatnya kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham perusahaan. Tujuan memaksimumkam

(11)

kemakmuran pemegang saham tidak hanya secara langsung bermanfaat bagi pemegang saham tetapi dapat memberikan manfaat juga bagi masyarakat luas.

2.2 Laporan Keuangan

2.2.1 Definisi Laporan Keuangan

Untuk membahas laporan keuangan, tidak bisa terlepas dari laporan keuangan. Oleh karena itu perlu pembahasan singkat mengenai laporan keuangan.

Definisi laporan keuangan menurut Kasmir (2008:7) mengatakan bahwa

“Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu”.

Sedangkan menurut Martono & Harjito (2007:51) mengatakan bahwa

“Laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu”.

Dalam prakteknya laporan keuangan oleh perusahaan tidak dibuat secara serampangan, tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan atau standar yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan dimengerti. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan. Di samping itu, banyak pihak yang memerlukan dan berkepentingan terhadap laporan keuangan yang dibuat perusahaan, seperti pemerintah, kreditor, investor, maupun supllier.

(12)

2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan

Seperti diketahui bahwa setiap laporan keuangan yang dibuat sudah pasti memiliki tujuan tertentu. Dalam praktiknya terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai, terutama bagi pemilik usaha dan manajemen perusahaan. Di samping itu, tujuan laporan keuangan disusun guna memenuhi kepentingan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.

Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun periode tertentu. Laporan keuangan juga dapat disusun secara mendadak sesuai kebutuhan perusahaan maupun berkala. Jelasnya adalah laporan keuangan mampu memberikan informasi keuangan pada pihak dalam dan luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahann.

Kasmir (2008:11) berpendapat ada beberapa tujuan pembuatan atua penyusunan laporan keuangan yaitu :

Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

1) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

2) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu.

3) Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

(13)

4) Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

5) Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode tertentu.

6) Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan. 7) Informasi keuangan lainnya.

Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Kemudian, laporan keuangan tidak hanya sekedar cukup dibaca saja, tetapi harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan melakukan analisis keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan.

2.2.3 Sifat Laporan Keuangan

Pencatatan yang dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan harus dilakukan dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Demikian pula dalam hal penyusunaan laporan keuangan diddasarkan pada sifat laporan keuangan itu sendiri. Dalam praktiknya sifat laporan keuanga dibuat :

a. Bersifat historis. b. Bersifat menyeluruh.

Bersifat historis artinya bahwa laporan keuangan dibuat dan disusun dari data masa lalu atau masa yang sudah lewat dari masa sekarang. Misalnya laporan

(14)

keuangan disusun berdasarkan data satu atau dua atau beberapa tahun ke belakang (tahun atau periode sebelumnya)

Bersifat menyeluruh artinya laporan keuangan dibuat selengkap mungkin. Artinya laporan keuangan disusun sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pembuatan atau penyusunan yang hanya sebagian-sebagian (tidak lengkap) tidak akan memberikan informasi yang lengkap tentang keuangan suatu perusahaan.

2.2.4 Keterbatasan Laporan Keuangan

Kita mengetahui bahwa laporan keuangan yang telah disusun sedemikian rupa terlihat sempurna dan meyakinkan. Dibalik itu semua sebenarnya ada beberapa ketidaktepatan terutama dalam jumlah yang telah kita susun akibat berbagai faktor. Sebagai contoh banyaknya pendapat pribadi yang masuk, atau penilaian berdasarkan nilai historis. Masalah ini kita sebut sebagai keterbatasan dalam menyusun lapaoran keuangan. Namun semua ini tidak akan mempengaruhi laporan keuangan secara langsung dan juga tidak akan menghambat kita dalam menyusun laporan keuangan.

Kasmir (2008:16) berpendapat bahwa ada beberapa keterbatasan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan yaitu :

a. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), di mana data-data yang diambil dari data masa lalu.

b. Laporan dibuat umum, artinya untuk semua orang, bukan hanya untuk pihak tertentu.

(15)

c. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

d. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi ketidakpastian.

e. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan pada sifat formalnya.

2.2.5 Pihak-pihak Yang Memerlukan Laporan Keuangan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, laporan keuangan disusun berdasarkan berbagai tujuan. Tujuan utamanya adalah untuk kepentingan pemilik dan manejemen perusahaan dan membrikan informasi kepada berbagai pihak yang sangat berkepentingan terhadap perusahaan. Artinya pembuatan dan penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi kepentingan berbagi pihak, baik pihak intern maupun ektern perusahaan. Pihak yang paling berkepentingan tentunya pemilik usaha dan manajemen perusahaan itu sendiri. Sementara itu, pihak luar adalah mereka yang memiliki hubungan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan.

Kasmir (2008:19) menyebutkan ada beberapa pihak yang memerlukan laporan keuangan yaitu :

1) Pemilik 2) Manajemen 3) Kreditor 4) Pemerintah

(16)

2.3 Analisis Rasio Keuangan 2.3.1 Pengertian Rasio Keuangan

Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Aktivitas yang sudah dilakukan dituangkan dalam angka-angka, baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing. Angka-angka yang ada dalam laporan keuangan menjadi kurang berarti jika hanya di lihat dari satu sisi saja. Artinya jika hanya dengan melihat apa adanya. Angka-angka ini akan menjadi lebih apabila dapat kita bandingkan antara satu komponen lainnya. Caranya adalah dengan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan atau antar laporan keuangan. Setelah melakukan perbandingan, dapat disimpulkan posisi keuangan suatu perusahaan untuk periode tertentu. Pada akhirnya kita dapat menilai kinerja manejemen dalam periode tersebut. Perbandingan ini kita kenal dengan nama analisis rasio keuangan.

Pengertian rasio keuangan menurut James C Van Horne yang dikutip Kasmir (2008:104) mengemukakan”merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.

Jadi rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen

(17)

keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam suatu periode maupun beberapa periode.

Dalam praktiknya, analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi sebagai berikut :

1) Rasio neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari neraca.

2) Rasio laporan laba rugi, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari laporan laba rugi.

3) Rasio antar laporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua sumber (data campuran), baik yang ada di neraca maupun di laporan laba rugi.

2.3.2 Kegunaan Analisis Rasio Keuangan

Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak (stakeholders) seperti investor, kreditur, analis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah, dan pihak manajemen sendiri. Laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan laba-rugi dari suatu perusahaan, bila disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu. Keadaan inilah yang akan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.

Laporan keuangan yang baik dan akurat dapat menyediakan informasi yang berguna antara lain dalam :

a. Pengambilan keputusan investasi b. Keputusan pemberian kredit

(18)

c. Penilaian aliran kas

d. Penilaian sumber-sumber ekonomi

e. Melakukan klaim terhadap sumber-sumber dana

f. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi terhadap sumber-sumber dana

g.

Menganalisis penggunaan dana

Selain itu laporan keuangan yang baik juga dapat menyediakan informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan masa lalu, masa sekarang, dan meramalkan posisi dan kinerja keuangan di masa yang akan datang.

Analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis tentang rasio keuangan. Berdasarkan sumber analisis, rasio keuangan dapat dibedakan : a. Perbandingan internal (internal comparison), yaitu membandingkan rasio

pada saat ini dengan rasio pada masa lalu dan masa yang akan datang dalam perusahaan yang sama.

b. Perbandingan eksternal (external comparison) dan sumber-sumber rasio industri, yaitu membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan-perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri pada saat yang sama.

Analisis rasio keuangan juga dapat dibedakan berdasarkan laporan keuangan yang dianalisis, yaitu analisis secara individual dan analisis silang. Analisis individual dimaksudkan sebagai analisis yang dilakukan pada unsur-unsur yang ada pada salah satu keuangan, misalnya analisis rasio bagi unsur-unsur-unsur-unsur yang ada pada neraca saja atau laba-rugi saja. Sedangkan analisis silang merupakan analisis rasio yang melibatkan unsur-unsur yang ada pada laporan

(19)

neraca dan sekaligus yang ada pada laba-rugi. Unsur-unsur yang ada pada kedua laporan tersebut digabungkan untuk mendapatkan suatu rasio tertentu.

2.3.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan

Menurut Martono & Harjito (2007),secara garis besar ada 4 jenis rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas (rentabilitas). Keempat jenis rasio tersebut dijelaskan sebagai berikut :

a. Rasio likuiditas (liquidity ratio), yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar. Rasio liquiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendeknya.

b. Rasio aktivitas (ratio aktivity) atau dikenal juga sebagai rasio efisiensi, yaitu rasio yang mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset-asetnya. c. Rasio leverage finansial (financial leverage ratio), yaitu rasio yang mengukur

seberapa banyak perusahaan menggunakan dana dari hutang (pinjaman). d. Rasio keuntungan (profitability ratio) atau rentabilitas, yaitu rasio yang

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya.

a. Rasio likuiditas (liquidity ratio)

Suatu perusahaan yang ingin mempertahankan kelangsungan kegiatan usahanya harus memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban

(20)

finansial yang segera dilunasi. Dengan demikian likuiditas merupakan indikator kemampuan perusahaan untuk membayar atau melunasi kewajiban-kewajibannya finansialnya pada saat jatuh tempo dengan mempergunakan aktiva lancar yang tersedia. Dalam praktiknya standar likuiditas yang baik adalah 200 % atau 2 : 1, namun standar likuiditas ini tidak mutlak dilakukan karena tergantung jenis industrinya. Berikut ini akan disajikan dua macam likuiditas yang biasa dipergunakan dalam perusahaan :

1) Rasio Lancar (current ratio)

Rasio lancar merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Aktiva lancar terdiri dari kas, surat-surat berharga, piutang, dan persediaan. Sedangkan hutang lancar terdiri dari hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, hutang gaji/upah, dan hutang jangka pendek lainnya. Rasio lancar yang tinggi memberikan indikasi jaminan yang baik bagi kreditor jangka pendek dalam arti setiap saat perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban finansial jangka pendeknya. Akan tetapi rasio lancar yang tinggi akan berpengaruh negatif terhadap kemampuan memperoleh laba (rentabilitas), karena sebagian modal kerja tidak berputar atau mengalami pengangguran.

Rumus untuk Rasio Lancar (Current Ratio) : Aktiva Lancar

Rasio Lancar = _____________ x 100% Hutang Lancar

(21)

2) Rasio cepat (quick ratio)

Alat ukur yang lebih akurat untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan adalah rasio cepat. Rasio ini merupakan perimbangan antara jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan dengan jumlah hutang lancar. Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan rasio cepat, karena persediaan merupakan komponen atau unsur aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya. Rasio cepat memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid yaitu : kas, surat-surat berharga, dan piutang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka pendek.

Rumus untuk Rasio Cepat (Quick Ratio) : Aktiva Lancar - Persediaan

Rasio Cepat = ______________________ x 100% Hutang Lancar

b. Rasio aktivitas (activity ratio)

Rasio aktivitas mengukur sejauh mana efektivitas manajemen perusahaan dalam mengelola aset-asetnya. Artinya dalam hal ini adalah mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola persediaan bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi serta kebijakan manajemen dalam mengelola aktiva lainnya dan kebijakan pemasaran. Rasio aktivitas menganalisis hubungan antara laporan laba-rugi, khusunya penjualan, dengan unsur-unsur yang ada pada neraca, khusunya unsur-unsur aktiva. Rasio aktivitas ini diukur dengan istilah perputaran-perputaran unsur-unsur aktiva yang dihubungkan dengan penjualan. Berikut penjelasan untuk rasio-rasio aktivitas :

(22)

1) Perputaran piutang (receivable turnover)

Perputaran piutang memberikan wawasan tentang kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam mengumpulkan piutang dagang tersebut. Rumus untuk Perputaran Piutang (Receivable turnover)

Penjualan Kredit Bersih Setahun Perputaran Piutang = __________________________

Rata-rata Piutang 2) Perputaran piutang harian (receivable turnover in days)

Perputaran piutang harian disebut juga sebagai average collection period yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengumpulkan jumlah piutang dalam setiap jangka waktu tertentu. Piutang dapat dikatakn likuid apabila dikumpulkan tepat waktu (relatif singkat).

Rumus untuk Perputaran Piutang Harian (Receivable Turnover in Days):

Jumlah Hari Dalam Setahun Perputaran Piutang Harian : _______________________

Perputaran Piutang 3) Perputaran aktiva (total assets turnover)

Perputaran aktiva mengukur perputaran dari semua aset yang dimiliki perusahaan. Perputaran aktiva dihitung dari pembagian antara penjualan dengan total asetnya.

Rumus untuk Perputaran Aktiva (Total Assets Turnover) : Penjualan Bersih

Perputaran aktiva = ______________ Total Aktiva

(23)

c. Rasio Hutang (Leverage Debt) 1) Rasio Hutang (Leverage Debt)

Rasio hutang merupakan rasio antar total hutang dengan total aset yang dinyatakan dalam persentase. Rasio hutang mengukur berapa persen aset perusahaan yang dibelanjai dengan hutang.

Rumus untuk Rasio Hutang (Leverage Debt): Total Hutang

Rasio Hutang = ___________ Total Aktiva

2) Rasio Total Hutang terhadap Modal Sendiri (Total Debt to Equity Ratio) Rasio total hutang dengan modal sendiri merupakan perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri.

Rumus untuk Total Hutang terhadap Modal Sendiri (Total Debt to Equity Ratio) :

Total Hutang Total Hutang terhadap Modal Sendiri = ____________

Modal Sendiri

d. Rasio Keuntungan (Profitability Ratio)

Rasio keuntungan terdiri dari dua jenis rasio yang menunjukkan laba dalam hubungannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan laba dalam hubungannya dengan investasi. Kedua rasio ini secara bersama-sama menunjukkan efektifitas rasio keuntungan dalam hubungannya antara penjualan dengan laba dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

(24)

bersih dikurangi harga pokok penjualan dengan penjualan bersih atgau rasio antar laba kotor dengan penjualan bersih.

Rumus untuk Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin):

Penjualan Bersih – Harga pokok penjualan Marjin Laba Kotor = ___________________________________

Penjualan Bersih 2) Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin), merupakan keuntungan penjualan setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan. Margin ini menunjukkan perbandingan laba bersih setelah pajak dengan penjualan.

Laba Bersih Setelah Pajak Marjin Laba Bersih = _____________________

Penjualan Bersih 3) Return On Investment (ROI)

Return On Investment (ROI), membandingkan laba setelah pajak dengan total aktiva.

Laba Bersih Setelah Pajak Return On Investment (ROI) = _____________________

Total Aktiva 4) Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE), sering disebut rentabilitas modal sendiri

dimaksudkan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri.

Laba Bersih Setelah Pajak Return On Equity (ROE) = _____________________

(25)

2.4 Analisis Sistem Du Pont

2.4.1 Pengertian Pendekatan Du Pont

Sistem Du Pont pertama kali dikembangkan oleh Donaldson Brown, kepala keuangan Du Pont Corporation. Perusahaan Du Pont memperkenalkan suatu metode analisa keuangan yang kemudian diakui kegunaanya oleh sebagai besar perusahaan di Amerika dan kemudian sistem tersebut dikenal dengan nama Sistem Du Pont.

Analisis Du Pont adalah “suatu metode yang digunakan untuk menganalisa profitabiltas perusahaan dan tingkat pengembalian ekuitas” (Keown et al. 2004:86).

Analisis Du Pont menurut Agnes (2005:26), menyatakan bahwa:

Analisis Du Pont merupakan pendekatan terpadu terhadap analisis rasio keuangan. Bagan Du Pont mula – mula dikembangkan oleh manajemen Du Pont Corporation untuk pengendalian divisi. Analisis Du Pont menggabungkan rasioa – rasio aktivitas dan profit margin dan menunjukan bagaimana rasio – rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabiltas aktiva – aktiva yang dimiliki perusahaan. Sedangkan definisi lain mengenai analisis Du Pont yaitu: “sistem Du Pont menggabungkan laporan laba rugi dan neraca kedalam dua ringkasan alat ukur proftabiltas yaitu return on assets (hasil atas aktiva) dan Return on Equity (hasil atas ekuitas)” (Sundjaja dan Barlian 2003:148).

Berdasarkan kutipan diatas maka, dapat diketahui metode Du Pont bertujuan untuk menganalisa kinerja perusahaan dengan melihat pengembalian atas aktiva atau investasi (Return on Equity/Return on Investment) dan ekuitas

(26)

pemegang sahamnya (Return on Equity). Tinggi rendahnya Return on Assets (ROA) dipengaruhi oleh margin laba bersih (Net Profit Margin) dan perputaran total aktiva (Total Assets Turnover) atau oleh keduanya secara bersama – sama. Sedangkan Return on Equity (ROE) dapat dianalisa menggunakan Return on Investment dan rasio hutang (Debt Ratio).

Sistem Du Pont dapat digunakan untuk mengontrol biaya – biaya yang terjadi pada suatu perusahaan, sehingga menajamen perusahaan dapat mempelajari efek – efek peningkatan atau penurunan harga dalam hubungannya terhadap laba perusahaan. Sesuai dengan pendapat Keown et al. (2004:88) “Persamaan Du Pont memnugkinkan pihak manajemen untuk melihat dengan jelas apa yang mendorong tingkat pengembalian ekuitas dan apa hubungan margin laba bersih, perputaran aktiva dan rasio hutang”.

Selain itu sistem ini juga bermanfaat untuk mengetahui seberapa jauh pemakaian asset perusahaan dalam menunjang kegiatan operasi perusahaan. Sedangkan dilihat dari penggunaan dana, maka sistem ini dapat dimanfaatkan untuk menganalisa rasio dari penggunaan hutang perusahaan.

Dalam mengukur kinerja keuangan dengan menggunakan Sistem Du Pont terdapat beberapa kompoen yang digunakan antara lain sebagai berikut (Keown et al. 2001:102) dan (Agnes 2005:17):

a. Margin laba bersih (Net Profit Margin)

Margin laba bersih (Net Profit Margin) adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini berguna untuk mengukur tingkat

(27)

laba bersih setelah pajak dalam hubungannya dengan penjualan. Net Profit Margin dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

Earning After Tax Net Profit Margin = ___________________

Sales

= Sales – Total Expenses from Operations _________________________________

Sales

= Sales – (COGS+Cash Operating Expenses + Other Cost+Taxes) _____________________________________________________

Sales

Dimana:

Net Profit Margin = Margin Laba Bersih

Sales = Penjualan

Total Expenses from Operations = Total Biaya Operasi COGS (Cost of Good Sold) = Harga Pokok Penjualan Cash Operating Expenses = Beban Operasi Tunai

Other Cost = Biaya lain – lain

Taxes = Pajak

Net Profit margin dapat dioptimalkan dengan menaikkan hasil penjualan dengan cara menaikkan dan memperbesar volume penjualan dengan melakukan keduanya secara bersamaan.

(28)

Rasio ini menunjukkan kecepatan perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dengan kata lain, perputaran total aktiva (Total Assets Turnover) mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Total Assets Turnover dapat dihitung dengan rumus:

Sales Total Assets Turnover = ______________

Total Assets Sales

= _________________________________________ Current Assets + Fixed Assets+Other Assets

Sales

= __________________________________________________

(Cash&MarketebleSecurities+AccountReceivable+Inventory)+FA+OA Dimana:

Total Assets Turnover = Perputaran Total Aktiva

Sales = Penjualan

Total Assets = Total Aktiva

Current Assets = Aktiva Lancar

Fixed Assets (FA) = Aktiva Tetap

Other Assets (OA) = Aktiva Lain – lain

(29)

Apabila Total Assets Turnover yang dihasilakan tidak optimal, maka dapat disimpulkan bahwa aktiva perusahaan yang tidak digunakan dengan efisien. Langkah yang perlu dilakukan guna mengoptimalkannya adalah dengan menentukan aktiva mana yang bermasalah. Apakah terjadi penumpukkan inevstasi pada semua aktiva atau hanya pada piutang dagang, persediaan atau aktiva tetap.

c. Pengembalian terhadap total aktiva (Return on Assets)

Rasio ini menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan ke dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Semakin tinggi Return on Assets perusahaan menunjukan bahwa perusahaan tersebut mampu mengelola aktivanya dan mempunyai Assets Management yang baik. Return on Assets dapat dihitung dengan rumus:

Return on Assets = Net Profit Margin x Total Assets Turnover = Earning After Tax Sales _______________ x ___________

Sales Total Assets

Return on Assets = Earning After Tax _________________

Total Assets

Dimana:

Return on Assets = Pengembalian terhadap Total Aktiva

(30)

Total Assets Turn Over = Perputaran Total Aktiva Earning After Tax = Laba Bersih Setelah Pajak

Sales = Penjualan

Total Assets = Total Aktiva

d. Pengembalian atas ekuitas pemegang saham (Return on Equity) Rasio ini mengukur tingkat hasil dari investasi berupa pembelian saham umum perusahaan. Dalam menentukan Return on Equity dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu Return on Assets dan Equity Multiplier yang merupakan ukuran lain dari financial Leverage.

Return on Equity dapat dihitung dengan rumus:

Net Profit Margin x Total Assets Turn Over Return on Equity = ________________________________________

Total Debt 1 - ________________

Total Assets

= Return on Assets = Return on Assets _______________ _______________

Total Debt Financial Leverage 1 - _______________

Total Assets

Dimana:

Return on Equity = Pengembalian Ekuitas Pemegang Saham Return on Assets = Pengembalian terhadap Total Aktiva

(31)

Total Assets Turn Over = Perputaran Total Aktiva

Debt Ratio = Perbandingan Total Debt (Total Hutang) dengan Total Assets (Total Aktiva)

Dapat dilihat pada gambar Skema Analisa Du Pont, sisi kanan gambar menunjukan rasio perputaran yaitu menunjukan bagaimana aktiva lancar yang terdiri dari kas, piutang, surat-surat berharga, dan persediaan, ditambah dengan aktiva lain menghasilkan total aktiva. Total aktiva akan digunakan sebagai pembagi penjualan bersih dan hasilnya merupakan perputaran total aktiva.

Sedangkan pada sisi kiri gambar Skema analisa Du Pont, menunjukan margin laba bersih pada penjualan. Semua biaya ditambah dengan pajak dipakai untuk mengurangi penjualan dan menghasilkan laba setelah pajak. Laba setelah apajak dibagi dengan penjualan menghasilkan laba bersih.

Apabila perputaran total aktiva pada sisi kanan dikalikan dengan margin laba bersih pada sisi kiri, maka akan menghasilkan tingkat pengembalian total aktiva (Return On Assets) perusahaan tersebut. Sedangkan tingkat pengembalian ekuitas (Return on Equity) dapat dianalisa dengan menggunakan return on assets dan 1-debt ratio.

Formula 1-debt ratio ini berguna untuk menunjukkan bagaimana “leverage” (hutang) atau daya ungkit keuangan dipergunakan untuk meningkatkan ROE. Namun peningkatan ROE karena penggunaan hutang yang makin besar akan mengakibatkan rasio leverage menjadi makin tinggi, lebih tinggi dari rata-rata industri. Para kreditur akan tidak menyenangi hal ini dan karenanya ada

(32)

semacam batas parakteknya. Disamping itu semakin besar hutang semakin besar resiko kebangkrutanya dan membahayakan pemilik perusahaan.

Dengan menggunakan Du Pont dapat diketahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan dalan meningkatkan tingkat pengembalian ekuitasnya. Hal-hal yang dapat ditempuh antara lain:

1) Meningkatkan penjualan tanpa menaikan beban dan biaya secara operasional

2) Mengurangi beban pokok penjualan atau beban operasi perusahaan. 3) Meningkatkan penjualan secara relatif dengan memaksimalkan

penggunaan aktiva, dengan cara meningkatkan penjualan atau mengurandi jumlah investasi pada aktiva.

4) Meningkatkan penggunaan hutang relatif terhadap ekuitas, samapai titik yang tidak membahayakan keuangan perusahaan.

(33)

ROE

ROA 1-Debt Ratio

Marjin Laba Bersih Perputaran Total Aktiva

Penjualan Penjualan Total Aktiva

Aktiva Lancar Laba Bersih

Penjualan

Total Beban

Beban Pokok Penjualan

Beban Lain - lain

Beban Pajak Penghasilan

Beban Usaha

Aktiva Tetap

Kas

Piutang Usaha

Piutang Lain Lain

Persediaan

Aktiva Lancar Lain Gambar 4.1

Referensi

Dokumen terkait

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2004:33). Adapun variabel dependen dalam

Pemerintah pada saat ini telah berusaha menghilangkan birokrasi yang berbelit-belit dalam pengurusan barang-barang impor dan ekspor, Di mana salah satu kebijaksanaan pemerintah

Pada oven pengering tidak terdapat mekanisme penstabil suhu otomatis, oleh karena itu suhu dipertahankan dengan cara mengatur api pembakaran (sumber panas). Setelah

Jika produk dicampurkan dengan produk lain, atau jika diproses, maklumat dalam risalah data keselamatan ini tidak semestinya sah bagi bahan baru

Hal ini di antaranya lebih disebabkan oleh konflik Aceh yang berkepanjangan (BAPPEDA Aceh Tengah, 2008). Selain faktor di atas, pesatnya alih fungsi lahan juga semakin berdampak

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI UPTD DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN.. KEPALA DINAS

Hasil Pretest Harga, Merek, dan Citra Toko.. Manipulation check kemudian dilakukan untuk mengetes apakah treatment yang dipakai mampu bekerja dengan tepat. Manipulation check

Tes IQ dalam penentuan dan pertimbangan pemilihan jurusan pada sekolah biasanya dilakukan secara manual dan membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk mengetahui hasil IQ